You are on page 1of 24

PENETAPAN DERAJAT KEPAHITAN

I.TUJUAN PERCOBAAN
-

Dapat memahami cara penetapan derajat kepahitan.

Dapat menentukan derajat kepahitan dari simplisia uji yang dibandingkan


terhadap derajat kepahitan kinin hidroklorida.

Dapat menentukan derajat kepahitan dari simplisia batang bratawali, biji


pare, herba sambiloto, daun imba, buah pare dan biji mahoni yang
dibandingkan dengan kinin hidroklorida.

Dapat membandingkan derajat kepahitan antara simplisia yang satu


dengan simplisia yang lainnya.

II.

ALAT DAN BAHAN


BAHAN
Air minum
Kinin HCl
Simplisia (Daun imba)

ALAT
Corong dan kertas saring
Gelas kimia
Gelas ukur 50 ml
Labu takar 100 mL
Labu takar 50 mL
Pemanas (Hot plate)
Pipet ukur 10 mL
Pipet volume 1 mL
Pipet volume 5 mL
Rak tabung
Stopwatch
Tabung reaksi
Timbangan digital

III.

PROSEDUR
1. Pembuatan larutan stok kinin HCl dan pengencerannya.
Dilarutkan 0,1 g kinin HCl dengan air minum dalam labu takar 100
ml kemudian diambil 1 ml dan diencerkan dengan air minum dalam labu

takar 50 ml yang merupakan larutan stok kinin HCl (Sk) mengandung 0,01
mg/ml.
Dibuat suatu seri pengenceran dalam 9 tabung reaksi sebagai berikut:
No Tabung

Sk (ml)

4,2

4,4

4,6

4,8

5,0

5,2

5,4

5,6

5,8

Air Minum

5,8

5,6

5,4

5,2

5,0

4,8

4,6

4,4

4,2

(ml)
c = Kinin HCl

0,04

0,04

0,04

0,04

0,05

0,05

0,05

0,05

0,058

(mg) dalam

dalam 10 ml
larutan
2. Pembuatan larutan ekstrak dan pengencerannya.
Dibuat ekstrak dari daun imba dengan memanaskan 0,2 g simplisia
dalam 45 ml air minum selama 60 menit. Kemudian setelang dingin,
disaring dan digenapkan volume dalam labu takar 50 ml lalu dipipet 1 ml
ekstrak dan diencerkan dalam labu takar 100 ml (ST) setara dengan 0,04
mg/ml.
Dibuat suatu seri pengenceran dalam 10 tabung reaksi sebagai
berikut:
No. Tabung

ST (ml)

Air minum

(ml)
3. Pengujian Derajat kepahitan
Dibilas mulut dengan air minum, lalu dicicipi 10 ml dari larutan
tersebut dengan cara dimasukkan larutan tersebut ke dalam mulut lalu

digerakkan disekitar pangkal lidah selama 30 detik, dimulai dari


konsentrasi yang paling encer. Jika sensasi pahit tidak lagi dirasakan
dimulut setelah 30 detik, diludahkan larutan dan ditunggu selama 1
menit untuk memastikan apakah hal tersebut dikarenakan sensitivitas
yang lambat kemudian dibilas mulut dengan air minum. Konsentrasi
yang lebih tinggi dicoba paling tidak setelah 10 menit.
Konsentrasi ambang pahit adalah konsentrasi terendah dimana
suatu bahan terus memancing sensasi pahit setelah 30 detik. setelah
serangkaian pengujian pertama, dibilas mulut dengan air minum
sampai tidak ada lagi sensasi pahit. ditunggu sedikitnya 10 menit
sebelum melakukan pengujian tahap kedua. Untuk menghemat waktu
pada pengujian tahap kedua dianjurkan untuk memastikan sebelumnya
apakah larutan pada tabung no.5 (mengandung 5 ml ST dalam 10 ml)
memberikan sensasi pahit.
Apabila larutan pada tabung 5 :
-

Menimbulkan sensasi pahit, ditemukan konsetrasi ambang pahit


dari bahan tersebut dengan mencicipi larutan pada tabung 1 sampai
4.

Tidak menimbulkan sensasi pahit, ditemukan konsentrasi ambang


pahit dengan mencicipi larutan pada tabung 6 sampai 10.

4. Perhitungan
Nilai kepahitan dinyatakan dalam satuan unit per g dengan menggunakan
rumus:
2000 x c
axb

Dimana :
a = konsentrasi larutan stock (ST) (mg/ml).
b = volume ST (ml) pada tabung dengan konsentrasi ambang pahit.

c = volume kinin HCl (mg) pada tabung dengan konsentrasi ambang pahit
IV.

