You are on page 1of 19

Tugas Manajemen Resiko Kebakaran

STUDI KASUS MANAJEMEN KEBAKARAN


RESTORAN CEPAT SAJI FAST FOOD X

Oleh :
ARIE ARIZANDI KURNIANTO
101324253007

PROGRAM MAGISTER KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014
DAFTAR ISI

Daftar Isi.

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.........
B. Rumusan masalah.
C. Tujuan..

2
3
3

BAB II STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN


A. Studi Kasus..
B. Pembahasan .. .. .

4
5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran. ...

15
15

DAFTAR PUSTAKA..

16

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, restoran restoran cepat saji mulai menjamur dan mulai bermunculan di
Indonesia. Tetapi apabila kita melihat lebih dalam lagi dari tahun ke tahun, restoran fastfood
yang mendominasi hanya itu itu saja. Contohnya adalah Mc Donald. Perusahaan ini sangatlah
laris di negara Indonesia ini. Produk yang mereka tawarkan pun menarik. Mulai dari
makanan sampai dengan service yang mereka tawarkan. Produk yang mereka tawarkan
adalah seperti ayam, nasi, kentang goreng, hamburger, dan juga mainan serta jasa pesan antar.
Dalam kegiatan operasionalnya, restaurant cepat saji menggunakan peralatan memasak
berbahan logam yang membutuhkan listrik. Perubahan peralatan memasak ini merupakan
salah satu bentuk kemajuan teknologi untuk memberikan hasil masakan yang lebih baik dan
efektifitas penggunaan bahan dan energy yang dibutuhkan dengan mengurangi penggunaan
LPG.
Namun, aspek yang harus diperhatikan adalah dampak yang ditimbulkan dari
penggunaan alat alat listrik, salah satu dianaranya adalah resiko kebakaran akibat listrik
statis. Pengawasan penggunaan peralatan listrik tidak hanya di daerah operasional, namun
juga wilayah sekitar restoran, seperti gudang, taman dan lapangan parker, dimana terdapat
pemicu kebakaran lainnya. Salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan bangunan
termasuk gedung tempat kerja adalah pengamanan terhadap bahaya kebakaran sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat 1. Realisasi tindakan pengamanan ini umumnya
diwujudkan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Tindakan pengamanan
ini dilakukan dengan penyediaan atau pemasangan sarana pemadam kebakaran seperti alat
pemadam api ringan (APAR), hidran, sprinkler, detektor dan lain sebagainya berdasarkan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat 2 bagian (b). Meskipun tingkat kesadaran akan
pentingnya sistem proteksi kebakaran semakin meningkat, namun masih banyak dijumpai
bangunan yang tidak dilindungi dengan sarana proteksi kebakaran, atau sarana yang
terpasang tidak memenuhi persyaratan.

Kebakaran dapat mengakibatkan suatu kerugian yang sangat besar baik kerugian
materil maupun kerugian nonmateril. Pengamatan terhadap kasuskasus kebakaran selama
ini, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain adalah bahwa sistem proteksi
kebakaran tidaklah cukup hanya dengan penyediaan alat pemadam api ringan (APAR) atau
hidran yang disebut sebagai sistem proteksi aktif. Diperlukan sarana proteksi lainnya yakni
detektor dan sprinkler untuk mendukung mobilitas APAR dan hidran sebagai sistem proteksi
aktif. Oleh karena itu berbagai langkah dan upaya penanggulangan bahaya kebakaran
merupakan hal yang penting diterapkan dan dilaksanakan guna mencegah terjadinya bahaya
kebakaran. Pada umumnya terjadinya kebakaran diawali dengan kebakaran dari api kecil.
Bila sejak dini dapat diatasi/dipadamkan, maka kebakaran yang dapat menimbulkan berbagai
macam kerugian dapat dihindarkan, misalnya dengan pemasangan sprigkler pada bangunan
gedung.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep
dasar api penyebab kebakaran hingga usaha penanggulangan serta pencegahan kebakaran.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah analisa penyebab terjadinya kebakaran dan
pencegahan dan penanganan kebakaran, khususnya di restaurant Fastfood X.
C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai media informasi kepada
masyarakat untuk mengetahui dan mengidentifikasi penyebab terjadinya kebakaran
dan pencegahan dan penanganan kebakaran, khususnya di restaurant Fastfood X.

