You are on page 1of 19

Status Psikatri

STATUS PSIKIATRI
F25.1 SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESI

Oleh:
Galih Wicaksono, S.Ked 0918011004

Penguji
dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani Sp.KJ

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

STATUS PSIKIATRI

I. Identitas Pasien
Nama

: Sdr. A

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Usia

: 18 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Suka damai, Kec. Way Rilau Pesawaran

Suku Bangsa

: Jawa Sunda

Pendidikan terakhir

: SD

Status pernikahan

: Belum menikah

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Tanggal masuk RSJI

: 1 Mei 2014

Tempat wawancara

: Ruang Cendrawasih RS. Jiwa Provinsi Lampung

Rawat jalan

:-

Rawat Inap

: 1 Mei 2014 di RSJ Provinsi Lampung

II. Riwayat Psikiatrik


Berdasarkan :
Autoanamnesis :
Diambil pada tanggal
Alloanamnesis

: 6 Mei 2014 (pukul 11.00 WIB)

Diambil pada tanggal

: 6 Mei 2014 (pukul 17.00 WIB) Via tlp 085367xx


Dan bertemu di ruang cendrawasih tanggal 7 Mei
2014 pukul 11.30 WIB

Diperoleh data dari

: Ayah Pasien

Nama (inisial)

: Tn. S

Pendidikan terakhir

: SD

Pekerjaan

: Petani

Hubungan dengan pasien : Ayah Kandung

A. Keluhan Utama
Dikeluhkan keluarga karena sering mengamuk, bicara sendiri lalu menangis dan
menyindiri sendiri setelah itu.
B. Keluhan Tambahan

Pasien bicara kacau, suka ngomong sendiri.

Sulit tidur

Merasa diri tidak berguna.

Tidak ada semangat melakukan apapun

Sering marah-marah dan mudah tersinggung

Sering jalan atau keluyuran tanpa tujuan


C. Riwayat Gangguan Sekarang
Sebulan sebelum masuk Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung, pasien sama
sekali tidak tidur malam harinya. Pasien mengoceh sepanjang malam dan merasa
dirinya tidak berguna, tidak ada yang mengurus dan tidak bisa sehat kembali.
Pasien juga tidak mau solat 5 waktu lagi, jarang mandi, namun mau makan
sedikit sehingga badannya mulai kurus, tidak mau nonton televisi, dan tidak mau
diajak berbicara. Pasien suka keluyuran di luar rumah tanpa mengenakan
pakaian dan kembali lagi ke rumah. Pasien mengaku di pikirannya selalu ada
yang menyuruh untuk waspada, curiga pada orang-orang yang mendekatinya
akan mencekik lehernya dan memukulinya.
Sekitar 3 minggu sebelum masuk RSJ Lampung, pasien semakin sering
mengucapkan kata-kata jangan cekik leher saya dengan wajah tertunduk. Pasien
mengaku di dalam pikirannya selalu menyuruhnya untuk waspada dan curiga
pada orang yang mendekatinya karena takut akan mencelakan dirinya dengan
cara menccekik dan memukulinya. Pasien sepanjang harinya terdiam dan
termenung dan seringkali mendengar bisikan suara wanita yang kurang jelas.
Pasien mengaku jalannya seperti orang linglung, selalu tiba-tiba menangis
sendiri, semakin sedih dan murung setelah pasien marah-marah dan mengamuk
dengan keluarganya, hanya di dalam kamar saja tidak mau beraktifitas, dan jika
disuruh mandi pasien menolak dan ngomel-ngomel sendiri tidak jelas yang
orang lain tidak mengerti apa yang ia katakan. Keluarga membawa pasien
setelah saran dari tetangga dan masyarakat setempat.
Pasien menyangkal pernah ada riwayat trauma atau benturan di kepala
sebelumnya. Riwayat kejang sebelumnya disangkal.
3