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Nama simplisia

: Daun imba

Nama latin simplisia

: Azadirachtae folium

Nama latin tumbuhan : Azadirachta indica


NO
1.

PROSEDUR
HASIL DAN GAMBAR
Pembuatan larutan stok kinin HCl dan pengencerannya
Ditimbang satu persatu 10 tablet
kinin sulfat , hasil dirata-ratakan
dan dikonversikan dengan kinin
HCl.
Digerus kinin fosfat ke dalam
mortir sampai homogen , lalu
ditimbang sebanyak 234,76 mg.
Dimasukkan ke dalam labu ukur
lalu ditambahkan air minum Menghasilkan larutan kinin HCl
tidak berwarna sebanyak 100
sampai 100 mL.
mL.
Diambil 1 mL dari larutan kinin
HCl

yang sebelumnya telah

dibuat lalu ditambahkan 100 mL


air minum.
Larutan stok kinin HCl (Sk)
mengandung 0,01 mg/mL.
Menghasilkan larutan kinin HCl
tidak berwarna sebanyak 100
mL.

Dibuat suatu seri pengenceran


dalam 9 tabung reaksi yang
berbeda-beda.
Tabung 1-9 ditambahkan dengan
larutan kinin HCl yang telah
dilakukan pengenceran ke 2x
dan air minum sesuai dengan
serinya.

Sk (mL) Air minum C (mg)


Tab 1 = 4,2

5,8

0,042

Tab 2 = 4,4

5,6

0,044

Tab 3 = 4,6

5,4

0,046

Tab 4 = 4,8

5,2

0,048

Tab 5 = 5,0

5,0

0,050

Tab 6 = 5,2

4,8

0,052

Tab 7 = 5,4

4,6

0,054

Tab 8 = 5,6

4,4

0,056

Tab 9 = 5,8

4,2

0,058

Menghasilkan larutan kinin HCl


tidak berwarna.
Dibuat suatu seri pengenceran
dalam 9 tabung reaksi yang
berbeda-beda.
Tabung 1-9 ditambahkan dengan
larutan kinin HCl yang telah
dilakukan pengenceran ke 2x
dan air minum sesuai dengan
serinya.

Sk (mL) Air minum C (mg)


Tab 1 = 4,2

5,8

0,042

Tab 2 = 4,4

5,6

0,044

Tab 3 = 4,6

5,4

0,046

Tab 4 = 4,8

5,2

0,048

Tab 5 = 5,0

5,0

0,050

Tab 6 = 5,2

4,8

0,052

Tab 7 = 5,4

4,6

0,054

Tab 8 = 5,6

4,4

0,056

Tab 9 = 5,8

4,2

0,058

Menghasilkan larutan kinin HCl


2.

tidak berwarna.
Pembuatan larutan ekstrak dan pengencerannya
Ditimbang daun imba

Diperoleh daun imba sebanyak


0,2006 gram.
Daun imba yang telah ditimbang
dipotong-potong sampai halus
atau kecil.

Daun imba merupakan helaian


anak

daun

berwarna

coklat

kehijauan, bentuk bundar telur


memanjang

tidak

setangkup

sampai serupa bentuk sabit agak


melengkung, panjang helaian
daun 5cm, lebar 3cm sampai
4cm. Ujung daun meruncing,

pangkal daun miring, tepi daun


bergerigi kasar. Tulang daun
menyirip, tulang cabang utama
umumnya hampir sejajar satu
dengan lainnya
Daun

imba

dimasukkan

ke

dalam beaker glass yang berisi


45 mL air minum , dipanaskan
diatas

waterbath

selama

60

menit.
Ekstrak daun imba dibiarkan
sampai dingin.

Diperoleh ekstrak daun imba


berwarna coklat (++) dalam
keadaan dingin.
Setelah dingin, ekstrak daun
imba

disaring

diatas

kertas

saring yang sebelumnya telah


dibasahi dengan air minum.

Pada bagian atas berupa residu


(padat) daun imba, residu ini
dibuang.

Sedangkan

pada

bagian bawah berupa filtrat


(cair) , filtrat ini ditampung
untuk digunakan pada tahap
selanjutnya.
Filtrat yang diperoleh ditampung
ke dalam gelas ukur.

Filtat yang diperoleh sebanyak


30 mL, berwarna coklat (+)
Filtrat dimasukkan ke dalam
labu

ukur

50

mL,

lalu

ditambahkan air minum sampai


50 mL.

Diperoleh larutan daun imba


berwarna coklat (+) sebanyak
50 mL.

Diambil 1 mL dari larutan daun


imba

yang

telah

dilakukan

pengenceran lalu ditambahkan


100 mL air minum.
100 mL (ST) setara dengan 0,04
mg/mL.

