Professional Documents
Culture Documents
Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan suatu
bangsa, hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting dalam konteks
kehidupan bangsa. Pendidik merupakan unsur dominan dalam suatu proses pendidikan,
sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam menjalankan
peran dan tugasnya di masyarakat.
Dengan mengingat hal tersebut, maka jelas bahwa upaya-upaya untuk terus
mengembangkan profesi pendidik (Guru) menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu
bangsa, meningkatnya kualitas pendidik akan mendorong pada peningkatan kualitas
pendidikan baik proses maupun hasilnya.
Perlindungan hukum memang diperlukan terutama secara sosial agar civil effect dari
profesi pendidik mendapat pengakuan yang memadai, namun hal itu tidak serta-merta
menjamin berkembangnya profesi pendidik secara individu, sebab dalam konteks individu
justru kemampuan untuk mengembangkan diri sendiri menjadi hal yang paling utama yang
dapat memperkuat profesi pendidik. Oleh karena itu upaya untuk terus memberdayakannya
merupakan suatu keharusan agar kemampuan pengembangan diri para pendidik makin
meningkat.
Dengan demikian, dapatlah difahami bahwa meskipun perlindungan hukum itu
penting, namun pengembangan diri sendiri lebih penting dan strategis dalam upaya
pengembangan profesi, ini didasarkan beberapa alasan yaitu :
Perlindungan hukum penting dalam menciptakan kondisi dasar bagi penguatan profesi
pendidik, namun tidak dapat menjadikan substansi pengembangan profesi pendidik otomatis
terjadi
Perlindungan hukum dapat memberikan kekuasan legal (legal power) pada pendidik, namun
akan sulit menumbuhkan profesi pendidik dalam pelaksanaan peran dan tugasnya di bidang
pendidikan
Pengembangan diri sendiri dapat menjadikan profesi pendidik sadar dan terus
memberdayakan diri sendiri dalam meningkatkan kemampuan berkaitan dengan peran dan
tugasnya di bidang pendidikan
Pengembangan diri sendiri dapat memberikan kekuasaan keahlian (expert power) pada
pendidik, sehingga dapat menjadikan pendidik sebagai profesi yang kuat dan penting dalam
proses pendidikan bangsa.
Oleh karena itu, pendidik mesti terus berupaya untuk mengembangkan diri sendiri agar dalam
menjalankan peran dan tugasnya dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi kepentingan pembangunan bangsa yang
maju dan bermoral sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Strategi Pengembangan profesi Pendidik/Guru
Strategi perubahan paradigma. Strategi ini dimulai dengan mengubah paradigma birokasi
agar menjadi mampu mengembangkan diri sendiri sebagai institusi yang berorientasi
pelayanan, bukan dilayani.
Strategi debirokratisasi. Strategi ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkatan birokrasi
yang dapat menghambat pada pengembangan diri pendidik
Menurut Dedi Supriyadi (1999) menyatakan bahwa guru sebagai suatu profesi di
Indonedia baru dalam taraf sedang tumbuh (emerging profession) yang tingkat
kematangannya belum sampai pada yang telah dicapai oleh profesi-profesi lainnya, sehingga
guru dikatakan sebagai profesi yang setengah-setengah atau semi profesional.Pekerjaan
profesional berbeda dengan pekerja non profesional karena suatu profesi memerlukan
kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya dengan kata lain pekerjaan
yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
khususnya dipersiapkan untuk itu.Pengembangan profesional guru harus diakui sebagai suatu
hal yang sangat fundamental dan penting guna meningkatkan mutu pendidikan.
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru : Pengembangan Profesi
Profesi guru kian hari menjadi perhatian seiring dengan perubahan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi yang menuntut kesiapan agar tidak ketinggalan. Menurut Pidarta (1999)
bahwa Profesi ialah suatu jabatan atau pekerjaan biasa seperti halnya dengan pekerjaanpekerjaan lain. Tetapi pekerjaan itu harus diterapkan kepada masyarakat untuk kepentingan
masyarakat umum, bukan untuk kepentingan individual, kelompok, atau golongan tertentu.
