You are on page 1of 21

BAB I

LAPORAN KASUS
I.

IDENTIFIKASI
Nama pasien : A
Usia

: 9 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

II.

Agama

: Islam

Bangsa

: Indonesia

Alamat

: Jln. Sekip Bendung no 116

MRS

: 4 agustus 2012 (09.08 WIB)

ANAMNESIS
Keluhan Utama

: kaki tangan dingin

Keluhan Tambahan

: demam

Riwayat Penyakit Sekarang :


Sejak 4 hari SMRS penderita demam tinggi yang timbul mendadak dan terusmenerus, menggigil tidak ada. Demam tidak disertai batuk, pilek, nyeri menelan,
kejang, mimisan, dan gusi berdarah. Penderita mengeluh timbul bintik-bintik merah di
kulit, nyeri kepala, nyeri perut, nyeri sendi,
Penderita juga mengeluh mual dan

dan nyeri di belakang bola mata.

muntah dengan frekuensi 2-3 kali sehari

banyaknya gelas setiap muntah, isi apa yang dimakan, muntah tidak menyemprot.
Keluhan BAB hitam tidak ada dan BAK biasa. Penderita kemudian dibawa ke dokter
umum dan di beri obat penurun panas serta antibiotik. Demam turun sebentar namun
tinggi lagi.
Sejak 2 hari SMRS, penderita demam tinggi terus menerus disertai lemas,
muntah, nyeri kepala yang semakin hebat, BAB berwarna hitam, BAK biasa.
Penderita kembali dibawa ke dokter tapi keluhan tidak berkurang.
Sejak 1 hari SMRS, kaki dan tangan penderita terasa dingin, penderita tampak
lemas, demam turun, bintik-bintik merah di kulit masih ada dan BAK sedikit.
Penderita dibawa berobat ke RSMH Palembang.

Selama 2 hari MRS, penderita didiagnosis DBD grade IV, selama perawatan
penderita telah mendapat terapi cairan RL 20 cc/kgBB dengan bolus cepat, oksigen
nasal 2 L/menit dan keluhan penderita mulai berkurang, kaki dan tangan hangat,
demam dan lemas berkurang, nyeri kepala tidak ada, nyeri perut tidak ada, nyeri sendi
tidak ada, nyeri belakang bola mata tidak ada, mual muntah tidak ada, BAB dan BAK
biasa.
Riwayat Penyakit Terdahulu:

Riwayat demam berdarah sebelumnya disangkal

Riwayat sering lebam bila terbentur disangkal

Riwayat bepergian ke daerah endemik malaria sebelumnya disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal

Riwayat demam berdarah di lingkungan rumah atau sekolah ada, 2 orang


teman penderita di sekolah menderita demam berdarah dengue

Riwayat Keluarga:
M. Mahmud/36 tahun/Swasta

OS
Riwayat Kehamilan Ibu dan Kelahiran Anak:
Masa kehamilan

: aterm

Partus

: spontan

Penolong

: bidan

Berat badan

: 4 kg

Panjang badan

: 50 cm

Keadaan saat lahir

: langsung menangis

Linda. A/35 tahun/Guru SMA

Riwayat ibu:

Demam (-)

KPSW (-)

Ketuban kental (-), hijau (-), bau (-)

Riwayat Makanan
Asi

: 0 - 24 bulan

Bubur susu

: 4 bulan - 9 bulan

Nasi tim/lembek

: 8 bulan - 12 bulan

Nasi biasa

: >1 tahun

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan:


Tengkurap

: 6 bulan

Duduk

: 8 bulan

Berdiri

: 9 bulan

Berjalan

: 1 tahun

Kesan

: perkembangan normal

Vaksinasi
BCG

: (+) , scar (+)

DPT

: (+) 1, 2 & 3

Polio

: (+) 1, 2 & 3

Hepatitis : (+) 1, 2 & 3


Campak : 1 x
Kesan

: imunisasi dasar lengkap

Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah penderita adalah seorang pegawai swasta dan ibu seorang guru SMA.

