Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing:
dr. Mamun, Sp. PD
Disusun oleh:
Hafidz Riza
Naelin Nikmah
G4A013093
G4A013095
2014LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti program profesi dokter
di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Disusun oleh:
Hafidz Riza
Naelin Nikmah
G4A013093
G4A013095
Pada tanggal,
Agustus 2014
Mengetahui
Pembimbing,
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah HIV dan AIDS adalah masalah kesehatan masyarakat yang
memerlukan perhatian yang sangat serius. Ini terlihat dari apabila dilihat jumlah
kasus AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya sangat meningkat secara signifikan.
Kasus HIV dan AIDS merupakan fenomena gunung es, dimana jumlah orang
yang dilaporkan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang sebenarnya.
Infeksi HIV/AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981
pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. Enam tahun
kemudian (1989), AIDS sudah merupakan penyakit yang mengancam kesehatan
anak di Amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian lebih dari 8000
orang setiap hari, yang berarti 1 orang setiap 10 detik. Karena itu infeksi HIV
diangggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.
Sejak dimulainya epidemi HIV, AIDS telah mematikan >25 juta orang.
Setiap tahun diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS, 500000
diantaranya adalah anak dibawah umur 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi infeksi
baru pada 5 juta orang terutama di Negara terbelakang dan berkembang, 700.000
diantaranya terjadi pada anak-anak. Dengan angka transmisi sebesar ini maka dari
37.8 juta orang pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2.1 juta
anak-anak dibawah 15 tahun.
Di Indonesia, berdasarkan estimasi Depkes dan KPAN, pada tahun 2006,
Penularan HIV saat ini sudah terjadi lebih awal, dimana kelompok usia produktif
(15-29 tahun) banyak dilaporkan telah terinfeksi dan menderita AIDS.
Berdasarkan laporan Depkes, lebih dari 50% kasus AIDS dilaporkan pada usia 1529 tahun sedangkan 2.35% kasus AIDS dilaporkan pada usia kurang dari 15
tahun.
Jika dilihat cara penularannya, proporsi penularan HIV melalui hubungan
seksual (baik heteroseksual maupun homoseksual) sangat mendominasi yaitu
mencapai 60%. Sedangkan melalui jarum suntik sebesar 30%, dan sisanya
tertular melalui melalui ibu dan anak (kehamilan), transfusi darah dan melalui
pajanan saat bekerja.
BAB II
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Agama
Tgl. Masuk RS
:
:
:
:
:
:
:
Tn. K
40 tahun
Laki-laki
Sokaraja 07/01 Pagetan Banyumas
Petani
Islam
8 Juli 2014
Tgl Periksa
17 Juli 2014
: Demam
b. Onset
: 3 hari
c. Kuantitas
: Sepanjang hari
d. Kualitas
: disangkal
b. Riwayat hipertensi
: disangkal
c. Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
f. Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
b. Riwayat hipertensi
: disangkal
c. Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
f. Riwayat alergi
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
Vital Sign
Tinggi Badan
Berat Badan
Status Generalis
1.
Pemeriksaan Kepala
:
:
:
:
:
Bentuk Kepala
Rambut
:
:
2.
3.
4.
5.
Pemeriksaan Mata
- Palpebra
- Konjunctiva
- Sklera
- Pupil
Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan Mulut
:
:
:
:
:
:
:
6.
7.
Pemeriksaan Leher
- Trakea
- Kelenjar Tiroid
- Kel. Limfonodi
- JVP
Pemeriksaan Dada
- Inpeksi
- Palpasi
-
Perkusi
Auskultasi
:
:
:
:
:
:
Simetris dada kanan dan kiri, retraksi Vokal fremitus lobus superior dan inderior bagian
SIC V LMCD.
