You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN
Hormone pertumbuhan dihasilkan oleh sel somatotropin yang merupakan
50% dari sel hipofisis anterior. Dalam keadaan normal kelenjar hipofisis
mengandung 3 5 mg HPvdan mampu mensekresi 500-875 g / hari. Dalam
darah tepi dijumpai 2 bentuk hormone pertumbuhan yaitu bentuk monomer
dengan BM 22.000 dan bentuk dimer (big GH) dengan BM 44.000 yang
mempunyai

aktivitas

biologis

lebih

rendah.

Hormone

pertumbuhan

mempunyai sifat pusatile release, dengan waktu paruh antara 20 30 menit.


Hormone

pertumbuhan

tidak

secara

langsung

merangsang

proses

pertumbuhan melainkan secara langsung melalui serum factors. Factor


serum ini dikenal dengan nama somatomedin, atau insulin like growth factor
(IGF). Sometomedin C (SM-C, IGF - 1) adalah somatomedin terpenting dalam
proses pertumbuhan, dibentuk dihati dan jaringan lainnya. Dalam darah tepi
terikan dengan bound protein dengan masa paruh 3 18 jam. Bentuk yang
tak terikat mempunyai masa paruh 20 30 menit. SM C dan SM A
mempunyai homolog dengan proinsulin dan telah diketahui bahwa SM
mempunyai pula efek seperti insulin.
Kekurangan hormone pertumbuhan berakibat menjadi pertumbuhan yang
lambat (cebol), sedangkan berlebihan akan mengakibatkan gigantisme dan
akromegali. Akromegali merupakan penyakit kronis yang diakibatkan oleh
kelebihan GH (growth hormone) / IGF-1 (insulin like growth factor-1).
Kelebihan GH pada masa kanak-kanak, dimana lempeng epifisis (epiphyseal
plate) pada ujung-ujung tulang panjang masih belum tertutup, akan
berakibat timbulnya tubuh raksasa (gigantisme). Apabila kelebihan GH terjadi
sebelum dewasa, dimana lempeng efisisnya sudah menutup maka yang
terjadi

adalah

akromegali.

Pada

umumnya

pasien

gigantisme

juga

menunjukkan gambaran akromegali.


Peningkatan GH / IGF-1 biasanya akibat tumor hipofisis yang menghasilkan
GH

(somatotroph

tumor).

Penyebab

lain

yang

sangat

jarang

adalah

peningkatan GHRH (growth hormone releasing hormone) yang dihasilkan oleh


tumor-tumor hipotalamus dan GHRH / GH ektopik dari tumor-tumor non
endokrin.
Timbulnya gambaran klinis berlangsung perlahan-lahan dimana waktu ratarata antara mulai keluhan sampai terdiagnosis berkisar sekitar 12 tahun.
Gambaran klinis akromegali / gigantisme dapat berupa akibat kelebihan GH /
IGF-1 dan akibat massa tumor sendiri.
Pengobatan pada kasus dini dengan pembedahan tumor, obat-obatan dan
penyinaran dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.

BAB II
PEMBAHASAN
Akromegali adalah gangguan kelebihan sekresi Growth Hormone dari kelenjar hipofisis di
otak. Akromegaly terjadi apabila produksi growth hormone berlebihan sebelum dewasa
setelah penutupan epfisis, sehingga tampak terjadinya pertumbuhan jaringan lunak dan
struktur tulang yang berlebihan. Efek anabolic hormone pertumbuhan dimungkinkan oleh
karena adanya mediator insulin like growth factor 1 (IGF - 1), suatu peptide yang dihasilkan
oleh jaringan hati sebagai respon terhadap rangsangan hormone pertumbuhan.
Epidemiologi
Kekerapan akromegali di Amerika Serikat adalah 3 4 kasus baru per juta
penduduk pertahun, kejadiannya pada wanita dan laki laki sama. Laporan
untuk kasus di Indonesia juga jarang terjadi. Tidak terdapat perbedaan
kekerapan ditinjau dari segi jenis kelamin dan ras. Umur (median) saat
ditegakkannya diagnosis adalah 40 tahun pada laki-laki dan 45 tahun pada
wanita.
Mortalitas (oleh semua penyebab) pada akromegali paling kurang 2 kali
orang normal. Studi Bates dkk ( 1 ) mendapatkan angka kematian menjadi 2
kali pada kadar GH > 10 mg/ml sedangkan pada kadar < 5 mg/ml angka
kematian sama dengan orang normal.
Etiologi Akromegali
Akromegali adalah gangguan karena kelenjar pituitary memproduksi hormone pertumbuhan
(GH) yang berlebihan. Keadaan ini dapat diakibatkan tumor hipofisis yang merupakan 95%
dari kasus yang menyekresi GH. Sisanya berasal dari produksi berlebihan di GHRH (growth

