Professional Documents
Culture Documents
MINI PROJECT
PENDAMPING:
dr. Prabowo Dwijo Anggoro
DISUSUN OLEH:
dr. Tria Meirissa
PUSKESMAS SEDONG
KABUPATEN CIREBON
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu masalah kesehatan yang masih ada sampai saat ini adalah penyakit
kusta. Penyakit menular ini menimbulkan masalah yang kompleks dimana masalah yang
dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi,
budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta pada umumnya terdapat di
negara-negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan Negara
itu dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.1
Penyakit Kusta adalah penyakit menular, menahun, dan disebabkan oleh kuman
kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh
lainnya kecuali susunan saraf pusat.1
Menurut WHO tahun 2011 jumlah kasus baru kusta di dunia mencapai 219.075.
Pada tahun 2011 Indonesia memiliki 19.371 kasus baru kusta dan memiliki peringkat
ketiga tertinggi di dunia setelah India dan Brazil.1
Menurut Depkes RI tahun 2011 Indonesia memiliki 19.371 penderita kusta,
dengan proporsi penderita PB 3.737 dan MB 15.384 dengan Case Detection Rate 8.03
per 100.000 penduduk dan sudah lebih dari 10 juta penderita telah disembuhkan dan lebih
1 juta penderita diselamatkan dari kecacatan. Prevalensi juga menurun sebesar 81% dari
107.271 penderita pada tahun 1990 menjadi 21.026 penderita tahun 2009.2
Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki angka
kejadian kusta yang masih tinggi. Pada tahun 2011 didapatkan sebanyak 2.057 penderita
kusta, dengan proporsi 257 penderita Paucibacillary (PB) dan 1.800 penderita
Multibacillary (MB). Penderita kusta terbanyak berada di Kabupaten Cirebon dengan
jumlah penderitanya sebanyak 237 orang. Kemudian Kabupaten Indramayu
dengan
jumlah penderitanya sebanyak 211 orang, Kabupaten Bekasi dengan jumlah penderitanya
sebanyak 191 orang, Bekasi dengan jumlah penderitanya sebanyak 145 orang, dan
Kabupaten Subang dengan jumlah penderitanya sebanyak 126 orang. Case Detection
Rate (NCDR) penyakit kusta per 100.000 penduduk Jawa Barat tahun 2011 sebesar 4,69.
Angka proporsi kecacatan tingkat dua di Jawa Barat sebesar 12,98% dan proporsi kasus
kusta usia 0-14 tahun sebesar 7,73%. 2
Puskesmas Sedong merupakan salah satu pelayanan kesehatan tingkat dasar di
Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat yang senantiasa melakukan
2
upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Pada tahun 2015 dari 10 desa
yang ada di wilayah Puskesmas Sedong terdapat 3 desa yang ditemukan penderita kusta
yaitu Sedong Lor, Windujaya dan Putat. Jumlah penderita terdaftar pada tahun 2015
sebanyak lima penderita dengan perincian tipe MB dewasa sebanyak tiga penderita, tipe
MB anak sebanyak satu penderita dan tipe PB anak sebanyak satu penderita. 3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diambil permasalahan yaitu
bagaimana upaya peningkatan peran serta petugas kesehatan dan masyarakat dalam
rangka pengendalian penyakit kusta.
C. Tujuan
Melakukan evaluasi program pengendalian penyakit kusta di wilayah kerja
Puskesmas Sedong Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon Jawa Barat periode April-Mei
2015.
D. Manfaat
Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program pengendalian penyakit
kusta dan memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan, sebagai umpan balik
agar keberhasilan program di masa mendatang (periode berikutnya) dapat tercapai secara
optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh
kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh
lainnya. Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh G.A HANSEN pada tahun 1874 di
Norwegia. Kuman ini berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8 mic, lebar 0,2-0,5
mic, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan bersifat
tahan asam. Masa belah diri kuman kusta adalah memerlukan waktu yang sangat lama
dibandingkan dengan kuman lainnya, yaitu 12-21 hari. Hal ini merupakan salah satu
penyebab masa tunas yang lama yaitu 2-5 tahun.4
B. Klasifikasi
Sebenarnya dikenal banyak jenis klasifikasi penyakit kusta yang cukup
menyulitkan, misalnya kalsifikasi Madrid, klasifikasi Ridley-Jopling, klasifikasi India
dan klasifikasi WHO. Ridley dan Jopling memperkenalkan istilah spektrum Determinate
pada penyakit kusta yang terdiri atas berbagai tipe atau bentuk, yaitu: 4
TT : Tuberkuloid polar, bentuk yang stabil
T I : Tuberkuloid Indefinite
BT : Borderlines Tuberculoid
BB: Mid Borderline
BL : Borderline Lepramatous
L I : Lepromatosa Indefinite
LL: Lepramatosa polar, bentuk yang stabil.