Penderita merupakan anak pertama dari dua bersaudara


Kesan ekonomi sedang
Kebersihan rumah dan lingkungan sekitar rumah baik

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: tampak sakit sedang
Sensorium
: compos mentis
Nadi
: 68 x/menit, isi cukup, tegangan cukup
Pernapasan
: 22 x/menit
Temperatur
: 36,8oC
Tekanan darah
: 100/70 mmHg

Kulit
:Berat badan
: 25 kg
Tinggi badan
: 132 cm
Status gizi
:
BB/U
: 25/31 x 100%
= 80,6% ( wasting mild)
TB/U
: 132/137 x 100% = 96,3% (normal)
BB/TB
: 25/28 x 100%
= 89 % ( gizi kurang ringan)
Pemeriksan Khusus
Kepala
Rambut
: hitam, tidak mudah dicabut
Mata
: pupil bulat, isokor, RC (+/+) normal, konjungtiva anemis (-/-),sklera
ikterik (-/-)
Telinga: sekret (-)
Hidung
: sekret (-), NCH (-/-)
Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang
Leher
: JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran KGB.
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : bentuk simetris, statis dinamis kanan = kiri, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler normal pada kedua lapangan paru, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : iktus cordis (-)
Palpasi : iktus cordis tidak teraba, thrill tidak ada
Perkusi : batas jantung atas ICS II
batas jantung bawah ICS IV
batas jantung kanan linea parasternalis kiri
batas jantung kiri linea midclavicularis
Auskultasi: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, simetris
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar teraba 2 jbac,konsistensi kenyal, tepi
rata, lien tidak teraba
Perkusi : shifting dullness (-), undulasi (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Lipatan paha dan ginetalia : tidak terdapat pembesaran KGB
Ekstremitas
Akral
: hangat, CRT < 2 detik
Edema pretibial : (-)
Kulit
Rumple leed
: (-)
Petechie spontan
: minimal di tungkai kanan bawah
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi Motorik:
Lengan
Pemeriksaan

Kanan

Tungkai
Kiri

Kanan

Kiri

Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Refleks fisiologis
Refleks patologis

Segala arah
+5
Eutoni

Segala arah
+5
Eutoni

+ normal
-

+ normal
-

Segala arah
+5
Eutoni
+ normal
-

Segala arah
+5
Eutoni
+ normal
-

Fungsi sensorik
: dalam batas normal
Fungsi nervi kraniales
: dalam batas normal
Gejala rangsang meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky I, II (-), Kernig sign (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah Rutin
Hb
HT
Leukosit
Trombosit

4-8-2012
15,4 gr/dl
40 vol%
5200 /mm3
31000/ mm3

5-8-2012
13,1 gr/dl
34 vol%

6-8-2012
12,1 gr/d
32 vol%

6-8-2012
13,2 gr/d
35 vol%

23000/

38000/mm3

72000/mm3 77000/m

mm3
LED
DC

2
0/0/0/56/34/1
0

Kimia Klinik
BSS
Abumin
Globulin
Natrium
Kalium
Kalsium
Clorid
V.

4-8-2012
129 mg/dl
137 mmol/l
3,8 mmol/l
7,4 mg/dl
109 mmol/l

PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan immunoserologi IgG dan IgM
Kultur urin

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. Demam Berdarah Dengue
2. Demam Dengue
3. Chikungunya

7-8-2012
12,5
33%

m3

4. Demam Tifoid
5. Malaria

VII. DIAGNOSIS KERJA


Demam Berdarah Dengue Grade IV dengan perbaikan
VIII. PENATALAKSANAAN

Pantau tanda vital, hitung balans cairan selama pemberian cairan intravena,
pembuatan kurva suhu, dan anjurkan untuk banyak minum

Sesuaikan cairan dan tetesan IVFD RL 10 cc/kgBB/jam (120cc/jam) selama 6 jam


evaluasi ketat tanda vital, perdarahan, diuresis, Hb, Ht dan trombosit serial
-

24 jam stabil IVFD 6 cc/kgBB/jam (72cc/jam), Ht stabil 2x pemeriksaan


IVFD 4 cc/kgBB/jam (48cc/jam) 48 jam syok teratasi stop IVFD

Kurva suhu per 6 jam

Balance cairan per 12 jam

Diet nasi biasa (porsi kecil tapi sering)


Bedrest
IX.

X.

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: Dubia ad bonam

Quo ad functionam

: Bonam

FOLLOW UP
6 Agustus 2012
S

: kaki dan tangan dingin (-), demam (-), sesak (-)

KU
Sensorium

: compos mentis

TD

: 100/70 mmHg

Nadi

: 68x/menit (isi dan tegangan cukup)

RR

: 28 x/menit

Temp

: 36,80C

KS
-

Kepala

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), NCH (-/-)

Leher

: t.a.k.