hormone releasing hormone) dari tumor karsinoid, tumor sel beta pancreas, atau tumor
adrenal, sekresi GH yang berlebihan yang berasal dari tumor ektopik sel beta pancreas.
Setelah pertumbuhan somatic selesai, hipersekresi GH tidak akan menimbulkan gigantisme,
tetapi menyebabakan penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak. Keadaan ini disebut
akromegali, dan penderita akromegali memperlihatkan pembesaran tangan dan kaki. Tangan
tidak saja menjadi lebih besar, tetapi bentuknya akan makin menyerupai persegi empat
(seperti sekop) dengan jari-jari tangan lebih bulat dan tumpul. Pembesaran ini biasanya
disebabkan oleh pertumbuhan dan penebalan tulang dan peningkatan pertumbuhan jaringan
lunak.
Dari hal-hal di atas, penyebab akromegali dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Akromegali primer atau hipofisis, dimana penyebabnya adalah adenoma hipofisis.
2. Akromegali sekunder atau hipotalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari
hipotalamus.
3. Akromegali yang disebabkan oleh tumor ektopik yang mensekresi GH atau GHRH.
Melihat besarnya tumor, adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam dua bentuk yakni
mikroadenoma dengan diameter lebih kecil dari 10 mm dan makro adenoma lebih dari 10
mm. adenoma hipofisis merupakan penyebab yang paling sering. Tumor pada umunya
dijumpai disayap lateral sella tursica. Kadang kadang tumor ektopik dapat pula dijumpai
digaris migrasi rathkes pouch yaitu disinus sfeniodalis dan didaerah parafarings.
Kadar hormone pertumbuhan mempunyai korelasi dengan besarnya tumor pada saat
diagnosis ditegakkan. Kebanyakan (75%) kasus adenoma somatotrofik berupa
makroadenoma, diantaranya 70% dengan ukuran kurang dari 20mm. dua pertiga kasus
prolaktinoma tergolong mikroadenoma pada saat diagnosis dibuat. Telah diketahui bahwa
40% kasus tumor somatotrofik berasal dari adanya proses mutasi yaitu mutasi unit subunit
alfa protein G.(harisson, 1994). Tumor yang berasal dari proses mutasi ini cenderung lebih
kecil dari pada kasus tanpa mutasi.
Akromegali yang disebabkan oleh karena GHRH sangat jarang, namun secara klinis keadaan
ini sulit dibedakan dengan akromegali yang disebabkan oleh karena adenohipofisis.
Perbedaannya hanya dibuat atas dasar pemeriksaan histopatologis, yang mendapatkan adanya
hyperplasia dan bukan adanya adenoma.penyebab lainnya adalah adanya tumor islet sel
pancreas yang menghasilkan hormone pertumbuhan.
Patofisiologi
Ada beberapa factor terkait yang dapat merangsang disekresikannya hormone pertumbuhan,
diantaranya yaitu: 1). Kelaparan, terutama defisiensi protein yang berat, 2). Hipoglikemi atau
rendahnya konsentrasi asam lemak dalam darah, 3). Olah raga, 4) keregangan, 5). Trauma.
Hal-hal tersebut kadang kala dapat menyebabkan sel asidofilik (sel pembentuk hormone
pertumbuhan) menjadi sangat aktif, dan bahkan dapat menimbulkan tumor asidofilik.
Akibatnya akan terjadi peningkatan produksi hormone pertumbuhan seluruh jaringan tubuh
akan tumbuh dengan cepat, termasuk tulang. Bila keadaan ini terjadi sebelum epifisis tulang

