You are on page 1of 27

REFERAT

LENSA KONTAK

Pembimbing
dr. Ratna Muslimah Sp.M

Disusun Oleh :
Sigit Dwi Mulyo

201420401011116

Lianda Destrin N

201420401011075

SMF MATA
RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALANG
2015

LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
LENSA KONTAK

Makalah dengan judul Lensa Kontak telah diperiksa dan disetujui sebagai salah
satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian
Mata.

Surabaya,

Januari 2015

Pembimbing

dr. Ratna Muslimah Sp.M

DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................

Lembar Pengesahan ...........................................................................................

Daftar Isi ............................................................................................................

Kata Pengantar ..................................................................................................

Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................

Bab 2 Tinjauan Pustaka......................................................................................

2.1 Definisi Lensa Kontak ....................................

2.2 Skrining Penggunaan Lensa Kontak...................................................

2.3 Tipe Lensa Kontak .............................................................................

2.4 Keuntungan dan Kerugian pemakaian lensa kontak...........................

13

2.5 Indikasi Pada Pemakaian Lensa Kontak ...........................................

14

2.6 Kontra Indikasi lensa kontak.............................................................

15

2.7 pemeriksaan lensa konta.... ................................................................

16

2.7.1 pemeriksaan mata luar ..................................................................

16

2.7.2 pemeriksaan dimensi mata ...........................................................

16

2.7.3 Tabel Konversi untuk Pengguna Lensa Kontak ..........................

16

2.8 pemeriksaan kualitas dan kuantitas air mata............. .......................

17

2.9 Perawatan dan pemeliharaan lensa kontak........................................

19

2.10 Komplikasi pemakaian lensa kontak.... ............................................

21

2.10.1 Komplikasi pada okuler .............................................................

21

2.10.2 Komplikasi pada lensa kontak ...................................................

23

2.10 Penatalaksanaan............. ...................................................................

24

Bab 3 Ringkasan .............................................................................................

25

Daftar Pustaka .................................................................................................

27

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul
Lensa kontak. Penyusunan tugas ini merupakan salah satu tugas yang penulis
laksanakan selama mengikuti kepaniteraan di SMF Mata RSU Haji Surabaya.
Penulis mengucapkan terima kepada dr. Ratna Muslimah Sp.A selaku
dokter pembimbing dalam penyelesaian tugas referat ini, terima kasih atas
bimbingan dan waktunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga referat ini dapat memberikan manfaat
pada pembaca. Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Dalam kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Surabaya,

Januari 2015

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lensa kontak merupakan suatu hasil perkembangan teknologi di
bidang oftalmologi yang digunakan sebagai alternatif pengganti kacamata
untuk mengatasi kelainan refraksi mata. Sejarah pembuatan lensa kontak
ditemukan oleh Leonardo da Vinci pada 1508. Dia menggambarkan gelas
cangkir yang mengandung air ditempatkan di atas mata, menghilangkan
kornea sebagai permukaan bias. Kemudian oleh Zeis, tahun 1920
memproduksi satu set lensa kontak yang dapat digunakan untuk memperbaiki
keratoconus. Pada tahun 1929 oleh Heine dijelaskan metode pas lensa kontak
melalui serangkaian uji coba yang terdiri dari sejumlah besar lensa kontak.
Kemudian pada tahun 1937, ada sebuah terobosan oleh William Feinbloom,
sebuah plastik digunaan di Amerika dalam pembuatan lensa kontak. Dan
setahun sebelumnya pada tahun 1936 Rohm dan Hass memperkenalkan
transparan metal metakrilat. Kemudian pada tahun 1960 Wichetrle
menemukan lensa kontak lunak, lensa yang terbuat dari bahan hidrofilik
(Kalaiyarasan, 2004; Sulley, 2005)
. Pada tahun 2004, diketahui pengguna lensa kontak di Amerika serikat
sekitar 38 juta orang, dan rata - rata pengguna lensa kontak diseluruh dunia
sekitar 125 juta orang, dan sekitar 13,2 juta orang pengguna lensakontak
berusia antara 18 sampai 34 tahun (Barr, 2005)
Berdasarkan American Optometric Association, alasan orang memilih
menggunakan lensa kontak daripada kacamata karena lensa kontak mengikuti
pergerakan bola mata dan tidak sedikitpun mengurangi lapangan pandang
mata, sehingga tidak mengganggu penglihatan, memperindah penampilan,
nyaman, lebih terang, tidak ada bingkai yang mengganggu pandangan mata,
mengurangi distorsi, tidak berkabut, tidak mudah terkena air hujan, dan tidak
menghalangi aktivitas. Sedangkan alasan penggunaan lensa kontak 42,9 %
untuk kosmetik, sisanya karena pemakaian terapeutik pada penyakit kelainan
mata. Masalah yang timbul dari pemakaian lensa mulai dari masalah minor

