Professional Documents
Culture Documents
STATUS PSIKIATRI
F25.1 SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESI
Oleh:
Galih Wicaksono, S.Ked 0918011004
Penguji
dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani Sp.KJ
STATUS PSIKIATRI
I. Identitas Pasien
Nama
: Sdr. A
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 18 tahun
Agama
: Islam
Alamat
Suku Bangsa
: Jawa Sunda
Pendidikan terakhir
: SD
Status pernikahan
: Belum menikah
Pekerjaan
: Tidak bekerja
: 1 Mei 2014
Tempat wawancara
Rawat jalan
:-
Rawat Inap
: Ayah Pasien
Nama (inisial)
: Tn. S
Pendidikan terakhir
: SD
Pekerjaan
: Petani
A. Keluhan Utama
Dikeluhkan keluarga karena sering mengamuk, bicara sendiri lalu menangis dan
menyindiri sendiri setelah itu.
B. Keluhan Tambahan
Sulit tidur
Menurut orang tua pasien, pasien belum pernah sakit serius sebelumnya
sampai dibawa ke puskesmas atau Rumah Sakit.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan bahwa keluarga tidak ada riwayat dengan keluhan
serupa seperti yang dialami oleh pasien ini.
4.
menangis.
.
b. Riwayat Perkembangan masa kanak - kanak ( 0 3 tahun)
Pasien diasuh oleh ibu kandungnya dan diberikan ASI. Tidak ada cacat
bawaan yang ditemukan dan menurut kakak pasien perkembangan fisik
pasien cukup baik, pola perkembangan motorik tidak ada hambatan,
seperti kebanyakan anak yang normal. Menurut ayah pasien, pasien dapat
berjalan saat berumur kurang lebih 13 bulan dan tidak pernah ada
keterlambatan berbicara. Tidak ada kebiasaan buruk pasien, seperti
membenturkan kepala atau menghisap jari. Pasien mulai belajar untuk
ke kamar mandi sendiri pada usia 3 tahun. Pasien mulai masuk TK saat
usia 5 tahun. Pasien dapat tumbuh normal, tidak ada riwayat kejadian
trauma kepala dan kecelakaan saat itu, tidak ada riwayat kejang yang
muncul tiba tiba ataupun kejang yang diawali oleh demam. Pada usia
ini pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit.
c. Riwayat Kanak-kanak dini ( 3 12 tahun)
Menurut penuturan ayah pasien, perkembangan fisik pasien umumnya
baik. Secara keseluruhan pasien adalah anak yang baik dan memiliki
banyak teman. Pasien mulai masuk Sekolah Dasar ketika berusia 7 tahun.
Semasa sekolah dasar pasien dinilai tidak banyak bertingkah di sekolah,
pasien tidak sulit bergaul dengan teman sebayanya. Menurut ayah
pasien, pasien sulit untuk mengerti sebuah pelajaran disekolah bahkan
terlambat dari teman-temannya dan cenderung tertinggal dari kakak dan
adiknya dirumah. Hal ini dibuktikan bahwa prestasi pasien di sekolah
biasa-biasa saja, tidak pernah mendapatkan juara kelas namun tidak
pernah tinggal kelas. Pasien menyelesaikan sekolahnya selama enam
tahun. Menurut ayahnya, pasien pernah memiliki masalah saat duduk
dibangku kelas tiga SD pasien pernah dipukuli dan sempat dicekik oleh
wali murid dari teman SD pasien dikarenakan pasien suka mengolokmengolok anak tersebut. Namun, beberapa hari yang lewat pasien tetap
sekolah dan bermain seperti biasa.
Pada saat setelah lulus SD pasien tidak mau melanjutkan sekolahnya
karena kemauannya sendiri. Menurut ayah pasien, anaknya itu berkata
biar ibu saja yang sekolah saya tidak usah pak.
d. Riwayat Masa Pubertas dan remaja
Menurut ayah pasien, pada saat sudah masuk baligh pasien mempunyai
rasa suka kepada teman lawan jenisnya. Namun semenjak dia sudah
mempunyai perasaan tersebut dan suatu hari ia berkata pada ayahnya.
Orang buta dan jelek saja punya istri yah, gimana anton yang tidak buta
saja belum punya. Kalimat tersbut pasien katakan dengan nada rendah
dan dengan wajah tertunduk.
.
o Riwayat Masa Dewasa
Riwayat Pekerjaan
Pasien hanya membantu orang tuanya disawah, dan sempat
mengojek.
Riwayat Pendidikan
Pasien hanya lulus SD, karena biaya dan tidak melanjutkan
sekolahnya. Menurut ayah pasien, semasa sekolah pasien termasuk
pribadi yang pendiam dan cenderung kurang aktif mengikuti
kegiatan sekolah. Pasien memiliki cukup teman, namun ayah pasien
kurang mengetahui tentang teman akrab pasien karena pasien tidak
pernah membawa temannya ke rumah. Semasa sekolah pasien
Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
.