D. Riwayat gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Jiwa Sebelumnya
Pada tahun 2013, tepatnya pada saat umur pasien 17 tahun selama satu
bulan menurut sang ayah dan ibu pasien mulai mengamuk dan berbicara
tidak jelas serta menangis setelah mengamuk tersebut. Pasien juga tidak
mengenakan pakaian saat keluar rumah dan keliling kampung. Pasien
juga pernah sempat mencelakakan ayahnya dengan memukul kepala
ayahnya dengan batu bata saat pasien sedang disusul di suatu tempat
untuk dapat membawa pulang pasien. Selama ini pasien hanya diobati
pada dukun dan ustadz saja, belum pernah sekalipun ke puskesmas atau
unit kesehatan lainnya terkait terbatasnya ekonomi dan pendidikan
keluarga. Setelah satu bulan lamanya, pasien dipasung tangan dan kaki
oleh ayahnya sendiri selama kurang lebih 6 bulan di deket rumahnya di
sawah dekat sungai. Menurut ayahnya tindakan tersebut dilakukan
karena pasien sudah sangat meresahkan warga sekitar. Selama dipasung
pasien juga terus diobati oleh dukun dan ustadz. Setelah 6 bulan lamanya
dipasung, pasien dilepaskan dan pasien tidak mengamuk dan mengoceh
atau ngomel sendiri lagi selama dua bulan. Bahkan pasien sempat bekerja
sebagai tukang ojek untuk membantu keluarganya.
Setelah berlangsung selama dua bulan pasien mengamuk-ngamuk lagi dan
berbicara tidak jelas lagi serta menghancurkan perabotan keluarga
dirumah. Pasien selalu menangis setelah mengamuk-ngamuk tersebut, dan
pasien merasa ketakutan menghalangi tubuhnya atau memwaspadai orang
sekitar dengan memegang atau melindungi lehernya dan sesekali
bergerak-gerak sendiri untuk menghindari adanya sebuah serangan.
Menurut sang ayah hal tersebut terjadi setelah pasien mempunyai prasaan
suka kepada lawan jenis dan sempat berkata kepada mereka bahwa dia
merasa putus asa dalam masalah prasaan tersebut.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Menurut orang tua pasien, pasien belum pernah sakit serius sebelumnya
sampai dibawa ke puskesmas atau Rumah Sakit.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan bahwa keluarga tidak ada riwayat dengan keluhan
serupa seperti yang dialami oleh pasien ini.
4.

Riwayat Penggunaan Zat Adiktif


Pasien merupakan perokok, dalam sehari dapat menghabiskan hingga 1
bungkus rokok. Selain itu pasien mengaku meminum minuman
beralkohol tidak bersekolah dulu. Hal ini dibenarkan oleh pengakuan
keluarga.

E. Riwayat Kehidupan Pribadi Sebelum Sakit


a. Riwayat Perkembangan prenatal dan perinatal
Menurut ayah pasien, selama kehamilan ibu pasien dalam sehat, tidak
pernah mengalami gangguan kesehatan baik fisik maupun psikis. Pasien
dilahirkan dalam keadaan cukup bulan dan dilahirkan secara normal
dibantu oleh dokter di rumah sakit.

Pada saat lahir bayi langsung

menangis.
.
b. Riwayat Perkembangan masa kanak - kanak ( 0 3 tahun)
Pasien diasuh oleh ibu kandungnya dan diberikan ASI. Tidak ada cacat
bawaan yang ditemukan dan menurut kakak pasien perkembangan fisik
pasien cukup baik, pola perkembangan motorik tidak ada hambatan,
seperti kebanyakan anak yang normal. Menurut ayah pasien, pasien dapat
berjalan saat berumur kurang lebih 13 bulan dan tidak pernah ada
keterlambatan berbicara. Tidak ada kebiasaan buruk pasien, seperti
membenturkan kepala atau menghisap jari. Pasien mulai belajar untuk
ke kamar mandi sendiri pada usia 3 tahun. Pasien mulai masuk TK saat
usia 5 tahun. Pasien dapat tumbuh normal, tidak ada riwayat kejadian
trauma kepala dan kecelakaan saat itu, tidak ada riwayat kejang yang
muncul tiba tiba ataupun kejang yang diawali oleh demam. Pada usia
ini pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit.
c. Riwayat Kanak-kanak dini ( 3 12 tahun)
Menurut penuturan ayah pasien, perkembangan fisik pasien umumnya
baik. Secara keseluruhan pasien adalah anak yang baik dan memiliki

