Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
penularannya, gejala penyakit, pencegahan dan pengobatan, dampaknya
terhadap kehidupan manusia, dan kebijakan-kebijakan pemerintah
mengenai flu burung.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
2
7. Mengetahui kebijakan yang telah diambil pemerintah
mengenai flu burung.
D. Sistimatika Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Struktural (NS). kedelapan segmen tersebut akan menghasilkan 10
macam, gen M dan NS masing-masing menghasilkan 2 macam protein.
Virus Avian Influenza ini dibungsus oleh Glikoprotein dan dilapisi
oleh lapisan lemak ganda (bilayer lipid). Glikoprotein HA dan NA
merupakan protein permukaan yang sangat berperan dalam penempelan
dan pelepasan virus dari sel inang. Protein HA merupakan bagian
terbesar dari spike yaitu 80% dan NA sebesar 20%. Struktur HA dan NA
menentukan subtipe dari virus Avian Influenza ini. Sedangkan NP dan M
digunakan untuk membedakan antara virus Influenza A dengan B atau C.
Lapisan lemak ganda pada selubung virus menjadikan virus
Influenza ini sensitif terhadap pelarut lemak, misalnya deterjen.
Rusaknya selubung virus menyebabkan virus Influenza tidak infektif
lagi. Infektifitas ini juga dapat dirusak dengan cepat oleh Formalin, Bata-
propiolakton, agen yag bersifat Oksidan, asam encer, Eter, Na-
desoksikolat, Hidroksilamin, Nade-dosilsulfat, dan ion-ion Amonium
dan senyawa Iodium. Kondisi lain yang menyebabkan virus AI tidak
infektif yaitu panas. Virus ini akan mati jika berada pada temperatur
56oC selama 3 jam atau berada pada temperatur 60oC selama 30 menit
atau lebih. Sebaliknya virus ini akan tetap hidup dalam air dengan suhu
22oC selama 4 hari. Serta bisa hidup lebih dari 30 hari jika berada pada
suhu 0oC. Virus Influenza juga mati dalam kondisi pH yang asam, atau
berada pada kondisi non isotonik. Kondisi lingkungan yang kering juga
dapat membuat virus Avian Influenza menjadi tidak infektif lagi.
Virus Influenza masih tetap infektif dalam fases selama 30 sampai
35 jam pada temperatur 4oC dan selama 7 hari dalam suhu 20oC. Virus
juga dapat diisolasi dari air danau atau kolam yang banyak diminum oleh
unggas air, tapi tidak dapat diisolasi setelah unggas air meninggalkan
daerah itu. Dapat bertahan di lingkungan, tapi mungkin tidak dalam
5
waktu yang lama. Tumbuh dalam telur ayam bertunas 9 sampai 11 hari.
Tumbuh pada kultur jaringan Chicken Embrio Fibroblast (CEF) dan uji
in vivo dapat dilakukan pada ayam kalkun dan itik.
Virus Influenza A ini bersifat sangat mudah mutasi, terutama pada
HA dan NA. Sampai saat ini berdasarkan struktur HA terdapat 15
subtipe (varian), H1 sampai dengan H15 dan berdasarkan NA terdapat 9
subtipe, N1 sampai dengan N9. Umumnya penyebutan subtipe
ditunjukan dengan HxNy, mulai H1N1 sampai H15N9. Dengan
demikian setiap virus Influenza mempunyai 135 subtipe kemungkinan.
Hal ini disebabkan virus ini sangat unik karena mampu mengubah diri
melalui proses Antigenic drift dan Antigenic shift sehingga susah
dikenali sistem kekebalan induk semang.
Antigenic drift merupakan keadaan virus AI yang mengalami
mutasi urutan Nukleotida pada gen HA atau NA atau keduanya yang
menyebabkan antibodi tidak bisa secara lengkap menetralisasi virus ini.
Perubahannya bersifat terbatas (minor), tetapi subtipenya tetap sama.