hingga ke ulkus kornea tergantung dengan jenis lensa yang digunakan (soft,
rigid, gas permeable), cara pembersihan dan lain lain.
Tetapi penggunaan lensa kontak menimbulkan banyak dampak negatif
yang perlu diwaspadai, terlebih jika tidak mengikuti aturan pemakaian. Seperti
gangguan metabolisme mata (hypoxia), kerusakan stroma, trauma endotel,
timbulnya toksik dan alergi, keratitis steril, keratitis mikroba, gangguan aliran
air mata, dan distorsi kornea mata. Tetapi yang paling sering timbul adalah
neovaskularisasi pada kornea mata akibat hypoxia dan keratitis yang
disebabkan bakteri timbul akibat adanya stres dari penggunaan lensa kontak.
Maka dari itu yang terpenting dari penggunaan lensa kontak yakni harus tepat
indikasi, tepat pemakaian, serta tepat perawatannya (AOA, 2010).

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Lensa Kontak
Lensa kontak adalah benda kecil yang diletakkan di kornea dan
akan melekat dengan baik karena adanya tearfilm yang menutup permukaan
anterior mata dan tekanan dari palpebra. Lensa kontak merupakan suatu alat
medik untuk koreksi kelainan refraksi atau ametropia seperti miopia,
hipermetropia, astigmatisma, dan presbiopia yaitu penurunan secara gradual
kemampuan melihat dekat yang berhubungan dengan faktor usia dan
akomodasi. Syarat lensa kontak agar dapat mencapai hasil yang baik yaitu
dengan mengatasi efek suplai oksigen pada kornea saat memakai lensa yang
oklusif (Budiono, 2013)

2.2 Skrining Penggunaan Lensa Kontak


Untuk pemakaian lensa kontak harus memiliki kriteria / syarat-syarat agar
mencapai keberhasilan dan tidak mengalami kesulitan atau komplikasi. Skrining
pemakaian lensa kontak berdasarkan;
1. Keadaan anatomi dan fisiologi
Struktur, bentuk dan kejernihan segmen anterior harus normal.
2. Psikologis
Motivasi, intelegensia dan kepribadian pasien mempengaruhi success rate
pemakai lensa kontak.

3. Patologis
Berdasakan anamneses; kesehatan umum, kesehatan mata, obat-obat yang
digunakan, penyakit mata, visus dan kacamata.
4. Faktor umur, pekerjaan olah raga
5. Pemeriksaan refraksi.
2.3 Tipe Lensa Kontak
Lensa kontak pertama kali diperkenalkan oleh Leonardo da Vinci
pada tahun 1508 yang terus berkembang sampai saat ini. Terdapat 2 jenis
lensa kontak, yaitu:
1. Lensa kontak lunak (Soft lenses)

Lensa kontak ini terbuat dari p-Hidroksietilmetakrilat (p-HEMA)


yang bersifat transparan, inert, fleksibel, hidrofilik dengan kandungan air
yang banyak, amat lunak tetapi bentuknya kurang stabil. Komplikasi
pemakaian lensa lunak lebih sering timbul dibandingkan dengan lensa
kaku seperti keratitis ulseratif ( jika dipakai sepanjang malam), reaksi
imunologik kornea terhadap deposit pada lensa, konjuntivitis papilaris
raksasa, reaksi terhadap larutan perawatan lensa (terutama yang
mengandung pengawet thimerosal) dan vaskularisasi kornea

a. Lensa Lunak Kosmetik


Lensa konta kosmetik umumnya dilepas setiap hari untuk dibersikan,
didisinfeksi, dan disimpan dalam larutan sepanjang malam. Dengan
perawatan yang baik sepasang lensa ini dapat bertahan selama 1

tahun, kemudian harus dibuang. Lensa kontak disposable untuk


pemakaian sehari hari. Penggantian lensa ini tiap bulan dapat
mengurangi resiko infeksi kornea. Lensa disposable

ini sangat

dianjurkan oleh produsen lensa kontak, tetapi para ahli oftalmologi


tidak menganjurkan karena meningkatkan risiko infeksi. Untuk korek
si afakia kadang kadang diperlukan waktu yang lama karena pasien
tidak sanggup memasang, mengeluarkan dan merawat lensa itu
sendiri. Kondisi ini semakin jarang ditemui pada orang dewasa
dengan