Suara dasar
: vesikuler (+)
Suara tambahan
RBK (-/-)
8. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi
: Cembung, caput medusa (-)
- Auskultasi
: Bising usus (-)
- Perkusi
: Pekak sisi (+), pekak alih (-)
- Palpasi
: Undulasi (-), tegang (-), hepar tidak teraba, lien tidak
9
teraba
Pemeriksaan Ekstremitas
- Superior
: Akral dingin (-), sianosis (-), oedem (-/-), reflek
-
Inferior
: < 1 detik
: Hangat
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
a. Non farmakologi
-
Istirahat
b. Farmakologi
-
ARV
c. Konsul VCT
VII.
Hasil:
Hasil tes VCT positif/ reaktif
Konseling pasca testing
Rujuk dokter CST/PDP
PROGNOSIS
a. Ad vitam
: dubia ad bonam
b. Ad functionam
: ad bonam
c. Ad sanationam
: ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
HIV adalah Human Immuno Deficiency Virus, suatu virus yang menyerang
sel darah putih manusia dan menyebabkan menurunnya kekebalan/daya
tahan tubuh, sehingga mudah terserang infeksi/penyakit. AIDS adalah
Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu timbulnya sekumpulan
gejala penyakit yang terjadi karena kekebalan tubuh menurun, oleh karena
adanya virus HIV di dalam darah (1,6,7,8,9)
B. Epidemiologi
Pada tahun 2005, jumlah ODHA di seluruh dunia diperkirakan sekitar 40,3
juta orang dan yang terinfeksi HIV sebesar 4,9 juta orang. Jumlah ini terus
bertambah dengan kecepatan 15.000 pasien per hari. Jumlah pasien di
kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara sendiri diperkirakan berjumlah
sekitar 7,4 juta pada tahun 2005. Menurut catatan Departemen Kesehatan,
pada tahun 2005 terdapat 4.186 kasus AIDS dengan 305 di antaranya
berasal dari Jawa Barat. Saat ini, dilaporkan adanya pertambahan kasus
baru setiap 2 jam, dan setiap hari minimal 1 pasien meninggal karena
AIDS di Rumah Sakit Ketergantungan Obat dan di Rumah Tahanan. Dan
di setiap propinsi ditemukan adanya ibu hamil dengan HIV dan anak yang
HIV atau AIDS.(1,6,7,8,9)
C. Etiologi
Virus HIV yang termasuk dalam famili retrovirus genus lentivirus
ditemukan oleh Luc Montagnier, seorang ilmuwan Perancis (Institute
Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan
gejala
limfadenopati,
sehingga
pada
waktu
itu
dinamakan
meninggal.
Perjalanan
penyakit
tersebut
menunjukkan
F. Manifestasi Klinis
Gejala infeksi HIV pada awalnya sulit dikenali karena seringkali
mirip penyakit ringan sehari-hari seperti flu dan diare sehingga penderita
tampak sehat. Kadang-kadang dalam 6 minggu pertama setelah kontak
penularan timbul gejala tidak khas berupa demam, rasa letih, sakit sendi,
sakit menelan dan pembengkakan kelenjar getah bening di bawah telinga,
ketiak dan selangkangan. Gejala ini biasanya sembuh sendiri dan sampai 45 tahun mungkin tidak muncul gejala. (1,6,7,8,9)
Pada tahun ke 5 atau 6 tergantung masing-masing penderita, mulai
timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering
sariawan di mulut dan pembengkakan di daerah kelenjar getah bening.
Kemudian tahap lebih lanjut akan terjadi penurunan berat badan secara
cepat (> 10%), diare terus-menerus lebih dari 1 bulan disertai panas badan
yang hilang timbul atau terus menerus. (1,6,7,8,9)
Tanda-tanda seorang tertular HIV sebenarnya tidak ada tanda-tanda
khusus yang bisa menandai apakah seseorang telah tertular HIV, karena
keberadaan virus HIV sendiri membutuhkan waktu yang cukup panjang (5
sampai 10 tahun hingga mencapai masa yang disebut fullblown AIDS).
Adanya HIV di dalam darah bisa terjadi tanpa seseorang menunjukan
gejala penyakit tertentu dan ini disebut masa HIV positif. Bila seseorang
terinfeksi HIV untuk pertama kali dan kemudian memeriksakan diri
dengan menjalani tes darah, maka dalam tes pertama tersebut belum tentu
dapat dideteksi adanya virus HIV di dalam darah. Hal ini disebabkan
karena tubuh kita membutuhkan waktu sekitar 3 6 bulan untuk
membentuk antibodi yang nantinya akan dideteksi oleh tes darah tersebut.