Diperoleh larutan pengenceran


daun

imba

tidak

berwarna

sebanyak 100 mL.


Dibuat suatu seri pengenceran
dalam 9 tabung reaksi yang
berbeda-beda.
Tabung 1-9 ditambahkan dengan
larutan daun imba yang telah
dilakukan pengenceran ke 2x
dan air minum sesuai dengan
serinya.

ST (mL)

Air minum

Tab 1 = 1

Tab 2 = 2

Tab 3 = 3

Tab 4 = 4

Tab 5 = 5

Tab 6 = 6

Tab 7 = 7

Tab 8 = 8

Tab 9 = 9

Tab 10 = 10

Menghasilkan

larutan

hasil

pengenceran daun imba tidak


berwarna.
3.

Pengujian derajat kepahitan

Untuk kinin HCl sensasi pahit didapatkan pada tabung nomor. 3


Untuk daun imba sensasi pahit didapatkan pada tabung nomor. 10
Data pengamatan kelompok 1 :
Nama simplisia

: Batang bratawali

Nama latin simplisia

: Tinospora cortex

Nama latin tumbuhan

: Tinospora crispa

Berat simplisia

: 0,2020 gram

Pengujian derajat kepahitan

: Kinin HCl tabung no. 3


Batang bratawali tabung no. 6

No. Tabung
Tingkat kepahitan
Kinin HCl
Tingkat kepahitan
sampel

10

10

Data pengamatan kelompok 2 :


Nama simplisia

: Biji pare

Nama latin simplisia

: Momordicae semen

Nama latin tumbuhan

: Momordicae charantia L

Berat simplisia

: 0,2098 gram

Pengujian derajat kepahitan

: Kinin HCl tabung no. 4


Biji pare tabung no. 4

No. Tabung
Tingkat kepahitan
Kinin HCl
Tingkat kepahitan
sampel

Data pengamatan kelompok 3 :


Nama simplisia

: Herba sambiloto

Nama latin simplisia

: Andrographis herba

Nama latin tumbuhan

: Andrographis paniculata

Berat simplisia

: 0,2 gram

Pengujian derajat kepahitan

: Kinin HCl tabung no. 4


Herba sambiloto tabung no. 3

No. Tabung
Tingkat kepahitan
Kinin HCl
Tingkat kepahitan
sampel

10

Data pengamatan kelompok 5 :


Nama simplisia

: Buah pare

Nama latin simplisia

: Momordicae charantiae pericarpium

Nama latin tumbuhan

: Momordicae charantia L

Berat simplisia

: 200,4 mg

Pengujian derajat kepahitan

: Kinin HCl tabung no. 2


Buah pare tabung no. 3

No. Tabung
Tingkat kepahitan
Kinin HCl
Tingkat kepahitan
sampel

10

10

Data pengamatan kelompok 6 :


Nama simplisia

: Biji mahoni

Nama latin simplisia

: Swietenia semen

Nama latin tumbuhan

: Swietenia macrophylla

Berat simplisia

: 0,2050 gram

Pengujian derajat kepahitan

: Kinin HCl tabung no. 4


Biji mahoni tabung no. 1

No. Tabung
Tingkat kepahitan
Kinin HCl

Tingkat kepahitan

sampel
PERHITUNGAN

Tablet yang digunakan yaitu kinin sulfat, setiap tablet mengandung 300 mg
kinin sulfat.
Massa kinin sulfat

BM kinin sulfat
BM kinin HCl

746,92
396,9

x 0,1 gram

x 0,1 gr

= 0,1882 gram = 188,2 mg kinin sulfat


0,1 gram Kinin HCl =

188,2
300 x 374,16 = 234,76 mg kinin sulfat

Jadi, 0,1 gram Kinin HCl sama dengan 234,76 mg kinin sulfat

Nilai kepahitan =

2000 x c
axb

mg

a = Konsentrasi larutan stok (ST) ( mL


b = Volume ST (mL) pada tabung dengan konsentrasi ambang pahit
c = Jumlah Kinin HCl (mg) pada tabung dengan konsentrasi ambang pahit
Kelompok 1 :
Nilai kepahitan batang bratawali =

2000 x 0,046
0,04 x 6

= 383,333 unit/gram
Kelompok 2 :
Nilai kepahitan biji pare

2000 x 0,048
0,04 x 4

= 600 unit/gram
Kelompok 3 :
Nilai kepahitan batang bratawali =

2000 x 0,048
0,04 x 3

= 800 unit/gram
Kelompok 4 :
Nilai kepahitan batang bratawali =

2000 x 0,046
0,04 x 10

= 230 unit/gram
Kelompok 5 :
Nilai kepahitan batang bratawali =

2000 x 0,044
0,04 x 3

= 733,333 unit/gram
Kelompok 6 :
Nilai kepahitan batang bratawali =

2000 x 0,048
0,04 x 1

= 2400 unit/gram
V.

