You are on page 1of 18

Istilah Perencanaan

Istilah
RPJPN

Definisi/Kepanjangan
Rencana Pembangunan
Panjang Nasional

Penjelasan

Jangka Dokumen
perencaaan
pembangunan
nasional untuk periode 20 (dua puluh)
tahun.
RPJPD
Rencana Pembangunan Jangka Dokumen perencaaan pembangunan daerah
Panjang Daerah
untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
RPJMN
Rencana Pembangunan Jangka dokumen
perencanaan
pembangunan
Menengah Nasional
nasional untuk periode 5 (lima) tahunan
RPJMD
Rencana Pembangunan Jangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Menengah Daerah
Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM
Daerah adalah dokumen perencanaan
pembangunan daerah untuk perioda 5 (lima)
tahunan yang merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program kepala daerah
dengan berpedoman pada RPJP Daerah serta
memerhatikan RPJM Nasional
Renstra-KL
Rencana
Strategis Dokumen
perencanaan
Kementerian/
Kementerian/Lembaga
Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun
Renstra-SKPD Rencana Strategis Satuan Kerja dokumen perencanaan Satuan Kerja
Perangkat Daerah
Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima)
tahun
RKP
Rencana Kerja Pemerintah
dokumen perencanaan Nasional untuk
periode 1 (satu) tahun
RKPD
Rencana Kerja Pemerintah Daerah dokumen perencanaan Daerah untuk periode
1 (satu) tahun
Renja-KL
Rencana
Kerja dokumen perencanaan Kementrian/Lembaga
Kementrian/Lembaga
untuk periode 1 (satu) tahun
Renja-SKPD
Rencana Kerja Satuan Kerja dokumen perencanaan Satuan Kerja
Perangkat Daerah
Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu)
tahun
SAKIP
Sistem
Akuntabilitas
Kinerja Sistem yang memuat siklus perencanaan
Instansi Pemerintah
dari mulai RENSTRA-IKU-RKT-TAPKINLAKIP.
TAPKIN
Penetapan Kinerja
dokumen pernyataan kinerja /kesepakatan
kinerja/ perjanjian kinerja antara atasan dan
bawahan untuk mewujudkan target kinerja
tertentu berdasarkan pada sumber daya yang

LAKIP

IKU
RKT
KUA

PPAS

PPA

RKA-SKPD

DPA-SKPD

APBD

SP3D

TP

dimiliki oleh instansi


Laporan
Akuntabilitas
Kinerja laporan kinerja tahunan yang berisi
Instansi Pemerintah
pertanggung jawaban kinerja suatu instansi
dalam mencapai tujuan/sasaran strategis
instansi
Indikator Kinerja Utama
Memuat informasi tentang sasaran dan
indikator yang akan dicapai
Rencana Kinerja Tahunan
Memuat informasi tentang sasaran, indikator
dan target kinerja yang akan dicapai
Kebijakan Umum APBD
Dokumen yang memuat kebijakan bidang
pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta
asumsi yang mendasarinya untuk periode 1
(satu) tahun
Prioritas dan Plafon Anggaran rancangan program prioritas dan patokan
Sementara
batas maksimal anggaran yang diberikan
kepada SKPD untuk setiap program sebagai
acuan dalam penyusunan RKA-SKPD
sebelum disepakati dengan DPRD
Prioritas dan Plafon Anggaran
program prioritas dan patokan batas
maksimal anggaran yang diberikan kepada
SKPD untuk setiap program sebagai acuan
dalam penyusunan RKA-SKPD setelah
disepakati dengan DPRD
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD dokumen perencanaan dan penganggaran
yang berisi rencana pendapatan, rencana
belanja program dan kegiatan SKPD serta
rencana
pembiayaan
sebagai
dasar
penyusunan APBD
Dokumen Pelaksanaan Anggaran dokumen yang berisi pendapatan, belanja
SKPD
program dan kegiatan SKPD serta
pembiayaan setelah ditetapkannya APBD
Rencana Anggaran Pendapatan dan rencana keuangan tahunan pemerintahan
Belanja Daerah
daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Sistem
Perencanaan
dan Adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
Penganggaran Pembangunan Daerah dan penganggaran pembangunan untuk
menghasilkan rencana-rencana dan proyeksi
penganggaran pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan
yang dilaksanakan oleh unsur-unsur
penyelenggara pemerintahan daerah dan
masyarakat
Tugas Pembantuan
penugasan dari Pemerintah kepada daerah