Masa ini disebut window period (periode jendela). Dalam masa ini, bila
orang tersebut ternyata sudah mempunyai virus HIV di dalam tubuhnya
(walaupun belum bisa di deteksi melalui tes darah), ia sudah bisa
menularkan HIV melalui perilaku yang disebutkan di atas tadi(1,6,7,8,9)
Secara umum, tanda-tanda utama yang terlihat pada seseorang yang
sudah sampai pada tahapan AIDS adalah: (1,6,7,8,9)
(inhibitor
reverse
transcriptase
nonnukleosida)
Nama
Formulasi
Data
generik
Zinovudin
(NRTIs)
Tablet:
mg
300
2.
Lamivudin
(NRTIs)
Tablet:
mg
150
3.
Kombinasi
tetap
Zinovudin
plus
Lamivudin
Nevirapin
(NNRTIs)
Tablet: 300
mg
(AZT)
plus 150 mg
(3TC)
5.
Efavirenz
(NNRTIs)
600 mg
Hanya untuk
anak >3 tahun
dan berat >10
kg
Stavudin,
d4T (NRTIs)
30 mg
Semua umur
7.
Abacavir
(NRTIs)
300 mg
Umur > 3
bulan
8.
Tenofovir
disoproxil
fumarat
(NRTIs)
Tenofovir +
emtricitabin
Tablet:
mg
1.
4.
9.
Tablet:
mg
200
farmakokinetik
Semua umur
a) < 4 minggu: 4 mg/kg/dosis,
2x/hari (profilaksis)
b) minggu 13 tahun: 180 240
mg/m2/dosis, 2x/hari
c) dosis maksimal: >13 tahun,
300 mg/dosis, 2x/hari.
Semua umur
a) < 30 hari< 2 mg/kg/dosis,
2x/hari (profilaksis)
b) > 30 hari atau <60kg: 4
mg/kg/dosis. 2x/hari.
c) Dosis maksimal: 150 mg/dosis,
2x/hari.
Remaja
dan Dosis maksimal: < 13 tahun atau
dewasa
> 60 kg: 1 tablet/dosis, 2x/hari
(tidak untuk berat badan 30 kg)
Semua umur
300
a)
tablet
200
mg/ 300 mg
Lini kedua(3,5)
No
.
Nama
generik
Formulasi
1.
Lopinavir/
ritonavir (PI)
Tablet tahan
suhu panas,
Data
farmakokineti
k
6 bulan
Dosis
a) 400 mg/100 mg setiap 12
jam untuk pasien naf baik
200 mg
Lopinavir +
50
mg
ritonavir
2.
Tenofovir
disoproxil
fumarat
(NRTIs)
Tablet:
mg
dengan
atau
tanpa
kombinasi EFV atau NVP.
b) 600 mg/ 150 mg setiap 12
jam
bila
dikombinasi
dengan EFV atau NVP
untum pasien yag pernah
mendapat terapi ARV
c) 2 minggu- 6 bulan: 16
mg/4 mg/kg BB, 2x/hari
d) 6 bulan 18 bulan: 10
mg/lgBB/dosis lopinavir
Diberikan setiap 24 jam
interaksi obat dengan ddl, tidak
lagi dipadukan dengan ddl.