PEMBAHASAN
Beberapa simplisia dan ekstrak simplisia memiliki karakteristik rasa pahit
seperti kinin, simplisia dengan derajat kepahitan yang tinggi banyak
digunakan sebagai bahan jamu. Rasa pahit itu sendiri kemungkinan besar
berkontribusi terhadap aktivitas farmakologis yang diinginkan, dapat
mengatasi berbagai permasalahan kesehatan untuk membantu merangsang
sekresi saluran pencernaan, sehingga bermanfaat sebagai tonik karena
berperan sebagai penambah nafsu makan.(Harborne.1996)
Dalam pengukuran 1 unit pahit internasional didefinisikan sebagai rasa
pahit larutan kinin HCL yang diencerkan 1:2000. Dapat juga dinyatakan
bahwa unit pahit setara dengan 1 mg kinin HCL/ 2ml atau 1g/ml kini HCL
setara dengan 2000 unit pahit. Kinin HCl dijadikan sbg standar indeks

kepahitan karena senyawa pahit dari kinin HCl dapat terdeteksi dalam
ambang yang sangat rendah.(Harborne.1996)
Indeks derajat kepahitan di uji pada bagian tengah dari permukaan atas
lidah. Kaitan antara indeks kepahitan dengan mutu dari suatu simplisia
adalah semakin tinggi indeks kepahitan maka semakin tinggi kualitas suatu
simplisia. Secara fitokimia, struktur kimia zat pahit sangat bervariasi, antara
lain

senyawa

seskuiterpen

absthintin

(Artemisia absinthium Vault )

glikosida seko-iridoid amarogentin dari akar gentian (Gentiana luteaL),


alkaloid kuinin dari kulit batang kina (Cinchona ledgeriana Moens), dan
flavonoid jeruk (naringin dan neohesperidin). Akan tetapi tidak semua
herba yang berasa pahit memiliki efek meningkatkan nafsu makan atau
memperbaiki fungsi pencernaan,tetapi banyak juga senyawa pahit yang
bersifat toksis seperti seperti strychnin dari Strychnos nux vomica L.
(Harborne.1996)
Daun imba (Azadirachtae folium) dengan nama latin Azadirachta indica
A. Juss merupakan tumbuhan yang umum ditanam sebagai tanaman
peneduh. Bangsa Indonesia telah menggunakan bahan alam dengan
memanfaatkan aneka tumbuhan, untuk menjaga kesehatan maupun
pengobatan. Daun dan biji mimba diketahui mengandung Azadirachtin.
(Anonim,2007)
Daun imba adalah daun-daun yang tergolong dalam tanaman perdu atau
terna yang pertama kali ditemukan didaerah Hindustani, di Madhya
Pradesh, India. Mimba datang atau tersebar ke Indonesia diperkirakan sejak
tahun 1.500 dengan daerah penanaman utama adalah di Pulau Jawa.
(Anonim,2007)
Tumbuh di daerah tropis, pada dataran rendah. Tanaman ini tumbuh di
daerah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Madura pada ketinggian sampai dengan
300 m dpl, tumbuh di tempat kering berkala, sering ditemukan di tepi jalan
atau di hutan terang. .(Anonim,2007)
Daun imba memilik nama daerah yang beragam,diantaranya :

Nama

daerah:

Imba,

Mimba

(Jawa),Membha,

Mempheuh

(Madura),Intaran, Mimba (Bali)


Nama asing: Neem Tree (inggris),Neem (piliphina), yin du ku lian (cina).
Klasifikasi daun imba :
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Rosidae

Ordo

: Sapindales

Genus

: Azadirachta

Spesies

: Azadirachta indica A.Juss

.(Anonim,2007)
Pemerian. Bau lemah; rasa pahit
Makroskopik. Helaian anak daun berwarna coklat kehijauan,
bentuk bundar telur memanjang tidak setangkup sampai serupa bentuk
sabit agak melengkung, panjang helaian daun 5cm, lebar 3cm sampai
4cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun miring, tepi daun bergerigi
kasar. Tulang daun menyirip, tulang cabang utama umumnya hampir
sejajar satu dengan lainnya. (Depkes RI,1989)
Mikroskopik. Pada penampang melintang melalui tulang daun
tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel. Epidermis bawah

