Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Ameliana M.P.
Monalisa
Irma Damayanti
Zulkifli Wibowo
Kartika Oktavianti
Dessy Riyanti
Agustinus Kehi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang didunia
mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada
tahun 2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies
inChildhood pada tahun yang sama menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi
gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2% menjadi 5,4 %.Penyakit asma tidak
dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini
hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit asma, p
enderita penyakit asma bisa bebas dari gejala penyakit asma yang
mengganggusehingga dapat menjalani aktivitas hidup seharihari.Mengingat banyaknya faktor risiko yang berperan, maka prioritas
pengobatan penyakit asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala. Kontrol
yang baik inidiharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi (kumatnya gejala
penyakit asma),menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas sosial yang baik dan
meningkatkankualitas hidup pasien. Anda bisa mengenal penyakit asma lebih lanjut
dalam halaman detail ini meliputi
gejala asma, diagnosa asma, penyebab asma, faktor pencetus asma, pengobatan, peng
cegahan dan hidup bersama asma.
B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pemahaman klinis asma
bronkial khususnya dari segi diagnosis, pengenalan etiologi, faktor risiko,
patofisiologi, dan penatalaksanaan terkait kasus.
1.Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronchial
2.Tujuan Khusus
C. Ruang Lingkup
Makalah ini menguraikan tentang bagaimana melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien dengan asma bronchial, pada kasus ini penulis
menggunakan metoda pemecahan masalah yaitu dengan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan masalah, diagnosis pelaksanaan
dan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana
Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
- Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan debu.
- Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan
asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah
pribadinya karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
- Olah raga/aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani
atau olahraga yang berat.lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan
spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
2. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.
D. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus
terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga
terjadi dengan cara: seseorang alergi membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal reaksi
alergi. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibodi IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrien), faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun
sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian
luar bronkhiolus. Bronkhiolus sudah tersumbat sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi.pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat
tetapi hanya sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesulitan mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal in dapat menyebabkan barrel chest.
E. Pathway
Factor dasar dan pencetus
kurang pengetahuan
Reaksi antigen-antibodi
Dilepaskan mediator-mediator kimia
Kontraksi otot-otot polos
Pada saluran pernafasan
Bronkospasme
peningkatan permeabilitis
kapiler
edema mukosa
peningkatan
sekresi
penyumbatan
Jalan nafas
cemas
CO2 meningkat
Ansietas
Gangguan pertukaran
gas
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisioterapi
Beri O bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
g. aSimpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
g. b
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
g. cSantin (teofilin)
g. d
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard),
Teofilin (Amilex)
g. ePenderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru
terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
- Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan
dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
I. Pencegahan Serangan Asma pada Anak
1. Menghindari pencetus
Cara menghindari berbagai pencetus serangan pada asma perlu diketahui dan
diajarkan pada keluarganya yang sering menjadi faktor pencetus adalah debu rumah. Untuk
menghindari pencetus karena debu rumah dianjurkan dengan mengusahakan kamar tidur
anak:
- Sprei, tirai, selimut minimal dicuci 2 minggu sekali. Sprei dan sarung bantal lebih sering.
Lebih baik tidak menggunakan karpet di kamar tidur atau tempat bermain anak. Jangan
memelihara binatang.
- Untuk menghindari penyebab dari makanan bila belum tau pasti, lebih baik jangan makan
coklat, kacang tanah atau makanan yang mengandung es, dan makanan yang mengandung
zat pewarna.
- Hindarkan kontak dengan penderita influenza, hindarkan anak berada di tempat yang
sedang terjadi perubahan cuaca, misalnya sedang mendung.
2. Kegiatan fisik
Anak yang menderita asma jangan dilarang bermain atau berolah raga. namun
olahraga perlu diatur karena merupakan kebutuhan untuk tumbuh kembang anak.
Pengaturan dilakukan dengan cara:
mendadak
Bila mulai batuk-batuk, istirahatlah sebentar, minum air dan setelah tidak batuk-
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
a. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.
Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma
episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan
dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa
infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca,
adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling
sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur
sebeluim 3 tahun. Pada umur 5-10 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran
pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis
kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.
b. Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak nafas
c. Riwayat penyakit sekarang
Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih
atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak
wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa. Perubahan suhu
udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya
serangan asma
f. Riwayat imunisasi
Anak usia sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG,
POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
g. Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 5-10 tahun yaitu 120 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur
5-10 tahun 1000-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal
menggunakan rumus 8 + 2n.
h. Dampak hospitalisasi
-
i. Aktivitas
-
j. Pernapasan
-
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
k. Sirkulasi
-
l. Integritas ego
-
Ansietas
Ketakutan
Peka rangsangan
Gelisah
m. Asupan nutrisi
-
n. Hubungan sosial
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah bicara atau bicara terbata-bata
- Adanya ketergantungan pada orang lain
2. Identitas Pasien
Nama
: An Sy
Umur
: 10 thn
Alamat
Pekerjaan
:-
Jenis kelamin
: laki - laki
Agama
: islam
Keluhan utama
Pemeriksaan Umum :
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: composmetis
Tanda
: TD: 120/70
Nadi
: 110 x/mnt
Suhu
: 36 0C
RR
: 28 x/mnt
BB sekarang
: 26 kg
Antropometri :
TB (Tinggi Badan)
: 142 cm
BB (Berat Badan)
: 26 kg
: 18 cm
Pemeriksaan Fisik :
1
Kepala
Muka
Mata
Mulut
Leher
Dada
Perut
Genetalia
Ekstremitas
tetes/menit
Kulit
: turgor baik
ANALISA DATA
DATA
ETILOGI
MASALAH
Ds :
1.