Sifat virus ini selalu dikaitkan dengan timbulnya suatu epidemi dari
penyakit ini. Sifat ini tidak hanya dimiliki oleh virus Avian Influenza
saja, tetapi juga oleh virus lainnya, khususnya virus RNA lainnya. Tetapi
lebih sering terjadi pada virus Influenza A. Perubahan virus ini secara
perlahan tetapi pasti, terjadi terus menerus dari waktu ke waktu. Mutasi
ini tidak selalu menunjukan pola yang sama.
Mutasi bisa menjadikan virus ini berubah menjadi lebih virulen atau
sebaliknya. Selama setahun virus ini mengalami mutasi pada genoma
HA yang menyebabkan adanya perubahan susunan asam amino di
tempat pembelahan. Perubahan ini berupa insersi (panambahan) asam
amino Arginin dan Lisin di antara Glutamin dan Arginin, dan juga
insersi satu asam amino Lisin antara Arginin dan Treonin. Disamping itu
6
juga terjadi delesi (pengurangan) satu asam amino Glutamat. Perubahan-
perubahan yang terjadi pada virus Avian Influenza ini menyebabkan
perubahan patogenitas virus ini dari tidak virulen menjadi sangat virulen.
Kaitan dengan reaksi netralisasi yang dilakukan oleh antibodi,
sangat erat hubungannya dengan epitop (antigenic determinants) yang
dimiliki oleh protein HA dan NA. Protein permukaan HA memiliki 5
epitop dan protein NA memiliki 4 epitop. Dengan terjadinya mutasi pada
gen HA dan NA, karena sifat Antigenic drift, dapat mengubah susunan
bahkan menghilangkan epitop yang terdapat pada HA dan NA, sehingga
tidak dapat dikenali lagi oleh antibodi yang sudah terdapat di dalam
tubuh unggas.
Sifat yang seperti ini perlu diperhatikan manakala akan menentukan
vaksin yang akan digunakan. Penggunaan virus Avian Influenza sebagai
vaksin juga selalu harus ditinjau dari waktu ke waktu.
Antigenic shift merupakan aktifitas dari dua macam virus Influenza
A yang menghasilkan segmen gen yang baru sebagai hasil rekombinan
genetik. Aktifitas ini mengakibatkan antibodi yang sudah terbentuk di
dalam tubuh sama sekali tidak dapat menetralkan virus baru tersebut.
Jadi aktifitas ini akan menghasilkan subtipe baru. Sifat perubahan
dominan (mayor), dan dapat menimbulkan keadaan pandemik. Antigenic
shift ini jarang terjadi dan tidak dapat diketahui secara persis kapan
terjadinya proses ini.
Jadi bisa terjadi suatu virus Influenza A dengan susunan enam
segmen berasal dari virus yang menginfeksi manusia tetapi protein
permukaan HA dan NA berasal dari ayam, sehingga jika virus baru ini
mengifeksi seseorang, virus baru ini tidak akan dikenali lagi oleh
antibodi yang terdapat di tubuh orang tersebut.
7
Sifat virus Avian Influenza dan semua famili Orthomyxoviridae
mudah mengalami mutasi, karena struktur genetik dari virus itu sendiri
yang terdiri dari RNA. Ketika virus ini melakukan perbanyakan atau
replikasi mempunyai kecenderungan banyak mengalami kesalahan
dalam menyusun RNAnya. Sangat berbeda dengan virus-virus yang
mempunyai struktur genetik DNA. Virus RNA tidak mempunyai
kemampuan prof reading yang baik dibanding dengan virus DNA. Laju
mutasi virus RNA ini sangat tinggi. Rata-rata mutasi sebesar 10-3 per gen
per tahun. Jadi untuk seluruh genoma virus AI yang mempunyai panjang
13.588 pasang basa (Nukleoteda), setiap tahun diperkirakan mengalami
mutasi sebanyak 13 sampai dengan14 Nukleotida atau sekitar 4 sampai 5
asam amino yang mengalami perubahan.
Berdasarkan patotipe, virus Avian Influenza dibedakan menjadi 2
kelompok yaitu Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) yang bersifat
sangat ganas, Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) yang bersifat
kurang ganas. Salah satu tanda HPAI yaitu tingkat kematian yang sangat
tinggi, sampai 100%. Sampai saat ini virus Avian Influenza yang bersifat
HPAI adalah H5 dan H7. Sifat mudah mutasi dari virus ini menyebabkan
keganasannya ditentukan oleh waktu, tempat, dan inang yang terinfeksi.