BAB II

STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. STUDI KASUS
Beberapa peristiwa kebakaran di restaurant Fasfood X dilaporkan akibat
hubungan singkat (korsleting listrik). Beberapa diantaranya adalah :

Pada

tanggal

16

Juni

2014.

Kejadiannya

21.30 WIB. Kejadian ini cukup

sekitar

pukul

mengagetkan,

Karena malam sebelumnya terjadi

kebakaran hebat

di

Panglima

gedung

Bank

Swasta

di

Jl

Sudirman Surabaya. Lokasinya

tak jauh

dari restaurant Fasfood X cabang


Basuki Rahmat. Diduga akibat
korsleting

listrik,

terbakar.

Untung

sehingga
petugas

pemadaman

bergerak cepat. Hanya dalam


tempo satu jam, api berhasil

Gambar 1. Kebakaran sebuah restoran cepat saji di Surabaya

dipadamkan. Awalnya hanya terlihat percikan api kecil dari kabel yang
menempel di pepohonan. Secara cepat api merembet menjadi besar, kemudian
mengepulkan asap tebal ke langit. Setelah pihak Fasfood X melakukan laporan,
empat mobil pemadam kebakaran milik Pemerintah Kota Surabaya datang.
Dibantu sejumlah polisi yang ikut menertibkan pengguna jalan, akhirnya api
bisa dijinakkan. Arus lalu lintas di Jl Basuki Rahmat depan Tunjungan Plaza,
sempat macet. Karena pengguna jalan banyak yang menonton kejadian ini.
Petugas juga tampak memeriksa mesin ATM yang hangus terbakar di lantai
satu. Setiap bagian dari mesin ATM tersebut diperiksa, dikarenakan api
berpotensi muncul dari masin ATM jika terjadi korsleting.

Pada tanggal 22 September 2010, kejadian kebakaran di lingkungan Gedung


Sabero House, Kemang, Jakarta Selatan, malam sekitar pukul 21.00. Dinas
Pemadam Kebakaran mengerakan enam unit mobil ke lokasi. Traffic
Management Center (TMC) Polda Metro Jaya melaporkan pada pukul 21.45,
api berhasil dipadamkan. Lokasi kebakaran tepatnya di Gedung Incubare yang
berada di dekat gerai MCDonald. Sampai Saat berita diturunkan mobil
pemadam masih berada di lokasi. Belum diketahui penyebab kebakaran dan
5

kerugian yang ditimbulkan akibat


kebakaran ini.

B. PEMBAHASAN
Pada kasus diatas, beberapa hal
yang

harus

dicatat

adalah

faktor

penyebab kebakaran, lokasi kebakaran


dan waktu kebakaran. Kebakaran dapat
terjadi jika ada tiga unsur yaitu bahan
yang mudah terbakar, oksigen dan

Gambar 2. Kebakaran sebuah restoran cepat saji di Jakarta

percikan api. Sementara beberapa data mengenai kebakaran yang dikumpulkan oleh
dinas kebaaran di Indonesia antara lain, Dinas Kebakaran DKI Jakarta sejak dari
tahun 1992 s/d 1997 telah tejadi kebakaran sebanyak 4.244 kasus di mana yang 2135
kasus disebabkan karena konsleting listrik. Berarti 50% lebih dari total kasus
kebakaran disebabkan oleh listrik. Hal ini karena perlengkapan listrik yang digunakan
tidak sesuai dengan prosedur yang benar dan standar yang ditetapkan oleh LMK
(Lembaga Masalah Kelistrikan) PLN, rendahnya kualitas peralatan listrik dan kabel
yang digunakan, serta intalasi yang asal-asalan dan tidak sesuai peraturan.
Sekarang ini masih banyak pabrik perlengkapan listrik yang kualitas
produknya rendah kemudian mensuplainya ke pasar. Hal ini tentunya akan
dikonsumsi oleh instalatir dan pemakai listrik, khususnya perusahaan yang waktu
operasionalnya 24 jam, seperti restoran cepat saji. Karena tingkat keamanan
perlengkapan listrik ditentukan oleh kualitasnya. Jadi bagi para produsen, instalatir
dan konsumen harus menyadari benar akan fungsi perlengkapan listrik yang akan
digunakannya.