tersediannya

lensa

intraocular,

tetapi

tetap

menjadi

pertimbangan pada bayi dan anak setelah operasi katarak (Riordan,


2007).
b. Lensa Lunak Terapeutik
Pemakaian lensa kontak lunak terapeutik sudah menjadi bagian tak
terpisahkan dari ahli oftalmologi untuk menangani penyakit mata luar.
Lensa tersebut dapat membentuk barrier lunak antara kornea dan
dunia luar, memberi perlindungan terhadap trikiasis dan paparan dari
luar. Lensa dengan kadar air tinggi dapat berfungsi sebagai peyangga
untuk peyembuhan epitel, seperti untuk pengobatan erosi rekurens.
Pasien dengan rasa nyeri akibat penyakit epitelial, seperti keratopati
bullosa dan banyak lagi manfaat dari lensa lunak terapeutik. Lensa
dengan kandungan air sedikit dapat digunakan untuk menutup
perforasi kecil pada kornea atau kebocoran luka. Pada semua
pemakaian lensa lunak terapeutik harus diantisipasi terjadinya infeksi,
pemberian antimikroba diindikasikan jika terdapat defek epitel (AOA,
2010).
Pemasangan dan Pelepasan Lensa Lunak
Prosedur pemasangan dan pelepasan lensa lunak sebagai berikut:
1) Sebelum melakukan pemasangan atau pelepasan lensa sebaiknya
mencuci tangan dengan air dan sabun, lalu dikeringkan.
2) Bersihkan lensa kontak dengan larutan pencuci.

3) Letakkan lensa kontak pada ujung jari telunjuk tangan kanan, yang
sebelumnya sudah dibasahi agar lensa tidak mudah jatuh.
4) Basahi lensa kontak lagi dengan setetes cairan pembasah.
5) Jari tengah tangan kiri menahan kelopak mata atas, dan supaya mata
tidak berkedip, jari tengah tangan kanan menahan kelopak mata
bawah.
6) Lensa kontak pada jari telunjuk tangan kanan diletakkan tepat di
kornea.
7) Lepaskan jari telunjuk, lalu lepaskan kelopak mata bawah perlahanlahan, kemudian kelopak mata atas.
8) Tutup mata, lalu dengan lembut masase kelopak mata.
9) Dengan bantuan mata yang lain, fokuskan letak lensa dengan benar.
10) Ulangi prosedur yang sama pada mata berikutnya.
11) Pada saat pelepasan lensa, pandangan ke depan, jari tengah menahan
kelopak mata bawah.
12) Tarik lensa ke bagian putih mata (konjungtiva bulbi), tarik lensa
dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk kemudian keluarkan.
bersihkan lensa untuk penggunaan berikutnya.
2. Lensa kontak keras (rigid lenses), yang dibagi menjadi:
a. Lensa kontak keras konvensional/non gas permeabel (standard hard
lenses)
Lensa kontak ini terbuat dari polimetilmetakrilat (PMMA),
menyerupai gelas, bersifat transparan, inert, hidrofobik, keras, stabil,
tetapi kandungan airnya kecil, tidak bias tembus oksigen sehingga
mengandalkan pemompaan airmata kedalam celah antara lensa dan
kornea sewaktu berkedip untuk menyediakan oksigen bagi kornea.
Lensa ini berdiameter lebih kecil dari ukuran kornea. Lensa keras ini
dipakai siang hari, mudah dirawat dan relative murah, dan mengoreksi
pengelihatan secara efisien terutama jika terdapat astigmatisme
bermakna. Keluhan yang sering pada pemakaian lensa ini adalah edema

kornea karena hipoksia kornea dan kekaburan saat pergantian


pengunaan kaca mata (Budiono, 2013)
b. Lensa kontak rigid gas permeabel (rigid gas permeable lenses)
Lensa kontak ini terbuat dari karet, silikon dan polimer PMMA,
bersifat hampir sama dengan lensa kontak keras, tetapi lebih lunak,
lebih fleksibel dan lebih mudah ditembus gas (Budiono et al, 2013).
Lensa kontak seperti ini umumnya hanya dipakai siang hari (daily
wear), tetapi dapat dipakai selama 24 jam (extended wear) pada
keadaan khusus. Lensa permeable gas ini merupakan lensa pilihan
utama untuk mengoreksi keratokonus dan astigmatisme dan pada
kondisi yang memerlukan lensa bifokus atau multifokus (Wahyuni,
2007).
Dapat digunakan pada keadaan SMK dan mengoreksi kelainan
astigmat serta kondisi kornea yang irregular pasca trauma, operasi
keratoplasti maupun operasi refraktif (operasi lasik), dan dapat
digunakan untuk mengontrol progesivitas myopia dan juga digunakan
untuk pemakaian lensa jangka lama karena kemampuan transmisi
oksigen yang lebih besar dibandingan lensa kontak jenis lain.
Teknik Pemasangan Lensa RGP
Sebelum memegang lensa kontak terlebih daluhu mencuci tangan.

Berdiri menghadap ke cermin.


1) Bersihkan lensa kontak dengan larutan pencuci.
2) Letakkan lensa kontak pada ujung jari telunjuk tangan kanan, yang
sebelumnya sudah dibasahi agar lensa tidak mudah jatuh.
3) Basahi lensa kontak lagi dengan setetes cairan pembasah.
4) Jari tengah tangan kiri menahan kelopak mata atas, dan supaya mata
tidah berkedip, jari tengah tangan kanan menahan kelopak mata
bawah.
5) Lensa kontak pada jari telunjuk tangan kanan diletakkan tepat di
kornea.
6) Lepaskan kelopak mata bawah perlahan-lahan, kemudian kelopak
mata atas.
Teknik Pelepasan Lensa RGP
Untuk melepaskan lensa kontak RPG disediakan sebuah karet penghisap.