Thorax

: simetris, retraksi (-)

Cor

: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : bising nafas vesikuler (+) normal, rhonki (-/-),


wheezing (-/-)
-

Abdomen : datar, lemas, nyeri epigastrium (-), hepar teraba 1/31/3, lien tidak teraba, bising usus (+) normal

Kulit

Ekstremitas: akral hangat (+), CRT < 2

: petechiae (+) , rampel leed (-)

Hasil Laboratorium (6 Agustus 2012, pukul 12.00):

Hb

: 12,1 g/dL

Ht

: 32 vol%

Trombosit

: 38.000 / mm3

Hasil Laboratorium (6 Agustus 2012, pukul 18.00):

Hb

: 13,2 g/dL

Ht

: 35 vol%

Trombosit

: 72.000 / mm3

: DBD grade IV dengan perbaikan

: IVFD RL 10cc/kgBB/jam
Pemeriksaan Hb, Ht, trombosit serial tiap 6 jam
Ht tertinggi- Ht terendah
Ht =

40-32
=

Ht terendah
Balance cairan tiap 12 jam
Anjuran banyak minum
Diet nasi biasa (porsi kecil tapi sering)
7 Agustus 2012
S

:-

= 25 %
32

KU
Sensorium

: compos mentis

TD

: 100/70 mmHg

Nadi

: 70 x/menit (isi dan tegangan cukup)

RR

: 26 x/menit

Temp

: 370C

KS
-

Kepala

: konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik (-/-), NCH (-/-)

Leher

: t.a.k

Thorax

: simetris, retraksi (-)

Cor

: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : bising nafas vesikuler (+) normal, rhonki (-/-),


wheezing (-/-)
-

Abdomen : datar, lemas, nyeri epigastrium (-), hepar teraba 1/31/3, lien tidak teraba, bising usus (+) normal

Kulit

Ekstremitas: akral hangat (+), CRT < 2

: petechiae (+) , rampel leed (-)

Hasil Laboratorium (7 Agustus 2012, pukul 12.00):

Hb

: 12,5 g/dL

Ht

: 33 vol%

Trombosit

: 77.000 / mm3

: DBD grade IV dengan perbaikan

: IVFD RL 6 cc/kgBB/jam
Pemeriksaan Hb, Ht, trombosit serial tiap 12 jam
Balance cairan tiap 24 jam
Anjuran banyak minum
Diet nasi biasa (porsi kecil tapi sering)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demam Berdarah Dengue
A. Definisi
Penyakit infeksi disebabkan oleh virus dengue ditandai dengan demam tinggi
mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan syok
dan kematian.
B. Etiologi
Virus dengue terdiri dari 4 serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4
yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Semua serotype dapat
ditemukan di Indonesia, tetapi serotype yang terbanyak di Indonesia adalah
serotype DEN-3 dan berhubungan dengan manifestasi yang berat.
C. Epidemiologi
Demam berdarah dengue bukan penyakit baru di Indonesia. Tahun 1969 kasus
pettama BBD dilaporkan di Jakarta, namun demikian wabah DBD bukan
dimulai di Indonesia melinkan di Yunania, Amerika Serikat, Australia dan
Jepang yang terjadi pada sekitar tahun 1920.
D. Gejala Klinis dan Laboratorium
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi
mulai dari asimtomatik, penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile
illness), demam dengue, demam berdarah dengue, sampai sindrom syok
dengue. Walaupun secara epidemiologis infeksi ringan lebih banyak, tetapi
pada awal penyakit hampir tidak mungkin membedakan infeksi ringan atau
berat.
Biasanya ditandai dengan demam tinggi, fenomena perdarahan,
hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Demam dengue pada bayi dan anak
berupa demam ringan disertai timbulnya ruam makulopapular. Pada anak
besar dan dewasa dikenal sindrom trias dengue berupa demam tinggi
mendadak, nyeri pada anggota badan (kepala, bola mata, punggung, dan
sendi), dan timbul ruam makulopapular. Tanda lain menyerupai demam
dengue yaitu anoreksia, muntah, dan nyeri kepala.

Lakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, hitung trombosit, uji


serologi HI (Haemagglutination inhibiting antibody), Dengue Blot.
Trombositopenia ringan sampai nyata bersamaan

dengan

hemokonsentrasi adalah gejala yang spesifik. Leukosit normal pada 1-3 hari
pertama, menurun saat akan terjadi syok, dan meningkat saat syok teratasi.
E. Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit demam berdarah dengue terdiri dari 3 fase, yaitu:
Fase demam : demam tinggi mendadak 2-7 hari disertai flushing, nyeri
otot sendi dan sakit kepala
Fase kritis : biasanya demam turun pada hari ke 4-5 (range 3-7 hari ),

selama 28-48 jam


Fase penyembuhan : terjadi reabsorpsi cairan yang keluar dari
ekstravaskuler, setelah fase kritis (48-27 jam), ditandai dengan
perbaikan klinis, nafsu makan membaik, keluhan nyeri perut
berkurang, timbul rash, bila pada fase syok mendapat terapi cairan
berlebih dapat terjadi edema paru.

F. Derajat DBD

G. Patofisiologi

H. Diagnosis
Langkah diagnosis DBD

a. Pemeriksaan klinis : demam, manifestasi perdarahan, tanda efusi,


hepatomegali, tanda kegagalan sirkulasi
b. Pemeriksaan laboraturium : uji tourniquet, Ht dan hitung Tr secara
berkala serta pemeriksaan serologi, pemeriksaan LBP, albumin darah,
CT, BT, PT, PTT, gambaran darah tepi pada kecurigaan DIC
c. Pemeriksaan penunjang : foto thorax pada dipsneu untuk menelusuri
penyebab lain disamping efusi pleura, USG bila ada, dapat di pakai
untuk memeriksa efusi pleura minimal.
Kriteria diagnosis WHO
Diagnosis klinik penyakit DBD dapat ditegakkan apabila ditemukan
dua atau tiga gejala klinik yang disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi.
1. Demam tinggi mendadak (38,2-40 C) dan terus-menerus selama 2-7
hari tanpa sebab yang jelas. Demam pada penderita DBD disertai batuk,
faringitis, nyeri kepala, anoreksia, nausea, vomitus, nyeri abdomen,
selama 2-4 hari, juga mialgia (jarang), atralgia, nyeri tulang dan
lekopenia.
2. Manifestasi perdarahan, biasanya pada hari kedua demam, termasuk
setidak-tidaknya uji bendung (uji Rumple Leede/ Tourniquette) positif
dan salah satu bentuk lain perdarahan antara lain purpura, ekimosis,
hematoma, epistaksis, pendarahan gusi dan konjuntiva, perdarahan
saluran cerna (hematemesis, melena, atau hematochezia), mikroskopik
hematuria atau menorrhagia.
3. Hepatomegali, mulai dapat terdeteksi pada permulaan demam.
4. Trombositopenia (100.000/mm 3 atau kurang) biasanya ditemukan pada
hari ke dua/tiga, terendah pada hari ke 4-6, sampai hari ke tujuh/sepuluh
sakit.
5. Tanda perembesan plasma yaitu:
a. Hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari
peningkatan kadar hematokrit setinggi kadar hematokrit

pada masa pemulihan.


peningkatan kadar hematokrit sesuai usia dan jenis kelamin
> 20% dibandingkan dengan kadar rujukan atau lebih baik

lagi dengan data awal pasien.


penurunan kadar hematokrit 20% setelah mendapat

penggantian cairan.
b. Hipoalbuminemia.
c. Efusi pleura, asites atau proteinuria.

6. Renjatan, biasanya mulai pada hari ketiga sejak sakit. Ini merupakan
manifestasi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan nadi lemah, cepat,
kecil sampai tidak teraba, tekanan nadi (beda tekanan sistolik dan
diastolik) menurun (20 mmHg atau kurang), hipotensi (sesuai umur),
disertai kulit teraba dingin dan lembab terutama daerah akral (ujung
hidung, jari tangan dan kaki), penderita tampak gelisah dan timbul
sianosis sirkumoral.
Dua gejala klinis pertama ditambah satu gejala laboratoris cukup untuk
menegakkan diagnosis kerja DBD. Dengan patokan ini 87% penderita yang
tersangka penyakit DBD diagnosisnya tepat setelah konfirmasi serologi
I. Diagnosis Banding.
Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus
atau protozoa seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam
chikungunya, leptospirosis, dan malaria. Adanya trombositopenia yang jelas
disertai hemokonsentrasi membedakan DBD dari penyakit lain. Diagnosis
banding

lain

adalah

sepsis,

meningitis

meningokok,

idiophatic

trombocytopenic purpura (ITP), leukemia, dan anemia aplastik.