Salah satu peralatan yang digunakan di


adalah electric deep fryer. Mesin ini banyak
digunakan oleh kalangan pebisnis restoran di
dunia. Peralatan mesin gas deep fryer mampu
membuat masakan mentah menjadi matang. Hal
ini dikarenakan mesin deep fryer merupakan
nama lain kompor dalam bentuk bak celup yang
biasa dipakai untuk menggoreng beberapa bahan
makanan. Berbagai bahan makanan yang banyak
diolah dengan menggunakan mesin deep fryer ini
yaitu ayam, bebek, makanan seafood, masakan
Gambar 3. Electric deep fryer

aneka daging, nugget, dan beberapa bahan

makanan lainnya. Perangkat mesin kompor ini menjadi kelengkapan yang utaam bagi
kalangan pebisnis di restoran besar dan cepat saji. Kecepatan serta suhu kompor
membuat makanan menjadi cepat matang sehingga tidak membuat konsumen lelah
menunggu masakan menjadi matang.
Dalam kaitan ini tentunya para produsen dan distributor harus melakukan
kerja sama dengan para kontraktor/instalator sebagai aplikator di lapangan. Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalkan tingkat kesalahan pemasangan. Berarti bagi para
kontraktor dan instalatir perlu mengadakan training khusus sehingga mereka diakui
kemampuannya dalam sertifikat yang diakui oleh pihak PLN dan AKLI
(Asosiasi Konntraktor Listrik Indonesia). Dengan demikian apa yang dikerjakan
betul sesuai dengan peraturan sehingga dapat memberi jaminan keamanan. Kemudian
yang tidak kalah pentingnya adalah masalah SDM, untuk itu AKLI bersama PLN
senantiasa mengupayakan mendidik anggotanya supaya memiliki kemampuan untuk
melakukan pekerjaan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan menjamin pekerjaan
para anggotanya dilaporkan. Di mana AKLI bersama PLN selalu membina biro
instalatir dengan berbagai macam kegiatan. Seperti training dan penyebaran informasi
ketentuan dan standardisasi yang mutakhir.
7

Dengan demikian instalasi yang dipasang akan terjamin kualitasnya dan


keamanannya. Kemudian bersama PT Asuransi Jasaraharja Putera memberi jaminan
asuransi kecelekaan diri dan kebakaran yang disebabkan oleh listrik selama 5 tahun.
Sementara itu dalam rangka melakukan pekerjaan perbaikan dan perluasan jaringan
yang mana menggunakan waktu relatif lama, maka AKLI bersama PLN
menggunakan dua sistem untuk meningkatkan pelayanannya, yaitu :
a)

Sistem zero interuption yaitu merupakan metode pekerjaan yang mampu


meminimalkan waktu pemadaman selama pekerjaan itu sehingga konsumen tidak

b)

banyak dirugikan.
Sistem zero defect yaitu merupakan langkah untuk meminimalkan kegagalan
dalam pekerjaan itu sehingga akibat terburuk dari kesalahan instalasi ditekan
seminimal mungkin. Sekarang ini masyarakat yang akan membangun gedung
harus memiliki sertifikat jaminan instalasi listrik berasuransi yang dikeluarkan
bersama IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Dalam sertifikat itu tertera pemilik
instalasi listrik, instalasi yang mengerjakan, gambar instalasi awal dan rincian
kondisi instalasi. Sehingga jika terjadi masalah kelistrikan pada gedung itu maka
sangat mudah melacaknya. Kemudian sangsi yang akan diberikan bagi anggota
AKLI yang terbukti bersalah adalah pencabutan izin kerja. Tapi di sisi lain AKLI
juga memberikan perlindungan bagi pengguna listrik yaitu berupa peninjauan
ulang instalasi gedung yang sudah lima tahun. Hal ini dimaksudkan untuk
memperkecil kebakaran karena hubung singkat arus.

