You are on page 1of 8

Open bite suatu keadaan dimana terdapat ruang pada incisal atau

oklusal gigi RA dan RB pada saat gigi itu sedang oklusi sentrik
Ada dua: open bite anterior biasanya pada anterior , o.b posterior
oada regio p dan molar(posterior)

Kelenjar adenoidkelompok jaringan limfoid(memproduksi limfosit) yang


terletak pada atap dan dinding posterior nasoofaring, diantara tuba
auditori dan dinding posterior nasofaring. Hiper. Ini muncul sebagai
respon multiantigen virus, bakteri, alergen, makanan dan iritasi
lingkungan.
-

MEKANISME
Menurut ahli psikologi Sigmund Freud
pada usia 0-18bulan adalah fase oral, menurut sifatnya kebiasaan buruk
dibagi menjadi dua, yaitu kompulsif(kebiasaan berulang, berhubungan dg
keadaan emosi/psikologis) dan non kompulsif( dapat dihentikan seiring
pertambahan usia)
Menghisap jempoltekanan dalam mulut,menekan udara keatas
palatum sempit dan dalam ,kedalaman palatum tergantung dari letak jari
dan banyak jari yang dimasukkan ke mulut tekanan/kontraksi dari otot
buccinator saat menghisap posisi lidah dibawah jarinya mendorong
gigi insisivus maju ,Tergantung anak menempatkan ibu jari di antara
insisivus bawah dan atas, biasanya dengan sudut tertentu, maka akan
terdapat dorongan insisivus bawah ke lingual sedangkan yang insisivus
atas ke labial mengecilnya palatum dapat menyebabkan open bite
anterior
terjadi maloklusi (protrusi)
Kelenjar adenoid Secara fisiologis mencapai ukuran maks pada usia 37th kmudian menetap pada usia 8-9th, jika terjadi hipertrofi adenoid,
maka nasofaring sebagai penghubung udara inspirasi dan sekresi
sinonasal yang mengalir dari kavum nasi ke orofaring akan mengalami
penyempitan. Maka dari itu susah bernafas melewati hidung
MENURUT penelitian
Hipertrofi adenoid(salah satu penyebab perubahan
dentofacial)cenderung bernafas lewat mulut, memiliki rahang yang
sempit membentuk huruf V(karena tidak menutup saat bernafas serta
karena posisi lidah yang rendahterjadi ketidakseimbangan antara
tekanan lidah dan tekanan yang diberikan oleh otot pipimenyebabkan
kompresi(tegangan) pada prosessus alveolar disekitar regio premolar dan
molar oleh otot-otot pipi posterior crossbite perlu usaha otot yang
besar untuk penutupan bibir dan apabila semakin lama paparan fungsi
otot yang tidak seimbang karena bernafas melalui mulutsemakin besar
risiko terjadinya maloklusi kelas II
. akibat pasien mencoba membasahi
bibir yang kering mengakibatkan insisivus terdorong ke labial.

. Posisi lidah memainkan peran penting dalam perkembangan mandibula.


Perpindahan lidah kebawah paada pasien dengan hipertrofi adenoid/tonsil
dapat menyebabkan retrusi mandibula shg tampak long face.
LIDAH
badhabit tongue thrust
posisi menelan yg normal adalah gigi pada posisi oklusi, bibir tertutup,
dan lidah berkontak pada palatum. Dari teori keseimbangan, tekanan
lidah yang ringan tetapi berlangsung lama pada gigi dapat menyebabkan
adanya perubahan susunan gigi baik secara vertikal maupun horizontal.
Disebabkan pasien meletakkan lidahnya kedepan sehingga memeberikan
tekanan terus menerus pada gigi anterior, meskipun dalam tekanan kecil.
Pada pasien yang posisi lidahnya normal pada saat menelan tidak
banyak pengaruhnya terhadap susunan gigi.
1.
-

2.
3.
-

Adakah hub maloklusi dg pembesaran kelenjar adenoid


Pembesaran kel adenoid Akan meghambat saluran pernafasan, shgga
bernafas lwt mulut, shgga mandibula akan kebawah , wajah bagian depan
lbh panjang.
Mengapa drg menunda utk melakukan perawatan
Disembuhkan dulu penyebabnya , kebiasaan buruk di hilangkan dulu
Bagaimana bisa terjadi maloklusi dg menghisap ibu jari
Karena posisinya harus menganga, menghisap ibu jari dapat mendorong
gigi ra ke depan
Tekanan dari luar rongga mulut dan tekanan dalam rongga mulut harus
sama. Ibu jari mendorong palatum jd tinggi dan sempit.
MALOKLUSI
URUTAN PERAWATAN= menghilangkan badhabit pecarian
ruangdilakukan scallingpengaturan lengkung gigipenyesuaian
oklusipemakaian retainer
menghilangkan bad habit : perawatan psikologis(mengetahui penyebab
dg cara pendekatan dilakukan, berikan penghargaan bila anak sudah
berhasil menghhilangkan kebiasaannya.
: MI atas berada di distal P dan Mesial M1 bawah
Retrusif : MI atas di distal Mi rahang bawah
MENURUT Walter (2012)
Menyebutkan bahwa hipertrofi adenoid dan tonsil berhubungan dengan
terjadinya maloklusi kelas II yang cukup tinggi yaitu 43,2%, yang terjadi
pada usia yang sama.
Hubungannya dapat disebabkan karena keadaan palatum yang sempit
dan dalam akan mempengaruhi keseimbangan lidah anak