Dalam melaksanakan pekerjaan itu harus memenuhi norma-norma itu. Orang yang
melakukan pekerjaan profesi itu harus ahli, orang yang sudah memiliki daya pikir, ilmu dan
keterampilan yang tinggi. Disamping itu ia juga dituntut dapat mempertanggung jawabkan
segala tindakan dan hasil karyanya yang menyangkut profesi itu.Lebih lanjut Pidarta (1997)
mengemukakan ciri-ciri profesi sebagai berikut :(1). Pilihan jabatan itu didasari oleh motivasi
yang kuat dan merupakan panggilan hidup orang bersangkutan, (2). Telah memiliki ilmu,
pengetahuan, dan keterampilan khusus, yang bersifat dinamis dan berkembang terus. (3).
Ilmu pengetahuan, dan keterampilan khusus tersebut di atas diperoleh melalui studi dalam
jangka waktu lama di perguruan tinggi. (4). Punya otonomi dalam bertindak ketika melayani
klien, (5). Mengabdi kepada masyarakat atau berorientasi kepada layanan sosial, bukan untuk
mendapatkan keuntungan finansial. (6).Tidak mengadvertensikan keahlian-nya untuk
mendapatkan klien. (7). Menjadi anggota profesi. (8).Organisasi profesi tersebut menetukan
persyaratan penerimaan para anggota, membina profesi anggota, mengawasi perilaku
anggota, memberikan ...
kompetensi untuk
Mutu siswa juga ditentukan oleh mutu guru dan mutu proses pembelajaran, baik proses
pembelajaran di lingkup sekolah maupun lingkup nasional
Meningkatkan martabat guru. Dengan segala pendidikan formal dan pelatihan yang
telah didikuti, diharapkan guru mampu member lebih banyak kepada kemajuan siswa.
Dengan member lebih banyak, martabat guru akan semakin meningkat.
Meningkatkan profesionalitas guru. Mutu profesionalitas guru banyak ditentukan oleh
pendidikan, pelatihan, dan pengembangan diri lain oleh guru bersangkutan. Sertifikasi guru
hendaknya dapat kita jadikan sebagai langkah awal menuju guru yang profesional.
Manfaat Sertifikasi Guru dalam Jabatan ialah:
Melindungi profesi guru dari praktik praktik yang tidak kompeten, yang dapat
merusak citra profesi guru. Saat ini guru dituntut menerapkan teori dan praktik kependidikan
yang telah teruji ke dalam pembelajaran di kelas. Misalnya, untuk mendisiplinkan siswa, guru
lebih memilih cara-cara pendisiplinan menurut teori kependidikan dan psikologi
utama,bukandengan memukul siswa atau mengancam siswa.
SKL atau Standar Kompetensi Lulusan adalah bagian dari Standar Nasional
Pendidikan yang merupakan kriteria kompetensi lulusan minimal yang berlaku di seluruh
wilayah hokum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Fungsi utama SKL yaitu : kriteria dalam menentukan kelulusan peserta didik pada
setiap satuan pendidikan, rujukan untuk menyusun standar pendidikan lainnya, serta arah
peningkatan
kualitas
pendidikan.
lainnya.
dari
biaya
investasi,
biaya
operasi
dan
biaya
personal.
pada
setiap
jalur,
jenjang
dan
jenis
pendidikan
sebagai
bentuk
50) menyatakan bahwa dari sudut pandang sekolah, pendidikan kejuruan mengajarkan orang
cara bekerja secara efektif. Dengan demikian, pendidikan kejuruan berlangsung apabila
individu atau sejumlah individu mendapatkan informasi, pemahaman, kemampuan,
keterampilan, apresiasi, minat dan/atau sikap, yang memungkinkan dia untuk memulai atau
melanjutkan suatu aktivitas yang produktif.
Menurut Evans (dalam Muliaty, 2007: 7) pendidikan kejuruan merupakan bagian dari
sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu
kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lain.
Sebelumnya, Hamalik (2001:24) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu
bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang
mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan. Lebih lanjut,
Djohar (2007:1285) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu program
pendidikan yang menyiapkan individu peserta didik menjadi tenaga kerja profesional dan
siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Karakteristik pendidikan kejuruan menurut Djohar (2007:1295-1297) adalah sebagai
berikut:
1. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memiliki sifat untuk menyiapkan
penyediaan tenaga kerja. Oleh karena itu orientasi pendidikan kejuruan tersebut
mengarah pada lulusan yang dapat dipasarkan di dunia kerja.
2. Justifikasi pendidikan kejuruan mengacu pada kebutuhan nyata tenaga kerja di dunia
usaha dan industri.