Demam chikungunya (DC) sangat menular dan biasanya seluruh
keluarga terkena dengan gejala demam mendadak, masa demam lebih pendek,
suhu lebih tinggi, hampir selalu diikuti dengan ruam makulopapular, injeksi
konjungtiva dan lebih sering dijumpai nyeri sendi. Proporsi uji bendung
positif, petekie, dan epistaksis hampir sama dengan DBD. Pada DC tidak
ditemukan perdarahan gastrointestinal dan syok.
Pada hari-hari pertama ITP dibedakan dengan DBD dengan demam
yang cepat menghilang dan tidak dijumpai hemokonsentrasi, sedangkan pada
fase penyembuhan jumlah trombosit pada DBD lebih cepat kembali.
Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia atau anemia aplastik. Pada
leukemia, demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat
anemis. Pada anemia aplastik anak sangat anemis dan demam timbul karena
infeksi sekunder.
J. Penatalaksanaan
Sesuai dengan bagan penatalaksanaan (bagan 1,2,3,4)

K. Tindak Lanjut
Pengamatan rutin

DSS : tensi/nadi diperiksa setiap 15-20 menit sampai keadaan stabil,

Ht, trombosit setiap 3-6 jam sampai keadaan menetap.


Derajat I dan II : pemeriksaan Ht dan trombosit minimal 2 kali sehari.
Pada semua DSS pada saat masuk rumah sakit harus diperiksa juga CT
dan BT. Bila CT cenderung memanjang lakukan juga pemeriksaan

gambaran darah tepi.


Pemeriksaan khusus: EKG bila gagal jantung, foto thorax bila pleural
efusi dan edema paru. USG bila curiga efusi pleura minimal. BT, CT,

PT, PTT, dan gambaran darah tepi bila curiga DIC.


Penderita yang berobat jalan diperiksa trombosit setiap hari. Penderita
yang dirawat, tampung urine 24 jam, bila kurang dari 2 ml/kgBB/jam

periksa ureum dan kretinin.


Elektrolit darah astrup bila keadaan umum tidak membaik.
Pelaporan pada dinas kesehatan Tk II setempat melalui kurir, telepon
atau surat secara mingguan.

L. Indikasi pulang
Keadaan umum baik dan masa krisis telah berlalu atau >7 hari sejak
panas. Keadaan umum baik ditandai dengan nafsu makan membaik, keadaan
klinis penderita membaik, tidak demam paling sedikit 24 jam tanpa antipiretik,
tidak dijumpai distress pernafasan

minimal 3 hari setelah syok teratasi,

hematokrit stabil, trombosit >50.000 mm3.


Cara pencegahan DBD :
1. Bersihkan tempat penyimpanan air (bak mandi, WC ).
2. Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air.
3. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas (kaleng
bekas, botol bekas ).
4. Tutuplah lubang-lubang, pagar pada pagar bambu dengan tanah.
5. Lipatlah pakaian atau kain yang bergantungan dalam kamar agar
nyamuk tidak hinggap di situ.
6. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin untuk membunuh jintikjintik nyamuk ( ulangi hal ini setiap 2 sampai 3 bulan sekali.
M. Komplikasi
Perdarahan gastrointestinal masif, ensepalopati, edema paru , DIC, efusi
pleura
N. Prognosis

Infeksi dengue pada umumnya mempunyai prognosis yang baik, DF


dan DHF tidak ada yang mati. Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan
yang berat, shock yang tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat dan
kejang. Kematian dapat juga disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan
lingkungan bangsal rumah sakit yang kurang bersih. Kematian terjadi pada
kasus berat yaitu pada waktu muncul komplikasi pada sistem saraf,
kardiovaskuler, pernapasan, darah, dan organ lain.
Kematian disebabkan oleh banyak faktor, antara lain :
Keterlambatan diagnosis
Keterlambatan diagnosis syok
Keterlambatan penanganan syok
Syok yang tidak teratasi
Kelebihan cairan
Kebocoran yang hebat
Pendarahan masif
Kegagalan banyak organ
Ensefalopati
Sepsis
Kegawatan karena tindakan