banyak teman. Pasien mulai masuk Sekolah Dasar ketika berusia 7 tahun.
Semasa sekolah dasar pasien dinilai tidak banyak bertingkah di sekolah,
pasien tidak sulit bergaul dengan teman sebayanya. Menurut ayah
pasien, pasien sulit untuk mengerti sebuah pelajaran disekolah bahkan
terlambat dari teman-temannya dan cenderung tertinggal dari kakak dan
adiknya dirumah. Hal ini dibuktikan bahwa prestasi pasien di sekolah
biasa-biasa saja, tidak pernah mendapatkan juara kelas namun tidak
pernah tinggal kelas. Pasien menyelesaikan sekolahnya selama enam
tahun. Menurut ayahnya, pasien pernah memiliki masalah saat duduk
dibangku kelas tiga SD pasien pernah dipukuli dan sempat dicekik oleh
wali murid dari teman SD pasien dikarenakan pasien suka mengolokmengolok anak tersebut. Namun, beberapa hari yang lewat pasien tetap
sekolah dan bermain seperti biasa.
Pada saat setelah lulus SD pasien tidak mau melanjutkan sekolahnya
karena kemauannya sendiri. Menurut ayah pasien, anaknya itu berkata
biar ibu saja yang sekolah saya tidak usah pak.
d. Riwayat Masa Pubertas dan remaja
Menurut ayah pasien, pada saat sudah masuk baligh pasien mempunyai
rasa suka kepada teman lawan jenisnya. Namun semenjak dia sudah
mempunyai perasaan tersebut dan suatu hari ia berkata pada ayahnya.
Orang buta dan jelek saja punya istri yah, gimana anton yang tidak buta
saja belum punya. Kalimat tersbut pasien katakan dengan nada rendah
dan dengan wajah tertunduk.
.
o Riwayat Masa Dewasa
Riwayat Pekerjaan
Pasien hanya membantu orang tuanya disawah, dan sempat

mengojek.
Riwayat Pendidikan
Pasien hanya lulus SD, karena biaya dan tidak melanjutkan
sekolahnya. Menurut ayah pasien, semasa sekolah pasien termasuk
pribadi yang pendiam dan cenderung kurang aktif mengikuti
kegiatan sekolah. Pasien memiliki cukup teman, namun ayah pasien
kurang mengetahui tentang teman akrab pasien karena pasien tidak
pernah membawa temannya ke rumah. Semasa sekolah pasien

belum pernah menjalin hubungan (berpacaran) dengan perempuan.


Prestasi pasien tidak menonjol dan cenderung cukup di sekolah.
Setelah lulus SD dan beranjak masa remaja pasien merasa tertarik
oleh seorang wanita dan sempat berpacaran, setelah itu mereka
putus kemudian pasien merasa dirinya tidak berguna dan merasa
paling jelek.

Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
.
Riwayat Psikoseksual
Pasien mulai menyukai lawan jenis pada usia 17 tahun. Pasien
pernah pacaran. Namun putus tanpa sebab yang jelas, menurut
pengakuan pasien sudah lima kali pacaran dan putus sehingga
pasien merasa dirinya tak berguna dan jelek dimata semua orang.
Tetapi menurut ayah dan ibu pasien hanya mempunyai sebuah
prasaan suka pada lawan jenisnya saja, tidak mengetahui masalah
pacaran tersebut.

Riwayat Agama
Pasien beragama Islam dan sering melaksanakan solat 5 waktu.
Pasien jarang ikut pengajian setiap hari Minggu.

Riwayat Militer
Pasien tidak memiliki riwayat militer.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum.

F. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Sejak lahir hingga
saat ini pasien diasuh oleh ayah dan ibu kandungnya. Berdasarkan hasil
alloanamnesa diakui keluarga pasien tinggal dengan kelurga yang status
ekonominya menengah kebawah. Ayah pasien bekerja sebagai petani untuk
memenuhi kebutuhan keluarga nya.
Sejak kecil pasien cenderung pendiam dan tidak terbuka sehingga kedekatan
antara kelurga pun kurang terbina dengan baik. Selain itu pasien di didik oleh
pasien dengan cara yang berat dan kadang dengan cara kekerasan.

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
= yang tinggal serumah dengan pasien
G. Presepsi Pasien Tentang Diri Dan Kehidupannya
Pasien merasa dirinya tidak sakit serta tidak mengerti dan memahami
tentang penyakitnya yang membutuhkan pengobatan.