3. Pengalaman belajar yang didapatkan melalui pendidikan kejuruan meliputi aspek
afektif, kognitif, dan psikomotorik yang diterapkan baik pada situasi simulasi kerja
melalui proses belajar mengajar, maupun situasi kerja yang nyata dan sebenarnya.
4. Keberhasilan pendidikan kejuruan diukur dari dua kriteria, yaitu keberhasilan siswa di
sekolah (in-school success), dan keberhasilan siswa di luar sekolah (out-of school
success. Kriteria pertama meliputi keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan
kurikuler, sedangkan kriteria kedua ditunjukkan oleh keberhasilan atau kinerja lulusan
setelah berada di dunia kerja yang nyata dan sebenarnya.
usaha; (c) bagi masyarakat secara keseluruhan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
meningkatkan produktivitas nasional, meningkatkan penghasilan negara, mengurangi
pengangguran.
Terdapat
tiga
model
penyelenggaraan
pendidikan
kejuruan,
sebagaimana
Model 1. Dalam model 1 ini, pemerintah tidak memiliki peran, atau perannya hanya
bersifat marginal dalam proses kualifikasi pendidikan kejuruan. Model ini sifatnya
liberal, namun model ini juga berorientasi pada pasar (market-oriented model)
permintaan tenaga kerja. Perusahaan-perusahaan sebagai pemeran utama juga dapat
menciptakan desain pendidikan kejuruan yang tidak harus berdasarkan pada prinsip
pendidikan yang bersifat umum, dan pemerintah dalam hal ini tidak memiliki
pengaruh kuat dalam melakukan intervensi terhadap perusahaan karena dalam hal ini
perusahaan adalah sebagai sponsor dan pendukung dana. Negara-negara yang
menganut model ini adalah Inggris, Amerika Serikat dan Jepang.
Model 2. Model ini sifatnya birokrat, pemerintah dalam hal ini yang menentukan
jenis pendidikan apa yang harus dilaksanakan di perusahaan, bagaimana desain
silabusnya, begitu pula dalam hal pendanaan dan pelatihan yang harus dilaksanakan
oleh perusahaan tidak selalu berdasarkan permintaan kebutuhan tenaga kerja ataupun
jenis pekerjaan saat itu. Dalam hal ini, pemerintah sendiri yang melakukan
perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian pendidikan kejuruan. Walaupun
model ini disebut juga model sekolah (school model), pelatihan dapat dilaksanakan
sepenuhnya di perusahaan. Beberapa negara seperti Perancis, Italia, Swedia serta
banyak dunia ketiga juga melaksanakan model ini.
Studi Implementasi kebijakan merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang
mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan atau keputusan kebijakan (biasanya
dalam bentuk undang undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif,
atau Dekrit Presiden). Van Horn dan Van Meter (dalam Abdul Wahab 1997) merumuskan
proses implementasi sebagai tindakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu
individu/pejabat pejabat atau kelompok kelompok pemerintah maupun pihak swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan
Meskipun Van Horn dan Van Meter maupun Friedrich mengungkap bahwa implementasi
kebijakan hanya dapat diukur dari tujuan kebijakan yang disusun sebelumnya, namun
pendapat tersebut secara implisit sejalan dengan pendapat Hartono ,Parsons (1997) , Islamy
(1997), Pressman dan Wildavsky (dalam Abdul Wahab ,1997) dan Udoji (dalam Abdul
Wahab ,1997), yang menilai implementasi dari sisi dampaknya secara langsung.
Masih terkait dengan konsep dan pengertian implementasi, Lineberry (1978) juga
mengatakan bahwa proses implementasi setidak tidaknya memiliki elemen elemen berikut:
(1) pembentukan unit organisasi baru dan pelaksana
(2) penjabaran tujuan ke dalam berbagai aturan pelaksana (standard operating
procedures/SOP)
(3) koordinasi berbagai sumber dan pengeluaran pada kelompok sasaran, pembagian
tugas di dalam dan di antara dinas-dinas dan badan pelaksanaan
(4) pengalokasian sumber sumber untuk mencapai tujuan. Komponen proses
implementasi seperti itu secara langsung berkaitan dengan apa yang dianalisis oleh
Mazmanian dan Sabatier (1987). Mereka menjelaskan bahwa proses implementasi kebijakan
publik harus diperhatikan dari sisi kontrol dan koordinasinya secara ketat untuk mencapai
hasil
Berkaitan dengan hal tersebut Gupta (2001) menjelaskan bahwa proses implementasi
kebijakan publik adalah sebuah tahapan yang dilakukan setelah kebijakan diadopsi (adopted)
atau disahkan oleh yang memiliki otoritas untuk kebijakan bersangkutan. Dengan demikian
maka implementasi kebijakan publik seringkali dikaitkan dengan proses administratif di
mana ditemukan banyak proses dan aktivitas organisasional dalam proses dan pendekatan
yang
dilakukannya.
Pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya
aparatur, terutama untuk peningkatan profesionalime yang berkaitan dengan, keterampilan
administrasi dan keterampilan manajemen (kepemimpinan). Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Soekijo (1999:4) bahwa untuk meningkatkan kualitas kemampuan yang menyangkut
kemampuan kerja, berpikir dan keterampilan maka pendidikan dan pelatihan yang paling
penting diperlukan.
Pelatihan (training) dimaksudkan untuk menguasai berbagai keterampilan dan teknik
pelaksanaan kerja tertentu terinci dan rutin (Handoko, 1995:104). Pelatihan merupakan
proses pendidikan jangka pendek bagi karyawan operasional untuk memperoleh ketrampilan
operasional sistematis. Sedangkan menurut Wijaya (1995:5) pendidikan dan pelatihan akan
memberikan bantuan pada masa yang akan datang dengan jalan pengembangan pola pikir dan
bertindak, terampil berpengetahuan dan mempunyai sikap serta pengertian yang tepat untuk
pelaksanaan pekerjaan.
Antara pendidikan dan pelatihan pada dasarnya ditak berbeda sebagaimana dikemukakan
oleh Sumarno (1990), pendidikan merupakan proses pengalaman yang menghasilkan
pengalaman yang menghasilkan kesejahtraan pribadi, baik lahiriah maupun batiniah.
Pelatihan adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar dalam rangka
mengalihkan suatu pengetahuan dari sesorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Secara umum pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
personil dalam meningkatkan kecakapan dan keterampilan mereka, terutama dalam bidangbidang yang berhubungan dengan kepemimpinan atau manajerial yang diperlukan dalam
pencapaian tujuan organisasi. Untuk itu sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa
pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokokpokok Kepegawaian, pada pasal 31 mengatur tentang pendidikan dan pelatihan pegawai
negeri sipil (PNS) yaitu untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya,
diadakan pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jabatan PNS.
Pendidikan dan pelatihan yang diberikan dalam suatu proses belajar baik secara
formal maupun informal adalah untuk meningkatkan, kemampuan, keahlian, mutu,
kepemimpinan, keterampilan, dan pengabdian. Maka peranan pendidikan dan pelatihan
a) Mengusahakan perbaikan sikap dan kepribadian aparatur negara serta dedikasinya sesuai
dengan tuntutan tugas dan jabatan yang sedang maupun yang kan dijabatnya,
b) Meletakkan dasar bagi terwujudnya sistem penhargaan berdasarkan kinerja dan
pengembangan kinerja paratur negara,
c) Membina kesatuan berpikir dan kesatuan bahasa dikalangan aparatur negara dalam rangka
terwujudnya kesatuan gerak yang meliputi pembinaan kerja sama,
d) Meletakkan usaha peningkatan pengetahuan dan keterampilan aparatur negara yang
meliputi perkembangan peningkatan dan pemeliharaan keterampilan,
e) Mengembangkan dan membina motivasi dalam melaksanakan pembangunan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas disimpulkan peranan pendidikan dan pelatihan
dalam menunjang kinerja aparatur pemerintah adalah terletak pada orientasi kepemimpinan,
produktivitas, kerja sama, serta kemampuan dedikasi, dan motivasi kerja dari aparatur yang
melaksanakan pendidikan dan pelatihan.
Pasal 1 butir 19 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum nasional yang
bersifat minimal pada dasarnya dapat dimodifikasi untuk melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kecerdasan dan kemampuan luar biasa.
Namun, pada kenyataannya masih terdapat dua kendala yaitu :
Sekolah menjalankan kurikulum nasional yang bersifat minimal tanpa mengolah dan
memodifikasi kurikulum guna melayani kebutuhan peserta didik tertentu yang berhak
memperoleh pendidikan khusus.
ketentuan yang ada belum mengakomodir kebutuhan peserta didik yang berhak
memperoleh pendidikan khusus.
