Professional Documents
Culture Documents
Infeksi pada jaringan lunak perikoronal (opercula) yang bagian paling besar/ utama dari
jaringan lunak tersebut berada di atas/ menutupi mahkota gigi
Disebabkan oleh adanya mikroorganisme dan debris yang terperangkap diantara mahkota
gigi dan jaringan lunak di atasnya
Rasa sakit spontan (rasa sakit tekan memancar), tidak ada pengaruh suhu/ ransangan, menelan
sakit, bengkak sekitar gigi dan berwarna merah.
Pericoronitis Subakut
Tidak ada pembengkakan pipi, tidak ada trismus, untuk gerakan mengunyah sakit, ada pus dari
poket, operculum dan jaringan sekitarnya bengkak serta sakit, dan terkadang ada ulserasi (abses
perikoroner)
Pericoronitis Kronis
Bergaranulasi
Bengkak kecil pada pipi dan rahang. Bila palpasi terasa elastic dan seperti berpasir-pasir
(pseudofluktuasi).
Berosifikasi
Bengkak kecil pada pipi dan rahang. Bila dipalpasi terasa keras, bentuknya bulat.
c. Abses Periodontal
Inflamasi pada jaringan periodontal yang terlokalisasi dan mempunyai daerah yang purulen
Perkembangan abses terjadi ketika poket menjadi bagian dari sumber infeksi. Type dari infeksi ini
biasanya dimulai pada gingival crevice pada permukaan akar, sering sampai ke permukaan apeks.
Merupakan serangan yang tiba-tiba dan sakit yang teramat sangat.
Suatu proses periodontal dapat dihubungkan dengan gigi nonvital atau trauma. Abses periodontal
dapat meluas dari gigi penyebab melalui tulang alveolar ke gigi tengtangga, dan menyebabkan goyangnya
gigi tersebut.
Ada 2 macam :
a. Akut
Gejala :
Sekitar gingival membesar, berwarna merah, edema dan ada rasa sakit dengan sentuhan yang
lembut, permukaan gingival mengkilat.
Terjadi kegoyangan gigi
Gigi sensitive terhadap perkusi
Ada eksudat purulen
Wajah dan bibir terlihat membangkak
Adanya malaise, demam, dan pembengkakan limfonodi
b. Kronik, adanya asimtomatik.
Phlegmon
Selulitis akut, hebat, toksik, melibatkan secara bilateral, spasia submandibula, submental,
sublingual.
Terjadi karena gigi posterior rahang bawah dan fraktur mandibula
Gejalanya :
Pembengkakan keras
Sakit
Berwarna kemerahan
Lidah terangkat
Trismus
Hipersalivasi
PERAWATAN
1.
Prinsip utama dari perawatan infeksi odontogenik adalah melakukan pembedahan drainase dan
menghilangkan penyebab dari infeksi. Tujuan utamanya adalah menghilangkan pulpa nekrotik dan poket
periodontal yang dalam. Tujuan yang kedua adalah menghilangkan pus dan nekrotik debris.
Drainase adalah tindakan eksplorasi pada fascial space yang terlibat untuk mengeluarkan nanah
dari dalam jaringan, biasanya dengan menggunakan hemostat. untuk mempertahankan drainase dari pus
perlu dilakukan pemasangan drain, misalnya dengan rubber drain atau penrose drain, untuk mencegah
menutupnya luka insisi sebelum drainase pus tuntas
2
Pemilihan antibiotik harus dilakukan dengan hati-hati. Sering terjadi salah pemahaman bahwa
semua infeksi harus diberikan antibiotik, padahal tidak semua infeksi perlu diberikan antibiotik. Pada
beberapa situasi, antibiotik mungkin tidak banyak berguna dan justru bisa menimbulkan kontraindikasi.
Untuk menentukannya, ada 3 faktor yang perlu dipertimbangkan. Yang pertama adalah keseriusan infeksi
ketika pasien datan ke dokter gigi. Jika pasien datang dengan pembengkakan yang ringan, progress infeksi
yang cepat, atau difuse celulitis, antibiotik bisa ditambahkan dalam perawatan. Faktor yang kedua adalah
jika perawatan bedah bisa mencapai kondisi adekuat. Pada banyak situasi ekstraksi bisa menyebabkan
mempercepat penyembuhan infeksi.Pada keadaan lain, pencabutan mungkin saja tidak bisa dilakuakan.
Sehingga, terapi antibiotik sangat perlu dilakukan untuk mengontrol infeksi sehingga gigi bisa dicabut.
Pertimbangan yang ketiga adalah keadaan pertahanan tubuh pasien. Pasien yang muda dan dengan
kondisi sehat memiliki antibodi yang baik, sehingga penggunaan antibiotik bisa digunakan lebih sedikit. Di
sisi lain, pasien dengan penurunan pertahanan tubuh, seperti pasien dengan penyakit metablik atau yang
melakukan kemoterapi pada kanker, mungkin memerlukan antibiotik yang cukup besar walaupun infeksinya
kecil.
