Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Dina Ratnawati
22020113183004
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia merupakan individu yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas baik pria maupun wanita, yang masih aktif dalam beraktivitas dan
bekerja maupun yang sudah tidak berdaya dalam mencari nafkah sendiri
sehingga akan bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya
sendiri (Maryam, 2008).
WHO telah menggolongkan usia lanjut menjadi 4 tahapan yaitu: usia
pertengahan (middle age) yaitu usia antara 45 59 tahun, lanjut usia
(elderly) yaitu usia antara 60 74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia
antara 75 90 tahun dan usia sangat tua (very old) yaitu usia berada diatas
90 tahun (Nugroho, 2008).
Lansia merupakan suatu rangkaian dari proses tumbuh kembang yang
harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis (Hutapea,
2005). Penuaan merupakan suatu proses yang terjadi secara alami yang
tidak dapat dihindari, berjalan terus menerus, dan berkesinambungan.
Sehingga dari hal tersebut akan menyebabkan perubahan anatomis,
fisiologis dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan
kemampuan tubuh secara keseluruhan (Maryam, R. Siti dkk,2008). Banyak
fenomena yang dapat terjadi pada proses penuaan, salah satunya ditandai
dengan menghilangnya beberapa kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti serta mempertahankan fungsi normalnya secara
perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Seiring dengan bertambahnya usia dan populasi lanjut usia akan turut
meningkatkan kejadian penyakit kronik dan ketidakberdayaan di kalangan
RENCANA KEPERAWATAN
A. Diagnosa Keperawatan
Nyeri Kronis berhubungan dengan Proses Penyakit (Osteoarthritis) (00133).
B. Tujuan Umum
Supervisi implementasi diadakan untuk menilai keberhasilan penyelesaian
masalah keperawatan gangguan rasa nyaman fisik, dengan adanya nyeri
sendi pada Ny.S
C. Tujuan Khusus
1. Ny. S mengabarkan gangguan rasa nyaman fisik: Nyeri pada persendian
tubuh sebelah kiri.
2. Ny. S mengatakan nyeri berkurang.
3. Ny. S mengatakan merasa nyaman
4. Ny. S mampu melakukan terapi nonfarmakologis kompres hangat jahe
secara mandiri.
III.
RENCANA KEGIATAN
A. Topik
Kompres hangat jahe untuk mengurangi nyeri pada Ny. S di Wisma
Anggrek Panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan, Semarang.
B. Metode Pelaksanaan
D
D :
Keterangan:
A : Mahasiswa
B : Lansia
C : Supervisor
Tempat tidur
C
G. Susunan
Acara
Hari/tanggal : Jumat, 17 April 2015
Waktu
: Pukul 10.00 WIB
No.
Tahap
1.
Prainteraksi
1. Menyampaikan salam
(5 menit)
2. Validasi
Interaksi
2.
(15 menit)
Kegiatan
3.
Terminasi
(5 menit)
kasih
2. Memberi reinforcement positive
3. Salam penutup
H. Pengorganisasian
Peran
Supervisor
Tugas
Pelaku
Memberikan penilaian dan observasi Ns. Elis
kegiatan evaluasi.
Mahasisw
Melakukan
terhadap
kegiatan
keberhasilan
Hartati,
M.Kep.
implementasi Dina Ratnawati
pencapaian
tujuan.
Klien
I. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Pre planning disiapkan 2 hari sebelum implementasi supervisi.
b. Kontrak waktu tepat, 1 hari sebelum implementasi supervisi.
c. Media telah disiapkan.
d. Mahasiwa siap memberikan demonstrasi kompres hangat jahe.
2. Proses
a. Klien kooperatif.
b. Waktu pelaksanaan kompres hangat jahe sesuai dengan jadwal.
c. Supervisor, mahasiswa dan klien melakukan kegiatan sesuai dengan
perannya.
d. Lansia dapat mengikuti kompres hangat jahe sampai selesai.
3. Hasil
a. Kompres hangat jahe dilakukan selama 15 menit sesuai jadwal.
b. Lansia mampu mendemonstrasikan kompres hangat jahe.
J. MATERI
LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian Kompres
Mengompres dengan air memberikan rasa hangat pada klien dengan
cara menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan rasa hangat
pada bagian tubuh tertentu yang memerlukannya (Poltekkes Kemenkes
Maluku, 2011).
Kompres adalah bantalan dari linen atau meteri lainnya yang
dilipat-lipat, dikenakan dengan tekanan; kadang-kadang mengandung
obat dan dapat bersih ataupun kering, panas ataupun dingin (Dorland,
2002).
2. Tujuan
Tujuan Kompres Hangat : (Smeltzer, 2001)
a. Memperlancar sirkulasi darah
b. Mengurangi rasa sakit dan nyeri
c. Merangsang peristaltik usus
d. Memperlancar pengeluaran getah radang (cairan eksudat)
e. Memberikan rasa hangat dan nyaman
3. Manfaat
Penggunaan terapi panas yang dilakukan pada permukaan
tubuh kita dapat memperbaiki fleksibilitas tendon dan ligamen,
mengurangi spasme otot, meredakan nyeri, meningkatkan aliran darah,
danmeningkatkan metabolisme. Mekanisme dalam mengurangi nyeri
tidak dapat diketahui dengan pasti, walaupun para peneliti yakin
bahwa panas dapat menonaktifkan serabut saraf yang dapat
menyebabkan spasme otot dan panas tersebut dapat menyebabkan
pelepasan endorfin, opium yang sangat kuat,seperti bahan kimia yang
memblok transmisi nyeri.
Peningkatan aliran darah dapat terjadi pada bagian tubuh yang
dihangatkan karena panas cenderungmengendurkan dinding pembuluh
terapi
panas
mempunyai
keuntungan
4. Air dalam kendi harus 34 - 37C (93 - 98F) cek suhu dengan
thermometer air
5. Isi air hangat setengah botol penuh
6. Mengeluarkan udara dari botol
7. Tutup botol dengan rapat
8. Keringkan botol air hangat. Cek adanya kebocoran
9. Tempatkan botol air hangat dalam handuk pembungkus
10. Pasang dengan hati-hati pada daerah tubuh yang tepat
Cek kulit dalam 10-15 menit untuk memastikan suhu benar dan
tidak ada tanda-tanda terbakar.
6. Indikasi
Indikasinya meliputi: (Fanada, 2012)
a. Klien dengan perut kembung
b. Klien yang kedinginan
c. Klien yang mengalami radang sendi
d. Klien dengan kekejangan otot
e. Klien yang mengalami inflamasi
f. Klien yang mengalami abses atau hematoma
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, O. (2007). Heat Treatment. Diakses dari www.warmbuddy.com.
Tanggal 06-04-2015.
Barbara (2003). Asisten
Keperawatan
Suatu
Pendekatan
Proses
Efek
Samping
Obat
Rematik.