Artinya walaupun sama-sama H5 yang menginfeksi belum tentu
menunjukan aspek keganasan yang sama.
Target jaringan (organ) suatu virus mungkin mempengaruhi tingkat
patogenisitasnya. Virus yang terbatas pada saluran pernapasan atau usus
akan menyebabkan penyakit yang berbeda dengan virus yang bersifat
sistemik dan mencapai berbagai organ vital. Sebagian unggas air yang
liar lebih resisten dibanding unggas yang dipelihara. Virus Avian
Influenza pada unggas liar tidak menimbulkan gejala sakit, tetapi dapat
menjadi sangat ganas pada ayam ras maupun bukan ras.
8
Dari berbagai jenis unggas peliharaan, kalkun paling banyak
terserang virus Influenza. Virus Influenza pada babi juga dapat
ditemukan pada kalkun. Virus Influenza pada babi dapat ditularkan
secara langsung maupun tidak langsung melalui kontak dengan babi atau
orang terinfeksi virus itu. Kontak langsung antara itik, babi, dan ikan
yang dipelihara pada satu lokasi yang sama dapat mendukung timbulnya
strain baru virus Influenza. Secara percobaan virus Influenza dari spesies
unggas dapat menginfeksi babi, musang, cerpelai, kucing, kera, dan
manusia.
9
B. Sejarah Penyebaran
Flu burung,
atau yang juga
disebut Avian
Influenza, menyita
perhatian semua
pihak di seluruh
dunia. Kecepatan
virus yang
menyebar dimana-
mana dan
kemampuannya bermutasi dengan cepat sehingga mampu menyerang
baik hewan dan manusia menimbulkan kekhawatiran akan keganasan
virus yang dapat menyebabkan kematian. Saat ini flu burung diketahui
telah menyerang hampir seluruh Negara di Asia, Belanda, Rusia,
Australia, Itali, Chile, Meksiko, Belanda, Belgia dan Jerman serta
Amerika dan saat ini merambah Afrika.
Sebenarnya kasus flu burung telah muncul sejak tahun 1878 di
Italia, dimana pada saat itu banyak ditemukan unggas yang mati
mendadak. Namun penyebab matinya unggas tersebut baru diketahui
pada tahun 1955 yang ternyata adalah virus Influenza. Pada awalnya
virus ini dikenal tidak berbahaya karena tidak dapat menyerang spesies
lain termasuk manusia karena perbedaan jenis reseptor virus, namun
setelah ditemukan bahwa flu yang menyerang unggas ini juga
menyerang dua anak laki-laki pada tahun 1997 di Hongkong dan
menyebar ke seluruh Asia, serentak kasus flu burung menjadi ancaman
pandemi yang mengkhawatirkan semua pihak di dunia.
10
Tiongkok, lagi-lagi ditunjuk sebagai Negara tempat asal muasal
dimana virus yang menyerang unggas ini dapat bermutasi menyerang
manusia. Propinsi Guandong diketahui merupakan sumber asal
timbulnya keturunan virus flu burung paling ganas yang kemudian
menyebar secara internasional. Penemuan ini dihasilkan dari penelitian
yang mencari rentetan genetik virus yang disimpan dalam bank gen,
sebuah akses umum yang menyimpan sumber data informasi genetika.
Dari hasil kerangka model pohon, diketahui virus dari Tiongkok
merupakan versi dasar virus yang diteliti dan diambil dari beberapa
kasus flu burung di seluruh dunia. Besarnya peternakan unggas di
Tiongkok dan minimnya pengetahuan serta kedekatan jarak antara
tempat tinggal peternak dan kandang menjadi salah satu faktor yang
memicu cepatnya mutasi dan penyebaran virus ini.
Propinsi lainnya yang diduga menjadi daerah tempat penyebaran
virus lain adalah propinsi Qinghai yang berada di sebelah barat laut
Tiongkok. Penyebaran virus ini sangat cepat terutama di Negara-negara
sekitar seperti Indochina, India, Asia Tenggara dan juga benua Eropa.
