Professional Documents
Culture Documents
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn.W
Umur
: 45 thn
Jenis kelamin
: laki-laki
Agama
: Islam
Bangsa/Suku
: Indonesia/Makassar
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Jl.Sultan Alaudin
No.Reg
: 10541
Rumah Sakit
: BKMM
Tanggal Pemeriksaan
: 14 November 2011
Dokter Pemeriksa
: Dr.T
ANAMNESIS
Keluhan utama : Merah pada mata kanan
Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak + 2 hari yang lalu sebelum datang ke klinik mata BKMM disertai
rasa mengganjal (+), rasa berpasir (+),rasa gatal (+),rasa perih (+), air mata berlebih (+),
kotoran mata berlebih (+),kelopak mata kanan terasa lengket pada saat bangun tidur (+),
silau (-), pandangan kabur (-).
Riwayat Kontak dengan penderita yang sama (+) yaitu teman pasien.Riwayat trauma
(-)Riwayat alergi (-).Riwayat pengobatan sebelumnya (-).
OD
OS
Edema (+)
Edema (-)
Lakrimasi (+)
Lakrimasi (-)
Sekret (-)
Hiperemis (+),injeksio
Hiperemis (-),injeksio
konjungtiva (+)
konjungtiva (-)
Normal
Normal
Jernih
Jernih
Normal
Normal
Pupil
Lensa
Jernih
Jernih
Ke segala arah
Ke segala arah
Palpebra
Apparatus lakrimalis
Silia
Konjungtiva
Bola mata
Kornea
BMD
Iris
ODS
OD
OS
B. PALPASI
No
1
Pemeriksaan
Tensi okuler
OD
OS
Tn
Tn
2
Nyeri tekan
(-)
(-)
Massa tumor
(-)
(-)
Glandula pre-aurikuler
C. TONOMETRI
: Tidak dilakukan pemeriksaan
D. VISUS
: VOD = 5/40
VOS = 5/60
E.
F.
G.
H.
CAMPUS VISUAL
COLOR SENSE
LIGHT SENSE
PENYINARAN OBLIK
No
Pemeriksaan
Konjungtiva
OS
Hiperemis (+),injeksio
Hiperemis (-),injeksio
konjungtiva (+)
konjungtiva (-)
Jernih
Jernih
Normal
Normal
Kornea
Iris
Pupil
Lensa
Jernih
Jernih
K. SLIT LAMP
SLOD: Konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+), sekret (+), kornea
jernih, fluoresen (-), BMD normal, iris cokelat, kripte (+), pupil bulat,
sentral, RC (+), lensa jernih.
SLOS: Konjungtiva hiperemis (-), injeksio konjungtiva (-), sekret (-), kornea jernih,
fluoresen (-), BMD normal, iris cokelat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC
(+), lensa jernih.
IV.
L. LABORATORIUM
M. GONIOSKOPI
RESUME
Seorang laki-laki, umur 45 tahun, datang ke klinik BKMM dengan keluhan utama
merah pada mata kanan yang dialami sejak 2 hari yang lalu,disertai rasa berpasir (+),
rasa mengganjal (+), rasa perih (+), air mata berlebih (+), kotoran mata berlebih (+),
kelopak mata kanan terasa lengket pada pagi hari saat bangun tidur (+), gatal
(+),Riwayat kontak dengan penderita dengan penyakit yang sama (+).
Pada pemeriksaan oftalmologi, inspeksi didapatkan edema palpebra (+), lakrimasi (+),
sekret (+) mukopurulen, konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+) Pada
pemeriksaan palpasi tidak ditemukan pembesaran kelenjar preaurikuler. Pada
pemeriksaan visus didapatkan VOD: 5/40 , VOS: 5/60. Pada pemeriksaan penyinaran
oblik didapatkan OD: konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+). Pada
pemeriksaan slit lamp didapatkan SLOD: konjungtiva hiperemis (+), injeksio
konjungtiva (+), sekret (+).
V.
DIAGNOSIS
OD Kojungtivitis e.c Susp.Bakteri
VI.
TERAPI
R/: C. Polydex ED 4x1 gtt OD
Cefadroxyl 500 mg 3x1
4
konjungtivitis
bakteri
jarang
ditemukan
pembesaran
kelenjar
KONJUNGTIVITIS BAKTERI
A.