panjang bersatu dengan batang tulang, maka tulang akan terus memanjang dan seseorang
akan terus bertambah tinggi. Inilah yang di sebut gigantisme.
Tetapi jika tumor asidofilik terjadi setelah epifisis tulang panjang bersatu dengan batang
tulang, maka tulang tidak akan dapat bertampah panjang lagi, tetapi tulang dapat menjadi
lebih tebal dan jaringan lunaknya dapat terus tumbuh. Inilah yang disebut sebagai
akromegali.
Manifestasi Klinis
Akromegali berlangsung pelan, keluhan-keluhan dapat bertahun-tahun.
Sebaliknya pertumbuhan linear yang amat cepat pada anak-anak yang
menjurus kepada gigantisme.
Keluhan-keluhan terbagi dalam 2 kelompok yaitu :
1. Akibat massa tumor:
sakit kepala,
defek lapangan pandangan,
hemianopsia bitemporal,
keluhan-keluhan akibat hiperprolaktinemia,
defisiensi gonadotropin,
glukokortikoid dan hormon tiroid.
Suatu studi multisenter mencakup 363 pasien akromegali, mendapatkan
hipogonadisme pada 53% pasien.
2. Akibat kelebihan GH / IGF-1:
amat cepat pertambahan tinggi badan (gigantisme),
pembengkakan jaringan lunak dan pembesaran ekstremitas (peningkatan
ukuran cincin dan sepatu),
hiperhidrosis,
wajah besar,
prognatisme,
makroglosia,
artritis,
apneu obstruktif sewaktu tidur,
intoleransi glukosa / DM,
hipertensi dan penyakit kardiovaskuler,
hiperfosfatemia,
hiperkalsiuria,
hipertrigliseridemia,
payah jantung,
polip / Ca colon.
Pengobatan

Tujuan pengobatan
1. menormalkan kembali kadar GH atau IGF 1 / SM C
2. memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3. menormalkan fungsi hipofisis
4. mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH / IGF 1 atau SM _ C akibat
pembesaran tumor
dikenal 3 macam terapi :
1. terapi pembedahan
merupakan cara pengobatan utama. Dikenal dua macam pembedahan
tergantung dari besarnya tumor yaitu, bedah makro dengan melakukan
pembedahan pada batok kepala( TC / Trans cranial) dan bedah mikro ( TESH /
Trans ethmoic sphenoid hypophysectomy) yang dilakukan dengan cara
pembedahan melalui sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung
antara kedua mata untuk mencapai tumor hipofisis.
Efek samping operasi dapat terjadi pada 6-20% kasus, namun pada
umumnya dapat diatasi. Komplikasi pasca operasi dapat berupa : kebocoran
cairan serebrospinal (CSF leak), fistula oro nasal, epistaksis, sinusitis, dan
infeksi luka operasi. Komplikasi lainnya adalah terjadinya gejala diabetes
insipidus atau SIADH (syndrome inappropriate anti diuretic hormone), dan
hipopituitarisme. Dapat terjadi pada 5 10% kasus.
Hal hal yang harus diperhatikan pasca operasi :
a.

insulin tolerance test (ITT) : diperlukan untuk memantau aksis ACTH-kortisol,


pada kasus yang membutuhkan pengobatan dengan kortisol sebagai terapi
substitusi.

b. OGTT, dikerjakan apabila kadar hormone pertumbuhan menetap diatas 2


g/l.
c.

TRH test harus dibuat untuk menunjukan test positif pre operatif.

d. Fungsi kelenjar tiroid, apabila terjadi penurunan sekresi hormone tiroid,


maka terapi substitusi hormone tiroid harus diberikan.
e.

Fungsi gonad, dengan melakukan pemeriksaan hormone testoreron dan


FSH/LH.

2. Terapi radiasi
Dilakukan jika tindakan operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan
pembedahan jika masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan
dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilakukan dalam dua cara yaitu :
a.

Radiasi secara konvensional, menggunakan sinar energi proton dimulai


dengan dosis kecil ( waktu 5 minggu) tujuannya adalah untuk mencegah

kerusakan jaringan sehat. Misalnya khiasma optikum atau hipotalamus. Total


radiasi dengan cara ini dapat mencapai 4500 rad.
Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar hormone
pertumbuhan, tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan
kadar hormone pertumbuhan umunya mempunyai korelasi dengan lamanya
radiasi dilaksanakan.
b. Radiasi dengan energy tinggi partikel berat, dapat memberikan hasil yang
lebih baik tetapi membawa resiko lebih besar pada gangguan penglihatan.
Radiasi ini dilaksanakan dengan dosis 12.000 cGy atau 12.000 rad, dan
diarahkan kesentral adenoma.
3. Terapi medicamentosa
a.

Agonis dopamine
Pada orang normal dapat meningkatkan kadar GH. Pada akromegali dapat
menurunkan kadar GH dalam darah. Misalnya diberikan menyertai terapi
lainnya dan jarang berhasil sebagai obat tunggal. Contoh agonis dopamine
adalah bromocriptin dan octriotide ( long actin somatostatin analog)

DAFTAR PUSTAKA
Noer, sjaifoellah. DKK, 1996, ilmu penyakit dalam, JAKARTA : FKUI
Gayton & Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Edisi : 11
Price & Wilson. 2007Patofisiologi. Jakarta : EGC Edisi : 6 Jilid II
NN.2002 Acromegaly. http//Wikipidia.com

You might also like