You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
Semua orang pastinya memiliki perilaku, emosi dan dorongan yang berbeda-beda
pada waktu dan tempat yang berbeda pula. Kondisi yang menentukan keadaan dan
perubahan pada perilaku, emosi dan dorongan seseorang adalah berkaitan dengan sistem
saraf. Adapun pengaturan dari perilaku, emosi dan dorongan terdapat pada sistem
limbik. Walaupun demikian, fungsi yang berkaitan dengan sistem limbik, seperti
perilaku sesuai insting, perilaku afektif, motivasi, dorongan, pembelajaran dan memori
tidak hanya merupakan peran sistem limbik saja. Fungsi-fungsi tersebut bergantung dari
kerja sama sistem limbik yang baik dengan berbagai area otak lainnya. (Duus, 2010)
Limbik berasal dari bahasa latin yang artinya batas atau pinggir. Sistem limbik
secara anatomi adalah struktur bangunan-bangunan yang mengelilingi korpus kalosum.
Di anterior terdapat stria olfaktoria dan area septalis, sedangkan pada bagian dorsal
dibentuk oleh gyrus cinguli dan ventral dibentuk oleh gyrus parahippocampus,
hippocampus dan nucleus amygdala. Secara fungsional, sistem limbik berperan
mengaitkan emosi dengan motivasi (amigdala), belajar dan ingatan (formasio
hipokampus) serta perilaku seksual (hipotalamus) (Netter et al, 2002)
Secara anatomi, struktur-struktur sistem limbik meliputi gyrus subcallosus, gyrus
cinguli, dan gyrus parahippocampalis, formatio hippocampi, nucleus amygdala, corpus
mammillare, dan nucleus anterior thalami. Sedangkan, alveus, fimbria, fornix, tractus
mammillothalamicus, dan stria terminalis membentuk jaras-jaras penghubung sistem ini
(Snell, 2007).
Secara anatomi susunan limbik dapat disimpulkan bahwa susunan limbik terkait
sangat erat dengan hipotalamus. Dan melalui hipotalamus juga sistem limbik
mendapatkan hubungan yang erat dengan substansia retikularis batang otak. Lintasan
eferen sistem limbik yang menuju bagian perifer melalui hipotalamus dan substansia
retikularis batang otak adalah lintasan yang menyalurkan impuls vegetatif ke perifer.
Oleh karena berbagai macam impuls diproyeksikan kepada susunan limbik maka
bangunan-bangunan dalam susunan limbik tidak berdiri sendiri. Mereka merupakan
bagian-bagian dalam kegiatan yang terintegrasi. Maka dari itu mereka dianggap sebagai
suatu susunan fungsional. (Duus, 2010; Mardjono dan Sidharta, 1981)
BAB II
1

SISTEM LIMBIK

Sistem limbik memiliki pengertian yang amat luas. Sistem ini terletak di area
perbatasan antara korteks cerebri dan hipotalamus. Sebagai hasil penelitian, saat ini
diketahui bahwa sistem limbik terlibat dengan berbagai struktur lain diluar area
perbatasan untuk mengendalikan emosi, perilaku dan dorongan. Sistem ini tampaknya
juga penting untuk memori (Snell, 2007).

Gambar 1. Posisi sistem limbik dalam otak (Boeree, 2009)


Beberapa literatur menyebutkan terdiri dari gyrus subcallosus, gyrus cinguli, dan
gyrus parahippocampalis, formatio hippocampi, nucleus amygdala, corpus mammillare,
dan

nucleus

anterior

thalami.

Sedangkan,

alveus,

fimbria,

fornix,

tractus

mammillothalamicus, dan stria terminalis membentuk jaras-jaras penghubung sistem ini


(Duus, 2010; Snell, 2007; Sukardi, 1994).

