Professional Documents
Culture Documents
Variabel Epidemologi
Pendahuluan
Didalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah
menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat
(place) dan waktu (time).
Epidemiologi terdapat Hubungan asosiasi dalam bidang adalah hubungan
keterikatan atau saling pengaruh antara dua atau lebih variabel, dimana hubungan tersebut
dapat bersifat hubungan sebab akibat maupun yang bukan sebab akibat.
Dalam kaitanya dengan penyakit terdapat hubungan karasteristik antara Karakteristik
Segitiga Utama. Yaitu host, agent dan improvment. Serta terdapat interaksi antar variabel
epidemologi sebagai determinan penyakit.
TRIAS EPIDEMILOLOGI
1. SEGITIGA UTAMA EPIDEMIOLOGI
A. Karakteristik Segitiga Utama
ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama
lain. Jika interaksinya seimbang, terciptalah keadaan seimbang. Begitu terjadi gangguan
keseimbangan, muncul penyakit. Terjadinya gangguan keseimbangan bermula dari perubahan
unsur-unsur trias itu. Perubahan unsur trias yang petensial menyebabkan kesakitan tergantung
pada karakteristik dari ketiganya dan interakksi antara ketiganya.
1. Karakteristik Penjamu
Manusia mempunyai karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit, yang bisa
berupa:
a. Resistensi: kemampuan dari penjamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap
suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri
dalam menghadapinya.
b. Imunitas: kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis, dapat
secara alamiah maupun perolehan (non-ilmiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu
penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu
mekanisme pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan tersendiri. Misalnya
campak, manusia mempunyai kekebalan seumur hidup, mendapat imunitas yang tinggi
setelah terserang campak, sehingga seusai kena campak sekali maka akan kebal seumur
hidup.
c. Infektifnes (infectiousness): potensi penjamu yang terinfeksi untuk menularkan
penyakit kepada orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada
dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.
2. Karakteristik Agen
a. Infektivitas: kesanggupan dari organisma untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan
dari penjamu untuk mampu tinggal dan berkembangbiak (multiply) dalam jaringan
b.
c.
d.
e.
f.
3. Karakteristik Lingkungan
1. Topografi: situasi lingkungan tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia yang
mungkin mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.
2. Geografis: keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dari bumi yang
berhubungan dengan kejadian penyakit.
Interaksi Agen, Host, dan Lingkungan:
1. Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan. Keadaan dimana agen penyakit langsung
dipengaruhi oleh lingkungan dan terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit.
Misalnya: Viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin sayuran di ruang
pendingin,
penguapan
bahan
kimia
beracun
oleh
proses
pemanasan.
2. Interaksi antara Host dan Lingkungan : Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh
lingkungannya pada fase pre-patogenesis. Misalnya: Udara dingin, hujan, dan kebiasaan
membuat
dan
menyediakan
makanan.
3. Interaksi antara Host dan Agen penyakit : Keadaan dimana agen penyakit menetap,
berkembang biak dan dapat merangsang manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala
penyakit. Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan kekebalan, atau
mekanisme
pertahanan
tubuh
lainnya.
- Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau kematian.
4. Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan : Keadaan dimana agen penyakit, manusia,
dan lingkungan bersama-sama saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga
memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak langsung masuk ke dalam tubuh
manusia.
Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, dapat menimbulkan Water Borne
Disease.
EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
Didalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut
perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place) dan
waktu (time).
hubungan penyakit dengan variabel epidemiologi, orang, tempat dan waktu
Orang (Person) : dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan,
golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
2. Tempat : Pengetahuan mengenai distribusi geografis suatu penyakit berguna untuk
perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi
penyakit
3. Waktu : Jangka Pendek, Perubahan secara Status dan Perubahan-perubahan angka kesakitan.
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar di dalam
analisis epidemiologi oleh karena perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan faktor
etiologis.
Interaksi antar variabel epidemiologi sebagai determinan penyakit. Hubungan asosiasi
(semu, kausal non kausal) dalam bidang epidemiologi adalah hubungan keterikatan atau saling
pengaruh antara dua atau lebih variabel, dimana hubungan tersebut dapat bersifat hubungan
sebab akibat maupun yang bukan sebab akibat . Sedangkan hubungan keterikatan adalah
hubungan antara variabel dimana adanya perubahan pada variabel yang satu (independent)
akan mempengaruhi variabel yang lainnya (dependent)
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Referensi:
Prof. Dr. dr. Bambang Sutrisno, MHSc. Pengantar Metode Epidemiologi. Jakarta. 2010. Dian
Rakyat
Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.