300
Stavudinr (D4T)
Dosis/tablet (mg)
12
Lamivudine(3TC)
Dosis/tablet (mg)
60
Nevirapine (NVP)
Dosis/tablet (mg)
-
12
60
100
BB
68.9
kg
9-12
kg
1213.9
kg
1416.9
kg
1719,9
kg
20-
0.5
0.5
0.5
200 mg
200 mg
1.5
1.5
1.5
200
mg
plus 50 mg
1.5
1.5
1.5
200
mg
plu 50 mg
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
200
mg
24.9
kg
2529.9
kg
plus 2x50
mg
200
mg
plus 3x50
mg
Klinis
WHO stadium 1
WHO stadium 2
WHO stadium 3 atau 4
TB aktif
Ibu hamil
Rekomendasi
CD4 < 350
CD4 < 350
CD4 berapa pun
CD4 berapa pun diberikan
secepatnya setelah OAT 2 bulan
CD4 berapa pun
Pilihan
yang
direkomendasikan
AZT atau TDF + 3TC atau
FTC + EFV atau NVP
Perempuan hamil
Koinfeksi
Koinfeksi
HIV/HBV
Catatan
Piliha regimen yang sesuai
untuk mayoritas ODHA
gunakan FDC
Tidak boleh menggunakan
EFV pada trimester pertaa
TDF bisa merupakan pilihan
Pada perempuan HIV yang
pernah menjalani regimen
PMTCT, lihat rekomendasi
dibagian lain
Mulailah terapi ARV secepat
mungkin (dalam 8 minggu
pertama) setelah mulai terapi
TB
Gunakan MVP atau triple
NRTI bila EFV tidak dapat
digunakan.
Pertimbangkan
screening
HBsAg sebelum mulai terapi
ARV
diperlukan penggunaan 2
terapi ARV yang memiliki
aktivitas anti- HBV
Stadium klinis
Semua diobati
Stadium 4 (setelah stabilisasi
IO)
Stadium 3 (setelah stabilisai
(OI)
Stadium 2
Stadium 1
Status imunologis
Selain itu regimen lini pertama yang digunakan pada bayi dan anak adalah
sebagai berikut:
Bayi:
1. Pada bayi yang belum terpapar terapi ARV, mulai terapi dengan
NVP + 2 NRTI
2. Pada bayi sudah terpapar NVP atau NNTRI lain pada saat
dikandungan atau pada saat bayi untuk pengobatan ibu atau
PMTCT, mulai ARV dengan LPV/r + 2NRTI.
3. Untuk bayi yang terpapar terhadap terapi ARV tidak diketahui
mulai dengan NVP + 2NRTI.
Anak :
1. Untuk anak yang berumur antara 12-24 bulan yang susah terpapar
NVP atau NNRTI lain pada saat di kandungan atau pada saat bayi
untuk pengobatan ibu atau PMCTC.
2. Untuk anak berumur antara 12-24 bulan yang belu terpapar
NNRTI, mulai terapi ARV dengan NVP + 2 NRTI.
3. Untuk anak yang berumur lebih 24 bulan dan kurang 3 tahun mulai
terapi ARV dengan NVP + 2 NRTI.
4. Untuk anak yang berusia 3 tahun atau lebih, mulai terapi ARV
dengan regimen NVP atau EFV + 2 NRTI.
5. Untuk bayi dan anak dasar nukleosida untuk regimen art harus satu
diantara berikut ini (tersusun menurut pilihan yang disarankan)
3TC + AZT atau 3TC + ABC atau 3TC + d4T.
Regimen
2 NRTI + EFV
2 NRTI + NVP
Pilihan
Lanjutkan dengan 2 NNRTI + EFV
Ganti NVP ke EFV atau
Ganti ke regimen 3 NRTI atau
Lini
2 NRTI + PI
kedua
Virologis
Komentar
Kondisi harus dibedakan dari SPI
Kondisi WHO stadium 3 tertentu (TB paru,
infeksi bacteria berat) dapat merupakan tanda
kegagalan pengobatan.
Tanpa infeksi penyerta lain yang menyebabkan
penurunan CD4 sementara.
Penatalaksanaan kepatuhan
Pemeriksaan ulang VL
VL <5000 kopi/ml
VL <5000 kopi/ml
Jangan pindah ke
Pindah ke lini
Regimen terapi ARV lini kedua(3,5)
lini kedua
kedua
Rekomendasi regimen lini kedua adalah 2NRTI + boosted- PI
(Bpi). Regimen lini kedua direkomendasikan dan disediakan secara gratis
oleh pemerintah dalah TDF/AZT + 3TC + lopinavir/ritonavir (LPV/RTV).