Sebagian besar penentuan klasifikasi ini didasarkan pada tingkat kekebalan tubuh
(kekebalan seluler) dan jumlah kuman yakni tipe Paucibacillary (PB) dan tipe
Multibacillary (MB). Pedoman utama untuk menentukan klasifikasi/tipe penyakit kusta
menurut WHO adalah sebagai berikut : 4
PB
MB
Bercak Kusta
Penebalan saraf tepi yang disertai
Jumlah 1 s/d 5
Jumlah > 5
BTA negatif
BTA positif
PB
MB
Kecil-kecil
Distribusi
Bilateral simetris
asimetris
Konsistensi
Halus, berkilat
Batas
Tegas
Kurang tegas
Kehilangan kemampuan
bercak
2. Infiltrat
Kulit
Tidak ada
Ada, kadang-kadang
tidak ada
Ada, kadang-kadang
tidak ada
Central healing
(penyembuhan di
5
tengah)
donat)
Madarosis
Ginekomasti
Hidung pelana
Suara sengau
4. Nodulus
Tidak ada
Kadang-kadang ada
5. Deformitas
Terjadi dini
Biasanya simetris,
terjadi lambat.
Kuman kusta dapat hidup diluar tubuh manusia antara 1-9 hari tergantung pada suhu
atau cuaca, dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja yang dapat
menimbulkan penularan.
3. Faktor Daya Tahan Tubuh :
Sebagian besar manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil penelitian
menunjukkan gambaran sebagai berikut :
Dari 100 orang yang terpapar, 95 orang tidak menjadi sakit, tiga orang sembuh
sendiri tanpa obat dan dua orang menjadi sakit, hal ini belum lagi memperhitungkan
pengaruh pengobatan.
E. Pengobatan
Regimen Pengobatan MDT
Sesuai dengan regimen pengobatan yang direkomendasikan oleh WHO : 4
a. Pauci Baciler (PB)
Dewasa dan Anak (10-14 tahun)
Hari pertama : 1 kapsul Rifampisin 600 mg dan 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg
Hari ke-2 sampai 28 : 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg dan 1 blister untuk 1 bulan.
Lama pengobatan 6-9 bulan.
b. Multi Basiler (MB)
Dewasa dan anak (10-14 tahun)
Hari pertama : 1 tablet Rifampisin 600 mg, 3 tablet Lampren @100 mg (300 mg) dan
1 tablet Dapsone/DDS 100 mg
Hari ke 2-28 : 1 tablet Lampren 50 mg, 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg dan 1 blister
untuk 1 bulan. Lama pengobatan 12-18 bulan
c. Dosis MDT Menurut Umur
Rifampisin
: 10-15mg/kgBB
DDS
: 1-2 mg/kgBB
Clofazimine
: 1mg/kgBB
d. Obat-obatan Penunjang: Sulfas ferosus, vitamin A dan neurotropik
F.Pemantauan Pengobatan
1. Setiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat.
2. Apabila penderita terlambat mengambil obat, paling lama dalam satu bulan harus
dilakukan pelacakan.
3. RFT dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan pemeriksaan laboratorium.
4. Masa pengamatan: pengamatan dilakukan secara pasif: Tipe PB selama dua tahun dan
tipe MB selama lima tahun tanpa pemeriksaan laboratorium
5. Penderita PB yang telah mendapatkan pengobatan enam dosis (blister) dalam waktu
6-9 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium.
7
6. Penderita MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12 dosis (blister) Dalam waktu
12-18 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium.
i. Defaulter
PB tidak ambil obat >3 bulan
MB tidak ambil obat >6 bulan
Tindakan bagi Defaulter:
G. Pencegahan
Cara yang paling baik untuk mencegah penyakit kusta yakni dengan diagnosa dan
pengobatan dini pada orang terinfeksi. Peralatan pribadi seperti piring, sendok, handuk,
baju dll yang pernah digunakan oleh orang yang terinfeksi kusta harus dengan segera
dihindari dan diperhatikan, dapat juga dengan penyuluhan tentang penyakit kusta serta
peningkatan hygiene sanitasi baik sanitasi perorangan maupun sanitasi lingkungan.
Terdapat tiga tingkat tahapan pencegahan penyakit yaitu: Primary prevention, Secondary
prevention dan Tertiary prevention. 4
1. Primary prevention
a. Health promotion
b. Specific protection
2. Secondary prevention
a. Early Diagnosis
Memeriksakan ke pelayanan kesehatan apabila ada tanda atau gejala penyakit kusta
seperti adanya lesi atau bercak putih yang menyerupai panu agar mendapatkan
b. Disability Limitation
Pengobatan pada penderita kusta secara tepat dan adekuat. Pengobatan dilakukan
secara rutin selama enam bulan sampai dua tahun agar tuntas dan kuman kusta tidak
3. Tertiary Prevention
Rehabilitation
10
Penggunaan protesa extremitas atau kaki-tangan palsu agar penderita kusta dapat
beraktifitas seperti sedia kala dan tidak bergantung pada orang lain serta dapat
hidup mandiri
Psikoterapi: rehabilitasi kejiwaan agar penderita tidak depresi karena penyakit yang
dideritanya dan bisa bergabung dalam kelompoknya seperti semula. Tujuan dari
psikoterapi ini ialah agar penderita lebih percaya diri dan sehat yang membuat
BAB III
METODE MINI PROJECT
A. Rancangan Mini Project
Mini project ini dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data, pengolahan
data, analisis data dan interpretasi data dengan mengadakan pendekatan sistem sehingga
dapat ditemukan masalah yang ada dari pelaksanaan program pengendalian penyakit
kusta di Puskesmas Sedong kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan
masalah tersebut berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur
sistem.5
11
Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan terdiri dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material) dan metoda
(methode) yang merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi program
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Demografi
Kecamatan Sedong merupakan salah satu kecamatan di Wilayah Kabupaten
Cirebon. Kecamatan Sedong terdiri dari 10 desa yaitu : 3
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Desa
Sedong Kidul
Sedong Lor
Windujaya
Winduhaji
Karangwuni
Kertawangun
Panambangan
Panongan
Panongan Lor
Putat
JUMLAH
Jumlah Penduduk
5.053
4.027
4.025
3.206
5.175
3.626
4.222
4.800
4.592
5.739
44.465
B. Karakteristik Responden
Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Sedong, didapatkan lima pasien
yang menderita kusta, yaitu satu penderita PB anak, satu penderita MB anak dan tiga
penderita MB dewasa. 6
No
1
2
3
4
Nama
Rumini
Turi
Wawan
Dimas
Umur
66
68
23
7
Jenis kelamin
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
13
Alamat
Sedong Lor
Windujaya
Putat
Panongan Lor
Tipe
MB
MB
MB
MB
Status
Kambuh
Baru
Baru
Baru
Wilda
Perempuan
Panongan Lor
PB
Baru
Variabel
Tolok ukur
Pencapaian
Masalah
Ada
Tidak ada
(+)
Ada
Tidak ada
(+)
Variabel
Tolok ukur
Pencapaian
Masalah
Penyuluhan
Penyuluhan perorangan
Penyuluhan kelompok
(+)
tidak dilakukan
No
Variabel
Tolok ukur
Pencapaian
Masalah
80%
4,17%
(+)
< 1 : 10.000
1,08 : 10.000
Baru
2
(+)
< 5%
5%
14
40%
(+)
Proporsi Penderita MB
< 65%
80%
(+)
Variabel
Tolok ukur
Pencapaian
Masalah
Perumahan
(+)
tidak baik
Mayoritas penduduk
dalam pelaksanaan
berpendidikan rendah
Pendidikan
(+)
program P2 kusta
Peran serta
perilaku
dalam pelaksanaan
masyarakat
program P2 kusta
mendukung dalam
(+)
D. Pembahasan
Berdasarkan tolok ukur keberhasilan yang telah dilakukan dengan melihat
masalah dari variabel masukan, variabel keluaran, variabel proses dan variabel
lingkungan, maka ditemukan beberapa masalah:
1. Variabel masukan: Tidak ada alat penyuluhan berupa brosur dan poster.
Penyebab: Penyedia media penyuluhan yaitu Dinas Kesehatan tidak memberikan
brosur maupun poster ke pemegang bagian kusta.