III. Status Mental


1) Deskripsi Umum
o Penampilan
Pasien laki-laki 18 tahun, tinggi 165 cm, bentuk tubuh kurus dengan
taksiran berat badan 52 Kg, memiliki kulit sawo matang, wajah tampak
bingung ketakutan, rambut pandek lurus tampak rapih. Saat wawancara
pasien menggunakan kaos warma hijau, menggunakan celana panjang
oren dan tidak memakai alas kaki. Kuku tangan dan kaki bersih, tampak
gelisah dan kontak mata kurang.
o Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara pasien tidak dapat duduk tenang, gelisah, menunduk
sambil tangan mengahalangi leher suka merubah posisi duduk, garukgaruk tangan dan rambut, kooperatif, sopan dan bersikap baik pada
pemeriksa. Pertanyaan dijawab dengan bingung dengan intonasi agak
tersendat-sendat dan volume berkurang.
o Pembicaraan (speech)
Cara berbicara
: Spontan.
Volume berbicara
: Rendah
Irama
:Teratur
Kelancaran berbicara :Tidak Lancar

Kecepatan berbicara : Pelan


Gaya berbicara
: Tampak bingung.

o Sikap terhadap pemeriksa


Pemeriksa agak sulit menggali pertanyaan, karena pasien tidak begitu
mengerti dan aktif menjawab pertanyaannya sehingga terkadang
pemeriksa harus mengulang pertanyaan. sikap pasien kooperatif, dapat
menerima pemeriksa, menjawab dengan bingung, terkadang menyangkal
namun cukup sopan. Pasien cukup perhatian dalam mendengarkan
pertanyaan yang dilontarkan pemeriksa, tatapan matanya tidak mampu
bertahan

lama

untuk

menyimak

pertanyaan

yang

dilontarkan

pewawancara karena terlihat gelisah dan kontak mata juga jarang.


2) Aspek dan Ekspresi Afektif
o Mood
o Afek
o Kesesuaian

: Hipotimia, anhedonia
: Menyempit
: Appropiate

3) Gangguan Persepsi (persepsi panca indera)


o Halusinasi
o Auditorik
o Visual
o Taktil
o Olfaktorik
o Gustatorik
o Ilusi
o Depersonalisasi
o Derealisasi

: ada
: Tidak ada.
: Tidak ada
: Tidak ada.
: Tidak ada.
: Tidak ada.
: Tidak ada.
: Tidak ada.

4) Proses Fikir
o Arus pikir
Produktivitas
Kontinuitas
Though Retardatium
Blocking
Asosiasi Longgar
Flight of idea
Word Salad
Neologisme
Sirkumstansialitas
Tangensialitas

: Miskin ide
:
: ada
: Tidak Ada
: Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada

Hendaya berbahasa
: Tidak ada
o Isi pikir
Gangguan isi pikiran :
Waham
: Ada
Ideas of References
: Tidak Ada
Obsesi
: Tidak Ada
5) Fungsi Kognitif dan Kesadaran

Kesadaran : Compos mentis


Orientasi : Cukup Baik
Waktu (pasien ingat hari, mampu menjelaskan saat ini sore hari

namun tidak ingat tanggal berapa)


Tempat (Ruang cendrawasih RSJ Lampung)
Orang (tidak ingat nama pemeriksa : dokter muda Galih dan tidak
mengetahui bahwa yang mewawancarai adalah dokter muda, tidak

kenal teman sekamarnya)


Konsentrasi : Kurang baik karena pasien tidak dapat menghitung dengan
baik pengurang 100-7 dan seterusnya.

Daya ingat.
Daya ingat segera : kurang (pasien tidak ingat nama dokter muda

yang wawancara saat itu).


Daya ingat tentang keadaan baru-baru ini (pasien tidak ingat makan

siang dengan apa)


Daya Ingat peristiwa yang baru terjadi (Pasien tidak mengetahui

tentang kejadian baru-baru ini)


Daya Ingat Lama (Pasien tidak ingat siapa nama guru SDnya)
Intelegensia dan Pengetahuan umum : kurang.
Nama 3 presiden yang pernah memimpin Indonesia?
. (pertanyaan tidak dapat dijawab dengan baik oleh pasien)
Pikiran abstrak : kurang (pasien tidak dapat menjawab apa itu panjang
tangan, dan perbedaan serta persamaan jeruk dan apel).