Sebelum melepas lensa kontak, tangan juga harus dicuci dahulu dan
berdiri menghadap cermin.
1) Mata melihat lurus dan berfiksasi dalam cermin.
2) Ujung karet penghisap dibersihkan dengan cara dicelupkan ke dalam
air bersih atau aqua.
3) Dekatkan dan tempelkan penghisap tadi ke lensa kontak yang
menempel di kornea, maka dengan sendirinya lensa kontak akan
terhisap.

4) Tarik perlahan-lahan hingga keluar mata. Jangan menarik lensa dari


karet penghisap untuk melepaskannya, tetapi geserlah lensa kontak
tersebut secara perlahan-lahan (Kansky,2011)
2.4 Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Lensa Kontak
1. Keuntungan dan kerugian pemakaian lensa kontak keras PMMA
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian Lensa Kontak Keras PMMA
Keuntungan
Visus baik.
Dapat untuk koreksi astigmat tinggi.
Perawatan mudah.
Dapat dipakai jangka panjang.
Kerusakan minimal.
Dapat dibuat tipis.
Fitting dengan fluoresin.

Kerugian
Hidrofobik.
Tidak gas permeable.
Kurang nyaman.
Membutuhkan waktu lama beradaptasi.
Mudah pecah.
Tidak dapat untuk pemakaian terputus.

2. Keuntungan dan kerugian pemakaian lensa kontak rigid gas permeable


Tabel 2.2 Keuntungan dan Kerugian Lensa Kontak Rigid Gas Permeable
Keuntungan
Transmisi oksigen sangat tinggi.

Kerugian
Dk/t tinggi. Dk/t adalah perbandingan
proporsional
transmisi

antara
lensa

kemampuan
kontak

yang

berhubungan langsung dengan ketebalan


Lebih nyaman.
Waktu adaptasinya pendek.
Waktu pemakaiannya lama.
Dapat untuk koreksi astigmat tinggi.

lensa kontak.
Permukaannya hidrofobik.
Mudah timbul deposit.
Mudah pecah.
Fitting dengan fluoresen.

Dapat digunakan untuk kondisi dry Waktu adaptasi pemakaian lensa kontak
eye dan gangguan lapisan air mata.

RGP lebih lama daripada lensa kontak


lunak.

3. Keuntungan dan kerugian pemakaian lensa kontak lunak


Tabel 2.3 Keuntungan dan Kerugian Lensa Kontak Lunak
Keuntungan
Adaptasi baik.
Sangat nyaman.
Transmisi oksigennya tinggi.

Kerugian
Visus kurang stabil.
Insidensi infeksi sangat tinggi.
Life span pendek.

Stabil.
Dapat untuk pemakaian terputus.
Dapat sebagai lensa kontak terapi.
Dapat untuk bayi.
(Budiono et al, 2013).

Dapat menyerap zat toksik.


Tidak dapat untuk koreksi astigmat tinggi.
Maintainance mahal.
Sangat mudah terbentuk deposit.

2.5 Indikasi pada Pemakaian Lensa Kontak


Indikasi pemakaian lensa kontak yaitu :
1. Indikasi optik
Lensa kontak diletakkan di depan kornea sehingga dapat berfungsi
sebagai media refraksi tambahan untuk media refraksi yang sudah ada
yaitu kornea, aqueos humor, lensa, dan bada kaca, untuk koreksi ametropia
sama dengan kacamata, dan untuk koreksi anomali refraksi yang tinggi
dan anisometropia lebih dari 3 dioptri untuk mencegah terjadinya
aniseikonia.
2. Indikasi medik
Lensa kontak sebagai alat medik dapat diberikan sebagai alat
oklusi/terapi ambliopia, alat pelindung kornea yang berhubungan dengan
pekerjaan dan kelainan seperti koloboma iris, aniridia, alat yang
mempercepat penyembuhan luka kornea/bandage contact lense pada kasus
Bullous keratopati, Sindrom Steven Johnson dan sebagainya, juga sebagai
alat diagnostik.
3.

Indikasi kosmetik
Yaitu untuk menggantikan kebutuhan kacamata yang berfungsi
sebagai koreksi untuk kelainan refraksi sepeti myopia, hipermetropia dan
astigmatisme. Lensa kontak sebagai kosmetik pada umumnya digunakan
setiap hari, maka dari itu pemakaian lensa kontak seperti ini harus dijaga
kebersihannya untuk mengurangi resiko infeksi (Weissman, 2010).

4.

Indikasi Preventif
Indikasi preventif penggunaan lensa kontak antara lain; mencegah
simbleparon dan restorasi forniks pada luka bakar kimiawi, keratitis, dan
trikiasis.

5.

Indikasi Diagnostik

Indikasi diagnostik penggunaan lensa kontak antara lain;


gonioskopi, elektroretinografi, pemeriksaan funduk pada astigmatisma
regular, fundus photoghrapy, Goldmanns 3 mirror examination.
6.

