You are on page 1of 4

Evaluasi dan Kontrol Kualitas

1. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan dari emulsi multipel dapat dilakukan dengan mata
telanjang. Kestabilan dari emulsi juga merupakan syarat kestabilan dalam
multipel emulsi. Pemeriksaan dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
terjadi atau tidaknya kestabilan dalam multipel emulsi seperti pemisahan
fasa, cracking,creaming, sedimentasi, agregasi, flokulasi dan deflokulasi
dari multipel emulsi. Karakteristik fisik lain seperti perubahan volum,
perubahan warna, homogenitas, warna, daya sebar, dan konsistensi dapat
juga dilakukan terhadap multipel emulsi.
Tipe emulsi dapat ditentukan dengan menambah fase kontinu atau
fase eksternal pada multipel emulsi yang telah dibuat. Pengujian terhadap
konduktivitas dapat juga dilakukan untuk menentukan tipe multipel emulsi
yang terbentuk, karena hanya multipel emulsi M/A/M yang dapat
mengalirkan listrik.
2. Pemeriksaan mikroskopik
Penggunaan mikroskop cahaya ataupun mikroskop elektron untuk
melihat droplet atau globul emulsi yang terbentuk dapat dilakukan untuk
memastikan terbentuknya multipel emulsi. Bentuk droplet dari multipel
emulsi yang unik dapat dijadikan sebagai parameter terbentuknya
multipel emulsi yang baik. Beberapa dari pemeriksaan mikroskopik yang
dapat dilakukan adalah
a. Fotomikrografi
Fotomikrografi merupakan potret mikroskopik dari multipel
emulsi. Dari fotomikrografi kita mendapat gambaran dari suatu
multipel emulsi. Fotomikrografi dapat digunakan utuk melihat
struktur dari multipel emulsi selain itu juga dapat digunakan untuk
melihat ada atau tidaknya ketidakstabilan seperti koalesens,
kestabilan yang disebabkan oleh gaya geser juga dapat dilihat
melaalui metode ini,
b. Videomikrografi
Perbedaan videomikrografi dan foto mikrografi adalah
videomikrografi memberikan gambaran yang bergerak karena
menggunakan kamera video untuk merekam pergerakan droplet
dari waktu ke waktu. Teknik ini dapat digunakan untuk memaahami
dan melihat mekanisme terjadinya ketidakstabilan pada multipel
emulsi.
c. Kapiler mikroskopik
Keuntungan dari metode ini dari teknik pemerikasan
mikroskopik yang lain adalah memberikan gambaran sejak dari
tahap
preparasi dari multipel emulsi yang dibuat. Jika teknik
mikroskopik yang lain menganalisis globul yang terbentuk dalam
sistem bulk, dengan kata lain hanya ketika multipel emulsi telah
terbentuk dan secara kolektif , metode kapiler mikroskopik dapat
menaganalisis mulai dari terbentuknya multipel emulsi dan dapat
menganalisis pembentukan multipel emulsi secara individual
(perdroplet) ketika fase multipel emulsi dicampur dan dilewatkan
pada pipa kapiler yang sagat tipis (diameter 150-200 m).

d. Mikroskop elektron
Mikroskop elektron memberikan gambaran detail dari droplet
yang terbentuk pada multipel emulsi. Kekurangan penggunaan
menggunakan teknik mikroskopik optis adalah ketidakmampuannya
untuk memberikan gambaran droplet yang berukuran sangat kecil
dan tidak dapat digunakan untuk melihat droplet air yang
terperangkap dalam droplek minyak.
3. Jumlah globul
Metode
karakterisasi
lain
yang
dapat
digunakan
untuk
mengevaluasi multipel emulsi adalah menghitung jumlah globul per
milimeter kubik. Bilangan globul yang tinggi berkorelasi dengan kestabilan
multipel emulsi yang tinggi. Alat yang dapat digunakan untuk menentukan
bilangan globul adalah hemoCytometer. Alat ini terdiri dari kotak-kotak
yang kecil dan akan terisi oleh multipel emulsi ketika dilakukan dilusi yang
tepat. Biasanya digunakan 5 kelompok yang terdiri dari 16 kotak untuk
perrhitungan. Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah globul
adalah

Jumlah Globul /mm 3=

J umlah globul perkotak dilusi 4000


Jumlah kotak yang dihitung

4. Potensial Zeta
Setiap droplet memiliki muatan listrik statis pada permukaannya,
muatan inilah yang memberikan gaya tolak elektrostatik pada kestabilan
elektrostatis. Muatan pemukaan ini akan menyebabkan droplet memiliki
suatu nilai potensial yang dapat dianalisis menggunakan potensiometer.
Instrumen yang biasa digunakan adalah sel mikroeletroporesis dengan
elektroda platinum-iridium. Alat ini mengukur potensial zeta dengan
menentukan mobilitas elektroporetik dari globul ketika diberi tegangan
tetap datau tegangan bervariasi. Potensial Zeta dapat dihitung dengan
rumus