Macam- macam penyebab kebakaran berhubungan dengan listrik, yaitu :


a) Human Error
Faktor pertama berasal dari manusia sebagai pelaku. Dalam hal ini, dapat
berasal dari karyawan atu pengunjung restoran. Hal ini karena awamnya masyarakat
terhadap listrik sehingga sering kali bertindak sembrono atau teledor dalam
menggunakan listrik atau tidak mengikuti prosedur dan metode penggunaan listrik
secara benar menurut aturan PLN, sehingga terjadilah kebakaran itu yang tidak
sedikit kerugiannya. Sedangkan salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk menekan

terjadinya kebakaran adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat pengguna


listrik untuk keperluan sehari-hari. Seperti dalam membagi-bagi arus dengan
menggunakan stop kontak bukannya dilakukan dengan semaunya tapi harus
dilakukan sesuai peraturan supaya tidak menimbulkan kebakaran. Artinya jika jumlah
steker yang dipasang pada suatu stop kontak melebihi batas maka akan menyebabkan
kabel pada stop kontak itu menjadi panas. Jika panas itu terjadi dalam waktu yang
relatif lama maka hal ini akan menyebabkan melelehnya terminal utama dan akhirnya
secara pelan-pelan terjadilah hubung singkat. Kemudian dari panas itu munculah api
yang akan merambat di sepanjang kabel dan jika isolator tidak mampu menahan
panas maka akan terjadilah kebakaran. Untuk itu gunakanlah stop kontak
sebagaimana mestinya. Dalam hal ini ada dua stop kontak; pertama stop kontak 200
Watt hanya digunakan untuk peralatan di bawah 500 - 1000 VA; ke dua jenis stop
kontak tenaga yang digunakan untuk peralatan diatas 1000 VA.
b) Hubungan Singkat
Korseleting listrik (hubung singkat) terjadi karena adanya hubungan kawat
positif dan kawat negatif yang beraliran listrik. Hal ini karena isolasi kabel rusak
yang disebabkan gigitan binatang, sudah tua, mutu kabel jelek dan penampang kabel
terlalu kecil yang tidak sesuai dengan beban listrik yang mengalirinya. Kemudian di
sekitar terjadinya percikan api isolasi kabel sudah mencapai titik bakar. Suhu isolasi
kabel dapat mencapai titik bakar karena arus listrik yang lewat kabel jauh lebih besar
dari kemampuan kabelnya.
Misalnya kabel untuk ukuran 12 ampere dialiri arus listrik 16 ampere, karena
kabel tersebut dipakai untuk menyambung banyak peralatan listrik akibatnya isolasi
kabel menjadi panas. Jika pada suhu isolasi yang sedang tinggi itu terjadi percikan api
maka kemungkinan besar bahan isolasi akan terbakar. Percikan api terjadinya hanya
satu kali karena sikring langsung bekerja memutuskan aliran, namun itu cukup untuk
menyebabkan kebakaran dan kebakaran yang diakibatkan oleh percikan api akan
tetap berlangsung karena karet isolasi yang sudah mencapai suhu bakar akan terbakat
terus secara merembet. Untuk bahan isolasi tertentu lelehan kabel terbakar yang jatuh
9