Penyelesaian masalah: Pemegang bagian kusta sebaiknya meminta lagi kepada Dinas
Kesehatan. Jika sulit didapatkan, sebaiknya pemegang bagian kusta membuat sendiri
poster sederhana. Untuk pembiayaan pembuatan brosur maupun poster, bisa
diusulkan ke Dinas Kesehatan untuk pelaksanaan program di bulan selanjutnya.
2. Variabel proses: Penyuluhan kelompok tidak dilakukan.
Penyebab:
- Tidak diadakannya penyuluhan kelompok tentang kusta yang sudah dijadwalkan
15
Puskesmas.
Penyelesaian masalah:
- Melaksanakan penyuluhan kelompok tentang kusta baik di dalam gedung
-
3. Variabel keluaran
Penyebab:
- Masih banyak penderita kusta (khususnya tipe MB) yang belum terjaring
sehingga menjadi sumber penularan ditengah masyarakat karena penemuan
-
Penyelesaian masalah:
-
1) Membawa kartu penderita dan penderita yang sudah tercatat dan kartu
penderita kosong. Alat-alat untuk pemeriksaan serta obat MDT.
2) Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota keluarga
penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu
penderita.
3) Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering
kontak dengan penderita
4) Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka dibuatkan
kartu baru dan dicatat sebagai penderita baru, kemudian diberikan obat
MDT dosis pertama, pengobatan selanjutnya dilaksanakan di UPTD
UPTD Puskesmas.
5) Memberikan penyuluhan kepada penderita dan semua anggota
keluarga.
17
Survei Khusus
Dilakukan pada suatu lingkup kecil dimana dalam satu RT proporsi
penderita baru MB minimal 60% dan dijumpai penderita usia muda cukup
tinggi. Caranya: Terlebih dahulu didaftarkan nama penduduk RT menurut
keluarga mulai dan kepala keluarga dan kemudian diperiksa dari rumah ke
rumah. Survei ini dilakukan satu kali saja kalau perlu diulang di tahun-tahun
kemudian.
4. Variabel lingkungan:
Penyebab:
- Masih tertanamnya stigma negatif kusta ditengah masyarakat.
- Lingkungan rumah yang kurang mendukung, ventilasi, pencahayaan dan sanitasi
yang kurang baik.
Penyelesaian masalah:
-
hasilnya.
Memotivasi penderita yang telah terdiagnosa penyakit kusta untuk segera
melakukan pengobatan teratur dan pencegahan serta perawatan diri guna
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di UPTD
Puskesmas Sedong Kecamatan Sedong, Kabupaten Cirebon pada periode April-Mei
2015 belum berhasil, hal ini dapat dilihat dari tolak ukur keberhasilan dengan berbagai
variabel yaitu variabel masukan, variabel proses, variabel keluaran dan variabel
lingkungan, masih terdapat banyak masalah dan belum seluruhnya mencapai target yang
ditentukan.
1.
Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di UPTD
Puskesmas Sedong bulan April - Mei 2015 dapat disimpulkan bahwa angka
penemuan penderita baru kusta 4,17% dengan target 80% dan menjadi masalah
karena Cirebon sendiri merupakan daerah endemis kusta terutama di Provinsi
Jawa Barat, oleh karena itu penemuan penderita harus dilakukan lebih agresif
2.
3.
adalah 1,08 : 10.000, hal ini masih diatas target yaitu < 1 : 10.000.
Proporsi cacat tingkat 2 di UPTD Puskesmas Sedong bulan April - Mei 2015
tidak ditemukan, sementara target program adalah < 5%. Sehingga sudah
4.
memenuhi target.
Proporsi penderita anak (0-14 tahun) di UPTD Puskesmas Sedong bulan April -
5.
Mei 2015 adalah 40%, hal ini masih diatas target yaitu 5%.
Proporsi MB UPTD Puskesmas Sedong bulan April - Mei 2015 adalah 80%,
6.
7.
8.
B. Saran
1. Untuk Puskesmas:
- Ditingkatkannya angka penemuan penderita baru dengan lebih agresif seperti
setiap pasien yang datang dengan keluhan penyakit kulit wajib diperiksa seluruh
bagian tubuhnya untuk dicari apakah termasuk cardinal sign kusta. Menerapkan
Kegiatan Active Case Finding : Survei Kontak, Child Survey atau Skrining di
Taman Kanak-kanak atau Sekolah-sekolah, Survei Khusus (Focus Survey), seperti
-
20