Bronkospasme
1.
Ibu pasien
2.
2.
mengatakan sulit
3.
Anoreksia,mual/muntah
3.
bernafas.
Ibu pasien
mengatakan batuk.
Ibu pasien
mengatakan
pernafasan pasien
mengi saat tidur.
Do :
- Sesak nafas
- Nafas
dangkal
- Pasien sering
mual/muntah
Pasien tampak
bingung, gelisah.
TD: 120/70
Suhu : 36 0C
RR
BB : 26 kg
: 28 x/mnt
NO
1.
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASION
Bersihan jalan
Setelah dilakukan
- Auskultasi bunyi
napas tidak
efektif b/d
jam.
bunyi nafas.
bronkospasme
Diharpakan
- Kaji/pantau
t/d pernyataan
frekuensi
sulit bernapas,
efektif.
pernafasan, catat
- pasien dapat
rasio
berat).
normal (mengi),
mengeluarkan
inspirasi/ekspirasi
batuk.
sputum, wheezing
berkurang/hilang.
posisi yang
nyaman. Contoh:
sandaran TT
menggunakan gravitasi.
- Observasi
karakteristik batuk,
menetap, batuk
atau kelemahan.
pendek, basah.
Bantu tindakan
spasme bronkus.
untuk keefektifan
memperbaiki upaya
batuk.
- Berikan air
hangat.
- Kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
obat sesuai
indikasi:
Brokondilator
2.
Tidak efektifnya
Setelah dilakukan
- Kaji frekuensi
kedalaman
penurunan
Diharapakan
pernafasan dan
napas kecil.
gangguan
efektif.
upaya pernafasan
pengembangan
- ekspansi paru
termasuk
dada, bunyi
mengembang.
penggunaan otot
napas tak
bantu
normal(mengi),
dan bersih.
batuk.
- batuk
an nasal.
gas.
berkurang/hilang.
- Auskultasi bunyi
kering/iritasi.
normal.
- dapat meningkatkan/banyaknya s
seperti krekels,
wheezing.
- Tinggikan kepala
dan bantu
mengubah posisi.
- Observasi pola
batuk dan karakter
secret.
- Dorong/bantu
pasien dalam nafas
dan latihan batuk.
Kolaborasi
- Berikan oksigen
tambahan
3.
- Kaji kebiasaan
kurang dari
diet
kebutuhan tubuh
jam.
- Aukultasi bunyi
b/d
Diharapkan
usus.
anoreksia,mual/
muntah t/d
lab normal.
- Timbang berat
penurunan berat
- Tidak mengalalami
badan,
tanda malnutrisi
badan.
kelemahan,
-Menunjukkan
keengganan
perilaku, perubahan
untuk makan,
hindari dari
kurang tertarik
meningkatkan
makanan yang
pada makanan.
mencetuskan/meningkatkan spasm
sangat dingin.
sesuai.
Kolaborasi
- Konsul dengan
tim gizi/tim
pendukung nutrisi.
pasien/penggunaan energi.
- Berikan oksigen
tambahan selama
makan sesuai
masukan.
indikasi.
No
Tgl/jam
Implementasi
Evaluasi
Dx
kep
1
15-03-11
S : Keluarga An Sy mengatakan:
- Setelah dilakukan kaji
frekuensi pernafasn An Sy
merasa diperhatiakn oleh
perawat.
- An Sy dpt merespon dgn baik
setiap tindakan yg diberikan oleh
perawat.
- An Sy merasa dgn posisi
kepala lbh tinggi dapat bernapas
dengan nyaman.
- An rz nyaman dan tidur
nyenyak setelah diberikan obat.
O : TD: 100/60 mm/hg
RR: 18 x/menit
HR: 72x/menit
TEMP: 37oC
An Sy bunyi nafas kembali
normal.
A : TTV normal, batuk
berkurang, keadaan umum
membaik.
P : Lanjut ke dx selanjutnya.
15-03-11
15-03-11
S: Keluarga An rz mengatakan:
- an Sy nafsu makan membaik.
- Bunyi usus 6-12 kali/menit.
.
.
O: BB = 30 kg. TB = 143 cm
A: keluarga Sy mengatakan
anaknya sudah sangat membaik
P: tidak ada.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma bronkial adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami peyempitan
karena Hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu,yang menyebabkan peradangan;
penyempitan ini bersifat sementara. Ada beberapa hal yang merupakan faktor
predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma .Manifestasi klinik pada pasien
asma anak adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing. Pada sebagian penderita disertai
dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan
gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam,
gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras. Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau
alergi yang disebabkan oleh alergi seperti debu, binatang, makanan, dan obat-obatan.
Klien denganasma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan
riwayat alergirhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik
dengan alergen. Sebagaimana penyakit lain, penatalaksanaan asma didasarkan pada
pemahaman mengenai pathogenesis penyakit. Penatalaksanaan asma dibagi menjadi
dua,
yaitu: penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan penatalaksanaan asma di lu
ar serangan (controller).Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma
adalah pneumotoraks,atelektasis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga
DAFTAR PUSTAKA