3 syarat kebiasaan buruk dapat membuat maloklusi


1. Intensitas seberapa sering tindakan itu dilakukan

2. Frekuensi seberapa sering tindakan itu diulang perhari


3. Durasi berapa lama tindakan itu dilakukan
Durasi misal 6jam perhari dengan frekuensi yang tinggi dan dengan
intensitas yang terus menerus.
Apa saja yang menyebabkan closed airway ?
pembengkakan mukosa hidung yg muncul waktu pilek,
alergi infeksi kronis sepertipolip nasal dan sinusitis,
Obstruksi anatomis (saluran rongga hidung yg menyempit),
pembengkakan tonsil faringea / amandel (adenoid) biasanya saat lahir
ukurannyakecil membesar tumbuh mengisi ruang nasofaringeal pada usia
3-5 tahun sehinggamengurangi ukuran saluran nafas melalui hidung
sampai pada umur 5-10 tahunsehingga pada anak sering terjadi closed
airway. Adenoid dalam keadaan normalakan mengecil pada
masa pubertas.karena sumbatan nasofaring terjadinya penyimpangan pada nasal
danpenyumbatan orofaring karena infeksi
Faktor faktor etiologi dari maloklusi menurut Graber, adalah :
1. Faktor umum,
Faktor umum dibagi menjadi:
1. Faktor skeletal.
Faktor skeletal meliputi ukuran, bentuk, dan posisi dari rahang atas
maupun rahang bawah.
2. Faktor otot.
Faktor otot meliputi bentuk, dan fungsi otot yang mengelilingi gigi,
misalnya otot pipi dan lidah.
3. Faktor gigi.
Faktor gigi meliputi ukuran gigi geligi dalam hubungannya dengan ukuran
rahang.
yaitu faktor yang tidak berpengaruh langsung pada gigi, yang meliputi :
a. Herediter
b. Kelainan kongenital
c. Lingkungan :
Prenatal
Postnatal
d. Penyakit atau gangguan metabolism
e. Problema diet
f. Kebiasaan buruk
g. Posture
h. Trauma dan kecelakaan
2. Faktor lokal, yaitu faktor yang berpengaruh langsung pada gigi
Sedangkan factor local, terdiri dari:
1. Posisi perkembangan gigi-gigi yang acak.
2. Adanya gigi-gigi supernumery.
3. Hipodonsia (tidak adanya gigi tertentu)
4. Efek aktivitas kebiasaan tertentu (kebiasaan buruk)
5. Anomali jaringan lunak yang terlokalisir (frenulum labial),

Klasifikasi Edward Angle (1899) walaupun berbeda dalam beberapa


aspek yang penting. Ini adalah klasifikasi dari hubungan antero-posterior
lengkung gigi-gigi atas dan bawah dan tidak melibatkan hubungan lateral
serta vertical, gigi berjejal dan malposisi local dari gigi-gigi:

1. Klas 1.
Hubungan ideal yang bisa ditolerir, dimana gigi berada pada posisi normal
di lengkung rahang, ujung caninus berada di bidang vertical yang sama
seperti ujung gigi caninus bawah. Gigi premolar atas berinterdigitasi
dengan gigi premolar bawah. Gigi insisiv berada pada inklinasi yang tepat
dimana overjet insisal adalah 3 mm.

2. Klas 2.
Pada klas 2, lengkung gigi bawah lebih posterior daripada lengkung gigi
atas dibandingkan pada hubungan klas 1. Pada klas 2 ini profil wajah
berbentuk cembung. Ada 2 tipe hubungan klas 2 yang umum dijumpai,
yaitu:
a. Klas 2 divisi 1.
Gigi insisiv sentral atas mengalami proklinasi(gigi yang potrusi/maju ke
depan) dan overjet(jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA
terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB) insisal lebih besar. Gigi
insisiv lateral atas juga proklinasi.
b. Klas 2 divisi 2
Gigi insisiv sentral atas mengalami proklinasi sedangkan gigi insisiv
lateral atas bias mengalami proklinasi