Namun di Negara-negara tersebut virus mematikan H5N1 terbukti tidak
menyebar kemana-mana dan hanya menjangkiti daerah tersebut.
Virus flu burung dapat dengan mudah tersebar dan untuk wilayah
dimana terdapat banyak peternakan unggas resiko terjangkit penyakit ini
menjadi lebih besar. Penyebarannya dari Negara satu ke Negara lainnya
diketahui disebarkan oleh migrasi burung liar dimana virus berpindah
dari tetesan sekresi burung yang terinfeksi yang mengenai peternakan
unggas komersial dan juga lingkungan disekitarnya.
Flu burung menyebar dari satu Negara ke Negara lainnya melalui
perdagangan hewan ternak yang masih hidup, migrasi burung dan
burung air. Infeksi virus yang dibawa oleh mereka hanya menyebabkan
11
pengaruh yang kecil bagi tubuh mereka tapi dapat dengan mudah
ditularkan melalui tetesan sekresi sekali saja dalam penerbangan yang
sangat jauh.
Di Indonesia, pada rentang jarak antara bulan Oktober 2003 hingga
Februari 2005, virus flu burung telah merenggut nyawa 60 orang dan
mematikan 14,7 juta ekor ayam. Penyebarannya di Indonesia ditandai
diawali dari kabupaten Indramayu dimana di kabupaten tersebut kerap
menjadi lalu lintas migrasi jutaan burung terutama saat perpindahan
musim. Kepulauan Rakit, yaitu pulau Rakit Utara, Pulau Gosong, dan
Pulau Rakit Selatan adalah tempat beristirahatnya burung-burung dari
Australia dan Eropa yang bermigrasi.
12
Perkembangan Pra dan Pasca Deklarasi AI:
Waktu Kejadian
Agustus-Oktober 2003 Banyak laporan penyakit ayam misterius dari
peternak jawa tengah dan jawa barat kepada
ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia).
20 Oktober 2003 Pemerintah meyatakan bahwa penyakit
misterius tersebut adalah penyakit ND (new
castledesease atau tetelo).
28 Oktober 2003 Singapura menghentikan import burung dari
Indonesia (ada indikasi bahwa Singapura
mencurigai bahwa Indonesia telah terjangkit flu
burung.
07 Nopember 2003 Pemerintah (departemen pertanian) meyatakan
bahwa penykit misterius tersebut adalah VVND
(very virulent new castledesease) dan sudah
mereda.
19 November 2003 ASOHI mendapatkan informasi bahwa penyakit
itu tidak mereda bahkan mengganas.
Penggunaan vaksin ND tidak efektif.
24 Januari 2004 Menteri pertanian mengadakan kampanye
makan ayam dan telur di bogor dan menyatakan
Indonesia bebas flu burung. Tapi pada waktu
yang sama di surabaya Drh. Chairul Nidom dari
PDHI (Persatuan Dokter Hewan Indonesia)
menyatakan pada wartawan bahwa telah
menemukan virus flu burung di Indonesia.
25 Januari 2004 Pemerintah Indonesia menyatakan adanya flu
burung di Indonesia.
03 Februari 2004 Dinyatakan bahwa flu burung di Indonesia
disebabkan oleh virus AI tipe H5N1.
23 Mei 2005 Kasus AI pada babi di Indonesia dilaporkan ke
OIE (Office International des Epizooties atau
organisasi kesehatan hewan dunia)
12 Juli 2005 Iwan Kuswara Rafei meninggal karena flu
burung.
14 Juli 2005 Thalita Nurul Azizah meninggal karena flu
burung.
20 Juli 2005 Pemerintah menyatakan kasus flu burung
pertama di Indonesia.
13
1. Kontak secara langsung dengan unggas yang telah tertular
(baik unggas peliharaan maupun unggas liar), terutama dari cairan
atau leleran dan partikel-partikel yang dikeluarkan dari saluran
pernapasan (air liur dan lendir dari hidung) dan fases. Kontak
secara langsung juga dapat terjadi pada anak ayam (DOC) di
penetasan yang tercemar oleh pecahnya telur yang terinfeksi virus
AI di tempat penetasan.
