You are on page 1of 23

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA PASIEN ASMA BRONKIAL


Pembimbing : Dhani Setya Arumawati.,Skep.,Ns

Disusun Oleh :
Ameliana M.P.

Monalisa

Irma Damayanti

Zulkifli Wibowo

Kartika Oktavianti

Dessy Riyanti

Agustinus Kehi

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Sahid Surakarta
2015
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang didunia
mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada
tahun 2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies
inChildhood pada tahun yang sama menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi
gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2% menjadi 5,4 %.Penyakit asma tidak
dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini
hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit asma, p
enderita penyakit asma bisa bebas dari gejala penyakit asma yang
mengganggusehingga dapat menjalani aktivitas hidup seharihari.Mengingat banyaknya faktor risiko yang berperan, maka prioritas
pengobatan penyakit asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala. Kontrol
yang baik inidiharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi (kumatnya gejala
penyakit asma),menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas sosial yang baik dan
meningkatkankualitas hidup pasien. Anda bisa mengenal penyakit asma lebih lanjut
dalam halaman detail ini meliputi
gejala asma, diagnosa asma, penyebab asma, faktor pencetus asma, pengobatan, peng
cegahan dan hidup bersama asma.
B. Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pemahaman klinis asma
bronkial khususnya dari segi diagnosis, pengenalan etiologi, faktor risiko,
patofisiologi, dan penatalaksanaan terkait kasus.

1.Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronchial

2.Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengna asma bronchial.


b. Mampu menentukan masalah atau diagnosa keperawatan pada pasien dengan asma
bronchial.
c.Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan asma bronchia
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan secara baik dan benar.

C. Ruang Lingkup
Makalah ini menguraikan tentang bagaimana melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien dengan asma bronchial, pada kasus ini penulis
menggunakan metoda pemecahan masalah yaitu dengan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan masalah, diagnosis pelaksanaan
dan evaluasi.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.

Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana

trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.


Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan
bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas
yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan.
B.

Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya

serangan asma bronkhial.


1. Faktor Predisposisi
- Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang
juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
2. Faktor Presipitasi
- Alergen
1

Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:


a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan
jam tangan.

- Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan debu.
- Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan
asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah
pribadinya karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
- Olah raga/aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani
atau olahraga yang berat.lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan
spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
2. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.
D. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus
terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga
terjadi dengan cara: seseorang alergi membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal reaksi
alergi. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibodi IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrien), faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun
sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian
luar bronkhiolus. Bronkhiolus sudah tersumbat sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi.pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat
tetapi hanya sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesulitan mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal in dapat menyebabkan barrel chest.

E. Pathway
Factor dasar dan pencetus

kurang pengetahuan

Reaksi antigen-antibodi
Dilepaskan mediator-mediator kimia
Kontraksi otot-otot polos
Pada saluran pernafasan
Bronkospasme

peningkatan permeabilitis
kapiler
edema mukosa

peningkatan
sekresi
penyumbatan
Jalan nafas

gangguan pertukaran gas


obstruksi jalan nafas
oleh secret
kontraksi otot
dada meningkat
inflamasi mukosa
obstruksi jalan nafas
sesak nafas
wheezing
ekspirasi terhambat

cemas

Resiko infeksi jalan nafas

CO2 meningkat
Ansietas
Gangguan pertukaran
gas

F. Tanda dan Gejala


Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala
klasik: sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa
nyeri di dada. Pada serangan asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak,
antara lain: silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi, dan
pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma sering terjadi pada malam hari.
G. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi
berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan
dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang
intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan
kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)
saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas.
H. Penatalaksanaan
1

Prinsip umum pengobatan asma bronkhial pada anak meliputi:


1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengembalikan fungsi paru sesegera mungkin
3. Mencegah hipoksemia dan mencegah terjadinya serangan asma
+ Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan non farmakologik
a.
b.
c.
d.
e.

Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisioterapi
Beri O bila perlu

2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
g. aSimpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
g. b
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
g. cSantin (teofilin)
g. d
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard),
Teofilin (Amilex)
g. ePenderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru
terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
- Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan
dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
I. Pencegahan Serangan Asma pada Anak
1. Menghindari pencetus
Cara menghindari berbagai pencetus serangan pada asma perlu diketahui dan
diajarkan pada keluarganya yang sering menjadi faktor pencetus adalah debu rumah. Untuk
menghindari pencetus karena debu rumah dianjurkan dengan mengusahakan kamar tidur
anak:

- Sprei, tirai, selimut minimal dicuci 2 minggu sekali. Sprei dan sarung bantal lebih sering.
Lebih baik tidak menggunakan karpet di kamar tidur atau tempat bermain anak. Jangan
memelihara binatang.
- Untuk menghindari penyebab dari makanan bila belum tau pasti, lebih baik jangan makan
coklat, kacang tanah atau makanan yang mengandung es, dan makanan yang mengandung
zat pewarna.
- Hindarkan kontak dengan penderita influenza, hindarkan anak berada di tempat yang
sedang terjadi perubahan cuaca, misalnya sedang mendung.
2. Kegiatan fisik
Anak yang menderita asma jangan dilarang bermain atau berolah raga. namun
olahraga perlu diatur karena merupakan kebutuhan untuk tumbuh kembang anak.
Pengaturan dilakukan dengan cara:

Menambahkan toleransi secara bertahap, menghindarkan percepatan gerak yang

mendadak
Bila mulai batuk-batuk, istirahatlah sebentar, minum air dan setelah tidak batuk-

batuk, kegiatan diteruskan.


Adakalanya beberapa anak sebelum melakukan kegiatan perlu minum obat atau
menghirup aerosol terlebih dahulu.

BAB III
TINJAUAN KASUS

Pengkajian
a. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.
Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma
episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan
dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa
infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca,
adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling
sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur
sebeluim 3 tahun. Pada umur 5-10 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran
pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis
kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.
b. Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak nafas
c. Riwayat penyakit sekarang
Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih
atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak
wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa. Perubahan suhu
udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya
serangan asma
f. Riwayat imunisasi

Anak usia sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG,
POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
g. Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 5-10 tahun yaitu 120 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur
5-10 tahun 1000-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal
menggunakan rumus 8 + 2n.
h. Dampak hospitalisasi
-

Sumber stressor : Perpisahan

Protes : pergi, menendang, menangis

Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi

Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi

Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas,


ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.

Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.

Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.

i. Aktivitas
-

Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas


Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan
melakukanaktivitas sehari-hari

Tidur dalam posisi tinggi

j. Pernapasan
-

Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan

Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur


1

Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan


hidung.

Adanya bunyi napas mengi

Adanya batuk berulang

k. Sirkulasi
-

Adanya peningkatan tekanan darah

Adanya peningkatan frekuensi jantung

Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis

l. Integritas ego
-

Ansietas

Ketakutan

Peka rangsangan

Gelisah

m. Asupan nutrisi
-

Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan

- Penurunan berat badan karena anoreksia

n. Hubungan sosial
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah bicara atau bicara terbata-bata
- Adanya ketergantungan pada orang lain

2. Identitas Pasien
Nama

: An Sy

Umur

: 10 thn

Alamat

: Desa perdamaian Gg.cermai Kuala Simpang Aceh Tamiang


NAD

Pekerjaan

:-

Jenis kelamin

: laki - laki

Agama

: islam

Keluhan utama

: Badan lemas, nafas sesak, batuk, nyeri dada.

Pemeriksaan Umum :
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: composmetis

Tanda

: TD: 120/70

Nadi

: 110 x/mnt

Suhu

: 36 0C

RR

: 28 x/mnt

BB sekarang

: 26 kg

Antropometri :
TB (Tinggi Badan)

: 142 cm

BB (Berat Badan)

: 26 kg

LILA (Lingkar Lengan)

: 18 cm

Pemeriksaan Fisik :
1

Kepala

: warna rambut hitam, kulit kepala bersih

Muka

: tidak pucat dan tidak odema

Mata

: simetris, konjungtiva tidak anemis, kelopak mata tidak

oedema, sklera tidak ikterus


Hidung

: tidak ada sekret dan polip

Mulut

: tidak ada stomatitis, lidah bersih, gusi tidak epulis

Leher

: tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar thyroid

Dada

: simetris, ada wheezing, ada ronchi

Perut

: tidak ada kembung tetapi terdapat nyeri tekan

Genetalia

: tidak ada kelainan

Ekstremitas

: simetris, tidak odema, pada tangan kiri terpasang infus D5 16

tetes/menit
Kulit

: turgor baik

ANALISA DATA
DATA

ETILOGI

MASALAH

Ds :

1.

Bronkospasme

1.

Bersihan jalan napas tidak efektif

Ibu pasien

2.

Penurunan ekpansi paru

2.

Tidak efektifnya pola nafas

mengatakan sulit

3.

Anoreksia,mual/muntah

3.

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

bernafas.

Ibu pasien
mengatakan batuk.