Riwayat Psikoseksual
Pasien mulai menyukai lawan jenis pada usia 17 tahun. Pasien
pernah pacaran. Namun putus tanpa sebab yang jelas, menurut
pengakuan pasien sudah lima kali pacaran dan putus sehingga
pasien merasa dirinya tak berguna dan jelek dimata semua orang.
Tetapi menurut ayah dan ibu pasien hanya mempunyai sebuah
prasaan suka pada lawan jenisnya saja, tidak mengetahui masalah
pacaran tersebut.
Riwayat Agama
Pasien beragama Islam dan sering melaksanakan solat 5 waktu.
Pasien jarang ikut pengajian setiap hari Minggu.
Riwayat Militer
Pasien tidak memiliki riwayat militer.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum.
F. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Sejak lahir hingga
saat ini pasien diasuh oleh ayah dan ibu kandungnya. Berdasarkan hasil
alloanamnesa diakui keluarga pasien tinggal dengan kelurga yang status
ekonominya menengah kebawah. Ayah pasien bekerja sebagai petani untuk
memenuhi kebutuhan keluarga nya.
Sejak kecil pasien cenderung pendiam dan tidak terbuka sehingga kedekatan
antara kelurga pun kurang terbina dengan baik. Selain itu pasien di didik oleh
pasien dengan cara yang berat dan kadang dengan cara kekerasan.
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
= yang tinggal serumah dengan pasien
G. Presepsi Pasien Tentang Diri Dan Kehidupannya
Pasien merasa dirinya tidak sakit serta tidak mengerti dan memahami
tentang penyakitnya yang membutuhkan pengobatan.
lama
untuk
menyimak
pertanyaan
yang
dilontarkan
: Hipotimia, anhedonia
: Menyempit
: Appropiate
: ada
: Tidak ada.
: Tidak ada
: Tidak ada.
: Tidak ada.
: Tidak ada.
: Tidak ada.
: Tidak ada.
4) Proses Fikir
o Arus pikir
Produktivitas
Kontinuitas
Though Retardatium
Blocking
Asosiasi Longgar
Flight of idea
Word Salad
Neologisme
Sirkumstansialitas
Tangensialitas
: Miskin ide
:
: ada
: Tidak Ada
: Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
Hendaya berbahasa
: Tidak ada
o Isi pikir
Gangguan isi pikiran :
Waham
: Ada
Ideas of References
: Tidak Ada
Obsesi
: Tidak Ada
5) Fungsi Kognitif dan Kesadaran
Daya ingat.
Daya ingat segera : kurang (pasien tidak ingat nama dokter muda
6) Daya Nilai
o Daya nilai sosial: Buruk.
o Menurut pasien baik untuk memukul orang lain.
o Uji daya nilai : Kurang.
o Jika menemukan dompet di jalan dan terdapat identitas di dalam
dompet itu, pasien tidak berbuat apa-apa.
10
: Baik
: Composmentis
: 110/70 mmhg
: Afebris
: 88 x/menit
: 20 x/menit
: Normocephal, rambut hitam tidak mudah
dicabut
Thorax
: Paru : Vesikuler +/+ , Rh-/-, Wh -/Jantung : S1-S2 reguler, Murmur -, gallop Abdomen
: Tidak ada kelainan
Urogenital
: Tidak ada kelainan
Ekstrimitas
: Tidak ada kelainan
Kelainan khusus lainnya
: tidak ada kelainan khusus
o Status Neurologis
Gangguan rangsang meningeal
: tidak ada
Mata :
gerakan baik
: Kelumpuhan tidak ada, nistagmus(-)
Persepsi
: Baik
Bentuk Pupil
: Bentuk bulat (+/+), isokor
Rangsang Cahaya
: Reaksi cahaya (+/+)
Motorik
Tonus
: Baik
Turgor
: Baik
Kekuatan
: Baik
Koordinator
: Baik
Refleksi
: Baik
11
dengan dukun dan ustadz selama kurang lebih satu sampai dua bulan namun
hanya menenangkan gejala sesaat beberapa hari lalu kambuh kembali, hal
tersebut terus berlangsung, sampai pada saat pasien keluar rumah berencana
untuk pergi tidak kembali, ayah pasien mencoba untuk membujuknya pulang.
Namun, saat itu ayah pasien malah dipukul dengan menggunakan batu bata
dikepalanya sehingga ayah pasien sempat terluka. Setelah kejadian tersebut
ayah pasien dan keluarga sepakat untuk memasung anaknya di dekat rumah
dekat sungai kecil.
pasien tetap diberi makan dan terus dicoba diobati oleh dukun dan ustadz.
Setelah dirasa pasien sembuh, pasung dilepas selama dua bulan pasien tidak
pernah marah-marah dan mengamuk serta menangis sendiri. Pasien membantu
kedua orang tua bahkan sempat mengojek. Namun beberapa waktu setelah itu
pasien kembali marah-marah, mengamuk-ngamuk berkata tidak jelas, dan
merusak perabotan rumah tangga serta mengganggu lingkungan sekitar dan
selalu menangis sesudah itu. Sejak saat itu pasien sedikit makan, BAK dan BAB
semaunya.