Gambar 2. Stuktur-struktur yang membentuk sistem limbik (Snell, 2007)


Sistem limbik termasuk di dalamnya nuklei dan traktus yang berada diantara
cerebrum dan diencephalon, merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai penentu
status emosional, berkaitan dengan kesadaran, fungsi intelektual, serta memfasilitasi
penyimpanan memori pada seseorang. Banyak dikatakan bahwa sistem limbik berperan
dalam keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu. Sistem limbik mengendalikan
emosi, perilaku dan dorongan (Snell, 2007). Duus (2010) menyebutkan bahwa fungsi
yang berkaitan dengan sistem limbik meliputi perilaku, motivasi dan dorongan serta
pembelajaran dan memori.

Gambar 3. Anatomi sistem limbik (Netters, 2012)


2.1 Formatio Hippocampi
Hipokampus merupakan suatu relief positif ke dalam dinding medial cornu
inferius ventriculi lateralis (Sukardi, 1984). Menurut Snell (2007), formatio hippocampi
terdiri dari hippocampus, gyrus dentatus, dan gyrus parahippocampi.

Gambar 4. Perkembangan Embriologi dari Formatio Hippocampi.


(Blumenfeld,2010)
4

Pada saat perkembangan embrio, tiga lapis dari arkhikorteks dari lobus temporal
bagian medial melipat sebanyak dua kali. Sebagai hasil dari lipatan ini, permukaan dari
girus dendatus dan subikulum menyatu dan permukaan dari subikulum dan girus
parahipokampi menyatu.

Gambar 5. Potongan hemispherium cerebri kanan, memperlihatkan formatio hippocampi


hippocampus, gyrus dentatus dan gyrus parahipocampi (Snell, 2007)
Hippocampus merupakan suatu elevasi substansia grisea yang melengkung dan
terbentang di seluruh panjang dasar cornu inferius ventriculi lateralis. Ujung anteriornya
membesar untuk membentuk pes hippocampus. Permukaan ventrikular yang konveks
diliputi oleh ependyma yang dibawahnya terdapat lapisan tipis substansia alba yang
disebut alveus. Alveus terdiri dari serabut-serabut saraf yang berasal dari dalam
hippocampus dan dibagian medialnya berkumpul membentuk berkas yang disebut
fimbria. Kemudian, fimbria akan berlanjut sebagai crus fornicis. Hippocampus berakhir
di posterior dibawah splenium corpus callosum (Snell, 2007; Wright, 1997).
Hipokampus merupakan salah satu struktur penting dalam sistem limbik. Korteks
hipokampus memiliki tiga lapisan. (Snell, 2007)
5

Lapisan tersebut adalah :


1.

Lapisan molekuler
Lapisan ini merupakan lapisan terluar yang disusun oleh neuron-neuron
kecil.

2.

Lapisan piramidal
Lapisan ini terdiri dari sel-sel piramidal

3.

Lapisan polimorpik
Lapisan ini merupakan lapisan terdalam yang mempunyai struktur
polimorpik yang sama dengan cortek yang lain.

Gambar 6. Potongan koronal Hippocampi dan struktur-stuktur terkait (Blumenfeld, 2010)


Akson yang terbentuk dari sel piramidalis pada hipokampus menjadi satu
membentuk alveus dan fimbriae. Fimbirae ini berlanjut menjadi krus fornik. Kedua krus
fornik bergabung membentuk badan fornik. Badan fornik kemudian terpisah menjadi 2
(dua) bagian yang disebut kolum fornik. Kedua kolum ini belok kedepan dan kebawah
yang berakhir di depan dari foramen interventrikular. Lapisan tengah mempunyai
karakteristik yang didominasi oleh sel piramidalis besar.
Gyrus dentatus merupakan pita substansia grisea yang menyempit, bertakik,
terletak diantara fimbriae hippocampi dan gyrus parahippocampalis. Di posterior, gyrus
diikuti oleh fimbria hampir sampai ke splenikum corpus callosum dan menyambung
6