Ibu pasien
mengatakan
pernafasan pasien
mengi saat tidur.
Do :

- Sesak nafas

- Nafas
dangkal

- Pasien sering
mual/muntah

Pasien tampak

bingung, gelisah.

TD: 120/70

Nadi : 110 x/mnt

Suhu : 36 0C

RR

BB : 26 kg

: 28 x/mnt

NO
1.

DIAGNOSA

TUJUAN

INTERVENSI

RASION

Bersihan jalan

Setelah dilakukan

- Auskultasi bunyi

-beberapa derajat spasme bronkus

napas tidak

askep selama 3x24

nafas, catat adanya

dengan obstruksi jalan napas dan

efektif b/d

jam.

bunyi nafas.

dapat/tidak dimanifestasikan adany

bronkospasme

Diharpakan

- Kaji/pantau

nafas adventisius, mi;penyebarab k

t/d pernyataan

- Jalan nafas kembali

frekuensi

basah, bunyi napas redup dengan e

sulit bernapas,

efektif.

pernafasan, catat

mengi, atau tak adnya bunyi nafas(

bunyi napas tak

- pasien dapat

rasio

berat).

normal (mengi),

mengeluarkan

inspirasi/ekspirasi

- takipinea biasanya ada pada bebe

batuk.

sputum, wheezing

- Kaji pasien untuk

derajat dan dapat ditemukan pada

berkurang/hilang.

posisi yang

penerimaan atau selama srets/adan

nyaman. Contoh:

proses infeksi akut.

meninggikan kepala - peninggian kepala tempat tidur


TT, duduk pada

mempermudah fungsi pernapasan d

sandaran TT

menggunakan gravitasi.

- Observasi

- batuk dapat menetap tapi tidak ef

karakteristik batuk,

khususnya bila pasien lansia, sakit

menetap, batuk

atau kelemahan.

pendek, basah.

- penggunaan air hangat dapat men

Bantu tindakan

spasme bronkus.

untuk keefektifan

- merileks kan otot halus dan menu

memperbaiki upaya

kongesti local, menurunkan jalan n

batuk.

mengi, produksi mukosa.

- Berikan air

- kecepatan biasanya meningkat. D

hangat.

dan terjadi peningkatan kerja napas

- Kolaborasi

Kedalaman pernapasan bervariasi

dengan dokter

tergantung derajat gagal napas.

untuk pemberian
obat sesuai
indikasi:
Brokondilator

2.

Tidak efektifnya

Setelah dilakukan

- Kaji frekuensi

- bunyi napas menurun/tidak ada b

pola nafas b/d

askep 3x24 jam.

kedalaman

napas obstruksi sekunder terhadap

penurunan

Diharapakan

pernafasan dan

pendarahan, bekuan atau kolaps jal

ekspansi paru t/d

-Pola nafas kembali

ekpansi dada catat

napas kecil.

gangguan

efektif.

upaya pernafasan

- duduk tinggi memungkinkan ekp

pengembangan

- ekspansi paru

termasuk

paru dan memudahkan pernapasan

dada, bunyi

mengembang.

penggunaan otot

Pengubahan posisi dan ambulasi

napas tak

- bunyi napas normal

bantu

meningkatkan pengisian udara segm

normal(mengi),

dan bersih.

pernapasan/perlebar paru berbeda sehingga memperbaik

batuk.

- batuk

an nasal.

gas.

berkurang/hilang.

- Auskultasi bunyi

- kongesti alveolar mengakibatkan

- TTV dalam batas

nafas dan catat

kering/iritasi.

normal.

adanya bunyi nafas

- dapat meningkatkan/banyaknya s

seperti krekels,

dimana gangguan ventilasi dan dita

wheezing.

ketidaknyamanan upaya bernapas.

- Tinggikan kepala

- memaksimalkan bernapas dan

dan bantu

menurunkan kerja napas.

mengubah posisi.
- Observasi pola
batuk dan karakter
secret.
- Dorong/bantu
pasien dalam nafas
dan latihan batuk.
Kolaborasi
- Berikan oksigen
tambahan
3.

Gangguan nutrisi Setelah dilakukan

- Kaji kebiasaan

- pasien distress pernapasan akut se

kurang dari

askep selama 2x24

diet

anoreksia karena dispnea, produksi

kebutuhan tubuh

jam.

- Aukultasi bunyi

sputum, dan obat.

b/d

Diharapkan

usus.

- penurunan/hiporaktif bising usus

anoreksia,mual/

- BB stabil dgn nilai

muntah t/d

lab normal.