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa seorang kepala sekolah mempunyai tanggung
jawab dalam memenej kurikulum yang akan di terapkan di sekolah yang dipimpinnya. Oleh
sebab itu, kepala sekolah harus mengetahui hal-hal yang menyangkut pengelolan kurikulum
yang nantinya akan menetukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Menurut Imron Fauzi pelaksanaan dan pembinaan kurikulum meliputi tiga hal, yakni:
1. mempedomani dan merealisasikan apa yang tercantum di dalam kurikulum sekolah
yang bersangkutan dalam usaha mencapai dasar-dasar dan tujuan pendidikan dan
pengajaran
2. menyusun dan melaksanakan organisasi kurikulum beserta materi-materi, sumbersumber dan metode-metode pelaksanaanya, disesuaikan dengan pembaharuan
pendidikan dan pengajaran serta kebutuhan mesyarakat dan lingkungan sekolah.
Kurikulum bukanlah merupakan sesuatu yang harus didikuti dan diturut begitu saja dengan
mutlak tanpa perubahan dan penyimpangan sedikitpun. Kurikulum meripakan pedoman bagi
para guru dalam menjalankan tugasnya.
Sejalan dengan Fauzi, Ary Gunawan mengemukakan bahwa secara operasional kegiatan
administrasi/manajemen kurikulum itu meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu: Kegiatan yang
berhubungan dengan tugas guru, kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik, kegiatan
yang berhubungan dengan seluruh civitas akademika atau warga sekolah/lembaga
pendidikan.
a. Kegiatan yang berhubungan dengan guru
1. Pembagian jam mengajar.
2. Tugas dalam mengikuti jadwal pelajaran Ada tiga jenis jadwal pelajaran untuk guru
yaitu; jadwal pelajaran kurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler.
3. Tugas guru dalam kegiatan PBM
Tugas ini merupakan serangkaian kegiatan pengajaran / instruksional untuk mencapai hasil
pengajaran yang optimal, yaitu:
1. Membuat persiapan / perencanaan pembelajaran
2. Melaksanakan pengajaran
Seorang peserta didik bisa kurang sukses dalam PBM bila jiwanya mengalami
gangguan/distorsi, seperti sedang patah hati, risau, mengalami gangguan rumah tangga,
gangguan sosial / ekonomi dan gangguan-gangguan lain yang dapat mempengaruhi psikis.
Dalam kondisi seperti kasus-kasus di atas sebaiknya siswa atau mahasiswa segera pergi ke
petugas BP atau BK sekolah atau Perguruan Tinggi untuk mendapatkan penyelesaian masalah
secara baik, melalui diagnosis, prognosis, terapi dan tindak lanjut seperlunya.
Seorang peserta didik bisa kurang sukses atau terganggu PBM-nya bila di sekolah tiba-tiba ia
sakit kepala, sakit perut, terluka (ringan), demam dan lain sebagainya. Maka ia dapat segera
meminta untuk mengobati sakitnya agar dapat kembali mengikuti PBM dengan baik. Dengan
demikian jasa UKS di sekolah adalah sebagai penunjang PBM, siswapun tidak perlu
kehilangan pelajaran terlalu banyak.
Seorang peserta didik bisa kurang sukses atau terganggu PMB-nya karena kurang lengkap
bahan bacaannya, maka ia dapat segera memanfaatkan jasa perpustakaan sekolah, sehingga ia
terbebas dari gangguan PBM. Jika ditinjau dari fungsinya, perpustakaan bukan hanya sebagai
tempat penyimpan buku dan sebagai penunjang kegiatan PBM. Maka perpustakaan lebih
tepat masuk dalam administrasi kurikulum bersama BP dan UKS.
SUPERVISI PENDIDIKAN
Supervisi adalah segenap aktifitas yang dilakukan oleh personil sekolah yang ada
hubungannya dengan orang dewasa dan benda-benda untuk memelihara atau mengubah cara
kerja sekolah yang berpengauh langsung terhadap proses pembelajaran, dan digunakan untuk
meningkatkan aktiviatas belajar siswa. Supervisi sesungguhnya sangat berkaitan dengan
aspek pengajaran, tetapi tidak berorientasi langsung pada siswa. Supervisi merupakan salah
satu fungsi pokok sekolah, bukan tugas atau pekerjaan spesifik, dan bukan pula sebagai
perangkat teknik-teknik. Supervisi pengajaran atau akademik diarahkan untuk memelihara
dan mengembangkan proses belajar mengajar di sekolah. (Harris, 1975, menurut kutipan
Sergeovani dan Starrat, 1979).