dengan indusium griseum. Indusium griseum adalah lapisan vestigeal substansia grisea
yang tipis yang meliputi permukaan superior corpus callosum. Di dalam permukaan
superior indusium griseum, tertanam dua berkas serabut putih yang tipis pada masingmasing sisi disebut striae longitudinalis medialis dan lateralis. Striae merupakan sisa
substansia alba dari indusium griseum. Di anterior, gyrus dentatus berlanjut kedalam
unkus (Snell, 2007). Girus dentatus juga mempunyai tiga lapisan cortek yang hampir
sama dengan hipokampus. Tetapi lapisan tengah (piramidalis diganti dengan lapisan
granular). Lapisan granular ini tersusun padat oleh sel-sel bulat dan oval sebagai suatu
akson. Sebagian akson bergabung menjadi fimbriae dan menuju forniks (Mardjono dan
Sidharta, 1981).
Gyrus parahippocampalis terletak di antara fissura hipocampi dan sulcus
collateralis serta bersambungan dengan hippocampus di sepanjang tepi medial lobus
temporalis (Snell, 2007).
2.2 Nucleus Amygdala
Nukleus amygdala sebagian terletak di anterior dan sebagian lagi terletak di
posterior ujung kornu inferior ventrikulus lateralis. Struktur ini menyatu dengan ujung
cauda nucleus caudatus yang berjalan ke anterior di atap cornu inferior ventrikulus
lateralis. Stria terminalis muncul dari aspek posteriornya (Snell, 2007).
Amygdala merupakan kompleks beragam nukleus kecil yang terletak tepat di
bawah korteks serebri dari tiang (pole) medial anterior setiap lobus temporalis.
Amygdala mempunyai banyak sekali hubungan dua jalur dengan hipothalamus seperti
juga dengan daerah sistem limbik lainnya. Amygdala menerima sistem neuronal dari
semua bagian korteks limbik seperti juga dari neokorteks lobus temporalis, parietalis,
dan ksipitalis terutama dari area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual. Oleh karena
hubungan yang multiple ini, amygdala disebut jendela , yang dipakai oleh sistem
limbik untuk melihat kedudukan seseorang di dunia.

Gambar 7. Potongan sagital sistem limbik yang memperlihatkan Amygdala


(Adams and Victor, 2005)
2.3 Jaras-jaras Penghubung Sistem Limbik
Ada beberapa jaras yang menjadi penghubung dalam sistem limbik. Jaras-jaras
tersebut adalah dari alveus, fimbria, fornix, tractus mammillothalamicus dan stria
terminalis (Snell, 2007).
Alveus terdiri dari selapis tipis substansia alba yang terletak pada permukaan
superior atau permukaan ventrikular hippocampus. Alveus mengandung serabut-serabut
saraf yang berasal dari cortex hippocampi. Serabut-serabut berkumpul di tepi medial
hippocampus dan membentuk sebuah berkas yang disebut fimbria (Snell, 2007).
Fimbria kemudian meninggalkan ujung posterior hippocampus sebagai crus
fornicis. Crus dari masing-masing sisi lalu membelok ke posterior dan superior di bawah
splenium corpus callosum serta disekitar permukaan posterior thalamus. Kedua crura
kemudian berkumpul membentuk corpus fornicis yang terletak sangat dekat dengan
permukaan bawah corpus callosum. Kedua krura ini dihubungkan oleh serabut-serabut
tranversa disebut sebagai commissura fornicis.
Di anterior, corpus fornicis dihubungkan dengan permukaan bawah corpus
callosum oleh septum pellucidum. Di inferior, corpus fornicis berhubungan dengan tela
choroidea dan atap ependimal ventriculus ketiga. Di anterior, corpus fornicis terbagi
menjadi dua columna fornicis anterior yang masing-masing melengkung ke anterior dan
inferior di atas foramen interventrikulare (foramen Monro). Selanjutnya, masing-masing