tidak akan segera padam, tetapi masih menyala dengan waktu yang cukup untuk
membakar, inilah salah satu kemungkinan penyebab kebakaran.
Atau jika hubung singkat itu terjadi terlalu lama berati panasnya akan tinggi,
kemudian dengan adanya udara yang mengandung oksigen dan ditambah lagi dengan
adanya benda kering yang mudah terbakar maka menyebabkan timbulnya api.
Api yang tidak bisa dikendalikan disebut kebakaran. Hubung singkat yang terjadi
ternyata bisa juga menyebabkan listrik yang mengalir semakin besar. Kemudian
karena ada sekering yang ditempatkan pada papan hubung bagi (PHB), di mana
sekering itu berfungsi sebagai pemutus/pembatas arus maka kelebihan arus akan
menyebabkan listrik padam sehingga keadaan menjadi aman. Dengan demikian
hubung singkat bisa diamankan oleh sekering. Tapi jika sekering itu dililitkan kawat
untuk mencegah agar tidak cepat putus berarti besarnya arus yang bisa memutus
sekering menjadi besar akibatnya hubung singkat akan berlangsung lama hingga
menimbulkan percikan api yang akan membakar isolasi akhirnya menimbulkan
kebakaran. Sementara pembatas/pemutus arus itu terjadi pada saat daya listrik
melebihi daya tersambung pada alat pengukur dan pembatas (APP). APP itu sendiri
merupakan batas tanggung jawab antara PLN dan pelanggan. Di mana sebelum
masuk ke konsumen listrik itu melalui jaringan tegangan rendah (JTR), saluran
masuk pelanggan (SMP) dan APP. Hal inilah yang merupakan tanggung jawab PLN,
sedangkan setelah APP merupakan tanggung jawab pelanggan. Dengan demikian
kalau terjadi kebakaran akan diketahuilah siapa yang bertanggung jawab.
Selain dari itu ada juga kebakaran karena listrik yang disebabkan karena telah
terjadi kontak yang tidak sempurna yaitu kadang-kadang tersambung kadang-kadang
tidak sehingga menimbulkan percikan api. Contohnya dapat dilihat pada saklar lampu
pada malam hari sehingga ruangan menjadi gelap dan menimbulkan percikan api
karena kontaknya sudah rusak akibatnya kotak kontak hangus terbakar. Jika kontak
yang tidak sempurna dilewati oleh arus, maka lambat laun panas akan naik.
Kemudian panas yang terjadi akan merambat memanaskan material sekitar termasuk

10

bahan isolasi. Jika bahan menjadi mudah terbakar karena suhunya tinggi maka
percikan api akan sangat mudah menyebabkan kebakaran.
Kemungkinan lain penyebab kebakaran adalah keran putus tidak sempurna,
sehingga aliran listrik kadang-kadang tersambung kadang-kadang tidak. Tapi hal ini
sukar dideteksi karena secara pisik isolasi kabelnya masih terlihat utuh.
Tapi sebenarnya di dalam isolasi ada kawat yang sudah putus tidak sempurna.
c) Kabel
Sistem kabel konvesional di mana kabel tertanam dalam infrastruktur memang
sulit untuk mengikuti perubahan karena infrastrukturnya yang tidak mudah dirobah.
Sementara itu dewasa ini penggunaan peralatan elektronis dan elektris diperkantoran
semakin banyak berarti penggunaan kabelnya semakin banyak pula, seperti untuk
komunikasi suara, data dan untuk catu daya. Dengan demikian kabel-kabel itu
berseliweran karena tata kabel belum diatur dengan baik. Hal ini jika salah satu kabel
mengeluarkan api maka kabel yang lain mudah terbakar akibatnya akan fatal. Api
yang keluar dari kabel itu berasal dari panas yang terlalu lama terjadi yang berasal
dari kerugian I R dalam penghantar, rugi dalam sarung dan rugi dalam penghantar.
Sementara itu rugi dielektris hanya terjadi pada kabel yang bertegangan di atas 132
kV. Pada kabel yang penghantarnya tidak bebas memuai jika suhunya naik akan
timbul gerakan. Gerakan itu merupakan efek pemuaian penghantar yang akan
menyebabkan memburuknya sambungan. Sementara itu penyebab utama kerusakan
pada kabel adanya ketidakstabilan dielektris termal, ionisasi dan keealahan sarung. Di
sisi lain rugi dielektris dalam kabel tergantung pada tegangan dan suhu kerja di mana
pada tegangan tertentu rugi akan naik bersamaan dengan kenaikan suhu. Pada kondisi
yang kurang baik proses tersebut berlanjut dan akan menyebabkan kerusakan, hal ini
menunjukkan adanya ketidakstabilan termal.
Sedangkan arus maksimum yang diizinkan mengalir pada penghantar kabel
tentunya jangan sampai menimbulkan pemanasan yang menyebabkan lembeknya
logam penghantar.Pelembekan logam penghantar merupakan fungsi waktu dan
11