6) Daya Nilai
o Daya nilai sosial: Buruk.
o Menurut pasien baik untuk memukul orang lain.
o Uji daya nilai : Kurang.
o Jika menemukan dompet di jalan dan terdapat identitas di dalam
dompet itu, pasien tidak berbuat apa-apa.

10

7) Reality Test Ability (RTA)


Terganggu
8) Tilikan : Derajat
Tilikan 1.
9) Taraf dapat Dipercaya.
o Dapat dipercaya.
Pada waktu yang berbeda, pasien memberikan kesimpulan jawaban
kurang lebih sama, begitu juga setelah dilakukan alloanamnesis
dengan kakak pasien, semua jawabannya hampir sesuai dengan apa
yang sebelumnya pernah diceritakan.
IV. Pemeriksaan Fisik
o Status internus
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital
- Tekanan darah
- Suhu
- Nadi
- Pernafasan
Kepala

: Baik
: Composmentis

: 110/70 mmhg
: Afebris
: 88 x/menit
: 20 x/menit
: Normocephal, rambut hitam tidak mudah
dicabut
Thorax
: Paru : Vesikuler +/+ , Rh-/-, Wh -/Jantung : S1-S2 reguler, Murmur -, gallop Abdomen
: Tidak ada kelainan
Urogenital
: Tidak ada kelainan
Ekstrimitas
: Tidak ada kelainan
Kelainan khusus lainnya
: tidak ada kelainan khusus
o Status Neurologis
Gangguan rangsang meningeal
: tidak ada
Mata :
gerakan baik
: Kelumpuhan tidak ada, nistagmus(-)
Persepsi
: Baik
Bentuk Pupil
: Bentuk bulat (+/+), isokor
Rangsang Cahaya
: Reaksi cahaya (+/+)
Motorik
Tonus
: Baik
Turgor
: Baik
Kekuatan
: Baik
Koordinator
: Baik
Refleksi
: Baik

11

V. Ikhtisar Penemuan Bermakna


Pasien seorang laki-laki usia 18 tahun, belum menikah, berpenampilan
sesuai dengan usianya, bertubuh tinggi dan kurus, berkulit sawo matang,
berambut pendek lurus dan berwarna hitam. Pada saat diwawacara pasien
mengenakan kaos warna oren dan celana panjang warna oren. Pasien duduk di
samping pewawancara, kadang-kadang tampak gelisah, kontak mata kadang ada
kadang tidak. Pasien masih mampu menjawab pertanyaan dengan baik, namun
bahasanya tidak lancar dan tampak bingung.
Pasien 6 hari sebelumnya datang diantar dengan ayah dan ibu kandung serta dua
saudaranya, tepatnya pada tanggal 1 Mei 2014 pukul 11.30 WIB.
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 6 Mei 2014 pukul 11.30 WIB,
sedangkan aloanmnesis dilakukan pada tanggal 7 Mei 2014 pukul 12.00 WIB
dengan keluarganya langsung.
Pasien dibawa ke RSJ Bandar Lampung karena dikeluhkan sering mengamuk,
berkata tidak jelas, merusak perabotan rumah tangga serta menangis sendiri.
Pasien juga memukul ayahnya dengan batu bata dan sempat keluyuran diluar
rumah dengan tidak mengenakan pakaian sehingga meresahkan masyarakat
sekitar. Sekitar 3 minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan pasien dirasakan
semakin lama semakin memberat, pasien menjadi sangat mudah marah dan
mengamuk serta pembicaraanya menjadi lebih kacau seperti orang kebingungan
lalu menangis setelah itu.
Sekitar 1 tahun SMRS pasien mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada
dasarnya pasien pendiam dan tertutup kepada siapapun termasuk keluarganya.
Mulai pada usia 17 tahun pasien mempunyai prasaan suka kepada lawan jenis.
Namun menurut pengakuan pasien dia tidak dapat meneruskan prasaannya
tersebut. Hal tersebut dibenarkan oleh ayahnya. Awalnya pasien tidak mau
meneruskan sekolah lagi setelah lulus SD dikarenakan kemauannya sendiri.
Pasien sehari-harinya membantu kedua orang tuanya di sawah dan sempat
menjadi tukang ojek. Pasien bercerita kepada orang tuanya bahwa pasien
merasa putus asa dalam mengejar wanita. Kemudian tiba-tiba beberapa hari
setelah itu pasien mudah marah mengamuk, berkata-kata tidak jelas, dan tidak
mengenakan pakaian saat keluar rumah. Orang tua pasien mengobati pasien
12