Pendahuluan
Radang konjungtiva (konjungtivitis) merupakan penyakit mata paling umum di
dunia.Konjungtivitis merupakan suatu keadaan dimana konjungtiva mengalami suatu
inflamasi yang mengakibatkan dilatasi pembuluh darah konjungtiva sehingga mata
tampak merah.Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi
tergores atau panas, sensasi penuh disekitar mata, gatal, dan fotofobia.Tanda penting
konjungtivitis adalah hiperemia, air mata berlebih, eksudasi, pseudoptosis, hipertropi
papiler,
kemosis,
folikel,
pseudomembran,
granuloma,
dan
adenopati
Anatomi Fisiologi
Konjungtiva adalah membran mukosa yang tipis dan trasparan yang menutupi
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior
sclera (konjungtiva bulbaris).Konjungtiva mengandung epitel squamous non
keratinosit dengan sejumlah sel goblet dan subtansia propria yang tipis, kaya
pembuluh darah, dan mengandung pembuluh limfe, sel plasma, makrofag, dan sel
mast.Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (mucocutaneus
junction) dan dengan epitel kornea di limbus.Konjungtiva mengandung kelenjar musin
yang dihasilkan oleh sel Goblet.Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.
Di bawah konjungtiva bulbi terdapat episklera dan sklera.3,4,5,6
berwarna lebih pekat dari pada sel-sel superfisial dan di dekat limbus dapat
mengandung pigmen.3
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu
lapisan fibrosa (profundus).Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di
beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum
germinativum.Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada
lempeng tarsus.Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva.
Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.3
Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan
fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar
krause berada di forniks superior, dan sedikit ada di forniks inferior. Kelenjar Wolfring
terletak di tepi atas tarsus superior.3
Suplai Darah, Limfe, dan Persarafan
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis.Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan -bersama dengan banyak vena
konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya-membentuk jaringan-jaringan
vaskuler konjungtiva yang banyak sekali.Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam
lapisan superfisisal dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe
kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus.Konjungtiva menerima persarafan
dari percabangan pertama nervus V (nervus oftalmikus). Saraf ini hanya sedikit
mempunyai serat nyeri.3
C.
Etiologi
Bentuk
konjungtivitis
bakterial
di
kelompokkan
menjadi
konjungtivitis
Patofisiologi
Mata mempunyai mekanisme petahanan terhadap invasi bakteri. Mekanisme
pertahanan primer terhadap infeksi berupa lapisan epitel yang menutupi konjungtiva
dan pertahanan sekunder melibatkan mekanisme imun hematologik yang dibawa oleh
pembuluh darah konjungtiva, lisozim bakteriostatik, immunoglobulin pada tear film,
kedipan mata, dan bakteri non patogenik yang berkolonisasi pada mata dan
berkompetisi dengan organisme yang mencoba menginvasi. Apabila salah satu dari
mekanisme pertahanan ini terganggu, maka infeksi bakteri patogen dapat terjadi.2,9
Infeksi bakteri dan eksotoksin yang mereka produksi akan dikenali sebagai
antigen. Hal ini akan menginduksi reaksi antigen-antibodi dan menyebabkan
terjadinya inflamasi. Pada orang yang sehat, mata akan berusaha untuk kembali ke
kondisi homeostasis, dan bakterinya akan dieradikasi. Namun, invasi bakteri yang
berat bisa menjadi sangat sulit untuk di lawan, dan menyebabkan terjadinya infeksi
konjungtiva dan yang selanjutnya dapat meluas ke kornea dan bagian mata lainnya.9
Konjungtivitis bakteri terjadi akibat pertumbuhan berlebihan dan infiltrasi bakteri
pada lapisan epitel konjungtiva dan kadang-kadang pada substansia propria.Sumber
infeksinya adalah kontak langsung dengan sekret individu yang terinfeksi, biasanya
melalui kontak mata tangan (eye-hand contact) atau penyebaran infeksi dari
organisme yang berkoloni pada mukosa nasal dan sinus pasien sendiri. Pada orang
dewasa dengan konjungtivitis bakteri unilateral, sistem nasolakrimal sebaiknya
diperiksa karena obstruksi duktus nasolakrimalis, dakriosistitis, dan kanalikulitis dapat
menyebabkan konjungtivitis bakteri unilateral.7
E.
-
Gejala Klinik
Secara umum, gejala yang biasa timbul pada konjungtivitis bakteri antara lain:
Mata merah akibat dilatasi pembuluh darah konjungtiva
Injeksi konjungtiva
Sekret konjungtiva mukopurulen sampai purulen
Edema kelopak mata
Rasa tidak nyaman; perih, panas, sensasi benda asing, rasa berpasir.