suhu. Upaya untuk menekan bahaya kebakaran yang ditimbulkan oleh hubung
pendek arus bisa dilakukan melalui kabelnya. Artinya dalam menggunakan kabel kita
harus mengetahui fungsinya yaitu untuk keamanan gedung dan keselamatan jiwa
manusia. Berarti kita harus menomor satukan kualitas yang standarnya ditentukan
oleh LMK-PLN dari pada harga kabel yang murah. Sedangkan menggunakan kabel
yang tidak memenuhi standar biasanya hanya akan mengundang resiko kebakaran
yang lebih besar. Untuk itu jangan menggunakan kabel dengan ukuran sembarangan
untuk berbagai keperluan.
Salah satu bentuk komitmen dari perusahaan restoran di Indonesia dalam
menerapkan keamanan produknya dan menghidari kebakaran adalah dengan :
1. Temperatur pemasakan daging diperiksa minimal 1 kali dalam sehari.
2. Perawatan rutin dilakukan berdasarkan Planned Maintenance Calendar
(Kalender Perawatan Rutin), dan diterapkan pada seluruh sarana memasak
dan sarana penyimpanan agar segalanya tetap berfungsi optimal.
3. Bahan mentah disimpan dalam walk-in freezer secara sistematis.
4. Meja-meja di lobby dilap dengan menggunakan larutan pembersih.
5. Telur mentah disimpan di dalam pendingin bersuhu 1-4 C dan masih
memiliki waktu selama 30 menit setelah dikeluarkan dari pendingin dan
disimpan pada suhu ruangan.
6. Untuk mencegah kontaminasi silang, kami menggunakan tweezer(pinset)
untuk memecahkan telur mentah yang akan dimasak, dan spatula hutzler putih
untuk mengangkat telur yang telah matang.
7. Preparation table - meja dimana makanan dipersiapkan, dibersihkan dengan
kain lap bersanitasi yang diganti setiap jam sekali.
8. Ketika mengolah bahan mentah dengan tangan, staff dapur wajib
menggunakan sarung tangan sekali pakai. Warna sarung tangan yang

12

digunakan untuk proses ini berbeda dengan warna sarung tangan yang
digunakan pada proses produksi makanan jadi atau pembersih saus.
9. Kami menerapkan kontrol waktu untuk pengolahan produk di preparation
table. Misalnya, maksimal 2 jam untuk selada.
10. Produk yang sudah siap masak diletakkan di lemari penyimpanan yang berada
pada suhu minimal 60 C (140 F).
11. Kami memastikan bahan mentah yang diantarkan ke restoran telah diperiksa
kualitasnya sebelum diterima.
Penyebab terjadinya kebakaran banyak disebabkan oleh korsleting listrik.
Sistem proteksi kebakaran di salah satu restoran cepat saji Fast Food X terdiri dari
beberapa macam, diantaranya :
1. Fire

Suppression

System. sistem ini


merupakan sistem
kebakaran

yang

dalam
penggunaanya
dapat
secara
maupun

berfungsi
manual
secara

otomatis,

sistem

pemadam

kabakaran

secara

otomatis

membutuhkan jaringan pipa untuk menyalurkan media pemadam saat kebakaran


terjadi, sedangkan media yang digunakan bisa berupa foam, gas, ataupun air.
Sistem ini dirancang untuk melindungi dapur dan beberapa ruang yang memiliki
resiko kebakaran tinggi.
2. APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah alat pemadam api portable yang
mudah dibawa, cepat dan tepat di dalam penggunaan untuk awal kebakaran,