BAB III
ANALISA KASUS
Dari anamnesis didapatkan seorang anak laki-laki, 9 tahun dibawa ke RS
dengan keluhan kaki tanagn dingin disertai demam. Sejak 4 hari SMRS penderita
demam tinggi yang timbul mendadak dan terus-menerus, timbul bintik-bintik merah
di kulit, nyeri kepala, nyeri perut, nyeri sendi, dan nyeri di belakang bola mata.
Penderita juga mengeluh mual dan

muntah dengan frekuensi 2-3 kali sehari

banyaknya gelas setiap muntah, isi apa yang dimakan. Penderita dibawa ke dokter
umum dan di beri obat penurun panas serta antibiotik. Demam turun sebentar namun
tinggi lagi. Sejak 2 hari SMRS, penderita demam tinggi terus menerus disertai lemas,
muntah, nyeri kepala yang semakin hebat, dan BAB berwarna hitam. Penderita
dibawa ke dokter tapi keluhan tidak berkurang. Sejak 1 hari SMRS, kaki dan tangan

penderita terasa dingin, penderita tampak lemas, demam turun, bintik-bintik merah di
kulit masih ada dan BAK sedikit. Selama 2 hari MRS, penderita didiagnosis DBD
grade IV, selama perawatan penderita telah mendapat terapi cairan RL 20 cc/kgBB
dengan bolus cepat, oksigen nasal 2 L/menit dan keluhan penderita mulai berkurang,
kaki dan tangan hangat, demam dan lemas berkurang, nyeri kepala tidak ada, nyeri
perut tidak ada, nyeri sendi tidak ada, nyeri belakang bola mata tidak ada, mual
muntah tidak ada, BAB dan BAK biasa.
Dari riwayat keluarga dan lingkungan diketahui dua orang teman penderita di
sekolah menderita demam berdarah dengue.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita dalam keadaan tampak sakit
sedang, kesadaran compos mentis, nadi 68 x/menit, laju pernapasan 22x/menit,
temperature 36,8C, dan tekanan darah 100/70 mmHg. Pada penderita juga
didapatkan pembesaran hepar 2jbac dan adanya petechie spontan minimal di tungkai
kanan bawah. Hasil pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium
diketahui adanya trombositopenia, Ht >20%
Dengan demikian, diagnosis penderita ini adalah DBD derajat IV dengan
perbaikan berdasarkan dasar diagnosis DBD ( WHO 1997):

Klinis
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji bendung positif dan
bentuk lain (petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi),
hematemesis atau melena.
3. Pembesaran hati
4. Syok yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi menurun
(menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan
lembab terutama pada ujung hidung, jari, dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul
sianosis di sekitar mulut.
Laboratorium
Trombositopenia (< 100.000/ul ) dan hemokonsentrasi (nilai hematokrit lebih
20% dari normal).

Dua gejala klinis pertama ditambah satu gejala laboratoris cukup untuk menegakkan
diagnosis kerja DBD.
Derajat (WHO 1997):
I.

Demam dengan uji bendung positif.

II.

Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.

III.

Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan
pasien menjadi gelisah.

IV. Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
Penderita ditatalaksana sesuai dengan standar penatalaksanaan DBD derajat
IV dengan perbaikan: Diet nasi biasa (porsi kecil tapi sering), IVFD RL (10 cc/kg
BB/jam, selama 6 jam), evaluasi vital sign, kurva suhu per 6 jam, balance cairan per
12 jam. Anjuran bagi penderita untuk banyak minum dan bedrest.
Prognosis penderita ini, quo ad vitam dubia ad bonam karena saat masuk RS
penderita dalam kondisi syok berat dan quo ad functionam adalah bonam.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Depkes RI Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue disarana pelayanan

2.

kesehatan oleh anonim. Departemen Kesehatan RI Jakarta. 2005


Dengue Hemorrhagic Fever in indonesia ; role of cytokine in plasma leakeage,

3.
4.
5.
6.

coagulation and fibrinolysis oleh Suharti C. Nejmegen University press. 2002


URL : http;//www.medicastore.com/dengue hemorrhagic
URL : http;//www.sumber-alkes.com/dengue hemorrhagic
URL : http;//www.indokado.com/dengue hemorrhagic
Aras O., shert A., Bach R.R., Slungard A., Hebbel R.P.,Escolar G.,
Jilma B.

7.
8.

And key N.S 2004


Barero P.R. And Mistchenko A.S 2004
Darwis D. Kegawatan demam berdarah dengue pada anak. Sari Pediatri 2004

You might also like