Apabila padalini pertama menggunakan d4T atau AZT maka gunakan TDF
+ (3TC atau FTC) sebagai dasar NRTI pada regimen lini kedua. Apabila
pada lini pertama menggunakan TDF makan gunakan AZT + 3TC sebagai
dasar NRTI pada regimen lini kedua.
Regimen lini 1
Regimen lini 2
Berbasis AZT/d4T
Berbasis TDF
TDF
3TC/FTV
3TC/FTC
NVP/EFV
Hepatitis B
TDF
NVP/EFV
LPV/r
Monitoring pasien(3,5)
Pasien yang belum memenuhi syarat terapi antiretroviral
Pasien yang belum memenuhi syarat terapi ARV perlu dimonitor
perjalanan klinis penyakit dan jumlah CD4 nya setiap 6 bulan seklai.
Evaluasi klinis meliputi parameter seperti pada evaluasi awal termausk
pemantauan berat badan dan munculnya tanda dan gejala klinis
perkembangan infeksi HIV. Parameter klinis dan CD4 ini digunakan untuk
mencatat perkembangan stadium klinis WHO pada setiap kunjungan dan
menentukan apakah pasien mulai memenuhi syarta untuk terapi profilaksis
kotrimoksasol atau terapi ARV. Evaluasi klinis dan jumlah CD4 perlu
dilakukan lebih ketat ketika mulai mendekato ambang dan syarta memulai
terapi ARV.
Pasien dalam terapi ARV
Monitoring klinis
Frekuensi monitoring klinis tergantung dari respons dari terapi
ARV. Monitoring klinis perlu dilakukan pada minggu 2,3,8,12,24 minggu
sejak memulai terapi ARV.
Setiap kunjungan dilakukan penilaian klinis termasuk tanda dan
gejala efek samping obat atau gagal terapi dan frekunsi ( infeksi bacterial,
kandidiansis dan atau infeksi oportunistik lainya) ditambah konseling
untuk membantu pasien memahami terapi ARV dan dukungan
kepatuhannya.
Rekomendasi pemeriksaan laboratoriun untuk memonitor pasien
dalam terapi ARV. (3,5)
Tahap terapi ARV
Pada saat diagnosis HIV
Sebelum memulai ARV
Pada saat memulai ARV
CD4
CD4
Viral load
imunologis
Wanita yang
bulan
setelah
terapi
PMTCT
dosis
menjalani
dengan
tunggal
NVP
dengan
memulai
ARV
Monitoring lain(3,5)
Monitoring jumlah CD4+ secara rutin setiap 6 bulan atau lebih
sering bila ada indikasi klinis. Angka limfosit total (TLC = total
lymphocyte count) tidak direkomendasikan untuk digunakan memonitor
terapi karena perubahan nilai TLC tidak dapat digunakan untuk
memprediksi keberhasilan terapi.