columna menghilang ke dalam dinding lateral ventriculus tertius untuk mencapai corpus
mammillare (Snell, 2007).
Stria terminalis muncul dari aspek posterior nucleus amygdala dan berjalan
sebagai sebuah berkas saraf di posterior atap cornu inferior ventriculus lateralis dan pada
sisi medial cauda nucleus caudatus. Stria ini mengikuti lengkungan nucleus caudatus dan
terletak pada dasar corpus ventriculus lateralis (Snell, 2007).
2.4 Hubungan Aferen Hippocampus
Hubungan aferen hippocampus (Snell, 2007) terbagi menjadi enam kelompok, yaitu:
1. Serabut yang berasal dari gyrus cinguli berjalan menuju hippocampus
2. Serabut yang berasal dari nuclei septalis berjalan ke posterior di dalam fornix
menuju hippocampus
3. Serabut yang muncul dari satu hippocampus menyilang garis tengah menuju
hippocampus sisi yang berlawanan di dalam commissura fornicis
4. Serabut dari indusium griseum berjalan ke posterior di dalam striae longitudinalis
ke hippocampus
5. Serabut dari area entorhinal atau korteks asosiasi olfaktorius berjalan menuju
hippocampus
6. Serabut yang berasal dari gyrus dentatus dan gyrus parahippocampalis berjalan
menuju hippocampus

Gambar 8. Proyeksi aferen dan eferen utama formasio hipokampalis (Duus, 2007)
2.5 Hubungan Eferen Hippocampus
Akson sel piramidal hippocampus yang besar membentuk alveus dan fimbria.
Fimbria berlanjut sebagai crus fornicis. Kedua crura berkumpul membentuk corpus
9

fornicis. Corpus fornicis terbagi terpisah menjadi dua columna fornicis yang
melengkung ke bawah dan ke depan di depan foramina interventriculare. Menurut Snell
(2007), serabut-serabut di dalam fornix didistribusikan ke daerah-daerah berikut:
1. Serabut berjalan ke posterior menuju commissura anterior, memasuki corpus
mammilare, dan berakhir pada nucleus medialis
2. Serabut-serabut yang berjalan ke posterior menuju commissura anterior untuk
berakhir pada nucleus anterior thalami
3. Serabut-serabut berjalan ke posterior menuju commissura anterior untuk
memasuki tegmentum mesencephalon
4. Serabut-serabut berjalan ke anterior menuju commissura anterior dan berakhir
pada nuclei septalis, area preoptica lateralis, dan bagian anterior hipothalamus
5. Serabut-serabut yang bergabung dengan striae medularis thalami untuk mencapai
nuclei habenularis
Dengan mengetahui jaras-jaras anatomi di atas, menunjukkan bahwa strukturstruktur yang menyusun sistem limbik tidak hanya saling berhubungan, tetapi juga
mengirimkan serabut-serabut proyeksi ke berbagai tempat lain di susunan saraf pusat
(Snell, 2007).

Gambar 9. Hubungan aferen dan eferen pada sistem limbik (Snell, 2007)
2.6 Sirkuit Umum Sistem Limbik

10

Sistem limbik (Duus, 2010) memiliki sirkuit yang secara garis besar dibagi
menjadi tiga(3), yaitu:
1. Jalur-jalur dalam lobus limbik dan stasiun nukleusnya secara langsung
termasuk formasi hipokampal, badan amigdaloid dan area septal.
2. Jalur-jalur yang menghubungkan kompleks ini dengan diensefalon termasuk
epithalamus (nukleus-nukleus habenular), thalamus (komplek nukleus
anterior, dorsomedial dan intralaminar) dan hipothalamus.
3. Jalur-jalur yang menghubungkan diensefalon dengan tegmentum otak tengah,
nukleus sentral superior (nukleus raphe batang otak) dan nukleus
interpedunkular.

Tabel 1. Jalur koneksi sistem limbik (Blumenfeld, 2010)

11

Karena hubungan serat yang ekstensif dari berbagai komponen, Papez pada tahun
1937 memberikan teori bahwa sirkuit yang dibentuk oleh berbagai unit dapat merupakan
substrat anatomik bagi mekanisme emosi dan ekspresinya untuk komponen afektif dari
dorongan ingstingtif (Noback,1991). Sekelompok sistem limbik, termasuk hipokampus,
berhubungan satu dengan lainnya pada sirkuit Papez, yang memiliki beberapa stasiun
relay neural yang tersusun dalam suatu sirkuit atau gelung (Loop).