14
D. Gejala Penyakit
1. Pada unggas:
a. Jengger dan pial yang bengkak dan berwarna kebiruan.
h. Diare berat.
i. Haus berlebihan.
j. Tingkat kematian yang tinggi mendekati 100% dalam 2 hari
hingga 1 minggu.
15
2. Pada manusia:
a. Menderita ISPA (infeksi saluran pernafasan akut).
b. Timbulnya demam tinggi (lebih dari 38oC).
f. Lemas mendadak.
g. tidak nafsu makan, mual, muntah, diare.
h. Timbulnya radang paru-paru (pneumonia) yang bila tidak
mendapatkan penanganan tepat dapat menyebabkan kematian.
16
E. Pencegahan dan Pengobatan
flu burung.
17
3. Pengobatan pada manusia:
1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75mg dosis tunggal
selama 7 hari.
4. Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin
dalam waktu 48 jam pertama selama 3 sampai 5 hari dengan
dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat
badan lebih dari 45kg diberikan 100mg 2 kali sehari.
5. Pengobatan untuk menghilangkan gejala yang muncul
(simptomatik) misalnya: demam diberikan penurun panas, bila
batuk diberikan obat pereda batuk dan pengencer dahak, jika
sesak nafas diberikan pelega sesak nafas (Bronchodilator) dan
oksigen.
6. Pemberian makanan yang mengandung tinggi kalori dan tinggi
protein serta cairan yang cukup untuk menjaga stamina dan
daya tahan tubuh.
7. Pemberian vitamin C dan mineral untuk meningkatkan daya
tahan.
8. Pemberian obat antivirus sesuai dengan program dokter. Obat
ini masih sangat terbatas pengadaannya dan belum semua
farmasi rumah sakit maupun apotik menyediakan obat ini.
18
F. Dampak
19
Walaupun Flu Burung masih menjadi topik yang paling
diperhatikan, tapi dengan pencegahan yang tepat yang dilakukan seluruh
pihak, maka penyakit ini tidak akan menjadi pandemik yang
menakutkan.
20
G. Kebijakan Pemerintah
21
4. Evaluasi program vaksinasi AI dilakukan melalui:
a. Rasional Vaksinasi: Vaksinasi menurunkan kepekaan terhadap
infeksi dan mengurangi pengeluaran virus dari tubuh unggas
(baik dalam waktu dan jumlah), sehingga merupakan alat yang
tepat untuk menurunkan insiden kasus baru dan sirkulasi virus
di lingkungan.
b. Syarat Suksesnya Program Vaksinasi: Vaksinasi harus
dianggap sebagai alat untuk memaksimalkan tindakan
biosekriti dan bisa dikombinasikan dengan surveilans untuk
mendeteksi secara cepat setiap perubahan dari antigenik virus
yang bersirkulasi.
5. Rencana Strategi Umum Pengendalian AI 2005-2007 adalah:
adalah:
a. Mempertahankan daerah bebas.
b. Tidak adanya kasus AI di sektor 1 dan 2 di daerah endemik.
c. Mencegah kasus di sektor 3 dan 4 di daerah endemik.
d. Mencegah peyebaran atau kasus pada hewan rentan AI
lainnya.
22
e. Tidak adanya penyebaran AI kepada manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
23
4. Masyarakat tidak perlu takut mengkonsumsi ayam dahn telur
yang jatuh sakit untuk memutus rantai penularan flu burung, dan
jangan lupa untuk mencuci tangan setelahnya.
8. Menjauhkan unggas dari pemukiman manusia untuk mengurangi
kontak penyebaran virus.
9. Laporkan kejadian flu burung ke Pos Komando Pengendalian Flu
Burung di nomor 021-4257125 atau dinas peternakan-perikanan
dan dinas kesehatan daerah tempat tinggal.
24
DAFTAR PUSTAKA
www.fluburung.org
(diakses pada tanggal 28 Desember 2008 pukul 19.53 WIB)
25