Enam bulan sejak memulai terapi ARV merupakan masa yang
kritis dan penting. Diharapkan dalam masa tersebut akan terjadi
perkembangan klinis dan imonologi kea rah yang lebih baik, akan tetapi
hal tersebut tidak terjadi dan atau terjadi toksisitas obat. Selain itu bisa
juga terjadi suatu sindrom pulih imun dimana pasien sepertinya
mengalami perburukan klinis yang sebetulnya merupakan suatu keadaan
pemulihan respon imunitas (yang kadang sampai menimbulkan gejala
peradangan/inflamasi berlebihan)
Efek samping terapi ARV(3,5)
Obat
Zidovudin
Efek samping
Supressi sum sum tulang
Anemia
makrositi
atau
neutropenia
Intoleransi
gastrointertinal,
sakit
kepala,
insomnia,
asthenia
Pigmentasi kulit dan kuku
Asidosis
laktat
dengan
Substitusi
Jika digunakan pada terapi lini
pertama, TDF (atau d4T jika tidka
ada pilihan lain)
Jika digunakan pada terapi lini
kedua, d4T
Stavudin
Lamivudin
Abacavir
Tenofovir
Emtricitabine
Nevarapin
Ritonavir
Lopinavir
Efavirenz
steatosis hepatic
Pancreatitis, neuropati perifer,
asidosis laktat denga steatosis
hepatitis (jarang), lipotrofi
Toksisitas renda
Asidosis
laktat
dengan
steatoses hepatitis (jarang)
Reaksi hipersensitivitas (dapat
fatal),
Demam, ruam kelelahan, mul
muntah, tidak napsu makan
Gangguan pernapasan (sakit
tenggorok, batuk)
Asidosis
laktat
dengan
steatosis hepatitis (jarang)
Asthenia, sakit kepala, diare,
mual muntah, sering buang
angin, insufisiensi ginjal,
sindroma fanconi
Osteomalasia
Penurunan densittas tulang
Hepatitis eksaserbasi akut
berat pada pasein HIV dengan
koinfeksi
Hepatitis
B
yang
menghentikan TDF
Ditoleransi dengan baik
Reaksi hipersensitivitas
Sindroma steven-johnson
Ruam
Toksisitas hepar
hiperlipidemia
Hiperlipidemia
Intoleransi
gastrointertinal,
mual,
pancreatitis,
hiperglikemial,
pemindahan
lemak dan abnormalitas lipid
Reaksi
hipersensitivitas
sindroma steven-johnson
Ruam
Toksisitas hepar
Toksisitas sisterm saraf pusat
yang berat dan persisten
(depresi dan pusing)
Hiperlipidemia
Ginekomastia (pada laki-laki)
Kemungkinan efek teratogenik
(pada kehamilan trimester
pertama atau wanita yang
tidak mengganggu kontrasepsi
yang adekuat)
NVP
Bpi jika tidak toleran terhadap
kedia NRTI
Tiga NRTI jika tidak ada pilihan
lain.
Terapi gen(1)
Pendekatan lain yang dilakukan adalah terapi gen. Artinya,
pengobatan dilakukan dengan mengintroduksikan gen anti-HIV ke dalam
sel yang terinfeksi HIV. Gen ini bisa berupa antisense dari dari salah satu
enzim yang diperlukan untuk replikasi virus tersebut atau ribozyme yang
berupa antisense RNA dengan kemampuan untuk menguraikan RNA
target.
Antisense yang diintroduksikan dengan vektor akan menjalani
proses transkripsi menjadi RNA bersamaan dengan messenger RNA virus
(mRNA). Setelah itu, RNA antisense ini akan berinteraksi dengan mRNA
dari enzim tersebut dan mengganggu translasi mRNA sehingga tidak
menjadi protein. Karena enzim yang diperlukan untuk replikasi tidak
berhasil diproduksi, otomatis HIV tidak akan berkembang biak di dalam
sel. Sama halnya dengan antisense, ribozyme juga menghalangi produksi
suatu protein tapi dengan cara menguraikan mRNA-nya Pendekatan yang
dilakukan dengan fokus RNA ini juga bagus dilihat dari segi imunologi
karena tidak mengakibatkan respons imun yang tidak diinginkan. Hal ini
berbeda dengan pendekatan melalui protein yang menyebabkan timbulnya
respons imun di dalam tubuh. Untuk keperluan terapi gen seperti ini,
dibutuhkan sistem pengiriman gen yang efisien yang akan membawa gen
hanya kepada sel yang telah dan akan diinfeksi oleh HIV. Selain itu, sistem
harus bisa mengekspresikan gen yang dimasukkan (gen asing) dan tidak
mengakibatkan efek yang berasal dari virus itu sendiri. Untuk memenuhi
syarat ini, HIV itu sendiri penjadi pilihan utama. HIV sebagai vector.
Pemikiran untuk memanfaatkan virus HIV sebagai vektor dalam proses
transfer gen asing ini diwujudkan pertama kali pada tahun 1991 oleh
Poznansky dan kawan-kawan dari Dana-Farber Cancer Institute Amerika.
