You are on page 1of 9

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI

PEMODELAN SPEKTROSKOPI UV

Oleh :
INAS CINTYA PAMURTYA
12/331230/PA/14516
Jumat, 24 April 2015
Asisten Pembimbing : Niko Prasetyo

LABORATORIUM KIMIA KOMPUTASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015

PEMODELAN SPEKTROSKOPI UV
(PERCOBAAN V)
I.

Tujuan
Analisis spektra UV senyawa dengan metode semiempiris

II.

Dasar Teori
II.1

Spektroskopi UV-Vis
Spektroskopi UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang menggunakan

sumber radiasi elektromegnetik ultraviolet dan sinar tampak dengan menggunakan


instrument spektrofotometer. Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan
sinar tampak untuk ultra violet dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya
eksitasi molekul dari tingkat energi dasar (ground state) ketingkat energi yang paling
tinggi (excited stated). Pengabsorbsian sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu
molekul umumnya menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang absorbsi
maksimum dapat dikolerasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul.
(Hendayana. 1994)
Prinsip kerja alat spektrofotometer uv-vis yaitu sinar dan sumber radiasi
diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari monokromator diarahkan terpisah melalui
sampel dengan sebuah cermin berotasi. Detektor menerima cahaya dari sampel secara
bergantian dan berulang. Sinyal dari detektor diubah dalam bentuk listrik sehingga dapat
ditampilkan hasilnya. Spektroskopi ini digunakan untuk cairan berwarna sehingga sampel
yang akan diidentifikasi harus diubah dalam bentuk senyawa kompleks. Rentang sinar
spektrofotometer uv-vis terjadi pada panjang gelombang 292-651 nm pada daerah uv dan
visible. Berdasarkan persamaan lambert-beer diperoleh :
A=axbxc
A : absorbansi ; a : absorptivitas molar ; b : tebal sel ; c : konsentrasi
(Sastrohamidjojo, 1985)
Spektra UV/Vis pada umumnya muncul dari adanya transisi elektronik antar
orbital molekul dalam molekul itu sendiri, atau dari suatu atom ke atom lain dalam hal
senyawa kompleks. Beberapa jenis transisi yang umum terdeteksi pada spektroskopi

UV/Vis adalah n*, * , *, n* dan dd. Besarnya perbedaan antar tingkat


energi pada orbital yang terlibat dalam transisi menentukan panjang gelombang,
frekuensi dan bilangan yang diabsorb oleh molekul tersebut. Frekuensi atau bilangan
gelombang yang diabsorb dapat dihitung dengan persamaan
:

Ef Ei
hc

Di mana Ef adalah tingkat energi orbital yang dituju yang biasanya merupakan LUMO,
Ei adalah tingkat energi orbital asal yang bisa berupa HOMO maupun SOMO, sementara
h dan c berturut-turut adalah konstanta Planck dan kecepatan cahaya di ruang hampa.
Berdasarkan persamaan di atas terlihat jelas bahwa akan ada hubungan antar struktur
molekul dengan bilangan gelombang maksimal yang diserap oleh molekul. Hubungan
antara struktur molekul dengan bilangan gelombang yang diserapnya dinyatakan dalam
aturan Woodward-Fieser. (Rouessac, 2007)
II.2

Dibenzalaseton
Dibenzalaseton merupakan padatan berbentuk serbuk berwarna kuning, dan

memiliki titik lebur berkisar 111 - 113oC. Nama IUPAC dari dibezalaseton adalah 1,5difenil-3-pentadienon dengan rumus molekul C17H14O. Dibenzalaseton tidak larut
dalam air tetapi larut dalam etanol.
Dibezalaseton dapat dibuat dengan menggunakan benzaldehida dengan aseton.
Gugus karbonil yang reaktif akan bereaksi dengan ion aseton yang telah mengalami
deprotonasi akibat adanya basa. Anion ini akan menyerang dibenzalaseton dan akan
membentuk -hidroksi keton. Selanjutnya basa yang digunakan berlebih akan
mendehidrasi air dari molekul keton sehingga dapat dihasilkan mono atau dibenzal
aseton. (Vanchinathan, 2011)
Dibenzalaseton adalah suatu senyawa yang disintesis dari dua molekul
benzaldehida dan satu molekul aseton. Senyawa ini berwarna kuning berwujud padatan
kristal dengan struktur berbentuk jarum.
Struktur dasar dibenzalaseton adalah sebagai berikut

Dengan R = H, max molekul DBA murni tergantung konfigurasi molekul apakah (E,E) ;
(E,Z) ; atau (Z,Z). Di mana (E,E) adalah pada sekitar 330 nm, (E,Z) pada 295 nm dan
(Z,Z) pada 287 nm. (Sudha, 2012).