12

Gambar 10. Sirkuit Papez (hipokampus-forniks-korpus mamilare-nukelus anterior


talami-girus cinguli- cingulum-hipokampus) (Duus, 2007)

Sirkuit papez berjalan sebagai berikut. Dari hipokampus (kornu Ammon), impuls
berjalan melalui lengkung forniks yang besar ke korpus mamilare, Nukleus ini kemudian
menjadi tempat berasalnya traktus mamilotalamikus, yang menghantarkan impuls ke
nucleus anterior talami. Nucleus anterior berproyeksi ke girus cinguli melalui radiasio
talamisingulata. Sirkuit Papez dari girus cinguli, impuls berjalan melalui cingulum
kembali ke hipokampus, dan melengkapi sirkuit (Duus, 2007). Secara diagram, sirkuit
papez (Adams and Victor, 2005) dapat digambarkan sebagai berikut:

13

Bagan 1. Diagram koneksi pada sistem limbik (Adams and Victor, 2005)

14

BAB III
RINGKASAN
Limbik merupakan bahasa Latin yang diartikan sebagai perbatasan. Sistem
limbik berperan dalam pengendalian emosi, perilaku dan dorongan.
Secara anatomi, struktur-struktur sistem limbik meliputi gyrus subcallosus, gyrus
cinguli, dan gyrus parahippocampalis, formatio hippocampi, nucleus amygdala, corpus
mammillare, dan nucleus anterior thalami. Sedangkan, alveus, fimbria, fornix, tractus
mammillothalamicus, dan stria terminalis membentuk jaras-jaras penghubung sistem ini.
(Snell, 2007)
Sistem limbik termasuk di dalamnya nuklei dan traktus yang berada diantara
cerebrum dan diencephalon, merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai penentu
status emosional, berkaitan dengan kesadaran, fungsi intelektual, serta memfasilitasi
penyimpanan memori pada seseorang. Banyak dikatakan bahwa sistem limbik berperan
dalam keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu. Sistem limbik mengendalikan
emosi, perilaku dan dorongan (Snell, 2007). Duus (2010) menyebutkan bahwa fungsi
yang berkaitan dengan sistem limbik meliputi perilaku, motivasi dan dorongan serta
pembelajaran dan memori. Oleh karena itu, sistem limbik memiliki struktur anatomi
yang kompleks sehingga fungsi yang dijalankannya pun sangatlah kompleks.

DAFTAR PUSTAKA
15

Adams and Victor, 2005. Principle of Neurology. Eight edition. New York: McGrawHill. Pgs. 442- 451
Boeree Goerge. 2009. The Emotional Nervous Sistem. (serial online). [cited 2014 Maret
5]. Available from: URL: http://webspace.ship.edu/cgboer/limbiksistem.html.
Duus, P. 2010. Diagnosis Topik Neurologi; Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. (Alifa
Dimanti, Pentj). Jakarta: EGC. Hal 276-290.
Mardjono M., Sidharta P. 1981. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Hal
242-246.
Netter F H. 2012. Netters Neurology. Philadelphia: Elsevier Saunders. Pgs. 36-39.
Ngoerah, IGNG. 1991. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya: Airlangga
University Press. Hal. 43-46.
Noback C. R., Demarest R. J. 1981. The Human Nervous Sistem: Basic Principles of
Neurobiology. 3rd edistion. New York: Mc Graw-Hill Inc. Pgs. 359-370.
Snell, R. 2007. Neuroanatomi Klinik Edisi 7. (Liliana Sugiharto, Pentj) Jakarta: EGC.
Hal 316-320.
Blumenfeld, H. 2010. Neuroanatomy Through Clinical cases. 2nd Edition. Massachusetts:
Sinauer Associates Inc. Pgs. 819-877.
Sukardi, E. 1984. Neuroanatomia Medica. Jakarta: UI Press. Hal 224-231
Wright A. 1997. Lymbic Sistem. (serial online). [cited 2014 Maret 5]. Available from:
URL: http://neuroscience.uth.tmc.edu/s4/ chapter05.html.

16

You might also like