Setelah itu penelitian tentang penggunaan HIV sebagai vektor untuk terapi
gen berkembang pesat. Wenzhe Ho dari The Children Hospital of
Philadelphia bekerja sama dengan Julianna Lisziewicz dari National
I. Pencegahan
Penularan Lewat Suntikan
Gunakan selalu jarum suntik yang steril dan baru setiap kali akan
melakukan penyuntikan atau proses lain yang mengakibatkan terjadinya
luka. Ada dua hal yang perlu diperhatikan:
1. Semua alat yang menembus kulit dan darah (jarum suntik, jarum
tato, atau pisau cukur) harus disterilisasi dengan benar
Pemberian terapi ARV pada bayi yang lahir dengan ibu HIV (3)
AZT 2X/hari sejak lahir hingga usia 4-6 minggu dosis 4 mg/kgBB/kali
Pemberian ARV Profilaksis Pada Bayi Yang Lahir Dari Ibu HIV(3)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------POSTPARTUM
Luka tusuk: bilas dengan air mengalir dan sabun atau antiseptik.
Pajanan mukosa mulut: ludahkan dan kumur.
Pajanan mukosa mata: irigasi dengan air atau garam fisiologis.
Pajanan mukosa hidung: hembuskan keluar dan bersihkan dengan
air.
5. Jangan dihisap dengan mulut, jangan ditekan.
6. Desinfeksi luka dan daerah sekitar kulit dengan salah satu: (1)
betadine (povidone iodine 2,5%) selama 5 menit atau (2) alkohol
70% selama 3 menit. chlorhexidine cetrimide bekerja melawan
HIV tetapi tidak HBV
LAPORKAN(2)
1. Catat dan laporkan kepada: (1) panitia PIN, (2) panitia K3, (3)
atasan langsung, agar secepat mungkin diberi PPP (profilaksis
pasca pajanan).
2. Perlakukan sebagai keadaan darurat, di mana obat PPP harus
diberikan sesegera mungkin (dalam 1-2 jam).
5. Tindak lanjut
6. Hasil pengobatam
7. Simpan semua data pajanan
Informasi kepada orang yang terpajan
1. Risiko transmisi HIV setelah terpajan darah adalah 0,3% jika
sumber pasien adalah HIV positif
2. Risiko transmisi sesuai dengan jenis kecelakaan.
3. PPP tergantung pada kegawatan pajanan dan status HIV dari
4.
5.
6.
7.
sumber pasien.
PPP tidak 100% efektif.
Minum ARV
Efek samping ARV
Hindari hubungan seks yang tidak terlindungi sampai konfirmasi
setelah 3 bulan.
Ingat!
1. HIV dan virus-virus lebih cenderung ditularkan melalui hubungan
seksual atau transfusi darah yang terkontaminasi
2. Kemungkinan tertular sebagai akibat pajanan pada kecelakaan
kerja lebih kecil.
Follow up(2)
Amati tanda-tanda yang menunjukkan serokonversi HIV 50-70% dalam
kurun waktu 3 sampai 6 minggu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Demam akut
Limfadenopati yang tersebar
Erupsi kulit
Faringitis
Gejala flu non spesifik
Ulkus mulut atau area genital
DAFTAR PUSTAKA
Kedokteran.
Desember
2010.
Available
at:
at:
http://depts.washington.edu/hivaids/initial/case1/discussion.html.
Accessed on 2 march.
5. Mitchell. H. Katz, MD, Andrew R. Zolopa, MD. HIV Infection and AIDS.
2009 Current Medical Diagnosis dan Treatment. McGaw Hill, 48th ed. Hal.
1176-1205.
6. Quinn TC, Wawer MJ, Sewankambo N and others. HIV. Scribd. Available
at: http://www.scribd.com/doc/40951928/Hiv. Accessed on 2 march.
7. Mansjoer, Arif M. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2000.
Hal 162-163.
8. Lan, Virginia M. Human Immunodeficiency Virus (HIV) and Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: ECG. 2006. Hal 224.
9. Merati, Tuti P. Respon Imun Infeksi HIV. Buku Ajar Ilmu Penyalit Dalam.
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI: 2006. Hal 545-6.