dengan dukun dan ustadz selama kurang lebih satu sampai dua bulan namun
hanya menenangkan gejala sesaat beberapa hari lalu kambuh kembali, hal
tersebut terus berlangsung, sampai pada saat pasien keluar rumah berencana
untuk pergi tidak kembali, ayah pasien mencoba untuk membujuknya pulang.
Namun, saat itu ayah pasien malah dipukul dengan menggunakan batu bata
dikepalanya sehingga ayah pasien sempat terluka. Setelah kejadian tersebut
ayah pasien dan keluarga sepakat untuk memasung anaknya di dekat rumah
dekat sungai kecil.

Pasien dipasung selama enam bulan. Selama dipasung

pasien tetap diberi makan dan terus dicoba diobati oleh dukun dan ustadz.
Setelah dirasa pasien sembuh, pasung dilepas selama dua bulan pasien tidak
pernah marah-marah dan mengamuk serta menangis sendiri. Pasien membantu
kedua orang tua bahkan sempat mengojek. Namun beberapa waktu setelah itu
pasien kembali marah-marah, mengamuk-ngamuk berkata tidak jelas, dan
merusak perabotan rumah tangga serta mengganggu lingkungan sekitar dan
selalu menangis sesudah itu. Sejak saat itu pasien sedikit makan, BAK dan BAB
semaunya.
Dahulu menurut ayahnya pasien sempat dipukuli dan sempat dicekik oleh
orangtua wali murid teman SDnya saat duduk di bangku kelas tiga. Sehingga
saat gangguannya terjadi menurut ayahnya pasien selalu memegang lehernya
dan bergerak-gerak untuk menghindari serangan dengan rasa ketakutan.
Secara umum kondisi pasien semakin lama semakin menurun dan menjadi lebih
parah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Akhirnya oleh keluarga, pasien
diputuskan untuk dibwa ke RSJ.
Saat wawancara pasien terlihat hipooaktif, curiga dan menutup diri. Hal ini
terlihat dari tatapan mata pasien yaitu seringnya melihat dan terkesan curiga
terhadap pemeriksa atau pun benda-benda yang ada disekitarnya. kontak mata
dari awal hingga akhir pembicaraan terkesan baik namun terkadang kontak mata
pasien tidak baik lebih banyak menghindari kontak mata. Pembicaraan yang
ditunjukkan pasien spontan, lancar, intonasi menurun namun terkadang
meningkat, volume rendah, kualitas kurang, kuantitas cukup namun sesekali
terdapat irelevansi. Saat wawancara pasien terkesan menutupi

masalahnya.

Pasien juga menunjukan sikap kooperatif. Pasien menyangkal penuh terhadap


apa yang dialaminya.
13

Saat dilakukan anamesis pada pasien ditemukan adanya gejala-gejala psikotik


berupa halusinasi auditorik yang bersifat comenting dan commending.

VI. Formulasi Diagnostik


Berdasarkan ikhtiar penemuan bermakna, kasus ini dapat dinyatakan
mengalami gangguan jiwa karena adanya distres / penderitaan dan akhirnya
timbul suatu Gangguan fungsi (hendaya) dalam fungsi pekerjaan dan aktivitas
sehari-hari pasien. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
suatu gangguan jiwa sesuai dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ-IV.
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan ke
dalam :
1. Gangguan psikotik karena adanya hendaya menilai realita yang
dibuktikan dengan adanya :
Waham : pikiran yang menyuruh pasien mengomentari pasien

adalah orang tidak berguna.