III.

Hasil dan Pembahasan


III.1

Hasil Percobaan
Gugus (R)
-H
-OH
-OCH3
-NO2
-COOH
-NH2
-COOCH3

III.2

maksimum
365.86
367.39
369.39
384.97
356.90
374.91
356.30

Pembahasan
Percobaan pemodelan spektroskopi UV bertujuan untuk analisis spektra UV

senyawa dengan metode semiempiris. Metode semiempiris merupakan penyederhanaan


perhitungan dari ab initio. Pengoptimasian metode semiempiris dengan menggunakan
metode ZINDO karena dapat memprediksi keadaan transisi elektronik dalam daerah
spektra UV-Vis.
Parameterisasi dari metode semi empiris bersumber dari data eksperimen
sehingga harus dilakukan pemilihan metode semi empiris dengan memperhatikan
golongan senyawa yang akan dianalisis.
Pengukuran absorbansi atau transmitansi dalam spektroskopi sinar tampak dan
daerah ultraviolet (UV-Vis) digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif spesies
kimia. Absorbansi spesies berlangsung dalam 2 tahap ,yaitu pertama M+hv=M*,
merupakan eksitasi spesies akibat absorbsi foton (hv) dengan waktu hidup terbatas.

Tahap kedua adalah relaksasi dengan berubahnya M* menjadi spesies baru dengan reaksi
fotokimia. Absorbsi dalam daerah UV-Vis menyebabkan eksitasi elektron ikatan. Puncak
absorbs ( maksimum) dapat dihubungkan dengan jenis ikatan-ikatan yang ada dalam
spesies. Spektroskopi absorbsi berguna untuk mengkarakterisasikan gugus fungsi dalam
suatu molekul dan untuk analisis kuantitatif.
Absorpsi UV-Vis dapat mengakibatkan terjadinya transisi elektronik, yaitu
promosi elektron elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital
keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Transisi ini memerlukan 40-300 kkal/mol.
Pada senyawa dibenzalaseton ini ternyata hanya membutuhkan energi rendah
untuk mempromosikan sebuah elektron . Hal ini dikarenakan terdapat selisih yang
sangat sedikit antara HOMO (orbital molekul terhuni tertinggi) dan LUMO (orbital
molekul terhuni terendah), sehingga hampir semua elektron dapat tereksitasi ke tingkat
HOMO.
Spesies yang mengabsorbsi dapat melakukan transisi yang meliputi elektron phi, sigma, n
elektron, elektron-elektron d dan f dan transfer muatan elektron.
Transisi yang meliputi elektron phi, sigma dan n elektron
Jenis transisi ini terjadi pada molekul organik dan sebagian kecil pada anion
molekul anorganik. Molekul tersebut mengabsorbsi radiasi elektromagnetik karena
adanya elektron valensi yang akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron
dari molekul organic yang mengabsorbsi meliputi elektron yang digunakan pada ikatanikatan antar atom dan elektron non bonding atau elektron yang tidak berpasangan yang
pada umumnya terlokalisasi. Transisi elektronik pada tingkat-tingkat energi terjadi
dengan mengabsorpsi radiasi sehingga menyebabkan terjadi transisi sigma-sigma
bintang, n-sigma bintang, n-phi bintang, dan phi-phi bintang, dimana sigma bintang dan
phi bintang adalah orbital atom anti ikatan sedangkan n merupakan orbital tidak berikatan
yang mempunyai energy diantara orbital ikat dan anti ikatan. Jadi, transisi sigma menjadi
sigma bintang electron pada orbital ikat sigma tereksitasi ke orbital anti ikat,dengan
mengabsorbsi radiasi.
Transisi n-phi bintang seperti juga phi-phi bintang mencakup sebagian besar
senyawa organik. Energi yang diperlukan untuk transisi menghasilkan absorpsi
maksimum dalam daerah 200-700 nm.Dengan adanya orbital phi,berarti terdapat gugus
fungsi tidak jenuh. Dengan bertambahnya kepolaran pelarut, pada transisi phi-phi
bintang, bentuk puncak bergeser ke panjang gelombang yang lebih pendek (pergeseran