terdiri dari satu lapis sel, rambut penutup, terdiri dari satu sel panjang
agak menggelombang, dinding tipis, ujung runcing. Mesofil meliputi
jaringan palisade terdiri dari dua lapis sel silindrik ramping. Didalam
sel palisade terdapat hablur kalsium oksalat bentuk roset. Kadangkadang di dalam satu sel terdapat beberapa hablur : jaringan bunga
karang terdiri dari beberapa sel berbentuk hampir bulat, rongga udara
besar : di dalam jaringan bunga karang terdapat ruang sekresi dan
hablur kalsium oksalat bentuk roset. Berkas pembuluh tipe bikoloteral
di kelilingi serabut pada parenkim berkas pembuluh terdapat sel berisi
hablur kalsium oksalat bentuk roset dan kadang kadang berbentuk
prisma. Pada sayatan paradermal tanpak sel epidermis atas dan sel
epidermis bawah berbentuk poligonal dengan dinding antil linal lurus :
stomata tipe anomositik hanyak terdapat pada epidermis bawah.
(Depkes RI,1989)
Serbuk berwarna hijau. Fragmen pengenal adalah rambut penutup
bersel tunggal, fragmen epidermis atas : fragmen epidermis bawah
dengan stomata tipe anomositik, hablur kalsium oksalat berbentuk
roset lepas atau dalam jaringan mesofil : fragmen berkas pembuluh :
hablur kalsium oksalat berbentuk roset dan ruang sekret : rambut
penutup terdiri dari atas satu sel sedikit bergelombang ujung runcing,
dinding tipis : berkas pembuluh dengan pembuluh kayu penebalan
tangga : fragmen palisade dengan hablur kalsium oksalat berbentuk
roset berderet-deret. (Depkes RI,1989)
Daun imba mengandung senyawa-senyawa diantaranya adalah sitosterol,

hyperoside,

nimbolide,

quercetin,

quercitrin,

rutin,

azadirachtin, dan nimbine. Beberapa diantaranya diungkapkan


memiliki aktivitas antikanker . Daun mimba mengandung nimbin,
nimbine, 6-desacetylbimbine, nimbolide dan quercetin . (Depkes
RI,1989)
Tanaman imba mempunyai beberapa kegunaan. Di India tanaman
ini disebut the village pharmacy, dimana mimba digunakan untuk

penyembuhan penyakit kulit, antiinflamasi, demam, antibakteri,


antidiabees, penyakit kardiovaskular, dan insektisida. Daun imba juga
di gunakan sebagai repelan, obat penyakit kulit, hipertensi, diabetes,
anthelmintika, ulkus peptik, dan antifungsi. Selain itu bersifat
antibakteri dan antiviral. (Depkes RI,1989)
Seduhan kulit batangnya digunakan sebagai obat malaria.
Penggunaan kulit batangnya yang pahit dianjurkan sebagai tonikum.
Kulit batang yang ditoreh pada waktu tertentu setiap tahun
menghasilkan cairan dalam jumlah besar. Cairan ini diminum sebagai
obat penyakit lambung di India. Daunnya yang sangat pahit, di Madura
digunakan sebagai makanan ternak. Rebusannya di minum sebagai
obat pembangkit selera dan obat malaria.(Anonim,2007)
Tanaman imba dapat dipergunakan sebagai insektisida nabati
dengan menggunakan campuran bahan lain seperti: serai wangi,
lengkuas, gadung, sabun dan alkohol. Bagian tanaman yang digunakan
adalah biji dan daun. (Anonim,2007)
Daun

digunakan

untuk

penambah

nafsu

makan,untuk

menanggulangi disentri, borok, malaria, anti bakteri. Minyak untuk


mengatasi eksim, kepala yang kotor, kudis, cacing, menghambat
perkembangan dan pertumbuhan kuman. Kulit batang digunakan untuk
mengatasi nyeri lambung, penguat, penurun demam. Buah dan getah
digunakan sebagai penguat.
Tanaman ini mempunyai potensi yang tinggi sebagai insektisida
botanik. Karena bersifat toksid terhadap beberapa jenis hama dari ordo
Orthoptera,

Homoptera,

Coleoptera,

Lepidoptera,

Diptera

dan

Heteroptera. (Anonim,2007)
Pemanfaatan kandungan tanaman mimba juga digunakan sebagai
pengendali hama pada tanaman. Selain itu ekstrak daun mimba lebih
aman dan efisien digunakan karena mudah diperoleh, tidak toksid
terhadap manusia dan jasad bukan sasaran serta mudah terurai
sehingga aman bagi lingkungan. Pemakaian obat tradisional yang