Indikasi Operatif
Lensa kontak dapat digunakan pada operasi goniotomi pada
glaucoma congenital, vitrektomi, dan fotokoagulasi endokuler

7.

Indikasi Okupasi
Indikasi okupasi penggunaan lensa kontak antara lain; pada atlet,
pilot dan aktor.

2.6 Kontraindikasi Lensa Kontak :


Kontraindikasi penggunaan lensa kontak antara lain;
a. Kontraindikasi absolute
Tidak dapat digunakan pada keadaan peradangan, blefaritis, konjungtivitis
akut, dan keratitis.
b. Kontraindikasi relative
Dry eye syndrome, bleb setelah operasi glaukoma, penderita dengan
gangguaan kekebalan tubuh, kelainan palpebra: kalazion, trikiasis,
entropion, koloboma, kelainan konjungtiva seperti pterigium, pinguekula,
dan lain-lain.

2.7 Pemeriksaan Lensa Kontak


2.7.1. Pemeriksaan mata luar
Pemeriksaan mata luar menggunakan slit-lamp biomikroskop
diperiksa mulai dari palpebra, konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris,
pupil, dan lensa (Budiono et al, 2013).
2.7.2. Pemeriksaan dimensi mata

Pengukuran dimensi mata meliputi tiga parameter, yaitu :


1. Base curve atau kelengkungan kornea sentral anterior dengan
keratometer atau ophtalmometer, dinyatakan dalam mm atau dioptri.
2. Power, yaitu didapat dari hasil refraksi atau over refraksi, yaitu
penambahan lensa coba pada mata yang sudah dipasang lensa kontak
sampai tercapai visus terbaik.
3. Diameter, yaitu diameter untuk lensa kontak lunak 13,50-15,00 mm,
sedangkan untuk lensa kontak keras 9,20-9,40 mm (Budiono et al,
2013).
2.7.3 Tabel Konversi untuk Pengguna Lensa Kontak

vertex distance compensation chart (Wahyuni & Saleh, 2007).


2.8 Pemeriksaan Kualitas dan Kuantitas Air Mata
Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 nano meter yang
menutupi eepitel kornea dan konjungtiva. Fungsi lapisan ultra tipis ini adalah
(1) membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan meniadakan
ketidak teraturan minimal dipermukaan epitel, (2) membasahi dan melindungi
permukaan epitel kornea dan konjungtiva yang lembut; (3) menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan mekanik dan efek

antimikroba; (4) menyediakan kornea berbagai substansi nutrient yang


diperlukan.
Air mata yang terletak di antara permukaan posterior lensa kontak
dan permukaan anterior dari kornea merupakan faktor penting dalam
pemasangan lensa kontak. Beberapa pemeriksaan air mata yang dapat
dilakukan :
a. Uji schirmer
Uji ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan
strip schirmer (kertas saring whatman no 41) ke dalam cul-de-sac
konjungtiva inferior diperbatasan antara bagian sepertiga tengah dan
temporal palpebral inferior. Bagian basah yang terpapar diukur 5 menit
setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm tanpa
dianastesi dianggap abnormal.
Bila dilakukan tanpa anastesi, uji ini mengukur fungsi kelenjar lakrimal
utama yang aktifitas sekresinnya dirangsang oleh iritasi kertas saring. Uji
schrimer yang dilakukan setelah anastesi topical berfungsi untuk
mengukur fungsi kelenjar lakrimal aksesorius. Dengan hasil dikatakan
abnormal < 5mm dalam 5 menit.

b. Tes Break up time


Pemeriksaan ini berguna untuk memperkirakan kandungan musin dalam
cairan air mata. Kekurangan musin mungkin tidak akan mempengaruhi uji
schrimer tetapi dapat berakibat tidak stabilnya film air mata. Hal ini yang
menyebabkan lapisan itu cepat pecah.
Dapat diukur dengan meletakkan secarik kertas berfluoresin yang sedikit
dilembabkan, pada konjungtiva bulbaris dan meminta pasien berkedip.
Filter air mata ini kemudian diperiksa dengan bantuan filter kobalt pada
slitlamp, sementara pasien diminta agar tidak berkedip. Waktu sampai
munculnya bintik kering yang pertama pada lapisan fluoresin biasannya
lebih dari 15 detik tanpa anastesia.

c. Uji fearning mata


Sebuah uji untuk meneliti mukusa konjungtiva dilakukan dengan
mengeringkan kerokan konjungtiva diatas kaca objek bersih. Percabangan
seperti pohon ( fearning) yang tampak secara mikroskopis terlihat pada
mata normal. Pada pasien konjungtivitis yang menimbulkan parut,
percabangan mucus tersebut berkurang atau hilang.
d. Penilaian lisozim air mata
Penurunan kadar lisozim air mata umumnya terjadi pada awal perjalann
sindrom sjorgen dan berguna untuk mendiaknosis penykit tersebut. Air
mata ditampung pada kertas schrimer dan dinilai kadarnya. Cara paling
umum adalah penilaian secara spektrofotometris.
e. Osmolaritas air mata

Hiperosmolaritas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis sicca


dan pemakaian lensa kontak, dan diduga sebagai akibat berkurangnya
sensitivitas

kornea.