13

selain itu pula karena bentuknya yang portable dan


ringan sehingga mudah mendekati daerah kebakaran.
Alat pemadam api berbentuk tabung yang mudah
dioperasikan oleh satu orang dan mudah dijinjing.
APAR ditujukan untuk memadamkan api awal kecil
pada mula terjadinya
3. Sistem hydran adalah sistem proteksi kebakaran aktif
yang diinstal sebagai bagian dari strategi keseluruhan
untuk

perlindungan

kehidupan

dalam

bangunan.

Standar

menetapkan
memenuhi

dianggap-untukpersyaratan

langkah-langkah

untuk

keamanan

(termasuk sistem fire hydrant) yang


di gedung-gedung. Sistem proteksi
kebakaran aktif lainnya termasuk sprinkler system kebakaran otomatis, gulungan
selang kebakaran, deteksi kebakaran & sistem alarm, dan langkah-langkah asap
dan kontrol panas dari sistem ventilasi mekanis.

4. Sistem proteksi pasif berperan dalam pengaturan pemakaian bahan bangunan dan
interior bangunan dalam upaya meminimasi intensitas kebakaran serta menunjang
terhadap tersedianya sarana jalan keluar (exit) aman kebakaran untuk proses
evakuasi.Sarana exit merupakan bagian dari sebuah sarana jalan keluar yang
dipisahkan dari tempat lainnya dalam bangunan gedung oleh konstruksi atau
peralatan

untuk

menyediakan

lintasan

jalan

yang

diproteksi

menuju eksit pelepasan.

14

15

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada kasus diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab kebakaran yang sering terjadi
adalah hubungan singkat arus listik (listrik statis) yang timbul akibat penggunaan
peralatan/mesin yang kurang pengawasan, dimana lokasi kebakaran adalah di ruang
dapur dan kejadian kebakaran sering terjadi dini hari. Hal ini dapat juga dipengaruhi
oleh human factor. Namun, sistem manajemen kebakaran telah diterapkan dengan
baik untuk menghindari kejadian kebakaran berulang, dengan sistem proteksi aktif
pengadaan alat pemadam api, baik yang bersifat ringan (APAR) maupun yang bersifat
sistematis, maupun dengan sistem proteksi pasif. Dengan diterapkannya suatu sistem
manajemen K3 penanggulangan kebakaran yang solid, diharapkan dapat melakukan
pencegahan akan terjadinya kebakaran sejak dini.

B. SARAN
Sebaiknya pihak manajemen restoran cepat saji memberlakukan pengontrolan
berkelanjutan di setiap shift kerja serta pelatihan penanggulangan bahaya kebakaran
kepada karyawan restoran.

16

DAFTAR PUSTAKA
Ramli, Suhatman. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran. Jakarta : Dian
Rakyat.
Anonim. 2011. Kecelakaan Kerja di Indonesia Memprihatinkan. (Online),
(www.beritabatavia.com), diakses tanggal 23 November 2014.
Tri. 2011. Catatan di Awal Tahun 2011. (Online), (www.localinitiative.org), diakses
tanggal 23 November 2014.
Nurqumorah.
2014.
Mc
Donald
Terbakar,
Pengunjung
http://poskotanews.com/2014/06/16/mc-donald-terbakar-pengunjungpanik.html. diakses tanggal 20 November 2014.

Panik.

Sumamur, 2013. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV Sagung


Seto.
Anonim,

2008.
Penerapan
Kesehatan
dan
Keselamatan
Kerja.
http://www.phitagoras.co.id/safety_practices.html. Diakses tanggal 23
November 2014.

Depnaker, 1995. Training K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran. Jakarta :


Departemen Tenaga Kerja.
Santoso Gempur, 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
Prestasi Pustaka.

17

18

You might also like