berasal dari tumbuhan selain murah dan mudah didapat, juga memiliki
efek samping yang lebih rendah dibandingkan obat-obatan kimia.
Tubuh manusia pun relatif lebih mudah menerima obat dari bahantumbuh-tumbuhan dibandingkan dengan obat kimiawi . (Trevor,2000)
Tak hanya dimanfaatkan sebagai pengendalian hama tanaman
namun daun mimba juga banyak digunakan sebagai obat herbal.
Karena tanaman ini khususnya bagian daun mempunyai banyak
manfaat yaitu sebagai anti disentri, anti malaria, insektisida, dan
fungisida. Daun Mimba mempunyai kandungan kimia antara lain :
Azadirachtin, paraisin, alkaloid dan komponen-komponen minyak
atsiri yang mengandung senyawa sulfide tak hanya itu dari beberapa
penelitian daun simimba juga di teliti untuk menurunkan kadar
glukosa darah pada mencit jatan, yang bertujuan untuk mengobati
penyakit diabetes. Memanfaatkan daun simimba dari kandungannya
juga dapat digunakan sebagai obat untuk menyehatkan kulit kita, Anti
Bakteri dan sebagai pegal linu.(Anonim,2007)
Pada praktikum ini, dilakukan percobaan penetapan derajat
kepahitan dari suatu simplisia dengan merasakan pahit sejumlah
tertentu larutan uji dengan indra pengecap. Prinsipnya adalah
penentuan derajat kepahitan dengan indera pengecap dari suatu
simplisia yang dibandingkan dengan zat lain misalnya kinin
hidroklorida. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui derajat
kepahitan simplisia uji terhadap derajat kepahitan kinin HCl. Simplisia
yang digunakan yaitu daun imba (Azadirachtae folium) sebagai
sampelnya,daun imba memiliki kandungan alkaloid dan flavonid
menyebabkan rasa pahit.
Proses pertama yang dilakukan adalah adalah menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan dalam keadaan bersih,dengan membilas
alat menggunakan air minum dan untuk pelarut juga digunakan air
minum karena praktikum ini langsung berhubungan dengan indera
pengecap . Setelah itu dibuat larutan stok kinin dan pengencerannya.

Standar kepahitan dari kinin hidrokloridanya yaitu 1g/2000 ml. Pada


praktikum ini tidak digunakan kinin hidroklorida murni, namun
digunakan kinin hidroklorida berupa tablet sehingga kemurniannya
berkurang karena ada zat tambahan pada tablet dan akhirnya
konsentrasi yang dibuat untuk larutan stok kinin hidroklorida adalah
0,04 mg/ml yang seharusnya 1 mg/ml.
Kinin HCl dijadikan sebagai standar indeks kepahitan karena
senyawa pahit dari kinin HCl dapat terdeteksi dalam ambang yang
sangat rendah sekalipun. Pembuatan larutan ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kepahitan dari kinin HCl. Kinin HCl digunakan
karena penetapan kepahitan secara internasional menggunakan kinin
HCl. Larutan kinin HCl pun dibuat dengan berbagai konsentrasi, mulai
dari konsentrasi yang rendah hingga ke konsentrasi yang tinggi. Hal ini
bertujuan agar pahit yang dirasakan berbeda-beda sehingga akan
diperoleh angka untuk menentukan derajat kepahitan.(Sultoni,1995)
Kinin hidroklorida berasal dari kina yang merupakan tanaman obat
berupa pohon yang berasal dari Amerika Selatan yang ditanam pada
ketinggian 900-3.000 m dpl (Sultoni, 1995).
Klasifikasi dari Kina yaitu :
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae


Kelas

: Monocotyledonae

Keluarga : Rubiaceae
Genus

: Chinchona

Spesies

: Chinchona spp.

Simplisia : Chinchona cortex


(Sultoni,1995)
Tanaman berupa pohon dengan tinggi hingga 17m, cabang
berbentuk galah yang bersegi 4 pada ujungnya, mula-mula berbulu
padat dan pendek kemudian agak gundul dan berwarna merah. Daun
letaknya berhadapan dan berbentuk elips, lama kelamaan menjadi

lancip atau bundar, warna hijau sampai kuning kehijauan, daun gugur
berwarna merah. Tulang daun terdiri dari 11 12 pasang, agak
menjangat, berbentuk galah, daun penumpu sebagian berwarna merah,
sangat lebar. Ukuran daun panjang 24 25cm, lebar 17 19cm.
Kelopak bunga berbentuk tabung, bundar, bentuk gasing, bergigi lebar
bentuk segitiga, lancip. Bunga wangi, bentuk bulat telur sampai
gelendong. (Sultoni,1995)
Kulit kina banyak mengandung alkaloid-alkaloid yang berguna
untuk obat. Di antara alkaloid tersebut ada dua alkaloid yang sangat
penting yaitu kinine untuk penyakit malaria dan kinidine untuk
penyakit jantung. Manfaat lain dari kulit kina ini antara lain adalah
untuk depuratif, influenza, disentri, diare, dan tonik (Sultoni, 1995).
Kemudian dilakukan pembuatan larutan ekstrak daun imba dan
pengencerannya. Dibuat ekstrak dari daun imba dengan memanaskan
0,2 g simplisia dalam 45 ml air minum selama 60 menit, hal tersebut
dilakukan untuk melarutkan simplisia tersebut dan juga agar
kandungan