Berbagai

laporan

menyebutkan

bahwa

hiperosmolaritas adalah uji yang paling spesifik bagi keratokonjungtivitis


sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada pasien dengan uji
Schrimer dan pemulasan Bengal rose yang normal.
f. Laktoferrin
Laktoferrin dalam air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi
kelenjar lakrimal.
.2.9 Perawatan dan Pemeliharaan Lensa Kontak
Semua pemakaian lensa kontak harus menyadari risiko pemakaian lensa
kontak terutama pasien yang memilih jenis lensa beresiko tinggi seperti
pemakaian lensa lama untuk koreksi optik komestik dengan alasan kenyamanan
semata. Setiap pemakaian harus dalam pengawasan ahli (AOA, 2010).
Banyak komplikasi kronik pemakaian lensa kontak bersifat asimtomatik
pada tahap awal yang masih mudah diobati. Setiap lensa kontak harus segera
dilepas jika mata menjadi kurang nyaman atau meradang, dan harus segera
mencari ahli mata jika gejala tidak hilang.
Dengan pengecualian pada jenis disposable / harian, lensa kontak harus
dibersihkan dan didisinfeksi secara teratur, dan terutama lensa lunak perlu
dihilangkan deposit-deposit proteinnya. Agen disinfeksi mencakup panas,
rendaman kimiawi, dan sistem hydrogen peroksida. Semua efektif jika digunakan
sesuai petunjuk tapi sistem panas lebih disukai untuk mengatasi organisme
resisten, seperti acanthamoeba (Beljan, 2013).
Untuk pemakaian lensa kontak yang hipersensitif terhadap bahan pengawet
dalam larutan lensa kontak disediakan perawatan lensa kontak yang bebas
pengawet, tetapi kelompok tersebut harus mewaspadai organism seperti
pseudomonas dan achantamoeba yang bisa bertahan hidup didalam larutan salin
tanpa pengawet. Penggunaan larutan lensa kontak tanpa pengawet memerlukan
kewaspadaan yang lebih tinggi untuk melakukan disinfeksi lensa dan kotak

penyimpanan lensa secara teratur. Walaupun dengan sistem perawatan lensa


kontak standar penempatan lensa kontak dalam kotak penyimpanaannya dapat
menghambat disinfeksi yang efektif. Air kran yang mengandung sejumlah
organism sebaiknya tidak digunakan untuk membilas lensa kontak atau tempat
penyimpanannya. Lensa kontak sebaiknya tidak digunakan saat berendam dalam
bak mandi air panas atau saat berenang.
Tujuan perawatan dan pemeliharaan lensa kontak adalah mempertahankan
lensa kontak tetap bersih, mencegah terbentuknya deposit dan mempertahankan
kebasahan sehingga terjamin kenyamanan dan visus yang baik serta desinfeksi
lensa kontak untuk mencegah terjadinya inflamasi okuler (AOA,2010).
Dalam merawat lensa kontak, diperlukan cairan perawatan yaitu;
1. Cairan pencuci lensa (Cleaning solution): yaitu untuk membersihkan lensa
sebelum dan sesudah dipakai, yang berguna untuk menghilangkan kotoran
di permukaan seperti lipid dan lendir.
2. Cairan pembasah (Wetting Solution): yaitu untuk membasahi kembali lensa
kontak dengan cara meneteskannya ke mata apabila lensa kering di mata,
dan menjernihkan mata agar lensa kontak tetap baik. Digunakan saat
pemasangan dan bertindak sebagai bantalan antara lensa dan kornea dan
juga meningkatkan penyerapan air mata pada permukaan lensa. Efek dari
larutan ini bertahan 5-15 menit.
3. Cairan perendam atau penyimpan (Soaking Solution) : yaitu untuk
menjaga lensa kontak agar tetap basah, tidak tergores dan bebas hama
sewaktu disimpan, larutan ini membantu pelepasan deposit.
4. Pelumas : Dalam perawatan dan pemeliharaan lensa kontak, tetes mata
pelumas mengandung polimer dan suatu bahan untuk meningkatkan
viskositas/ bahan-bahan untuk:
a) Menurunkan gesekan antara kornea, kelopak mata, dan permukaan
lensa konntak.
b) Memberi tambahan cairan ke mata bagian depan.
c) Mengeluarkan

kotoran

dari

belakang

lensa

kontak

(dengan

menggunakan gerakan yang menjadi lebih mudah setelah diberi tetes


mata pelumas).

5.

Enzim Pembersih : Bila berbentuk tablet atau cairan, dianjurkan untuk


membersihkan protein.

6.

Pembersihan dilakukan dengan Larutan Desinfeksi.