Nyeri tidak ada atau minimal
Epifora (air mata berlebih)
Fotofobia biasanya tidak ada atau ringan.
10
Kelopak mata sulit dibuka saat bangun tidur, melengket satu sama lain karena
adanya sekret (glue eye)
Penglihatan biasanya normal. Penglihatan kabur dapat disebabkan adanya
discharge (sekret) atau debris pada tear film.
Biasanya bilateral. Mulai pada satu mata kemudian dapat menyebar dengan mudah
ke mata sebelah.5,8,11,12
biasanya
terjadi
dari
ibu
ke
bayi
saat
persalinan.
Pada
11
12
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
Anamnesis : gejala yang dialami pasien, penyakit pasien yang lain, pekerjaan,
riwayat alergi, terekspos zat kimia, perjalanan penyakit, riwayat keluarga.
Pemeriksaan fisik:
a.
Injeksi konjungtiva dapat muncul secara segmental atau difus, sekret yang
muncul lebih purulen, kelopak mata sering melengket satu sama lain terutama
saat bangun tidur. Pembesaran nodus limfatikus preaurikuler jarang ditemukan
pada konjungtivitis bakteri, namun biasanya ditemukan pada konjungtivitis
bakteri yang berat. Dapat terjadi pembengkakan kelopak mata yang ringan,
b.
Host
yang
memiliki
kerentanan
yang
neonatus,individudengan immunocompromised.
Kasus konjungtivitis purulen berat, untuk
tinggi,
seperti
membedakannya
dari
sistemik.
Kasus-kasus yang tidak berespon terhadap terapi awal.7,8
13
CT-Scan
dan
kemungkinan
MRI.
abses
CT scan
orbital
orbita
atau
diindikasikan
pansinusitis,
atau
untuk
jika
Diagnosis Differensial
Adapun diagnosis differensial konjungtivitis bakteri ini antara lain:4,5,6
Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis Klamidial
Keratitis
Uveitis
Episkleritis
Skleritis
Blefaritis
Glaukoma
Berikut algoritma yang dapat dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis dengan
keluhan mata merah, termasuk konjungtivitis bakteri:4
Algoritma diferensial diagnosis untuk mendiagnosis penyakit optalmik dengan
keluhan mata merah4
14
15
Tabel1 .Differensial Diagnosis Mata Merah dengan Visus Normal ataupun Turun 6
Konjungtivitis
Keratitis / Ulkus
Kornea
Uveitis (Iritis)
Akut
Glaukoma Akut
Injeksio
Konjungtiva
Siliar
Siliar
Episkleral
Kornea
Jernih
Fluoresein
Presipitat
Edema
+/+++
+++
- / Ringan
+++
+++
++
Normal, atau
suram ringan
karena sekret
Menurun
Menurun
Menurun
Sekret
Rasa nyeri
++
++
++/+++
+/-
+/-
++
+/-
Normal
Normal
Normal
Dangkal
Tekanan
intraokuler
Normal
Normal
Rendah
Tinggi
Pupil
Normal
Normal/Miosis
Miosis ireguler
Midriasis nonreaktif
Siliar
Pleksus siliar
Episkleral
Antibiotik,
sikloplegik
Steroid,
sikloplegik
+ Miotika diamox +
Gejala
Kekeruhan
kornea
Fotofobia
Halo
Tajam
Penglihatan
Gatal
Fler
Vaskularisasi
Pengobatan
a.konjungtiva
posterior
Antibiotik/antiviral
Temuan Klinik
dan Sitologi
Konjungtivitis
Bakteri
Konjungtivitis
Virus
Konjungtivitis
Klamidial
Konjungtivitis
Alergi
Umum (berat)
Umum (sedang)
Umum (sedang)
Umum (sedang)
Minimal
Minimal
Minimal
Hebat
Lakrimasi
Sedang
Banyak
Sedang
Sedang
Hemoragik
Eksudasi
Banyak
(mukopurulen
sampai purulen)
Minimal (serous)
Banyak (mukoid
sampai
mukopurulen)
Minimal (serous
sampai mukoid,
putih, berserabut,
lengket)
Kemosis
++
+/-
+/-
++
Papil
+/-
+/-
++
+/(Streptococcus,
C.diphterica)
+/-
Tidak ada
Hiperemia
Gatal
Folikel
Pseudomembran
Panus
Adenopati
Preaurikuler
Jarang
Sering
Hanya sering
pada
konjungtivitis
inklusi
Pewarnaan
kerokan dan
eksudat
Bakteri, PMN
Monosit
Eosinofil
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Tidak pernah
Tidak pernah
Disertai sakit
tenggorokan dan
demam
H.