flavonoid

dan

alkaloid

dalam

daun

imba

yang

menimbulkan rasa pahit ini dapat terurai melalui suhu yang tinggi
Setelah itu larutan dibiarkan dingin dan disaring

untuk

memisahkan bahan yang tidak larut dan menghasilkan ekstrak yang


lebih murni,lalu dibuatlah larutan stok dan seri pengenceran dengan
konsentrasi berbeda-beda sesuai prosedur agar rasa pahit yang
diperoleh berbeda-beda pula sesuai volume ekstrak yang ditambahkan.
Lalu proses selanjutnya adalah pengujian derajat kepahitan dengan
indera pengecap,diuji dengan larutan stok kinin HCl terlebih dahulu
karena merupakan larutan pembanding sebelum mencicipi larutan uji.
Dibilas mulut dengan air minum,digunakan air minum bukan aquadest
karena aquadest sudah melalui penyulingan dan kandungan mineralnya
rendah sehingga indera pengecap akan kebal dan tidak bisa merasakan
sensasi pahit dari simplisia. Lalu dicicipi 10 ml dari larutan stok kinin
HCl dari konsentrasi yang paling rendah, dengan cara dimasukkan

larutan tersebut ke dalam mulut lalu digerakkan disekitar pangkal lidah


selama 30 detik, karena disitulah reseptor rasa pahit berada.
Dari pengujian tersebut didapatkan hasil bahwa derajat kepahitan
kinin sudah terasa pada konsentrasi ke 3 (0,046) .Hal tersebut
menunjukkan bahwa kinin memiliki derajat kepahitan yang sangat
tinggi karena pada konsentrasi rendah pun sudah terasa pahit apalagi
konsentrasi yang selanjutnya, sensasi rasa pahit akan sangat terasa.
Kemudian

hasil

tersebut

dibandingkan

dengan

kelompok

lain,diperoleh derajat kepahitan kinin yang sudah terasa pada


kelompok 1 adalah pada konsentrasi ke 3 (0,046), kelompok 2 pada
konsentrasi ke 4 (0,044), kelompok 4 pada konsentrasi ke 4 (0,048),
kelompok 5 pada konsentrasi ke 2 (0,044) dan kelompok 6 adalah pada
konsentrasi ke 4 (0,048).Hasil tersebut menunjukkan bahwa ambang
batas pahit akan berbeda-beda pada tiap orang,karena rasa pahit yang
timbul dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu faktor internall
dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor dari orang yang
mencicipi,salah satunya jika orang tersebut tidak suka atau jarang
mengkonsumsi bahan makanan yang berasa pahit, maka reseptor rasa
pahitnya akan sensitif terhadap rasa pahit,lalu jika orang tersebut suka
merokok,sedang sakit,atau setelah memakan makanan yang berbumbu
kuat.( Teyler,1988).
Namun jika orang tersebut sudah sering mengkonsumsi bahan
makanan yang berasa pahit, maka reseptor pahit tersebut bergeser
kesensitifan pahitnya, sehingga akan terjadi pergeseran pada ambang
batas pahitnya atau karena anatomi lidah orang yang mencicipinya
rusak jadi rasa yang dirasakan tidak dihantarkan ke pusat otak untuk
diproses sehingga rasanya tidak dapat dirasakan.Sedangkan faktor
eksternal yaitu mungkin karena pengenceran yang dilakukan terlalu
encer sehingga kinin yang terdaoat didalam larutab tersebut sangan
sedikit,faktor lain adalah karena pada praktikum ini tidak digunakan