Proses desinfeksi membantu untuk membunuh atau menonaktifkan
mikroorganisme. Ada dua jenis tipe desinfeksi;
a) Thermal desinfeksi
Lensa harus ditempatkan dalam larutan dengan garam yang
dipanaskan hingga 80C selama 10-20 menit.
b) Kimia desinfeksi
Larutan berbasis hydrogen peroksida digunakan untuk desinfeksi
kimiawi, dilakukan selama 10-15 menit.

2.10 Komplikasi Pemakaian Lensa Kontak


2.10.1 Komplikasi pada okular
Komplikasi pada okular yaitu : hipoksia, giant pappilary,
konjungtivitis, dry eye syndrome, keratitis puncata, ulkus kornea (Forister,
2009).
a. Dry Eye
Mata kering adalah gangguan umum dari film air mata ditandai dengan
defisiensi volume air mata. Hal ini salah satunya dikarenakan bentuk
lensa kontak yang lebih tebal dibandingkan lapisan tear film. Sehingga
menyebabkan mobilitas air mata terganggu dan mengurangi aliran air
mata ke kornea. Pasien pengguna lensa kontak dengan komplikasi dry eye
dapat menimbulkan gejala seperti rasa terbakar, mata kering, pandangan
kabur ketika memakai lensa kontak (Nnabue, 2009).
b. Hipoksia kornea
Hipoksia kornea adalah salah satu komplikasi yang paling umum pada
pemakai lensa kontak. Pada kondisi ini kornea kekurangan oksigen yang
sangat dibutuhkan. Kornea tidak memiliki suplai darah sendiri, sehingga
kornea hanya mendapat oksigen dari air mata. Lensa kontak mengurangi
pasokan oksigen ke kornea, sehingga akan terjadi edema kornea. Dengan

demikian,

hipoksia

dapat

menyebabkan

perubahan

kornea

seperti,

mengurangi sensitivitas, adhesi dan beberapa kasus infiltrat (Beljan, 2013).


c. Mata Merah
Hipoksia kornea yang terjadi pada pengguna lensa kontak akan
mengakibatkan vasodilatasi pada pembuluh darah disekitarnya untuk
memenuhi pasokan nutirsi ke kornea.
d. Giant Pappilary Conjuctivitis
Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe 1, reaksi antigen-antibodi
mengaktifkan sel-sel mast di konjugtiva yang telah dipresentasikan oleh Ig E

e. Keratokonjungtivitis
Keratokonjungtivitis biasanya dimulai setelah 2 bulan atau selama 3 tahun
pemakaian lensa kontak, biasanya pasien mengeluh terbakar, gatal, mata
merah dengan peningkatan sekresi dan .photophobia. Pada pemeriksaan
didapatkan injeksi konjungtiva, vaskularisasi kornea, hipertrofi papiler.
Keratitis pada penggunaan lensa kontak yang lama dengan kebersihan yang
kurang juga dapat mengakibatkan mikroorganisme berkembang pada lensa
kontak sehingga dapat mengakibatkan keratitis mikrobial.
Perubahan kornea terlihat seriing dengan mengurangnya ketajaman visual
karena inflamasi yang sering mengganggu ke zona pupil. Perubahan kornea
sering di awali dari limbus kemudian ke kornea. Pengobatan yang dapat
dilakukan yaitu menghentikan penggunaan lensa kontak (Nnabue, 2009).

f. Ulkus Kornea
Pemakaian lensa kontak dapat menyebabkan erosi epitel, microcysts epitel
dan epitel edema. Hal ini diakibatkan karena gesekan mekanis dari lensa
kontak terhadap kornea.
2.10.2 Komplikasi pada lensa kontak
Komplikasi pada lensa kontak yaitu : timbulnya deposit pada lensa
kontak karena berbagai material seperti besi, kalsium, musin, lipid, protein,
bakteri, jamur.
a. Deposit pada lensa kontak
Sekitar 400 protein yang dapat terdeposit pada lensa kontak. Semakin
lama waktu penggunaan lensa kontak akan semakin meningkatkan deposit
protein. Deposit protein yang paling sering adalah lisozim, albumin dan
globulin gamma. Deposit kalsium dapat ditemukan berwarna putih pada
lensa kontak. Deposit lipid dan musin juga dapat terjadi pada lensa kontak.
Hal tersebut dapat mengakibatkan rangsangan mekanik dan imunologik
pada konjungtiva.
Deposit material juga dapat diakibatkan oleh jenis lensa kontak. Lensa
kontak yang memiliki kadar air yang tinggi dapat menimbulkan deposit
material lebih banyak dibandingkaan dengan lensa kontak yang memiliki
kandungan air lebih rendah (Beljan, 2009).
2.11 Penatalaksanaan

Bila terjadi komplikasi pada pemakaian lensa kontak yang terpenting adalah
melepas lensa kontak terlebih dahulu, sedangkan pengobatan tergantung pada
penyebabnya, kemudian dilanjutkan dengan fitting ulang (Budiono et al, 2013).