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan adalah
segenap usaha baik yang berupa teknis administrative maupun teknik edukatif yang
dilakukan oleh seorang supervisor (seorang penilik SD, kepala sekolah atau guru biasa yang
memberikan bantuan untuk anggota staf lain dalam rangka meningkatkan kualitas pendidik
dalam mengajar) untuk memperbaiki, menciptakan dan mengembangkan situasi belajar yang
lebih baik guna tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
2.
berbagai tantangan. Akan tetapi ada pepatah mengatakan : ?Masih ada jalan ke Roma?, yang
berarti kalau diusahakan dan dipikirkan secara terus menerus maka sistem informasi
ketenagakerjaan era baru dapat terbangun yang akhirnya data dan informasi ketenagakerjaan
yang akurat dan kontiniu baik yang bersifat makro maupun mikro dapat disediakan dengan
baik dan benar.
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk
mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam
wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.Kepemimpinan
adalah suatu kegiatan memengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama
(mengolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh consensus
anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai.
Kepemimpinan pendidikan adalah pemimpin pada satu lembaga satuan pendidikan. Tanpa
kehadiran kepemimpinan pendidikan, proses pendidikan termasuk pembelajaran tidak akan
berjalan efektif. Kepemimpinan pendidikan adalah pemimpin yang proses keberadaannya
dapat dipilih secara langsung, ditetapkan oleh yayasan, atau ditetapkan oleh pemerintah.
B. MODEL KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
1. Model KepemimpinanKontinum (Otokratis Demokratis)
Pemimpin memengaruhi pengikutnya melalui beberapacara, yaitu dari cara yang
menonjolkan sisi ekstrem yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang
menonjolkan sisiek stremlainnya yang disebut denganperilaku demokratis. Perilaku otokratis
padaumumnyab ersifat negatif, ketika sumber kuasa atau wewenang bersal dari adanya
pengaruh pimpinan. Jadi, otoritasberada di tangan pemimpin karena pemusatan kekuatan dan
pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang tanggungjawab penuh, sedangkan
bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya
kepemimpinan ini mempunyai manfaat, antara lain pengambilan keputusan cepat, dapat
memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi
bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratisini adalah pada tugas dan selalu
memberikan arahan kepada bawahannya.
Perilaku demokratis adalah perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kekuasaan atau
weweangn yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat
pimpinan dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang didasarkan kepada
kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional.
7. Model KepemimpinanTigaDimensi
Intisari dari model ini terletak pada pemikiran, bahwa kepemimpinan dengan kombinasi
perilaku hubungan dan perilaku tugas dapat saja sama, namun hal tersebut tidak menjamin
memiliki efektivitas yang sama pula. Artinya, untuk setiap empat gaya utama perilaku
kepemimpinana, pada masing masing gaya tesebut ada gaya yang lebih atau kurang efektif,
hal ini terjadi karena perbedaan kondisi lingkungan yang terjadi dan dihadapi oleh sosok
pemimpin dengan kombinasi perilaku hubungan dan tugas yang sama tersebut memiliki
perbedaan. Secara umum, dimensi efektivitas lingkungan terdiri dari dua bagian, yaitu
dimensi lingkungan yang tidak efektif dan efektif.
8. Model Kepemimpinan Combat
Beberapa karakteristikdari model combat tersebut, sebagaimana yang dideskripsikanoleh J.
Salusu, sebagaib erikut :
1. Seorang pemimpin harus bersedia menanggung resiko
2. Berusaha menjadi innovator dan untuk itu perlu secara terus menerus belajar.
3. Segera bertindak karena tanpa bergerak seseorang tidak bisa memimpin.
4. Memiliki harapan yang tinggi karena dengan mengharap organisasi beroleh lebih banyak,
seorang pemimpin akan berhasil, paling tidak setengahnya. Harapan itu tentu harus diiringi
dengan kemauan keras dan tindakan tindakan yang penuh perhitungan.
5. Pertahankan sikap positif, selalu berfikir yang baik, angkatlah derajat setiap orang yang
bekerja disekitar organisasi karena masing masing mempunyai peranan yang berarti dalam
kehidupan organisasi.
6. Selalu berada di depan dan tidak menyuruh orang lain untuk maju lebih dulu.