3. Klas 3
Pada klas 3 lengkung gigi bawah terletak lebih anterior tehadap lengkung
gigi atas dibandingkan hubungan klas 1. Pada klas 3 ini profil wajah
berbentuk cekung.
Pada salah satu penelitian mengenai oklusi gigi, Foster dan Day
menemukan proporsi sebagai berikut:
Klas 1 44%
Klas 2 divisi 1 27%
Klas 2 divisi 2 18%
Klas 2 (tak pasti) 7%
Klas 3 (sejati) 3%
Klas 3 (postural) 0,3%
(Foster, T.D: 1993)
Klasifikasi Incisivus
1. Kelas 1- Incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak di
bawah cingulum plateau incisive rahang atas

kelas I incisivus
1. Kelas 2- incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak
pada bagian palatal sampai cingulum plateau pada incisive rahang atas.
Terbagi menjadi:

kelas II incisivus
1.
1.

Pembagian :

2.

kelas II incisivus divisi 1


Pembagian 2: central incisor rahang atas mengalami retroklinasi

kelas II incisivus divisi 2

1. Kelas 3-incisor edge pada rahang bawah oklusi dengan atau terletak
pada bagian anterior sampai cingulum plateau pada incisive rahang
bawah

kelas III incisivus


Pada oklusi yang normal adalah hubungan kelas 1 dan overjet sebesar 24mm. overbite terjadi saat incisive rahang atas menutupi sampai 1/3
incisive bagian bawah pada saat oklusi.
Klasifikasi Skeletal
Hubungan rahang satu sama lain juga bervariasi pada ketiga bidang
ruang, dan variasi pada setiap bidang bisa mempengaruhi.
Hubungan posisional antero-posterior dari bagian basal rahang atas dan
bawah, satu sama lain dengan gigi-gigi berada dalam keadaan oklusi,
disebut sebagai hubungan skeletal. Keadaan ini kadang-kadang disebut
juga sebagai hubungan basis gigi atau pola skeletal. Klasifikasi dari
hubungan skeletal sering digunakan, yaitu:
1. Klas 1 skeletal-dimana rahang berada pada hubungan antero-posterior
yang ideal pada keadaan oklusi.

kelas I skeletal
2. Klas 2 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi, terletak lebih
ke belakang dalam hubungannya dengan rahang atas, dibandingkan
pada Klas 1 skeletal.

kelas II skeletal
3. klas 3 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih
ke depan daripada kelas 1 skeletal.

kelas III skeletal


Contoh dari Klas 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada Gambar 4.3. Tentu saja, di
sini ada berbagai macam kisaran keparahan Klas 2 dan Klas 3 skelatal.
Gambar 4. 4 memperlihatkan efek variasi dari hubungan skeletal
terhadap oklusi gigi-gigi jika posisi gigi pada rahang tetap konstan.

1.

2.

Dampak Mouth Breathing


Kelainan orthodontik yang terjadi pada anak yang bernafas melalui mulut
adalah:
Maloklusi Klas II divisi 1. Anak yang bernafas melalui mulut memiliki
bibir pendek sehingga diperlukan usaha otot yang besar untuk
mendapatkan penutupan bibir, maka diperoleh penutupan lidah-bibir
bawah dan ini terdapat hubungan Klas II divisi 1. Akibat dorongan lidah
ketika pasien mencoba membasahi bibir yang kering mengakibatkan
mahkota insicivus terdorong ke labial.
Anterior open bite. Tanimoto dkk. menyatakan bahwa mouth
breathing dapat mengakibatkan open bite dengan susunan gigi maksila
yang sempit. Penutupan bibir pada anak yang bernafas melalui mulut

yaitu penutupan lidah-bibir bawah, di mana ujung lidah berada pada


incisal insicivus mandibula yang mencegah erupsi lebih lanjut dan
menghalangi perkembangan vertical dari segmen insicivus tersebut. Hal
ini yang menyebabkan anterior open bite pada anak yang bernafas
melalui mulut.
3.

Maksila yang sempit dengan palatum tinggi. Perubahan pola


pernapasan dapat mengubah ekuilibrium tekanan pada rahang dan gigi
dan mempengaruhi pertumbuhan rahang dan posisi gigi. Lidah
tergantung di antara lengkung maksila dan mandibula menyebabkan
konstriksi segmen bukal sehingga menyebabkan bentuk v maksila dan
palatum yang tinggi. Hal ini dikarenakan kurangnya stimulasi muskulus
yang normal dari lidah dan tekanan yang meningkat pada kaninus dan
area molar pertama akibat tegangnya muskulus orbicularis oris dan
bucinator, segmen bukal maksila tidak berkembang dan memberikan
bentuk v pada maksila dan palatum yang tinggi dan pasien biasanya
mengalami cross bite posterior.

You might also like