biru atau hipsokromik), sedangkan pada transisi phi-phi bintang bergeser ke panjang
gelombang yang lebih panjang (pergeseran merah atau batokromik).
Pergeseran biru disebabkan bertambahnya solvasi pasangan electron sehingga
berakibat energinya turun. Pergeseran merah terjadi akibat bertambahnya kepolaran
pelarut. Pergeseran ini disebabkan gaya polarisasi antara pelarut dan spesies,berakibat
turunnya selisih tingkat energi eksitasi dan tingkat tidak tereksitasi.
Pada hasil percobaan dapat diperoleh identifikasi gugus fungsi dalam analisis
spectra. Spektrum UV dari hidrokarbon aromatik dicirikan dengan 3 bentuk perangkat
ikatan yang berasal dari transisi phi-phi bintang. Suatu auksokrom adalah gugus fungsi
yang mengabsorbsi pada daerah UV tetapi menyebabkan pergeseran puncak kromofor ke
panjang gelombang yang lebih panjang. Berdasarkan data yang telah diperoleh dengan
perhitungan kimia komputasi maksimum menunjukkan peningkatan seiring dengan
sifat kepolaran substituent. (E,E) dibenzalaseton merupakan merupakan salah satu
senyawa yang diketahui memiliki serapan pada rentang panjang gelombang UV. Serapan
muncul dari transisi elekronik * pada ikatan terkonjugasi dalam molekul.
Adapun struktur dari dibenzalaseton adalah

Pada percobaan ini digunakan 7 variasi gugus (R) dalam struktur dibenzalaseton,
yaitu H, -OH, -OCH3, -NO2, -COOH, -NH2, dan COOCH3. Dari hasil percobaan
diperoleh bahwa pada gugus NO2 yang menghasilkan maksimum terbesar yaitu
sebesar 384.97. Sedangkan pada gugus COOCH3 memiliki maksimum terendah yaitu
356.30. Secara kualitatif bahwa makin besar kemampuan gugus R sebagai penarik
elektron (elektron withdrawing/EW), maka makin kecil panjang gelombangnya. Hal ini
bisa dijelaskan karena gugus EW akan menahan dan menarik elektron yang akan
bertransisi. Hal ini akan mengakibatkan besarnya perbedaan antara HOMO (atau SOMO)
dengan LUMO akan semakin besar. Sehingga makin besar perbedaan tingkat energinya,
maka akan makin kecil panjang gelombangnya.
Hal tersebut juga dapat dijelaskan dari persamaan
Ef Ei
:
hc

IV.

Kesimpulan
-

Analisis spektra UV dapat dilakukan dengan menggunakan metode ZINDO dari semi

empiris.
Pergeseran nilai maksimum dipengaruhi oleh substituen yang ada pada
dibezalaseton. Semakin besar senyawa/molekul yang dianalisis dengan spektroskopi
UV/VIS, maka pergeseran maksimum semakin besar.

V.

Daftar Pustaka
Hendayana, S., 1994, Kimia Analitik Instrumen, Semarang Press, Semarang.
Rouessac, F., Rouessac, A., 2007, CHEMICAL ANALYSIS: Modern Instrumentation
Methods and Technique 2nd Edition, John Wiley and Sons Inc., West Sussex.
Sastrohamidjojo, H, 1985, Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta.
Sudha, S., dkk., 2012, Spectroscopic (FTIR, FT-Raman, NMR and UV) and Molecular
Structure Investigations of 1,5-diphenylpenta-1,4-dien-3-one: A Combined
Experimental and Theoritical Studies, Journal of Molecular Structure, 1030, 191203.
Vanchinathan, dkk., 2011, Synthesis, Crystal Growth and Characterization of 1,5diphenylpenta-1,4-dien-3-one: An Organic Crystal, Phys.B., 406, 4195-4199.

VI.

Lampiran
1. Gugus H

2. Gugus OH

3. Gugus OCH3

4. Gugus NO2

5. Gugus COOH

6. Gugus NH2

7. Gugus -COOCH3

You might also like