Perilaku kacau atau terdisorganisasi yaitu pasien tidak memakai
pakaian di luar rumah atau mondar mandir di rumah, gelisah, sulit

tidur.
2. Gangguan jiwa ini sebagai Gangguan Mental Non Organik (GMO)
karena :
Tidak ada gangguan jiwa yang disebabkan oleh penyakit organic
Tidak ada gangguan kesadaran neurologic
Tidak ada gangguan kognitif (orientasi dan memori)
Tidak ada gangguan akibat penyalahgunaan obat dan psikoaktif
yang berefek pada episode saat ini.
3. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif : tidak
ada karena pasien tidak pernah menggunakan zat psikoaktif.
Menurut DSM IV-TR kriteria diagnosis untuk menegakkan diagnosis gangguan
Skizoafektif adalah sebagai berikut :
A. Suatu periode penyakit yang berkesinambungan selama sutu waktu,
terdapat salah satu Episode Depresi Mayor, Episode manik atau episode
campuran yang terjadi bersama-sama dengan gejala yang memenuhi
kriteria A. Skizofrenia. Catatan : Episode Depresi Mayor harus termasuk
kriteria A1 : mood terdepresi.
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi
selama paling kurang 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol.
14

C. Terdapat gejala yang memenuhi kriteria suatu periode mood untuk


bagian besar durasi total periode aktif dan residual dari penyakit.
D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya,
penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum.
Tipe :
a. Tipe bipolar : jika gangguan termasuk suatu episode manik atau
campuran (atau suatu episode manik atau campuran dan episode
depresi mayor)
b. Tipe depresi : jika gangguan hanya termasuk episode depresi mayor.
Menurut DSM IV diagnosis Skizoafektif tipe depresif dapat ditegakkan apabila
terdapat:
1. Pada saat episode yang sama, terdapat episode depresi yang bersamaan
dengan gejala pada kriteria A untuk skizofrenia yakni: Gejala karakteristik : 2
atau lebih dari gejala muncul dalam waktu yang signifikan selama 1 bulan
(atau kurang bila berhasil diobati)
a. Waham
b. Halusinasi
c. Disorganisasi dalam berbicara (inkoherensi, dll)
d. Perilaku disorganized, katatonik
e. Gejala negatif yaitu afek yang mendatar,dll.
Bila waham yang terdapat pada pasien adalah waham aneh atau halusinasi yang
bersifat commenting maka 1 gejala sudah dapat memenuhi.
2. Selama periode sakit (episode), terdapat waham atau halusinasi setidaknya
minimal 2 minggu dimana tidak ada gejala gangguan mood/afektif yang
berarti
3. Gejala yang memenuhi kriteria episode gangguan mood jelas terjadi pada
bagian dari total durasi periode aktif dan residual dari penyakit
4. Gangguan ini terjadi bukan karena efek langsung dari zat psikoatif ataupun
penyakit sistemik tertentu.

15

Adapun Gejala utama untuk mood depresif yaitu :


Mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang
menyebabkan rasa mudah lelah dan menurunnya aktifitas.
Gejala lainnya, yaitu :
Konsentrasi berkurang
Kepercayaan diri berkurang
Rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
Pikiran-pikiran yang membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur kebanyakan atau sedikit
Nafsu makan bisa berkurang atau sebaliknya.
Menurut PPDGJ-III Gangguan Skizoefektif tipe depresif :
Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif yang
tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar episode
didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.
Afek depresif harus menonjol, disertai sedikitnya dua gejala khas, baik

depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam uraian


untuk episode depresif.
Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan sebaiknya ada

dua, gejala khas skizofrenia.


Menurut PPDGJ-IV
Diagnosa skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya
skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan (simultaneously) atau beberapa hari yang satu sesudah yang
lainnya dalam satu episode penyakit yang sama dan bilamana sebagai
konsekuensi dari ini episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik

skizofrenia atau episode manik atau depresif.


Diagnosa tidak bisa digunakan bila gejala skizofrenia dan gangguan afektif

dalam episode penyakit yang berbeda.