BAB 3
RINGKASAN
Lensa kontak adalah benda kecil yang diletakkan di kornea dan akan
melekat dengan baik karena adanya tearfilm yang menutup permukaan anterior
mata dan tekanan dari palpebra.

Skrining Penggunaan Lensa Kontak harus memiliki kriteria / syarat-syarat


agar mencapai keberhasilan dan tidak mengalami kesulitan atau komplikasi yang
ditentukan berdasarkan berdasarkan;
a. Keadaan anatomi dan fisiologi
b. Psikologis
c. Patologis
d. Faktor umur, pekerjaan olah raga
e. Pemeriksaan refraksi.
Ada berbagai jenis konta lensak, dimana setiap jenis memiliki keuntungan
dan kerugian yang berbeda beda. Diantarannya tipe lensa kontak yaitu :
1. Lensa kontak lunak (Soft lenses)
a. Kosmetik
b. Terapeutik
2. Lensa kontak keras (rigid lenses) :
a. Lensa kontak keras konvensional/non gas permeabel(standard

hard lenses)
b. Lensa kontak rigid gas permeabel (rigid gas permeable lenses)

Dalam penggunaan kontak lensa ada indikasi dan kontaindikasi yang harus
dipahami, diantarannya :
Indikasi lensa kontak :
1. Indikasi optik
2. Indikasi medik
3. Indikasi kosmetik
4. Indikasi preventif
5. Indikasi diagnostic
6. Indikasi operatif.
Kontraindikasi Lensa Kontak :
a. Kontraindikasi absolute
b. Kontraindikasi relative
Pada

penggunaan

lensa

kontak

diperlukan

pemeriksaan

untuk

mendapatkan ukuran kontak lensa yang nyaman setar tepat dalam penggunaanya
yaitu :

1. Pemeriksaan mata luar


2. Pemeriksaan dimensi mata
a. Base curve atau kelengkungan kornea sentral
b. Power
c. Diameter
3. Tabel konversi untuk Pengguna Lensa Kontak
Pemeriksaan kualitas dan kuantitas air mata yaitu,
a. Uji schirmer
b. Tes Break up time
c. Uji Fearning mata
d. Uji lisozim air mata
e. Uji osmolaritas air mata
f. Uji laktoferin
Cairan yang diperlukan untuk perawatan lensa kontak yaitu :
1. Cairan pencuci lensa (Cleaning solution)
2. Cairan pembasah (Wetting Solution)
3. Cairan perendam atau penyimpan (Soaking Solution)
4. Pelumas
5. Enzim Pembersih
6. Pembersihan dilakukan dengan Larutan Desinfeksi
Komplikasi Pemakaian Lensa Kontak :
a. Komplikasi pada okular
b. Komplikasi pada lensa kontak
Penatalaksanaan apabila terjadi komplikasi pada pemakaian yang terpenting
adalah melepas lensa kontak terlebih dahulu, selanjutnya terapi tergantung pada
kausanya.
DAFTAR PUSTAKA
American Optometric Association 2006 Recommendations for Contact Lens
Wearers. America
Barr, J.T., 2005. Contact Lens Sprectrums Annual Repots of Major Corporate &
Product Device & Events in Contact Lenses Industry 2004 and 2005

Beljan Jasna, Kristina Beljan, Zdravko Beljan, 2013, Complications Caused by


Contact Lens Wearing, Vo 1, pp. 179-187.
Budiono S et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. 2013. Surabaya: Airlangga
University Press.
Forister Julie F.Y, Eric F. Forister, Karen K. Yeung, et all, 2009, Prevalence of
Contact Lens-Related Complications:UCLA Contact Lens Study, Vol.4,
pp.176-180.
Kalaiyarasan. 2004. Paramedical: Contact Lens Fitting. Madurai: Contact Lens
Clinic, Aravind eye hospital.
Kansky, Jack J. 2011. Clinical Opthalmology; A Systematic Approach Seventh
Edition. London: Elsevier Saunders. Page 232-235.
Nnabue Kelechi, 2009, Contact Lens Complcations and Management, Anne
Arundel Eye Centre, USA.
Riordan, Paul-Eva; Whitcher, John P. 2007. Vaugan and Asburys General
Opthalmology. Jakarta: EGC. Bab 6 Halaman 145-146.
Sulley, Anna. 2005. Contact Lens Fitting Today, Part 2: Soft Contact Lens Fitting.
Association of Optometrics Ireland.
Sun Yu-Zhao, Lei Guo, Fu-Sheng Zhang, 2014, Curative effect assessment of
bandage contact lens in neurogenic keratitis, International J Ophtalmology,
Vol 7.
Wahyuni Indri, Saleh Trisnowati, 2007, Fitting Lensa Kontak Rigid Gas
Permeable (RGP), In : Jurnal Oftalmologi Indonesia,Vol.3, pp. 194-203.
Weissman Barry A, 2010, Care of the Contact Lens Patient, American Optometric
Association.

You might also like