Dahulu menurut ayahnya pasien sempat dipukuli dan sempat dicekik oleh
orangtua wali murid teman SDnya saat duduk di bangku kelas tiga. Sehingga
saat gangguannya terjadi menurut ayahnya pasien selalu memegang lehernya
dan bergerak-gerak untuk menghindari serangan dengan rasa ketakutan.
Secara umum kondisi pasien semakin lama semakin menurun dan menjadi lebih
parah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Akhirnya oleh keluarga, pasien
diputuskan untuk dibwa ke RSJ.
Saat wawancara pasien terlihat hipooaktif, curiga dan menutup diri. Hal ini
terlihat dari tatapan mata pasien yaitu seringnya melihat dan terkesan curiga
terhadap pemeriksa atau pun benda-benda yang ada disekitarnya. kontak mata
dari awal hingga akhir pembicaraan terkesan baik namun terkadang kontak mata
pasien tidak baik lebih banyak menghindari kontak mata. Pembicaraan yang
ditunjukkan pasien spontan, lancar, intonasi menurun namun terkadang
meningkat, volume rendah, kualitas kurang, kuantitas cukup namun sesekali
terdapat irelevansi. Saat wawancara pasien terkesan menutupi
masalahnya.
tidur.
2. Gangguan jiwa ini sebagai Gangguan Mental Non Organik (GMO)
karena :
Tidak ada gangguan jiwa yang disebabkan oleh penyakit organic
Tidak ada gangguan kesadaran neurologic
Tidak ada gangguan kognitif (orientasi dan memori)
Tidak ada gangguan akibat penyalahgunaan obat dan psikoaktif
yang berefek pada episode saat ini.
3. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif : tidak
ada karena pasien tidak pernah menggunakan zat psikoaktif.
Menurut DSM IV-TR kriteria diagnosis untuk menegakkan diagnosis gangguan
Skizoafektif adalah sebagai berikut :
A. Suatu periode penyakit yang berkesinambungan selama sutu waktu,
terdapat salah satu Episode Depresi Mayor, Episode manik atau episode
campuran yang terjadi bersama-sama dengan gejala yang memenuhi
kriteria A. Skizofrenia. Catatan : Episode Depresi Mayor harus termasuk
kriteria A1 : mood terdepresi.
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi
selama paling kurang 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol.
14
15
suara bisikan yang tidak ada wujudnya di telinganya yang tidak jelas seorang
wanita. Selain itu juga pasien merasa dirinya tidak berguna di dunia ini. Pada saat
yang bersamaan pasien juga mengalami gangguan afektif berupa tipe depresif
yaitu mood depresif (sedih, murung), kehilangan minat dan mudah lelah sehingga
aktifitas menurun, selain itu juga pasien merasa hidupnya tidak berguna, nafsu
makan berkurang, konsentrasi dan perhatian menurun, dan terkadang terlintas
pikiran untuk mengakhiri hidupnya.
Kemampuan intelegensia atau kognitif yang kurang yang menyebabkan pasien
tidak dapat melanjutkan pendidikannya sehingga diagnosis retardasi mental dapat
ditegakkan untuk axis II. Jadi, retardasi mental pada pasien ini diakibatkan karena
adanya physical abuse.
.
Untuk mengklasifikasikan ke dalam jenis retardasi mental ringan, sedang, berat,
dan sangat berat, kita dapat menentukan dari seberapa berat tingkat gangguan
intelegensia dan disfungsi dalam pekerjaan, sosial, maupun perawatan diri. Pada
pasien ini memiliki fungsi pekerjaan tidak baik dan fungsi sosial yang tidak baik
Dalam kemampuan menolong diri sendiri pada saat ini dapat dikatakan cukup
karena pasien mau makan dan mandi sendiri.
Berdasarkan keterangan di atas, maka sesuai dengan kriteria PPDGJ III diusulkan
diagnosis axis II pada pasien memenuhi kriteria diagnosis: retardasi mental
sedang (F71).
17
IX.
Rencana Terapi
Psikofarmakologi:
Obat anti Depresan golongan SSRI cth :
fluoxetine 20mg (dewasa) 1x1 dengan dosis maksimal 80mg/hari.
Obat antipsikosis : Risperidon 1x2mg
Perawatan rawat inap untuk memantau keadaan perasaan, perilaku, dan
tilikan dalam beberapa hari.
Non-Farmakologi
Terapi Kognitif :
Suatu teknik mengajarkan pasien cara berpikir dan bersikap untuk
menggantikan sikap negative yang salah mengenai diri mereka
sendiri, dunia dan masa depan. Terapi ini merupakan terapi
digunakan
untuk
menerapi
ketidakmampuan.
Terapi Interpersonal
serta
mempelajari
cara
baru
menghadapi
masalah
18
VIII. Prognosis
o Quo ad Vitam : Ad bonam
o Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
o Qua ad Sanationam : Dubia ad Bonam
LAMPIRAN
Longitudinal History
19