DAK

DAU

DBH

PPSP

AMPL
PDT

RPIJM

RTRW

dan/atau desa, dari pemerintah provinsi


kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa,
serta dari pemerintah kabupaten, atau kota
kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu dengan kewajiban melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaannya
kepada yang menugaskan
Dana Alokasi Khusus
dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional
Dana Alokasi Umum
dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Dana Bagi Hasil
dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada Daerah
berdasarkan angka persentase untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi
Percepatan Pembangunan Sanitasi Sebuah roadmap pembangunan sanitasi di
Permukiman/Perkotaan
Indonesia yang digagas oleh Tim Teknis
Pembangunan Sanitasi (TTPS) dengan
mempromosikan strategi sanitasi perkotaan
(SSK)sebagai cetak biru bagi pembangunan
sanitasi komprehensif di kawasan perkotaan.
Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan
Pembangunan Daerah Tertinggal
pembangunan yang dilakukan secara
terencana, terkoordinasi, dan terpadu untuk
mengurangi ketertinggalannya
Rencana
Program
Investasi merupakan
rencana
kerjasama
(Infrastruktur) Jangka Menengah
pembangunan di kabupaten/kota yang
bersifat lintas sektoral sebagai dokumen
teknis kelayakan program (feasibility study)
untuk rencana pembangunan infrastruktur
bidang PU/Cipta Karya.
Rencana Tata Ruang Wilayah
rencana tata ruang yang bersifat umum dari
wilayah, yang berisi tujuan, kebijakan,
strategi penataan ruang wilayah, rencana
struktur ruang wilayah, rencana pola ruang

TKPKD

SPKD

BKPRD

PPIP

PNPMP

PKH

wilayah, penetapan kawasan strategis,


arahan pemanfaatan ruang wilayah, dan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah
Tim Koordinasi Penanggulangan adalah wadah koordinasi lintas sektor dan
Kemiskinan Daerah
lintas pemangku kepentingan untuk
penanggulangan kemiskinan
Strategi
Penanggulangan adalah dokumen strategi penanggulangan
Kemiskinan Daerah
kemiskinan daerah yang selanjutnya
digunakan sebagai rancangan kebijakan
pembangunan
daerah
di
bidang
penanggulangan kemiskinan dalam proses
penyusunan RPJMD
Badan Koordinasi Penataan Ruang Badan bersifat ad-hoc untuk membantu
Daerah
pelaksanaan tugas koordinasi penataan
ruang di daerah
Program Pembangunan Infrastruktur adalah
kegiatan
di
Direktorat
Perdesaan
Pengembangan
Permukiman
yang
memfokuskan pada perdesaan dengan
kemajuan infrastruktur diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang nyata bagi
masyarakat di daerah tersebut
Program Nasional Pemberdayaan Merupakan
program
nasional
yang
Masyarakat
ditujukan untuk penanganan kemiskinan
Perkotaan/Perdesaaan/Penunjang
Program Keluarga Harapan
adalah suatu program yang memberikan
bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat
Miskin (RSTM), jika mereka memenuhi
persyaratan yang terkait dengan upaya
peningkatan kualitas sumberdaya manusia
(SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan.

Menelisik Perencanaan Pembangunan


Daerah di Pandeglang
Perencanaan merupakan bagian penting dalam proses pembangunan daerah,
tanpa perencanaan mustahil sebuah program atau kegiatan akan berjalan
dengan baik apalagi untuk mencapai gagasan besar sebagaimana tercantum
dalam visi dan misi baik untuk jangka pendek, menengah maupun jangka
panjang. Namun demikian untuk membuat perencanaan yang baik tidaklah
mudah karena disamping hal-hal yang bersifat teknis seperti misalnya sumber
daya manusia, metodologi dan kebutuhan data-data, ada hal krusial lainnya
yang perlu menjadi perhatian bersama seperti misalnya komitmen, konsistensi
atau bahkan political will dari para pengambil kebijakan.
Dalam konteks perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Pandeglang
harus diakui bahwa selama ini proses perencanaan pembangunan masih
belum optimal padahal secara metodologi, proses perencanaan telah
ditempuh dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku dari mulai
Musrenbang

Desa,

Musrenbang

Kecamatan,

Forum

Gabungan

SKPD

(Pra-Musrenbang) sampai kepada Musrenbang Kabupaten. Namun demikian


mimpi besar (baca:perencanaan) untuk menjadikan Pandeglang yang unggul
dibidang pariwisata dan pertanian dari semenjak tahun 2000 sepertinya tidak
pernah menemukan jalan keluar yang terbaik dan ini tentunya menjadi
pertanyaan kita bersama.
Jika ditelusuri lebih dalam stagnasi perencanaan ini disebabkan oleh tiga hal
utama yaitu rendahnya tingkat kompetensi sumber daya manusia dibidang
perencanaan,

kurangnya komitmen para pengambil kebijakan terhadap

dokumen perencanaan yang telah disepakati bersama dan tumpang tindihnya


regulasi tentang perencanaan. Ketiga hal tersebut menjadi sangat urgent
dalam mekanisme ataupun proses perencanaan karena tanpa dukungan ketiga
aspek tersebut perencanaan tidak lebih dari mimpi disiang bolong, sehebat
apapun visi dan misi yang telah dibuat namun akan terasa hambar ketika
tidak ada yang mampu menjabarkannya kedalam rencana kerja yang riil dan
kebijakan yang mendukung sepenuhnya.
Sumber Daya Manusia akan sangat menentukan metode/cara atau bahkan
seni dalam merencanakan, namun demikian metode yang digunakan tentunya
tidak keluar grand design yang telah dirancang sedemikian rupa, hal ini yang
seringkali terjadi dalam proses perencanaan di Pandeglang. Kita seringkali
lupa dengan adanya prioritas pembangunan untuk jangka panjang dan
menengah kemudian menjabarkannya satu demi satu dalam renca kerja
tahunan. Kita seringkali merencanakan suatu program dan kegiatan hanya
sebatas ritual belaka guna untuk menggugurkan kewajiban, tidak pernah ada
keseriusan

untuk

berfikir

secara

deduktif

dan

rasional

bagaimana

menjabarkan visi dan misi kedalam rencana kerja yang dapat mendukung
pencapaian visi dan misi.
Dengan mengusung visi dan misi di sektor pariwisata dan pertanian, sudah
sepatutnya para perencana di semua SKPD bisa memberikan tampilan
perencanaan yang mengarah pencapaian visi dan misi tersebut, tidak melulu
menjalankan perencanaan rutin yang dari tahun ke tahun cenderung identik
atau bahkan sama. Misalnya untuk Dinas Pendidikan dapat mengarahkan
program dan kegiatannya pada pengembangan sekolah pariwisata dan
pertanian dan peningkatan muatan lokal sektor pariwisata dan pertanian.
Dinas

Pekerjaan

Umum

mengarahkan

kegiatannya

pada

peningkatan

infrastruktur pada basis pertanian dan pariwisata, kemudian Distamben


memberikan penerangan yang optimal terhadap objek-objek wisata dan sentra
pertanian, bahkan BKD dan SETDA pun dapat memberikan sumbangsihnya
dengan lebih memperhatikan struktur organisasi dan penempatan aparatur
yang lebih mumpuni untuk Dinas Pertanian dan Dinas Pariwisata sebagai
ujung tombak visi dan misi Pandeglang.
Kreatifitas dan kerangka pikir logis sangat diperlukan ketika menyusun
perencanaan pada rencana kerja maupun rencana strategis SKPD agar alur
perencanaan pada tataran bawah dapat seiring dengan grand design
perencanaan yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah (RPJPD dan
RPJMD). Dan ini tentu saja bukan semata-mata tanggung jawab perencana di
SKPD melainkan tanggung jawab bersama dari seluruh unsur pimpinan dan
staff ketika merumuskan program dan kegiatan.
Kemudian

hal

lainnya

yang

turut

memberikan

andil

inkonsistensi

perencanaan pembangunan daerah yang berujung pada gagalnya perencanaan


adalah komitmen para pengambil kebijakan terhadap dokumen perencanaan
yang telah disepakati. Regulasi perencanaan pembangunan daerah yang
menekankan pada empat pendekatan dalam perencanaan dan salah satunya
pendekatan politis sering kali terjebak pada proses tawar-menawar yang semu
dan terbentur pada kepentingan pribadi maupun golongan. Tidak dapat
dipungkiri bahwa proses perencanaan di era reformasi dewasa kini bernuansa
sangat demokratis sehingga segala kemungkinan dapat terjadi bahkan potensi
penyimpangan terhadap berbagai hal termasuk perencanaan sangatlah besar.
Dalam

kondisi

tersebut

komitmen

merupakan

obat

mujarab

untuk

menyeimbangkan kesadaran politik yang semakin tidak terkontrol agar alur


perencanaan pembangunan daerah tetap pada jalurnya. Komitmen sudah

semestinya dibangun antara eksekutif dan legislatif serta semua pihak diatas
keyakinan yang kokoh untuk membangun Pandeglang ke arah yang lebih baik
sesuai dengan potensi yang dimilikinya, karena seperti yang telah diutarakan
diatas, sebagus apapun perencanaan tanpa dukungan kebijakan yang kuat
hanya akan menjadi sebatas wacana.
Disamping

pendekatan

politis,

pendekatan

perencanaan

lainnya

yaitu

mekanisme bottom up-top down juga memberikan kontribusi inkonsistensi


dalam

perencanaan

pembangunan

daerah.

Bagaimana

tidak,

karena

mekanisme ini dibangun diatas dasar kesepahaman dan keterkaitan pada


semua level pemerintahan (kabupaten/kota, provinsi dan nasional) sementara
disisi lain pimpinan daerah merupakan produk politik yang terkadang saling
bertolak belakang satu sama lain. Visi seorang presiden, gubernur dan
bupati/walikota tentu akan sangat berbeda, namun regulasi yang ada
memberikan keharusan untuk masing-masing daerah menyesuaikannya
perencanaannya sesuai dengan tingkatan hierarki padahal potensi sumber
daya alam, kapasitas sumber daya manusia dan kondisi sosial ekonomi
masing-masing daerah berbeda satu sama lain.
Sebagai ilustrasi dapat digambarkan bahwa ketika Bupati Pandeglang
menempatkan visi Pandeglang sebagai kota pendidikan, kemudian disisi lain
juga Gubernur Banten berkata lain bahwa Serang dijadikan sebagai pusat
pendidikan, pertanyaanya adalah apakah visi Bupati Pandeglang harus
dirubah? Padahal visi yang dikeluarkan oleh Bupati Pandeglang bukan
semata-mata hasil obrolan di warung kopi melainkan melalui tahapan yang
sangat ketat, lalu pertanyaan berikutnya siapa yang harus mengalah?
Sementara masing-masing memiliki argumentasi yang kuat. Meskipun ada
mekanisme

Musrenbang

dalam

penyusunan

RPJMD

namun

terkadang

kepentingan politik lebih kuat dibandingkan metodologi yang harus ditempuh.


Hal-hal seperti ini sudah semestinya mendapatkan perhatian terutama dari
pemerintah

pusat

agar

mekanisme

pemerintahan tidak tumpang tindih.

perencanaan

pada

berbagai

level

SEKILAS TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


Perencanaan Pembangunan Daerah
Menurut

UU

Nomor

25

Tahun

2004

tentang

Sistem

Perencanaan

pembangunan nasional yang disebut Perencanaan adalah suatu proses untuk


menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Sementara pembangunan
daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan,
kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan,
berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia.
Dengan demikian perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses
penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur
pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian
sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial
dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.
Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara transparan, responsif,
efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan
yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang
dilaksanakan untuk 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) yang dilaksanakan selama 5 tahun dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) untuk periode satu tahun.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah, perencanaan pembangunan daerah memiliki 4 (empat)


prinsip utama yaitu :
1. Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam
sistem perencanaan pembangunan nasional.
2. Perencanaan
bersama

pembangunan

para

pemangku

daerah

dilakukan

kepentingan

pemerintah

berdasarkan

daerah

peran

dan

kewenangan masing-masing.
3. Perencanaan pembangunan daerah mengintegrasikan rencana tata
ruang dengan rencana pembangunan daerah.
4. Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan kondisi
dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika
perkembangan daerah dan nasional.
Sementara perencanaan pembangunan daerah dapat digunakan dengan
memakai pendekatan:
1. Teknokratis, menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah untuk
mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah.
2. Partisipatif,

dilaksanakan

dengan

melibatkan

semua

pemangku

kepentingan (stakeholders).
3. Politis, bahwa program-program pembangunan yang ditawarkan masingmasing calon kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih pada saat
kampanye, disusun ke dalam rancangan RPJMD.