Bustan,M.N.2006.Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi.Jakarta:PT Rineka Cipta
B. Burt Gerstman. Epidemiology Kept Simple. California. 2003. Willwy Liss.
http://ihdamz.blog.com/2011/01/05/dasar-dasar-epidemiologi/
http://www.infofisioterapi.com dari Power Point Hasriwiani Habo Abbas, SKM, M.Kes
http://farcity-oct.blogspot.com/2010/02/trias-epidemiologi-dalam-timbulnya.html
http://abufarismasriadi.blogspot.com/
Trias epidemiologi atau segitiga epidemiologi adalah suatu konsep dasar epidemiologi yang
menggambarkan tentang hubungan tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan
masalah kesehatan lainnya. Tiga faktor tersebut adalah host (penjamu),agent (agen, faktor
penyebab), dan environment (lingkungan).
Host adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, termasuk burung dan antropoda yang menjadi
tempat terjadinya proses alamiah perkembangan pernyakit. Yang termasuk dalam faktor penjamu,
yaitu usia, jenis kelamin, ras/etnik, anatomi tubuh, status gizi, sosial ekonomi, status perkawinan,
penyakit terdahulu, life style, hereditas, nutrisi, dan imunitas. Faktor-faktor ini mempengaruhi risiko
untuk terpapar sumber infeksi serta kerentanan dan resistensi manusia terhadap suatu penyakit atau
infeksi.
1.
Host atau penjamu memiliki karateristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit, antara lain:
Imunitas
Kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon immunologis, dapat secara alamiah maupun
perolehan (non-alamiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu penyakit tertentu. Selain
mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat
menciptakan kekebalan tersendiri. Misalnya campak, manusia mempunyai kekebalan seumur hidup,
mendapat immunitas yang tinggi setelah terserang campak, sehingga seusai kena campak sekali maka
akan kebal seumur hidup.
2.
Resistensi
Kemampuan dari pejamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap suatu infeksi kuman
tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalam menghadapinya.
3.
Infektifnes (infectiousness)
Potensi pejamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit kepada orang lain. Pada keadaan sakit
maupun sehat, kuman yang berada dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia dan
sekitarnya.
Agent adalah suatu unsur, organisme hidup atau infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu
penyakit. (M.N Bustan: 2006). Agen tersebut meliputi agen biologis, kimia, nutrisi, mekanik, dan
fisika. Agen biologis bersifat parasit pada manusia, seperti metazoan, protozoa, jamur, bakteri,
ricketsia, dan virus. Agen kimia meliputi pestisida, asbes, CO, zat allergen, obat-obatan, limbah
industri, dll. Agen nutrisi meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air yang jika
kekurangan atau kelebihan zat-zat tersebut, maka dapat menimbulkan penyakit. Agen mekanik
meliputi friksi yang kronik, misalnya kecelakaan, trauma organ yang menyebabkan timbulnya sakit,
dislokasi (payah tulang), dll.
Dari segi epidemiologi, konsep faktor agen mengalami perkembangan dengan mempergunakan
terminologi faktor resiko (risk factor). Jadi, tidak hanya unsur-unsur di atas yang tergolong faktor
resiko, tetapi mencakup semua hal yang memberikan kemungkinan terjadinya penyakit. Contoh
faktor resiko yang bersifat tingkah laku yang tidak sehat, yaitu minum alkohol, drug abuse, merokok,
tidak menggunakan tali pengaman (seat bealt), kurang olah raga, dll.
Seperti halnya dengan host, agen juga memiliki karakteristik, yaitu (M.N Bustan: 2006):
1. Infekstivitas
Kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan dari penjamu untuk
mampu tinggal dan berkembang biak (multiply) dalam jaringan pejamu. Umumnya diperlukan jumlah
tertentu dari suatu mikroorganisme untuk mampu menimbulkan infeksi terhadap penjamunya. Dosis
infektifitas minimum (minimum infectious dose) adalah jumlah minimal organisma yang dibutuhkan
untuk menyebabkan infeksi. Jumlah ini berbeda antara berbagai species mikroba dan antara individu.
2.
Patogenesitas
Kesanggupan organisme untuk menimbulkan suatu reaksi klinik khusus yang patologis setelah
terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan perkataan lain, jumlah penderita dibagi
dengan jumlah orang yang terinfeksi. Hampir semua orang yang terinfeksi dengan dengan virus
smallpox menderita penyakit (high pathogenicity), sedangkan orang yang terinfeksi poliovirus tidak
semua jatuh sakit (low pathogenicity).
3.
Virulensi
Kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis yang berat yang selanjutnya
mungkin menyebabkan kematian. Virulensi kuman menunjukkan beratnya (severity) penyakit.
4.
Toksisitas
Kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dari substansi kimia yang
dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk menyebabkan penyakit berbagai kuman
mengeluarkan zat toksis.
5.
Invasitas
Kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki jaringan.
6.
Antigenisitas
Kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi immunologis dalam penjamu. Beberapa organisma
mempunyai antigenisitas lebih kuat dibanding yang lain. Jika menyerang pada aliran darah (misalnya
virus measles) akan lebih merangsang immunoresponse dari yang hanya menyerang permukaan
membrane (misalnya gonococcus).
