You are on page 1of 17

Daftar isi

Kata pengantar...........................................................................................................1

Bab I laporan kasus...................................................................................................3

Bab II permasalahan..................................................................................................4

Bab III pembahasan...................................................................................................5-16

Daftar pustaka...........................................................................................................17

Bab 1
Laporan kasus

Seorang anak laki-laki, berusia 3 tahun, panjang badan 80 cm, BB 9 kg.

Kata kunci:GIZI BURUK

Terminologi

1. Gizi Buruk : Status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya dibawah
standar rata-rata
2. Marasmus : Gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat
3. Kwasihokor: Gangguan gizi karena kekurangn protein

Bab II
Masalah

1.anak tampak mengalami kekurangan asupan nutrisi


2.anak tampak apatis
3.anak tampak seperti orang tua
4.status gizi anak dengan menggunakan perhitungan status gizi ,anak tersebut termasuk kedalam gizi
buruk

Bab III
Pembahasan
3.1Hipotesis
Marasmus ec. gizi buruk

Perbedaan GIzi Buruk dan Gizi Kurang


Gizi Kurang
Gejala kurang gizi ringan relatif tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badan anak
tersebut lebih rendah dibanding anak seusianya. Rata-rata berat badannya hanya sekitar 6080% dari berat ideal. Adapun ciri-ciri klinis yang biasa menyertainya antara lain:
1. Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun.
2. Ukuran lingkaran lengan atas menurun.
3. Maturasi tulang terlambat.
4. Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun.
5. Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.

Gizi Buruk
Adapun Tanda dan gejala dari gizi buruk tergantung dari jenis nutrisi yang mengalami
defisiensi. Walaupun demikian, gejala umum dari gizi buruk adalah:

1.Kelelahan dan kekurangan energy


2. Pusing
3.Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk
melawan infeksi
4.Kulit yang kering dan bersisik
5. Gusi bengkak dan berdarah
6.Gigi yang membusuk
7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8.Berat badan kurang
9.Pertumbuhan yang lambat
10.Kelemahan pada otot
11. Perut kembung
12. Tulang yang mudah patah

Gizi buruk
Di indonesia sendiri kasus malnutrisi masih tinggi. Ini disebabkan karena
faktor ekonomi keluarga tetapi sering juga didapatkan kasus gizi buruk pada
anak-anak yang berasal dari keluarga menengah keatas akibat kurangnya
pemahaman keluarga terhadap jenis-jenis nakanan yang baik dan mengandung
gizi seimbang yang harus dikonsumsi oleh anak.Status gizi anak sangat

berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang nya. Pada anak yang

memiliki status gizi buruk biasanya akan terganggu nya pertumbuhan


tubuh

secara

fisik

contohnya

anak

akan

beresiko

tumbuh

kecil

(kerdil). Kemudian dalam perkembangan mental anak beresiko mengalami


gangguan kontrol emosi dan perasaan. Disekolah anak tersebut akan sulit
mengikuti pelajaran dan sulit untuk berkonsentrasi.

3.2Penyebab gizi buruk


Banyak faktor yang bisa mengakibatkan gangguan nitrisi pada anak
seperti pola makan anak dan kurangnya pengetahuan ibu tentang
pemberian jenis makanan yang seimbang, bisa juga karena adanya
penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh tidak mampu
mencerna dan menyerap makanan secara sempurna. Contohnya pada
penderita penyakit cystic fibrosis yang mempengaruhi pankreas dalam
memproduksi enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan dan penyerapan
makanan. Dan pada penderita intoleransi laktosa

Selain itu faktor-faktor yang berhubungan dengan malnutrisi


yaitu Kemiskinan, bencana alam, dan politik dan peperangan sehingga
mencetus kelaparan seperti yang terjadi di negara-negara afrika beberapa
tahun terakhir.
Dibawah ini merupakan faktor yang berkaitan erat dengan status gizi
Langsung :
Penyakit infeksi
Penyakit gangguan pencernaan contohnya hiscprung
Tidak langsung :

Tingkat

pendidikan

Tingkat

pendapatan

Pekerjaan orang tua

Besar

anggota keluarga

Pola

asuh

Sosio

budaya

Pola

penyapihan

Pola

pemberian makanan padat

3.2.1.Faktor langsung
Hubungan antara status gizi dan penyakit infeksi merupakan --- Synergistik
Penyakit infeksi yang menyebabkan gizi buruk
Cacar air
Batuk rejang
TBC
Malaria
7

Diare
Cacing mis : Ascaris Lumbricoides
*Orang yang menderita gizi buruk mudah terkena infeksi dan akan memperberat kondisinya dan
sebaliknya

322.faktor tidak langsung


322.1Tingkat pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan orang tua yang baik ,dapat menerima dengan baik segala informasi
Tingkat pengetahuan gizi yang baik merupakan pintu gerbang perbaikan gizi keluarga
322.2. Tingkat pendapatan
Jenis pekerjaan menentukan perbedaab tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan juga ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli
Tingkat pendapatan merupakan faktor penting bagi kualitas dan kuantitas makanan
322.3 besar anggota keluarga
Jumlah anak banyak pada keluarga yang soseknya kurang Jumlah anak banyak pada keluarga
yang keadaan soseknya cukup akan berkurang perhatian dan kasih sayang
akan berkurang perhatian dan kasih sayang juga kebutuhan primer seperti sandang dan
pangan
322.4 jarak antara kelahiran
Jarak kelahiran bayi yang satu dengan kehamilan berikutnya diharapkan paling tidak 18 bulan
2 tahun agar para ibu sempat menyusui anaknya
322.5 pola pemberian asi
Pencernaan bayi sampai usia 6 bulan belum bekerja secara sempurna
Pada usia 0- 6 bulan mudah terserang infeksi
Penyapihan terlalu dini
Terlambat pengenalan makanan padat
Kegagalan menyususi
8