Penisilin masih menjadi drug of choice yang sensitif terhadap organisme Streptococcus (aerobik
dan anaerobik), namun sayangnya antibiotik jenis ini mengalami resistensi. Penisilin dibagi menjadi
penisilin alam dan semisintetik. Penisilin alam memiliki beberapa kelemahan antara lain tidak tahan asam
lambung, inaktivasi oleh penisilinase, spektrum sempit dan sering menimbulkan sensitivitasi pada penderita
yang tidak tahan terhadap penisilin. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat digunakan penisilin semisintetik
antara lain amfisilin (sprektrum luas, tidak dirusak asam lambung, tetapi dirusak oleh penisilinase) dan
kloksisilin (efektif terhadap abses, osteomielitis, tidak dirusak oleh asam lambung dan tahan terhadap
penisilinase).
Penggunaan penisilin di dalam klinik antara lain adalah ampisilin dan amoksisilin. Absorbsi ampisilin
oral seringkali tidak cukup memuaskan sehingga perlu peningkatan dosis. Absorbsi amoksisilin di saluran
cerna jauh lebih baik daripada ampisilin. Dengan dosis oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam
darah yang tingginya kira-kira 2 kali lebih tinggi daripada ampisilin, sedangkan masa paruh eleminasi kedua
obat ini hampir sama. Penyerapan ampisilin terhambat oleh adanya makanan di lambung, sedangkan
amoksisilin tidak. Namun, akhir-akhir ini penggunaan metronidazole sangat populer dalam perawatan
infeksi odontogen. Metronidazole tidak memiliki aktivitas dalam melawan bakteri aerob, tetapi efektif
terhadap bakteri anaerob
Indikasi penggunaan antibiotik :
1.
Pembengkakan yang berproges cepat
2.
Pembengkakan meluas
3.
Pertahanan tubuh yang baik
4.
Keterlibatan spasia wajah
5.
Pericoronitis parah
6.
Osteomyelitis
Kontra indikasi penggunaan antibiotik :
1.
abses kronik yang terlokalisasi
2.
abses vestibular minor
3.
soket kering
4.
pericoronitis ringan
Pengobatan pilihan pada infeksi adalah penisilin. Penicillin ialah bakterisidal, berspektrum sempit,
meliputi streptococci dan oral anaerob, yang mana bertanggung jawab kira-kira untuk 90% infeksi
odontogenic, memiliki toksisitas yang rendah, dan tidak mahal.
Untuk pasien yang alergi penisilin, bisa digunakan clarytromycin dan clindamycin. Cephalosporin
dan cefadroxil sangat berguna untuk infeksi yang lebih luas. Cefadroxil diberikan dua kali sehari dan
cephalexin diberikan empat kali sehari. Tetracycline, terutama doxycycline adalah pilihan yang baik untuk
infeksi yang ringan. Metronidazole dapat berguna ketika hanya terdapat bakteri anaerob.
3. pemakaian NSAID
Abses gigi sering kali dapat menimbulkan rasa nyeri. Nyeri gigi yang muncul akibat keradangan
salah satunya disebakan oleh adanya infeksi dentoalveolar yaitu masuknya mikroorganisme patogen ke
dalam tubuh melalui jaringan dentoalveolar (Sukandar & Elisabeth, 1995). Untuk mengatasi hal tersebut
biasanya melalui pendekatan farmakologis dengan pemberian obat analgesik untuk meredakan rasa nyeri
dengan efek analgesiknya kuat dan cepat dengan dosis optimal. Pasien dengan nyeri akut memerlukan
obat yang dapat menghilangkan nyeri dengan cepat, efek samping dari obat lebih dapat ditolerir daripada
nyerinya (Rahayu, 2007).
Obat anti inflamasi non steroid (non streroidal antiinflammatory drugs/ NSAIDs) adalah golongan
obat yang terutama bekerja perifer dan memiliki aktivitas penghambat radang dengan mekanisme kerja
menghambat biosintesis prostaglandin melalui penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase. Efek
analgesik yang ditimbulkan ini menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat menyebabkan
sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi. Prostaglandin dapat menimbulkan
keadaan hiperalgesia kemudian mediator kimiawi seperti bradikini dan histamin merangsangnya dan
menimbulkan nyeri yang nyata.
Efek analgesik NSAIDs telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah pemberian per-oral.
Sementara efek antiinflamasi telah tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek
maksimalnya timbul bervariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya di dalam
darah dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh
adanya makanan.
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik; sebagai antiinflamasi, asam mefenamat kurang
efektif dibandingkan dengan aspirin. Asam mefenamat terikat sangat kuat pada protein plasma. Oleh
karena itu, interaksi terhadap obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping pada saluran cerna
sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Dosis asam mefenamat
adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari