You are on page 1of 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU

BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI


DINI DI BPS ELLNA PASAR KUTO PALEMBANG
TAHUN 2013

Oleh :
Elita Vasra, SST, M Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAN
JURUSAN KEBIDANAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU BERSALIN DENGAN


PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DI BPS ELLNA PASAR KUTO
PALEMBANG PADA TAHUN 2013
Elita Vasra
Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Kebidanan,
ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan pada 40 orang responden di BPS Ellna Pasra Kuto Palembang Tahun
2013, untuk kategori responden yang memberikan IMD sebanyak 29 orang (72,5%), lebih
banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak memberikan IMD yaitu sebanyak 11
orang (27,5%).
Tujuan penelitian untuk mengetahui Hubungan pengetahuan dan pendidikan ibu bersalin
dengan keberhasilan inisiasi menyusui dini di BPS Ellna di pasar kuto Palembang tahun 2013.
Metode penelitian menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan
sampel penelitian semua ibu bersalin yang kebetulan ada pada saat penelitian yang jumlah
populasinya 40 ibu bersalin yang diambil dengan teknik accidental sampling meliputi variabel
dependen inisiasi menyusu dini dan variabel independent pengetahuan dan pendidikan,
pengumpulan data dengan menggunakan data primer di dapatkan langsung dari responden
melalui wawancara dan kuesioner.
Hasil penelitian ibu bersalin yang memberikan inisiasi menyusu dini sebanyak 29 responden
(72,5%) dan yang tidak memberikan inisiasi menyusu dini sebanyak 11 responden (27,5%).
yang berpengetahuan baik sebanyak 27 responden (67,5%) dan yang berpengetahuan kurang
baik sebanyak 13 responden (32,5%) yang berpendidikan tinggi sebanyak 32 responden
(80,0%) dan yang berpendidikan rendah sebanyask 8 responden (20,0%). Dari hasil uji statistik
Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan p value =0,010.
pendidikan p value =0,001, Ada hubungan pengetahuan dan pendidikan ibu bersalin dengan
inisiasi menyusu dini di BPS Ellna Pasar Kuto Palembang tahun 2013.
Kesimpulan ada hubungan yang bermakna pengetahuan dan pendidikan dengan keberhasilan
Inisiasi Menyusu Dini, Diharapkan bidan dapat lebih meningkatkan promosi kesehatan kepada
masyarakat khususnya tentang inisiasi menyusu dini karena dengan demikian dapat
menurunkan angka kematian anak.
Kata Kunci
: Inisiasi Menyusu Dini, Pengetahuan, Pendidikan
Daftar Pustaka
: 21 (2007 2011)
Pendahuluan
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi
yang
bersifat
alamiah.
ASI tidak mengunakan botol dan dot (Proverawati,
mengandung berbagai zat gizi yang dkk, 2010).
Menurut United Nation Childrens
dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan
Fund (UNICEF), ASI eksklusif dapat
perkembangan bayi (Prasertono, 2009).
Menurut World Health Organization menekan angka kematian bayi di Indonesia.
(WHO) menjelaskan bahwa ASI adalah United Nation childrens Fund (UNICEF)
makanan ideal untuk pertumbuhan dan menyatakan bahwa 30.000 kematian bayi di
perkembangan bayi baru lahir (Prasetyono, Indonesia dan 10 juta kematian balita di dunia
2009). Menurut WHO dan UNICEF setiap tahun bisa dicegah melalui ASI
merekomendasikan ASI selama 6 bulan, eksklusif selama 6 bulan sejak pertama setelah
menyusui dalam waktu 1 jam setelah kelahirannya tanpa memberikan makanan dan
melahirkan, menyusui setiap kali bayi mau, minuman tambahan kepada bayi (Prasetyono,
2009).

Menurut Nurlianti (2006) dan


Ratnawati (2008). Pada saat ini 8% bayi baru
lahir di ASIA tidak lagi menyusui pada 24
Jam pertama setelah kelahiran. Di ASIA
Selatan ada kepercayaan bahwa air susu ibu
(ASI) yang keluar pertama kali bau, rusak dan
kotor sehingga pada hari-hari pertama itu para
ibu memberi makanan untuk anaknya dengan
teh atau madu.
Data SDKI (2006-2007) dan
Nasution (2009), masih sangat tinggi yaitu 35
per 1.000 kelahiran hidup. Lebih dari 95% ibu
pernah menyusui bayinya, namun yang
menyusui dalam 1 jam pertama cenderung
menurun dari 8% pada tahun 2006 menjadi
3,7% pada tahun 2007.
Berdasarkan data Kota Palembang
jumlah bayi 0-6 bulan pada tahun 2007
berjumlah 32.886 bayi dan yang mendapatkan
ASI eskslusif sebanyak 27.760 bayi atau
sebesar 84%, tahun 2008 mencapai 30.817
bayi yang mendapat ASI eksklusif sebanyak
23.286% bayi atau sebesar 75% dan tahun
2009 mencapai 12.672 bayi yang
mendapatkan bayi eksklusif sebanyak 10.144
bayi atau sebesar (Dinas Kesehatan Kota
Palembang, 2011).
Hingga saat ini angka kematian ibu
dan bayi di Indonesia tetap memprihatinkan.
Angka kematian bayi dan bayi tercatat 228 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka
kematian bayi (0-12 bulan) 34 per 1.000
kelahiran hidup serta angka kematian balita
(0-60 bulan) 44 per 1.000 kelahiran hidup
(Departeman Kesehatan, 2007).
Pemerintahan Republik Indonesia
telah mengeluarkan peraturan pemerintah
Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012
tentang Pemberian Air susu ibu Ekskulsif. PP
Pemberian ASI Ekskulsif ini merupakan
penjabaran dari Undang-undang Kesehatan
Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
pasal 129, ayat 1 Pemerintahan bertanggung
jawab menetapkan kebijakan dalam rangka
menjamin hak bayi untiik mendapatkan air
susu ibu secara eksklusif. Dalam Peratuan ini
pengertian Air Susu Ibu Ekskulsif yang
selanjutnya di singkat ASI Eksklusif adalah
Hipotesis

Asi yang diberikan kepada bayi sejak lahir


selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau
mengganti dengan makanan atau minuman
lain.
Pasal 9 ayat 1 tenaga kesehatan dan
penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan
wajib melakukan inisiasi menyusu dini
terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya
paling singkat selama 1 (satu) jam.
Pasal 9 ayat 2 Inisiasi menyusu dini
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara meletakkan bayi secara
tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit
Bayi melekat pada kulit ibu.
Berdasarkan data dari BPS Ellna
Pasar Kuto Palembang jumlah persalinan
normal pada tahun 2008 berjumlah 352, pada
tahun 2009 berjumlah 302, pada tahun 2010
berjumlah 308, pada tahun 2011 berjumlah
264, pada tahun 2012 berjumlah 265.
Berdasarkan data di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul Hubungan Pengetahuan
Dan Pendidikan Ibu Bersalin Dengan
Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Di BPS
Ellna Pasar Kuto Palembang Pada Tahun
2013.
Rumusan Masalah penelitian Adakah
hubungan pengetahuan dan pendidikan ibu
bersalin dengan pelaksanaan inisiasi menyusu
dini di BPS Ellna Pasar Kuto Palembang pada
tahun 2013 ?
Tujuan Penelitian : Diketahuinya hubungan
pengetahuan dan pendidikan ibu bersalin
dengan pelaksanaan IMD di BPS Ellna di
Pasar Kuto Palembang pada tahun 2013.
Ruang Lingkup : Penelitian ini melingkupi
hubungan antara pengetahuan dan pendidikan
ibu bersalin dengan IMD, dengan
menggunakan desain survey analitik dengan
pendekatan cross sectional. Sampel penelitian
ini adalah semua ibu bersalin dengan bayi
sehat pada saat penelitian ini berlangsung.
Peneletian ini dilaksanakan pada bulan April
tahun 2013 di BPS Ellna Pasar Kuto
Palembang.

1. Ada hubungan pengetahuan dan pendidikan ibu bersalin dengan IMD di BPS Ellna Pasar
Kuto Palembang pada tahun 2013.
2. Ada hubungan pengetahuan dan pendidikan ibu bersalin dengan IMD di BPS Ellna Pasar
Kuto Palembang pada tahun 2013.
Metodologi penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode
survey analitik yaitu penelitian yang mencoba
menggali bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan
analisis dinamika kolerasi antara fenomena,
baik antara faktor risiko dengan faktor efek,
antara faktor risiko, maupun antar faktor efek
dengan pendekatan cross Sectional yaitu
penelitian untuk mempelajari dinamika
kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan
efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau
pengumpulan data sekaligus pada waktu yang
sama.
Dimana
variable
independen
(Pengetahuan dan pendidikan ibu bersalin)
dan variable dependen (Inisiasi Menyusui
Dini) dikumpulkan dalam waktu yang
bersamaan.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
ibu nifas yang berkunjung di BPS Ellna
Palembang pada tahun 2013. Dan
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
non-random sampling dengan menggunakan
tehnik accidental sampling, dimana sampel
yang berjumlah 40 responden yaitu ibu nifas
yang ada di BPS Ellna Palembang pada tahun
2013.
Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan melalui kuisioner
yang telah disiapakan untuk responden. Data
primer adalah data yang diambil melalui
wawancara dengan menanyakan secara
langsung pada responden tentang hal-hal yang
bethubungan dengan variabel (Notoatmodjo,
2010). Dan Instrumen pengumpulan data yang
digunakan adalah kuisioner yang berisi
pertanyaan dan diajukan secara tertulis untuk
mendapatkan keterangan dan sebagai

pedoman wawancara. Instrumen yang


digunakan pada penelitian adalah dengan
menggunakan kuisioner IMD untuk mengukur
variabel independent.
Pengetahuan untuk mengukur variabel
pengetahuan menggunakan kuisioner dan
wawancara responden, Pendidikan untuk
mengukur variabel pendidikan menggunakan
wawancara responden.
Pengolahan Data Tehnik pengolaan data
yang digunakan menurut (Notoadmodjo,
2010) adalah : Pengkodean data (Coding),
Pengolahan data (Editing), Pemasukan data
(Entry Data), Pembersihan data (Cleaning
Data)
Tehnik Analisis Data dengan Analisis
Univariat dan Analisis Bivariat yaitu
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen yang
diteliti yaitu pengetahuan dan pendidikan ibu
dengan variabel dependen pemberian ASI
pertama (colostrum).Untuk menguji tingkat
kemaknaan dilakukan secara komputerisasi
dengan menggunakan uji statistik Chi_Squer
(x2) dengan batasan bermakna >: 0,05.
Hasil analisis jika nilai p value 0,05,
artinya ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dan pendidikan ibu dengan
pemberian ASI pertama (colostrum) Tetapi
jika nilai p value > 0,05 berarti tidak ada
hubungan bermakna antara dua variabel
tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Tempat penelitian ini dilakukan di BPS Ellna
Jalan Ali Gatmir No. 114 Rt 04 Rw 01
Kelurahan 11 Ilir Kecamatan Ilir II
Palembang.
Dan
Waktu
Penelitian
dilaksanakan pada bulan April pada tahun
2013.

Hasil penelitian
1. Analisis Univariat
Analisis
univariat
bertujuan
menggambarkan secara sistematis fakta
atau karakteristik populasi tertentu atau
bidang tertentu secara aktual dan cermat.
Analisis univariat ini terdiri dari: IMD,
pendidikan dan pengetahuan. Jumlah total

sampel terdiri dari ibu nifas yang


berkunjung ke BPS Ellna Pasar Kuto
Palembang tahun 2013 yang berjumlah 40
orang dan tidak ada data yang hilang
(missing).

a. IMD
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
IMDdi BPS Ellna Pasar Kuto Palembang
Tahun 2013
No

IMD

Jumlah

1.
2.

IMD
Tidak IMD
Total

29
11
40

Persentase
(%)
72,5
27,5
100

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa


responden yang memberikan IMD sebanyak
29 orang (72,5%), lebih banyak jika
dibandingkan dengan responden yang tidak
memberikan IMD yaitu sebanyak 11 orang
(27,5%).

b. Pendidikan.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pendidikan di BPS Ellna Pasar Kuto
Palembang Tahun 2013
No

Pendidikan

Jumlah

1.
2.

Tinggi
32
Rendah
8
Total
40
Sumber : Data Primer 2013

Persentase
(%)
80,0
20,0
100

Berdasarkan tabel 5.2 diatas, dapat


diketahui bahwa responden yang memiliki
pendidikan tinggi sebanyak 32 orang (80,0%),
lebih banyak jika dibandingkan dengan
responden yang memiliki pendidikan rendah
yaitu
sebanyak
8
orang
(20,0%).

c. Pengetahuan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pengetahuan di BPS Ellna Pasar Kuto
Palembang Tahun 2013
No

Pengetahuan

1.
2.

Baik
Kurang
Total

Jumlah
27
13
40

Sumber : Data Primer 2013

Persentase
(%)
67,5
32,5
100

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, dapat


diketahui bahwa responden yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 27 orang (67,5%),
lebih banyak jika dibandingkan dengan
responden yang memiliki pengetahuan kurang
yaitu sebanyak 13 orang (32,5%).

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Pendidikan dengan IMD
Tabel 5.4
Hubungan Pendidikan dengan IMD di BPS Ellna
Palembang Tahun 2013
IMD
No
1.
2.

Pendidikan
Tinggi
Rendah
Jumlah

Ya
n
27
2
29

%
84,4
25,0

Tidak
n
%
5 15,6
6 75,0
11

Jumlah
n
32
8
40

%
100
100
100

value

0,001

Sumber : Data Primer 2013

Pada tabel 5.4 Ibu yang berpendidikan


tinggi 27 (84,4%) dari 32 ibu dipendidikan
tinggi melakukan IMD dan ibu yang
berpendidikan rendah 2 (25,0%) dari 8

dipendidikan rendah yang melakukan IMD.


Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan p
value = 0,001, yang jika dibandingkan dengan
nilai = 0,05, maka value 0,05.

b. Hubungan Pengetahuan dengan IMD


Tabel 5.5
Hubungan Pengetahuan dengan IMD di BPS Ellna
Palembang Tahun 2013
IMD
No

Pengetahuan

1.
2.

Baik
Kurang
Jumlah

Ya
n
23
6
29

%
85,2
46,2

Tidak
n
%
4 14,8
7 53,8
11

Jumlah
n
27
13
40

%
100
100
100

value
0,010

Sumber : Data Primer 2013


Pada
berpengetahuan
dipengetahuan
berpengetahuan

tabel 5.5 Ibu yang


baik 23 (85,2%) dari 27
baik dan ibu yang
kurang 6 (46,2%) dari 13

dipengetahunan kurang.Berdasarkan hasil


uji Chi-Square didapatkan p value = 0,010,
yang jika dibandingkan dengan nilai =
0,05, maka value 0,05.

Pembahasan
1. Inisiasi Menyusui Dini
Penelitian yang dilakukan pada 40
orang responden di BPS Ellna Pasar Kuto
Palembang Tahun 2013, untuk kategori
responden
yang
memberikan
IMD
sebanyak 29 orang (72,5%), lebih banyak
jika dibandingkan dengan responden yang
tidak memberikan IMD yaitu sebanyak 11
orang (27,5%).
Berdasarkan hasil penelitian di BPS
Ellna Pasar Kuto Palembang tahun 2013,
Ibu yang melakukan IMD lebih banyak,

Hal ini dikarenakan petugas kesehatan


mengetahui manfaat dan keuntungan dari
Inisiasi Menyusu Dini.
Menurut Siregar (2004) bahwa
keberhasilan menyusu dini banyak
dipengaruhi oleh sikap dan perilaku
petugas kesehatan yang pertama kali
membantu ibu selama proses persalinan.
Menurut Roesli (2008) tindakan
inisiasi menyusu dini dilakukan ibu baru
melahirkan membantu bayimemperoleh
ASI pertamanya dan dapat meningkatkan

produksi ASI serta membangun ikatan


kasih antara ibu dan bayi.
Menurut
Ambarwati
(2009)
keuntungan inisiasi menyusu dini untuk
bayi adalah makanan kualitas dan kuantitas
yang optimal agar kolostrum segera keluar
agar disesuaikan dengan kebutuhan bayi,
membantu bayi mengkoordinasi hisap,telan
dan nafas.
2. Pendidikan
Penelitian yang dilakukan pada 40
orang responden di BPS Ellna Pasar Kuto
Palembang Tahun 2013, untuk kategori
responden yang memiliki pendidikan tinggi
sebanyak 32 orang (80,0%), lebih banyak
jika dibandingkan dengan responden yang
memiliki pendidikan rendah yaitu sebanyak
8 orang (20,0%).
Berdasarkan hasil penelitian ibu
yang bersalin di BPS Ellna rata-rata
menujukkan sosial ekonomi tinggi hal ini
menyebabkan pendidikan tinggi lebih
banyak.
Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat
sosial ekonomi sangat mempengaruhi
perbaikan pendidikan, rata-rata keluarga
dengan sosial ekonomi yang cukup baik
akan memilih tingkat pendidikan dan saran
kesehatan yang bagus dan bermutu.
Menurut Notoatmodjo (2007) tingkat
sosial ekonomi sangat mempengaruhi
jenjang pendidikan seseorang.
Menurut Notoatmodjo ( 2009)
banyak ibu yang mempunyai tingkat
pendidikan tinggi, Hal ini dikarenakan
kesadaran masyarakat akan pentingnya
pendidikan dan mayoritas masyarakat
berasal dari sosial ekonomi yang tinggi.
3. Pengetahuan
Penelitian yang dilakukan pada 40
orang responden di BPS Ellna Pasar Kuto
Palembang Tahun 2013, untuk kategori
responden yang memiliki pengetahuan baik
sebanyak 27 orang (67,5%), lebih banyak
jika dibandingkan dengan responden yang
memiliki pengetahuan kurang yaitu
sebanyak 13 orang (32,5%).
Berdasarkan hasil penelitian ibu
yang bersalin di BPS Ellna rata-rata

menunjukkan pendidikan tinggi lebih


banyak hal ini menyebabkan pengetahuan
ibu tentang inisiasi menyusu dini lebih
baik.
Menurut
Notoatmodjo
(2007)
pengetahuan merupakan hasil tau, sebagian
besar pengetahuan itu diperoleh melalui
mata dan telingan, yaitu yang berasal dari
pendidikan, pengalaman, dan hubungan
sosial.
Menurut
Notoatmodjo
(2010)
Pendidikan diperkiran ada kaitanya dengan
pengetahuan
ibu
menyusui
dalam
pelaksanaan IMD. Hal ini dihubungkan
dengan tingkat pengetahuan ibu bahwa
seseorang yang perpendidikan lebih tinggi
akan mempunyai pengetahuan yang lebih
luas
dibandingkan
dengan
tingkat
pendidikan yang rendah.
Menurut Azwar (2007) tingkat
pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan
kurangnya pengetahuan
ibu
dalam
menghadapi masalah, terutama dalam
permasalahan IMD nantinya pengetahuan
ini diperoleh baik secara formal maupun
informal, sedangkan ibu yang mempunyai
tingkat pendididkan lebih tinggi, umumnya
terbuka menerima atau hal-hal baru guna
pemeliharaan kesehatannya.
4. Hubungan Pendidikan dengan IMD
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan responden yang memberikan
IMD dan memiliki pendidikan tinggi
sebanyak 27 orang (84,4%), lebih banyak
jika dibandingkan dengan responden yang
memberikan IMD dan memiliki pendidikan
rendah yaitu sebanyak 2 orang (25,0%).
Responden yang tidak memberikan
IMD dan memiliki pendidikan rendah
sebanyak 6 orang (75,0%), lebih banyak
jika dibandingkan dengan reponden yang
tidak memberikan IMD dan memiliki
pendidikan tinggi yaitu sebanyak 5 orang
(15,6%).
Hasil uji statistik chi square
didapatkan value = 0,001, yang jika
dibandingkan dengan nilai = 0,05, maka
value 0,05, sehingga Hipotesis Nol
(Ho) ditolak, Hipotesis Alternatif (Ha)

diterima. Ini berarti ada hubungan yang


bermakna antara pendidikan dengan IMD
di BPS Ellna Pasar Kuto Palembang Tahun
2013. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan ada hubungan yang bermakna
antara pendidikan dengan IMD terbukti
secara statistik.
Sejalan
dengan
teori
yang
dikemukakan oleh Biyu (2011) yang
menyatakan bahwa pendidikan juga
mempengaruhi pelaksanaan kunjungan ibu
nifas makin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin mudah menerima informasi
dan semakin banyak pengetahuan yang
dimiliki,
tingkat
pendidikan
akan
berpengaruh dalam member respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar.
Orang yang berpendidikan tinggi akan
member respon yang rasional terhadap
informasi yang datang dan berfikir sejauh
mana keuntungan yang mungkin akan
mereka peroleh dari informasi tersebut.
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan oleh Mufdilah (2011) di Kota
Yogyakarta tentang hubungan antara
pendidikan terhadap inisiasi menyusu dini
dengan pendekatan Cross-sectional. Hasil
penelitian berdasarkan uji Chi Square
didapatkan nilai P = 0,018 dengan OR 1,50
hal ini menunjukkan bahwa antara
pendidikan dengan keberhasilan inisiasi
menyusu dini ada hubungan yang
signifikan.
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan oleh Andayani (2010) tentang
faktor yang mempengaruhi kinerja Bidan
Desa dalam Keberhasilan Inisiasi Menyusu
Dini menunjukkan bahwa ada hubuungan
antara pendidikan dengan kinerja dalam
keberhasilan IMD dimana nilai p value=
0.038.
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan oleh Paramita (2011) tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan
praktek inisiasi menyusu dini pada ibu
dengan batita di Puskesmas Bukit Duri
Januari-Maret 2011, didapatkan hasil dari
hasil analisa uji chi square ada hubungan
bermakna pendidikan dengan praktek

pemberian IMD dimana nilai < 0,05


(=0,000).
Berdasarkan hasil penelitian serta
teori yang ada dapat dibuat kesimpulan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pendidikan dengan pemberian IMD. Hal ini
dikarenakan seseorang yang mempunyai
latar belakang pendidikan rendah atau
bahkan buta huruf, pada umumnya akan
mengalami kesulitan untuk menerapkan
ide-ide baru dan membuat mereka bersifat
konservatif, karena mereka tidak mengenal
alternatif yang lebih baik yang tersedia
baginya.
Sebaliknya
orang
yang
berpendidikan tinggi akan lebih menerima
gagasan-gagasan baru, karena orang yang
berpendidikan relatif cukup tinggi lebih
terbuka jalan pikirannya untuk menerima
hal-hal atau ide-ide baru. Begitu juga
halnya dengan pemberian IMD, ibu dengan
pendidikan yang tinggi maka akan semakin
mudah
untuk
menerima
informasi
pentingnya manfaat pemberian IMD segera
setelah bayi lahir.
5. Hubungan Pengetahuan dengan IMD
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan responden yang memberikan
IMD dan memiliki pengetahuan baik
sebanyak 23 orang (85,2%), lebih banyak
jika dibandingkan dengan responden yang
memberikan
IMD
dan
memiliki
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 6
orang (46,2%). Responden yang tidak
memberikan
IMD
dan
memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 7 orang
(53,8%), lebih banyak jika dibandingkan
dengan reponden yang tidak memberikan
IMD dan memiliki pengetahuan baik yaitu
sebanyak 4 orang (14,8%). Hasil uji
statistik chi square didapatkan value =
0,010, yang jika dibandingkan dengan nilai
= 0,05, maka value 0,05, sehingga
Hipotesis Nol (Ho) ditolak, Hipotesis
Alternatif (Ha) diterima. Ini berarti ada
hubungan
yang
bermakna
antara
pengetahuan dengan IMD di BPS Ellna
Pasar Kuto Palembang Tahun 2013.
Dengan
demikian
hipotesis
yang
menyatakan ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan IMD terbukti


secara statistik.
Sejalan
dengan
teori
yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007)
yang
menyatakan
bahwa
apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses seperti ini, dimana
didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan
sikap yang positif, maka perilaku tersebut
akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
akan tidak berlangsung lama. Jadi,
pentingnya pengetahuan disini adalah dapat
menjadi dasar dalam merubah perilaku
sehingga perilaku itu langgeng.
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan oleh Lestari (2011) tentang
hubungan pengetahuan dan sikap ibu yang
memiliki bayi usia 0-12 bulan tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kelurahan
Bagan Deli Kec. Medan Belawan,
didapatkan hasil dari hasil analisa uji chi
square
ada
hubungan
bermakna
pengetahuan dengan praktek pemberian
IMD dimana nilai < 0,05 (=0,003).
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan oleh Pratiwi (2011) dengan judul
Hubungan antara tingkat pengetahuan dan
sikap ibu bersalin terhadap inisiasi
menyusu dini di Puskesmas Mergangsan
Yogyakarta. Uji statistik didapatkan p
value =0,008 yang berarti nilai p value <

yaitu 0,008 < 0,05, sehingga ini berarti


bahwa ada hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan ibu terhadap inisiasi
menyusu dini (IMD).
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan oleh Hasanah (2010) tentang
hubungan antara pengatahuan ibu bersalin
terhadap keberhasilan IMD di RS
Muhammadiyah Gresik menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan
terhadap keberhasilan IMD, dimana nilai p
value = 0.004.
Berdasarkan hasil penelitian serta
teori yang ada dapat dibuat kesimpulan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan pemberian IMD pada
bayi baru lahir, hal ini dikarenakan
pengetahuan umumnya datang dari
pengalaman dan dapat diperoleh dari
informasi yang disampaikan orang lain.
Dalam hal ini, bidan berperan dalam
menyampaikan
informasi
melalui
penyuluhan-peyuluhan tentang IMD baik
itu di lingkungan kerja maupun dari rumah
ke rumah. Responden yang telah
memahami
IMD
tetapi
belum
melaksanakan
IMD
maka
dapat
melaksanakannya pada paritas berikutnya
dengan didukung oleh tenaga kesehatan
yang menolong persalinan dan didampingi
oleh kader tersebut.

Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan April Tahun 2013 di BPS Ellna
Pasar Kuto Palembang dengan judul hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu bersalin
dengan 40 responden di BPS Ellna Pasar Kuto Palembang Tahun 2013 didapatkan hasil
penelitian sebagai berikut :
1. Distribusi responden yang melakukan IMD lebih banyak, responden yang memiliki
pendidikan tinggi lebih banyak dan yang berpengetahuan baik lebih banyak
2. Ada hubungan antara pendidikan dengan pemberian IMD (=0,001), Sehingga
Hipotesis awal terbukti secara statistik
3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian IMD (=0,010), Sehingga
Hipotesis awal terbukti secara statistik.

Saran
1. Untuk Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya untuk menyempurnakan penelitian ini,
merincikan penelitian ini, dan memperdalam masalah-masalah yang berkaitan dengan
pemberian IMD. Misalnya dengan melakukan penelitian ini di lokasi yang berbeda.
2. Untuk BPS Ellna Pasar Kuto Palembang
Diharapkan hasil peneltian ini dapat digunakan oleh penelitian dapat
digunakan dan selanjutnya dapat memperbaiki keterbatasan-keterbatasan dalam
penelitian ini seperti penggunaan variabel-variabel yang lebih bervariasi dan menarik
serta mencakup penelitian yang lebih luas demi perkembangan pengetahuan di masa
yang akan datang .

Daftar Pustaka
1. Arikunto suharsimi, 2007, Prsosedur 9. Hidayat, Aziz Alimul, 2007. Metode
penbelitian suatu pendidikan praktik,
Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis
Rineka Cipta, Jakarta
Data. Salemba Medika.
2. Aziz Alimul Hidayat, Metode Penelitian 10. INKAGES, 2007. Melahirkan, Memulai
Kebidanan dan Teknis Analisis Data,
Pemberian ASI dan Tujuh Hari Pertama
Jakarta: Salemba Medika, 2007.
Setelah Melahirkan. HSP dan UNSAID.
3. American Academy of Pediatrics. 11. Notoadmpdjo. Sukidjo, 2007, Metodelogi
Breastfeeding and the use of human milk.
Penelityian Kesehatan, Rineka Cipta,
Pediatrics 2005; 115: 496-506. Dikutip dari
Jakarta.
aap.policy. appublications. org
12. _____ 2003, Penerbit PT. Rineka Cipta.
4. Buku panduan Peserta,pelatihan asuhan
Jakarta
persalinan Normal Bahan tambahan Inisiasi
13. _____ 2012. Promosi Kesehatan -Teori dan
menyusu Dini, JNPK-KR/POGI dan IDAI
Aplikasinya, PT. Rineka Cipta, Jakarta
dengan dukungan dari USAID. 2007
14. Nelson, 2007. Ilmu Kesehatan Anak Edisi
5. Better breastfeeding, healthier lives.
15 . Buku Kedokteran EGC cetak ke-1 ,
Population Reports Series L No.14,
Brehman.
Baltimore; MD,USA http://www.info
forhealth.org/pr/l14/webtables,
diunduh 15. Roesli U, Inisiasi Menyusu Dini plus ASI
Ekslusif, cetakan ke-1, Pustaka Bunda,
pada 9 Feb 2012.
Jakarta. 2008:3-31
6. Depkes RI, 2008. Paket Modul Kegiatan
Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Ekslusif 6 16. Sugiyono, 2011, Statistik untuk penelitian,
Alfa Beta, Bandung
Bulan Panduan Kegiatan Belajar Bersama
Masyarakat,
Departemen
Kesehatan 17. WABA, 2007. The 1st Hoer Save ONE
Republik Indonesia, Jakarta
Million Babies, Action Folder. World
7. Hellen Varney, 2008. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan EGC edisi 4 Vol 2, EGC.
8. Henderson,
Chris
2004.
Mayes
midwiferry. A Texbook For Midwives 13th
Edition. Bailliere Tindall.

Breastfeeding Week, www.waba.org.

You might also like