- Timbang berat

dan konstipasi yang berhubungna d

penurunan berat

- Tidak mengalalami

badan dan tinggi

pembatasan pemasukan cairan, pen

badan,

tanda malnutrisi

badan.

aktifitas, dan hipoksemia.

kelemahan,

-Menunjukkan

- Anjurkan pada ibu

- berguna untuk menentukan kebut

keengganan

perilaku, perubahan

klien agar klien

kalori, menyusun tujuan berat bada

untuk makan,

pola hidup untuk

hindari dari

evaluasi keadekuatan rencana nutri

menunjukan penurunan motilitas g

kurang tertarik

meningkatkan

makanan yang

pada makanan.

dan/ataumempertahan sangat panas atau

mencetuskan/meningkatkan spasm

kan berat badan yg

sangat dingin.

- metode makan dan kebutuhan kal

sesuai.

Kolaborasi

didasarkan pada situasi/kebutuhuan

- Konsul dengan

individu untuk memberikan nutrisi

tim gizi/tim

maksimal dan upaya minimal

pendukung nutrisi.

pasien/penggunaan energi.

- Berikan oksigen

- menurunkan dispnea dan mening

tambahan selama

energy untuk makan meningkatkan

makan sesuai

masukan.

indikasi.

- suhu ekstim dapat

No

Tgl/jam

Implementasi

Evaluasi

Dx
kep
1

15-03-11

- Mengkaji auskultasi bunyi nafas

10.00wib - Memantau frekuensi pernafasan

S : Keluarga An Sy mengatakan:
- Setelah dilakukan kaji

- Meninggikan kepala dr tempat tidur auskultasi dan memantau


- Memberikan obat bronkodilator.

frekuensi pernafasn An Sy
merasa diperhatiakn oleh
perawat.
- An Sy dpt merespon dgn baik
setiap tindakan yg diberikan oleh
perawat.
- An Sy merasa dgn posisi
kepala lbh tinggi dapat bernapas
dengan nyaman.
- An rz nyaman dan tidur
nyenyak setelah diberikan obat.
O : TD: 100/60 mm/hg
RR: 18 x/menit
HR: 72x/menit
TEMP: 37oC
An Sy bunyi nafas kembali
normal.
A : TTV normal, batuk
berkurang, keadaan umum
membaik.
P : Lanjut ke dx selanjutnya.

15-03-11

-Mengkaji frekuensi kedalaman

11.30wib pernafasan dan ekpansi dada.


- Mengobservasi pola batuk pasien.

S: Keluarga pasien mengatakan:


- An Sy sudah bernapas
dengan normal.

- An Sy batuk sudah hilang.


O: an Sy sudah bernapas dengan
ekpansi paru mengembang.
A: sesak hilang, batuk hilang.
P: Lanjutkan ke dx kep
selanjutnya.
.
3

15-03-11

- Mengkaji kebiasaan diet pasien.

12.00wib - Mengkaji auskultasi bunyi usus.


- Menimbang BB dan TB.

S: Keluarga An rz mengatakan:
- an Sy nafsu makan membaik.
- Bunyi usus 6-12 kali/menit.

.
.

O: BB = 30 kg. TB = 143 cm
A: keluarga Sy mengatakan
anaknya sudah sangat membaik
P: tidak ada.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma bronkial adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami peyempitan
karena Hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu,yang menyebabkan peradangan;
penyempitan ini bersifat sementara. Ada beberapa hal yang merupakan faktor
predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma .Manifestasi klinik pada pasien
asma anak adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing. Pada sebagian penderita disertai
dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan
gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam,
gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras. Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau
alergi yang disebabkan oleh alergi seperti debu, binatang, makanan, dan obat-obatan.
Klien denganasma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan
riwayat alergirhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik
dengan alergen. Sebagaimana penyakit lain, penatalaksanaan asma didasarkan pada
pemahaman mengenai pathogenesis penyakit. Penatalaksanaan asma dibagi menjadi
dua,
yaitu: penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan penatalaksanaan asma di lu
ar serangan (controller).Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma
adalah pneumotoraks,atelektasis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga

DAFTAR PUSTAKA

Judith M.Wilkinson,2007,Diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan Kriteria hasil


NOC
1

NANDA,2001-2002,Diagnosis keperawatan Nanda,Yogyakarta;UGM


- Betz Cecily, Linda A Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakarta.
- Capernito, Lynda J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. EGC:
Jakarta.
-Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.
- Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.EGC: Jakarta.
- Sari Pediatri, Vol 7, No 1, Juni 2005

You might also like