4. Pendekatan perencanaan pembangunan daerah bawah-atas (bottom-up)


dan atas-bawah (top-down), hasilnya diselaraskan melalui musyawarah
yang

dilaksanakan

mulai

dari

desa/kelurahan,

kecamatan,

kabupaten/kota, provinsi, dan nasional, sehingga tercipta sinkronisasi


dan sinergi pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional dan
rencana pembangunan daerah.
Tahapan perencanaan tahunan sesuai dengan Perda Kabupaten Pandeglang
nomor 7 tahun 2010 tentang Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Pembangunan Daerah (SP3D) adalah sebagai berikut:
1. Musrenbang desa/kelurahan;
2. Penyusunan rancangan awal RKPD;
3. Musrenbang kecamatan;
4. Penyusunan Renja SKPD;
5. Forum SKPD/Forum gabungan SKPD;
6. Rapat koordinasi bidang;
7. Penyusunan rancangan RKPD;
8. Musrenbang RKPD;
9. Penetapan RKPD;
10.

Penyusunan KUA dan PPAS;

11.

Penyusunan RKA-SKPD;

12.

Penyusunan RAPBD;

13.

Penyusunan APBD; dan

14.

Penyusunan DPA-SKPD.

Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah


Pengendalian
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan daerah dilakukan untuk
menjamin kesesuaian antara perencanaan dengan tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan. Sesuai dengan PP 8 Tahun 2008 pengendalian dilaksanakan
oleh Menteri terhadap pembangunan daerah antarprovinsi, kemudian oleh
Gubernur dalam lingkup provinsi, antarkabupaten/kota dalam wilayah
provinsi

dan

oleh

Bupati/Walikota

dalam

lingkup

kabupaten/kota.

Pengendalian yang dilaksanakan meliputi pengendalian terhadap kebijakan


perencanaan pembangunan daerah dan pelaksanaan rencana pembangunan
daerah.
Pengendalian

oleh

gubernur,

bupati/walikota

dalam

pelaksanaannya

dilakukan oleh Bappeda untuk keseluruhan perencanaan pembangunan


daerah dan oleh Kepala SKPD untuk program dan/atau kegiatan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya. Pengendalian oleh Bappeda meliputi
pemantauan, supervisi dan tindak lanjut penyimpangan terhadap pencapaian
tujuan agar program dan kegiatan sesuai dengan kebijakan pembangunan
daerah.

Pemantauan pelaksanaan program dan/atau kegiatan oleh SKPD meliputi


realisasi pencapaian target, penyerapan dana, dan kendala yang dihadapi.
Hasil pemantauan pelaksanaan program dan/atau kegiatan disusun dalam
bentuk laporan triwulan untuk disampaikan kepada Bappeda. Kepala Bappeda
kemudian melaporkan hasil pemantauan dan supervisi rencana pembangunan
kepada kepala daerah, disertai dengan rekomendasi dan langkah-langkah yang
diperlukan.
Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan rencana dilakukan untuk dapat mengetahui dengan
pasti apakah pencapaian hasil , kemajuan dan kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk
perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan dimasa yang akan datang.
Fokus utama evaluasi diarahkan pada keluaran (outputs), hasil (outcomes)
dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan.
Sebagaimana halnya pengendalian, evaluasi perencanaan pembangunan
daerah dilaksanakan oleh menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya. Evaluasi dilaksanakan terhadap 3 hal yaitu kebijakan
perencanaan pembangunan daerah, pelaksanaan rencana pembangunan
daerah dan hasil rencana pembangunan daerah. Evaluasi oleh gubernur dan
bupati/walikota dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Bappeda untuk
keseluruhan perencanaan pembangunan daerah dan oleh Kepala SKPD untuk
capaian kinerja pelaksanaan program dan kegiatan SKPD periode sebelumnya.
Evaluasi yang dilaksanakan oleh Bappeda meliputi penilaian terhadap
pelaksanaan proses perumusan dokumen rencana pembangunan daerah, dan

pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah serta menghimpun,


menganalisis dan menyusun hasil evaluasi Kepala SKPD dalam rangka
pencapaian rencana pembangunan daerah. Hasil evaluasi tersebut kemudian
dijadikan sebagai bahan dalam penyusunan rencana pembangunan daerah
untuk periode berikutnya.
Dinamika Perencanaan Pembangunan Daerah
Dalam perjalanannya Rencana pembangunan daerah dapat mengalami
perubahan jika terdapat beberapa hal berikut :
1. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan
dan substansi yang dirumuskan belum sesuai dengan mekanisme yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan;
2. terjadi perubahan yang mendasar; atau
3. merugikan kepentingan nasional.
Perubahan perencanaan dapat setiap saat terjadi yang mengakibatkan
gagalnya suatu perencanaan, hal ini biasanya disebabkan beberapa hal :
1. Kurangnya komitmen para pengambil kebijakan terhadap dokumen
perencanaan

yang

telah

disepakati

dan

inkonsistensi

antara

perencanaan dengan pelaksanaan atau dengan kata lain terjadinya


penyimpangan dalam pelaksanaan rencana.
2. Informasi

yang

kurang

lengkap,

belum

menguasai

metodologi,

perencanaan yang tidak realistis, pengaruh politis yang sangat besar


sehingga pertimbangan-pertimbangan teknis lebih diutamakan, aparat

perencana yang tidak memiliki kompetensi, kurangnya dukungan


masyarakat karena tidak bisa mengakses kesempatan.
3. Filosofi perencanaan yang tidak sesuai kondisi daerah (sosial, ekonomi,
budaya, politik dsb). Misalnya suatu perencanaan yang hanya mengejar
petumbuhan ekonomi sehingga justru menimbulkan kesenjangan sosial.
4. Akibat perencanaan terlalu jauh mengatur setiap sendi kehidupan
masyarakatnya

sehingga

mematikan

kreatifitas

masyarakat

(perencanaan terpusat).
5. Terjadinya tumpang tindih, inkonsistensi dan konflik perencanaan
antara perencanaan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Suatu perencanaan bisa dikatakan berhasil jika Sistem perencanaan yang
dibangun dapat mendorong berkembanganya mekanisme pasar dan peran
serta masyarakat dengan menentukan sasaran-sasaran secara garis besar,
baik dibidang sosial maupun ekonomi
masyarakat

dan

dunia

usaha

dan pelaku utamanya adalah

(swasta).

Disamping

hal

tersebut

berhasil/tidaknya suatu perencanaan juga akan terlihat dalam indikatorindikator

makro

sosial

peningkatan/penurunan,

maupun

ekonomi

meskipun

indikator

yang

terus

makro

tidak

mengalami
secara

riil

menampilkan secara utuh keseluruhan data namun setidaknya dapat


memberikan gambaran dalam memetakan potensi perencanaan pembangunan
daerah.
Untuk dapat menampilkan perencanaan yang utuh dan bersinergi dengan
tingkat kesejahteraan masyarakat maka idealnya perencanaan minimal
mengandung beberapa prinsip berikut :

1. Prinsip partisipatif : masyarakat yang akan memperoleh manfaat dari


perencanaan harus turut serta dalam prosesnya.
2. Prinsip kesinambungan : perencanaan tidak hanya berhenti pada satu
tahap tapi harus terus berlanjut sehingga menjamin terselenggaranya
kesejahteraan masyarakat.
3. Prinsip holistic masalah dalam perencanaan dan pelaksanaannya tidak
dapat hanya dilihat dari satu sisi tetapi harus dilihat dari berbagai
aspek dan dalam keutuhan konsep secara keseluruhan.
4. Mengandung sistem yang dapat berkembang
5. Terbuka dan demokratis
Pepatah mengatakan bahwa perencanaan yang baik merupakan setengah dari
keberhasilan, maka sangatlah penting dan mendesak untuk menyusun
perencanaan pembangunan daerah sedemikian rupa dengan memperhatikan
dan mempetimbangkan berbagai unsur yang berada disekitarnya agar
perencanaan dapat berbanding lurus dengan sasaran yang hendak dicapai
yaitu masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
Keuangan Sektor Publik | Akuntansi Keuangan Sektor Publik dan ...

You might also like