4
E

= potensial zeta (mV)


= viskositas medium dispersi (P)
= migrasi dari globul (cm/s)
= konstanta dielektrik dari medium dipersi
E = gradien potensial (tegangan yang diberikan/jarak antar
elektroda)
5. Efisiensi pemerangkapan (Entrapment efficiency)
Parameter ini merupakan parameter yang umum digunakan untuk
mengavaluasi multipel emulsi. Kualitas dari multipel emulsi dilihat dari
seberapa efisien zat aktif terperangkap pada fasa terdalam dari multipel
emulsi. Hasil studi menunjukkan bahwa efisiesi pemerangkapan
tergantung pada rasio surfaktan lipofilik dan surfaktan hidrofilik yang
digunakan pada masing-masing fasa. Rasio lebih besar dari 10 dipercaya
memberikan efisiensi 90%.

Untuk mengukur efisiensi pemerangkapan biasanya ditambahkan


pelacak internal. Pelacak internal ini biasanya impermeabel dan di
tambahkan pada fasa dalam (inner phase). Persentase obat yang
terperangkap dihitung secara tidak langsung dengan menghitung jumlah
obat yang tidak terperangkap padaa fasa terluar dan melakukan balans
bobot untuk menentukan penanda yang terperangkap. Beberapa penanda
yang digunakan antara lain glukosa, ion hidrogen, elektrolit, coccine,
berbagai pewarna (sulfane biru, politartazane), dan beberapa bahan
radioaktif (D2O). Efisiensi pemerangkapan diekspresikan secara matematis
sebagai berikut

Efisiensi pemerangkapan=

( jumlah total obatobat bebas 100)


jumlah total obat

Beberapa prose digunakan untuk memisahkan penanda


termasuk dialisis, sentrifugasi, pengukuran konduktivitas. Studi
menunjukkan bahwa penggunaan zat aditif tertentu dapat
meningkatkan keterbentukan dari emulsi. Zat aditif ini diantaranya
garam natrium dari alkil sulfonat dam alkil karbonat dan beberapa
agen osmotik seperti sorbitol, sodium karbonat, dan tween.zat aditif
ini harus ditambahkan pada fasa internal air. Studi lain
menunjukkan hasil yang serupa untuk penambahan natrium klorida
pada fasa internal, tetapi inversi fasa terjadi ketika natrium klorida
ditambahkan pada fasa luar kontinu pada emulsi M/A/M yang
mengandung triptofan.
6. Persentase separasi fasa
Koalesens dari globul menimbulkan separasi salah satu fasa
dari emulsi dan menimbulkan ketidakstabilan. Persentase pseparasi
fasa dapat didefinislan sebagai persen volum fasa yang terpisah
dari volum emulsi total. Persentase ini dapat ditentukan dengan
mengamati fasa yang terpisah pada 20 mL emulsi yang baru saja
dipreparasi. Emulsi dimasukkan ke dalam gelas ukur 25 mL
dibarkan dalam rentang waktu tertentu pada suhu ruang atau
kondisi spesifik tertentu. Persentase separasi fase (B) pada waktu
tertentu dapat dihitung dengan :

B ( )=100

V fase terpisah/20
( V 1+V 2)/(V 1+V 2+V 0)

V1 = Volume fase air terdalam


V2 = Volume fase kontinu
V0 = Volume fase tengah
V fase terpisah = Volume fase yang terpisah pada waktu
tertentu
7. Pelepasan Obat secara in vitro
Profil pelepasan obat yang sesuai merupaka salah satu
parameter dalam mengevaluasi kualitas dari emulsi. Obat biasanya

terdapat dalam fase terdalam, fase tengah (intermediat) bertindak


sebagai perisai yang mengontrol pelepasan obat
Dialisis merupakan teknik yang umum digunakan untuk
mengevaluasi parameter ini. 5- 10 mL emulsi di masukkan ke dalam
tabung dialisis yang ditutupi membaran cellophane pada kedua
ujungnya, lalu di letakkan dalam 200-250 mL media disolusi yang
sesuai (saline buffer fosfat,assay buffer, dan lain-lain) pada aparatus
disolusi keranjang berputar United States Pharmacopeia type 1.
Tabung dialisis dijaga tetap terendam seluruhnya dalam media
disolusi selama proses. Sampel lalu diambil pada interval waktu
tertentu dan volum disolusi dijaga tetap dengan menggantinya
dengan media baru dengan volum yang sama.

You might also like