kinin HCl murni sehingga terdapat senyawa tambahan didalamnya


menyebabkan derajat kepahitan kinin akan berkurang.(Teyler,1988)
Kemudian yang selanjutnya adalah pengujian derajat kepahitan
pada larutan uji simplisia yaitu daun imba (Azadirachta indica).
Dibilas mulut dengan air minum,lalu dicicipi 10 ml dari larutan uji
daun imba ( Azadirachta indica) dari konsentrasi pada tabung 5
terlebih dahulu untuk menghemat waktu,dengan menggerakkan larutan
disekitar pangkal lidah selama 30 detik.
Dari pengujian tersebut didapatkan hasil derajat kepahitan larutan
uji daun imba (Azadirachta indica) pada konsentrasi di tabung 5 belum
terasa sensasi pahitnya,dilakukan pada tabung ke 6 pun belum terasa
sehingga mulai terasa pada konsentrasi di tabung 10.Hal tersebut
menunjukkan bahwa daun imba (Azadirachta indica) memiliki
senyawa -sitosterol, hyperoside, nimbolide,dll sehingga menghasilkan
sensasi pahit walaupun pada konsentrasi yang sangat kecil. Diperoleh
nilai kepahitan pada daun imba (Azadirachta indica) adalah 230
unit/g.Hasil tersebut menunjukkan derajat kepahitan pada daun imba
(Azadirachta indica) sangat kecil bila dibandingkan dengan larutan
kinin hcl yaitu 1 gram kinin HCl dlm 2000 mL air.(Harborne,1996)
Sensasi pahit yang dihasilkan pada larutan uji daun imba
(Azadirachta indica) adalah pada tabung ke 10,sedangkan sensasi pahit
yang dihasilkan pada larutan kinin sebagai pembandung adalah pada
tabung ke 3.Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa pahit yang ada
didalam kinin lebih besar dibandingkan pada daun imba (Azadirachta
indica).
Kemudian derajat kepahitan simplisia dibandingkan dengan
kelompok lain.Derajat kepahitan daun imba (Azadirachta indica)
dibandingkan dengan simplisia lainnya yaitu batang bratawali
(Tinospora

crispa),biji

pare,herba

sambiloto

(Andrographis

paniculata),buah pare (Momordicae charantia L), dan biji mahoni


(Swietenia macrophylla) menghasilkan hasil yang berbeda-beda.Nilai

kepahitan pada batang bratawali adalah 383,333 unit/g,pada biji pare


adalah 600 unit/g,pada herba sambiloto adalah 1200 unit/g,pada buah
pare adalah 733,33 unit/g dan pada biji mahoni adalah 2400
unit/g.Ternyata indeks kepahitan tertinggi pada percobaan ini ada pada
biji mahoni (swietenia macrophylla)

yang sudah terasa sensasi

pahitnya pada tabung ke-1.Hal tersebut menunjukkan bahwa biji


mahoni (swietenia macrophylla) mengandung senyawa yang memliki
rasa pahit sangat tinggi sehingga cocok digunakan untuk bahan obat
sebagai terapeutik terutama untuk penambah nafsu makan. Sedangkan
derajat kepahitan paling rendah pada percobaan ini terdapat pada daun
imba (Azadirachta indica) karena sensasi pahitnya terasa pada tabung
ke 10 dan nilai kepahitannya pun sangat rendah yaitu 230 unit/g.
(Harborne,1996).
Nilai kepahitan berperan dalam penentuan takaran atau kadar
simplisia yang harus digunakan agar memiliki efek terapeutik dan juga
untuk mengetahui nilai kepahitan, kita dapat memprediksi, dengan
sediaan yang bagaimana simplisia tersebut tidak terlalu dirasakan pahit
oleh konsumen sehingga konsumen mau untuk mengkonsumsi obat
tersebut.Nilai kepahitan ini berhubungan erat dengan sekresi asam
lambung yang dihasilkan. Setiap simplisia memiliki nilai kepahitan
yang berbeda-beda. Untuk mengurangi banyaknya faktor yang
mempengaruhi perbedaan tersebut, maka simplisia yang akan diuji
derajat kepahitannya harus dirasakan atau dilakukan pengujian dalam
waktu yang sama dan dengan orang yang sama.(Harborne,1996)

VI.

KESIMPULAN

Penetapan derajat kepahitan dapat dilakukan dengan cara membandingkan


nilai ambang pahit daun imba (Azadiracthae indica) dengan larutan kinin
HCL sebagai larutan standar

Derajat kepahitan diperoleh dari hasil aktivitas pahit simplisia daun imba
sebanyak 230 unit/gram

VII.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2007, Serial Tanaman Obat Mimba, Badan Pengawas
Obat dan Makanan Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional,
Kosmetik dan Produk Komplemen direktorat Obat Asli Indonesia
2.

Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.

3. Harborne, J.B,1996. Metode Fitokimia, Edisi 2. Bandung: ITB


Press
4. Sultoni, A. 1995. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Kina. Asosiasi
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia. Pusat
Penelitian Teh dan Kina Gambung. Jakarta, Februari 2000
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan,
BAPPENAS Editor : Kemal Prihatman.
5. Teyler.V.E.et.al.1988.Pharmacognosy.9th Edition. 187 188.
Phiadelphia : Lea & Febiger
6. Trevor Robinson. 2000. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi.
Penerbit ITB. Bandung.

You might also like