Sedangkan gangguan skizoafektif tipe depresif digunakan baik untuk
episode skizoafektif tipe depresif yang tunggal maupun berulang dengan
sebagian besar episode skizoafektif tipe depresif. Afek depresif harus
menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik depresif maupun
kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode
depresif (F32).
Pada pasien ini telah memenuhi gejala yang khas untuk skizofrenia yaitu

halusinasi auditorik dan waham tidak sistematis. Menurut pasien ia mendengar


16

suara bisikan yang tidak ada wujudnya di telinganya yang tidak jelas seorang
wanita. Selain itu juga pasien merasa dirinya tidak berguna di dunia ini. Pada saat
yang bersamaan pasien juga mengalami gangguan afektif berupa tipe depresif
yaitu mood depresif (sedih, murung), kehilangan minat dan mudah lelah sehingga
aktifitas menurun, selain itu juga pasien merasa hidupnya tidak berguna, nafsu
makan berkurang, konsentrasi dan perhatian menurun, dan terkadang terlintas
pikiran untuk mengakhiri hidupnya.
Kemampuan intelegensia atau kognitif yang kurang yang menyebabkan pasien
tidak dapat melanjutkan pendidikannya sehingga diagnosis retardasi mental dapat
ditegakkan untuk axis II. Jadi, retardasi mental pada pasien ini diakibatkan karena
adanya physical abuse.
.
Untuk mengklasifikasikan ke dalam jenis retardasi mental ringan, sedang, berat,
dan sangat berat, kita dapat menentukan dari seberapa berat tingkat gangguan
intelegensia dan disfungsi dalam pekerjaan, sosial, maupun perawatan diri. Pada
pasien ini memiliki fungsi pekerjaan tidak baik dan fungsi sosial yang tidak baik
Dalam kemampuan menolong diri sendiri pada saat ini dapat dikatakan cukup
karena pasien mau makan dan mandi sendiri.
Berdasarkan keterangan di atas, maka sesuai dengan kriteria PPDGJ III diusulkan
diagnosis axis II pada pasien memenuhi kriteria diagnosis: retardasi mental
sedang (F71).

VII. Evaluasi Multiaksial


AKSIS I : Gangguan Skizoafektif tipe depresif (F25.1)
AKSIS II: Retardasi Mental Sedang (F71).
AKSIS III: Tidak Ada.
AKSIS IV: Problem psikososial & lingkungan kasus ini terdiri dari :
Masalah ekonomi dalam keluarga.
Masalah kekerasan fisik
AKSIS V : Skala GAF tertinggi pada 1 tahun terakhir: 52 (Gejala sedang /
moderate, disabilitas sedang. GAF sekarang : 57.
VIII. Daftar Masalah
Organobiologis : tidak ada
Psikologis :

17

Riwayat melakukan percobaan kekerasan fisik pada ayahnya.


Pasien merasa dirinya tidak berguna lagi di dunia
Adanya pikiran pasien yang menyuruhnya untuk melakukan

tindakan melindungi diri dari orang-orang yang jahat.


Pasien merasa sedih dan terlihat murung serta sering melamun
Lingkungan dan sosial ekonomi :
Hubungan keluarga yang tidak dekat antar keluarga
Keluarga termasuk dalam ekonomi dan penidikan yang
menengah ke bawah
.

IX.

Rencana Terapi
Psikofarmakologi:
Obat anti Depresan golongan SSRI cth :
fluoxetine 20mg (dewasa) 1x1 dengan dosis maksimal 80mg/hari.
Obat antipsikosis : Risperidon 1x2mg
Perawatan rawat inap untuk memantau keadaan perasaan, perilaku, dan
tilikan dalam beberapa hari.
Non-Farmakologi
Terapi Kognitif :
Suatu teknik mengajarkan pasien cara berpikir dan bersikap untuk
menggantikan sikap negative yang salah mengenai diri mereka
sendiri, dunia dan masa depan. Terapi ini merupakan terapi

program jangka pendek.


Terapi perilaku

Terapi perilaku sering

digunakan

untuk

menerapi

ketidakberdayaan yang dipelajari pada sejumlah pasien yang


tampaknya menghadapi setiap tantangan kehidupan dengan rasa

ketidakmampuan.
Terapi Interpersonal

Berlangsung sekitar 12-16 minggu sesi dan dapat dikombinasi


dengan obat antidepresan.
Terapi keluarga dan Kelompok
Terapi keluarga dapat membantu pasien dan keluarga pasien untuk
menghadapi gejala gangguan. Dapat membantu pasien yang menarik
diri

serta

mempelajari

cara

baru

menghadapi

masalah

interpersonalnya di dalam situasi sosial.

18

VIII. Prognosis
o Quo ad Vitam : Ad bonam
o Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
o Qua ad Sanationam : Dubia ad Bonam

LAMPIRAN
Longitudinal History

19

You might also like