322.6 pola pengenalan makanan


Pada fase pertumbuhan cepat bayi membutuhan makanan selain ASI
Diberikan secara bertahap tiap bulan
Agar anak mengenali tiap jenis makanan
Dapat mendeteksi secara dini jenis alergi yang diderita anak
Menyesuaikan keadaan saluran pencernaan bayi
322.7 faktor lingkungan
Produk makanan terutama makanan pokok
Daerah terpencil,daerah tandus, subur
Musim hujan,kemarau

3.4.Tanda-tanda gizi buruk

Pengukuran antropometri, apabila berat badan menurut umur (BB/U)


dibandingkan dengan tabel Z-score, apabila berada kurang dari - 3 SD positif
gizi buruk kemudian dicocokkan dengan z-score (TB/PB terhadap BB) apabila
juga positif gizi buruk berarti termasuk gizi buruk kronis apabila dengan
TB/BB tidak positif maka termasuk gizi buruk akut, apabila tidak ada alat ukur
TB dan PB bisa juga dilanjutkan dengan pengukuran LLA bagian kiri balita,
apabila LLAnya kurang dari 11,5 cm maka balita tersebut gizi buruk akut.

3.5.Pembagian gizi buruk


3.5.1Kwashiorkor

Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita Kwashiorkor yaitu


1.Gagal untuk menambah berat
badan
2.wajah membulat dan sembap
3.Rambut pirang, kusam, dan
mudah dicabut
4.Pertumbuhan linear terhenti
5.Endema general (muka sembab,
punggung kaki, dan perut yang
membuncit).
6.Diare yang tidak membaik

3.5.2.Marasmus

10

Gejala yang timbul:


1. muka seperti orangtua (berkerut),
2.tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah
kulit)
3.rambut mudah patah dan kemerahan,
4. gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare),
5.pembesaran hati dan sebagainya

3.5.3MARASMIC KWASHIORKHOR
Tanda-tanda klinis anak gizi buruk yang marasmus, antara lain:
1. Tampak sangat kurus
2. Wajah seperti orang tua
3. Iga gambang perut cekung
4. Otot paha mengendor (BaggyPant)
5. Mengecilnya (atrofi) otot lengan dan tungkai

11

3.5.Pemeriksaan penunjang
Perhitungan Status Gizi

CDC

64,28 = Gizi Buruk

WHO

-2 SD = Gizi Kurang

12

Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium, misalnya pemeriksaan kadar darah merah (Hb) dan kadar protein
(albumin/globulin) darah, dapat dilakukan pada anak dengan malnutrisi. Dengan pemeriksaan
laboratorium yang lebih rinci, dapat pula lebih jelas diketahui penyebab malnutrisi dan komplikasikomplikasi yang terjadi pada anak tersebut

3.6.Penatalaksanaan kasus
o

Diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori,
protein, mineral dan vitamin.

Pemberian terapi cairan dan elektrolit.

Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.

Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri,
kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda
vital.

Penanganan KKP berat


o

Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.

Pencegahan jika ada ancaman perkembangan renjatan septik

Pengobatan infeksi

Pemberian makanan

Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin,anemia berat


dan payah jantung.

13

10 Langkah Utama Tatalaksana Gizi Buruk

1. Mencegah & mengatasi hipoglikemi: 50 ml dekstrosa 10%


2. Mencegah & mengatasi hipotermi: dihangatkan
3. Mencegah & mengatasi dehidrasi: Resomal 70-100 ml/kgBB dalam 12 jam
4. Koreksi gangguan elektrolit
5. Mencegah & mengatasi infeksi: tidak ada komplikasi=kotrimoksazol 5 hari. Ada
komplikasi=amoksisilin 15 mg/kgBB tiap 8 jam 5 hari.
6. Mulai pemberian makan ( pengaturan diet )
7. Koreksi kekurangan zat gizi mikronutrien: suplemen multivitamin
8. Memberikan makanan untuk tumbuh kembang: berikan F100 yang mengandung 100
kal dan 2,9 gr protein/100 ml
9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang: mainan sesuai umur
10. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah.
14

Komplikasi gizi buruk

Anoreksia

Pneumonia berat

Anemia berat

Demam tinggi

Penurunan kesadaran

Diare persisten

Shock

Pencegahan

Mempertahankan status gizi anak

Mengurangin resiko terjadinya infeksi

Meminimalkan akibat penyakit infeksi

Rehabilitasi penderita KEP yang masih dalam fase dini

Prognosis kasus

Ad vitam : ad malam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : ad malam

15

Daftar Pustaka
1.Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Malnutrisi energi protein. Dalam : Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 217-222
2.puddiadis.ilmu gizi klinis pada anak edisi ke-14.Fkui jakarta 2001;104-36
3.Mansoer A.kapita selekta.kedokteran edisi III jilid II.Fkui.jakarta.2000;231-235
16

4.Bachraman RE,Voughan Vc.Ilmu kesehatan anak-Nelson.Edisi ke-12 Bagian 1


EGC Jakarta 2005;298-302.

17

You might also like