Terapi
Kebanyakan kasus konjungtivitis akut dapat ditangani dengan terapi antibiotik
empirik. Terapi awal konjungtivitis bakteri akut ringan sedang meliputi
antibiotiktopikal seperti tetes mata polymixin combination drops, aminoglikosida, atau
fluoroquinolone
(ciprofloxacin,
ofloxacin,
levofloxacin,
moxifloxacin,
atau
gatifloxacin) drops, atau salep bacitracin atau ciprofloxacin. Terapi spesifik terhadap
konjungtivitis bakterial tergantung temuan agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu
17
hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan terapi antimikroba spektrum luas. Pada
setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotika yang cocok untuk mengobati
infeksi Neisseria gonorrhoeae dan N. Meningitidis. Terapi sistemik dan topikal harus
segera dilaksanakan setelah bahan (sampel) untuk pemeriksaan laboratorium telah
diperoleh.1,2,5,7,10
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus conjungtivae harus
dibilas dengan larutan garam fisiologis agar dapat menghilangkan sekret konjungtiva.
Untuk
mencegah
penyebaran
penyakit
ini,
pasien
dan
keluarga
diminta
memperhatikan higiene pribadi dan menghindari kontak erat dengan individu yang
terinfeksi. Individu yang telah terinfeksi sebaiknya sering cuci tangan dan
menghindari penggunaan handuk, linen, sapu tangan, pakaian, kacamata atau make-up
secara bersama-sama untuk mencegah penularan.1,2,12
Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan antibiotic setelah 3-5 hari maka
pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik. Apabila tidak
ditemukan kuman pada sediaan langsung, maka diberikan antibiotic spektrum luas
dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4 sampai 5 kali sehari. Apabila
dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata (sulfasetamid 10-15%
atau kloramfenikol). Apabila tidak sembuh dalam satu minggu bila mungkin
dilakukan pemeriksaan resistensi, kemungkinan defisiensi air mata, atau kemungkinan
I.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Garcia-Ferrer, Francisco J.; Schwab, Ivan R.; Shetlar, Debra J. Conjunctiva. In:
Riordan-Eva, Paul; Whitcher, John P., Eds. Vaughan & Asbury's General
Ophthalmology, 16th Edition. 2004. London: McGraw-Hill; p.101-5.
2. Marlin, David S. Bacterial Conjunctivitis. Hampton Roy Sr, ed. Available in:
http://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview#showall. Updated: Jun 7,
2011. Accessed on Sepetember 24, 2011.
3. Riordan-Eva, Paul. Anatomy & Embryology of the Eye. In: Riordan-Eva, Paul;
Whitcher, John P., Eds. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology, 16th Edition.
2004. London: McGraw-Hill; p.3-7.
4. Morrow, Gary L.; Abbott, Richard L. Conjunctivitis. In: American Family Physician.
February 15, 1998. Published by American Academy of Family Physicians. Available
in: www.aafp.org/afp/980251/morrow.html. Accessed on September 24, 2011.
5. Lang, Gerhard K.; Lang, Gabriele E. Conjunctiva. In: Gerhard K.Lang, Ed.
Ophthalmology: A Pocket Textbook Atlas, 2nd Edition. 2006. New York: Thieme; p.6783.
6. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. 2008. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
hal.109-28.
7. Skuta, Gregory L.; Cantor, Louis B.; Weiss, Jayne S. Basic and Cliniccal Science
Cources : External Disease dan Cornea, Section 8, 2008-2009. 2008. Singapore :
American Academy of Ophthalmology; p.169-71.
8. Wood, Mark. Conjunctivitis: Diagnosis and Management. In: Journal of Community
Eye
Health,
Vol.12
(30),
1999.
Available
in:
Acute
Bacterial
Conjungtivitis.
Available
in:
Available
in:
http://www.bhchp.org/BHCHP
%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/Conjunctivitis.pdf . Accessed on
September 24,
2011.
19
11. Anonymous. Bacterial Conjungtivitis. Last Updated: January 27, 2011. Available in:
http://www.patient.co.uk/doctor/Bacterial-Conjunctivitis.htm
Accessed
on
20