Faktor environment (lingkungan) adalah bagian dari trias epidemiologi. Faktor ini memiliki peranan
yang sama pentingnya dengan dua faktor yang lain. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik,
biologi, sosial-ekonomi, topografi dan georafis. Lingkungan fisik seperti kondisi udara, musim, cuaca,
kandungan air dan mineral, bencana alam, dll. Lingkungan biologi meliputi hewan, tumbuhan,
mikroorganisme saprofit, dsb. Lingkungan sosial-ekonomi yang juga mempengaruhi, yaitu kepadatan
penduduk, kehidupan sosial, norma dan budaya, kemiskinan, ketersediaan dan keterjangkauan
fasilitas kesehatan, dll.
Faktor-faktor trias epidemiologi saling berinteraksi. Keterhubungan antara host, agent,
dan environment ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan
(equilibrium) pada seseorang individu yang sehat. Maka dapat dikatakan bahwa individu yang sehat
adalah keadaan dimana ketiga faktor ini dalam keadaan seimbang. Jika timbul penyakit pada diri
individu, maka berkaitan dengan gangguan interaksi antara ketiga faktor tersebut.
Interaksi Host-Lingkungan
Keadaan dimana host dipengaruhi langsung oleh environment (karakteristik agen tidak berpengaruh).
Misal: kebiasaan penyiapan makanan, ketersediaan fasilitas kesehatan, dll.
Interaksi Host-Agen
Keadaan dimana agent telah berada dalam diri host. Interaksi ini dapat berakhir dengan kesembuhan,
gangguan sementara, kematian atau carier.
Interaksi Agent-Host-Lingkungan
Keadaan dimana host, agent & environment saling mempengaruhi satu sama lain sehingga timbul
penyakit. Misal: kontaminasi feses penderita tifus pada sumber air minum.
Bentuk interaksi trias epidemiologi juga dikemukakan oleh John Gordon berupa Timbangan
Keseimbangan. Dalam hukum Biologic Lawsdikatakan bahwa suatu penyakit timbul karena terjadi
ketidakseimbangan antara agent dan host. Keseimbangan tersebut tergantung pada sifat alami dan
karakteristik dari agent dan host (individu/ kelompok). Karakteristik dari agent dan host berikut
interaksinya secara langsung tergantung pada keadaan alami dari lingkungan biologi, fisik, dan sosialekonomi.
Periode Patogenesa
Pada periode ini, keadaan seimbang terganggu sehingga timbul suatu penyakit.
a. Perubahan Lingkungan
- Posisi ketidakseimbangan pada lingkungan menyebabkan mudahnya penyebaran agent. Misal: Kasus
DBD meningkat pada musim hujan.
- Posisi ketidakseimbangan pada lingkungan menyebabkan perubahan pada faktor host. Misal: Kasus ISPA
meningkat karena meningkatnya polusi udara.
b. Perubahan Agent
Contohnya peningkatan virulensi agent, terdapat agent baru, jumlah agent bertambah, dan mutasi
agent.
c. Perubahan Host
Contohnya bertambah banyaknya jumlah orang-orang rentan terhadap suatu agent mikroorganisme
tertentu, misalnya terhadap kuman difteri.
SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
Posted: Desember 1, 2008 in DASAR DASAR EPIDEMIOLOGI
Tag:SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
20
Segitiga epidemiologi adalah modal utama yang harus dimiliki oleh seorang
epideniolog. Ini merupakan teori dasar yang terkenal sejak disiplin ilmu epidemiologi mulai
digunakan
di
dunia.
Dalam
bidang
epidemiologi
terdapat
sedikitnya 3
segitiga
epidemiologi yang saling terkait satu sama lain yaitu, 1. Agent-Host-Environment (AHE), 2.
Person-Place-Time (PPT), 3. Frekuensi- Distribusi- Determinan (FDD)
1. HOST, AGENT, ENVIRONTMENT
Segitga epidemiologi ini sangat umum digunakan oleh para ahli dalam menjelasakan kosep
berbagai permasalahan kesehatan termasuk salah satunya adalah terjainya penyakit. Hal ini
sangat komprehensif dalam memprediksi suatu penyakit. Terjadinya suatu penyakit sangat
tergantung dari keseimbangan dan interaksi ke tiganya.
A. AGENT
yang disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang dikarenakan oleh mikro
organisme (virus, bakteri, jamur, parasit, protzoa, metazoa, dll), unsur nutrisi karena bahan
makanan yang tidak memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang disebabkan
karena bahan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri (karbon monoksid, obat-obatan,
arsen, pestisida, dll), unsur fisika yang disebabkan oleh panas, benturan, dll, serta unsur psikis
atau genetik yang terkait dengan heriditer atau keturun. Demikian juga dengan unsur kebiasaan
hidup (rokok, alcohol, dll), perubahan hormonal dan unsur fisioloigis seperti kehamilan, persalinan,
dll.
B. HOST
Host atau penajmau ialaha keadaan manusia yangsedemikan rupa sehingga menjadi faktor
risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini di sebabkan oleh faktor intrinsik. Factor
penjamuyang biasanya menjkadi factor untuk timbulnya suatu penyakit sebagai berikut
1. Umur. Misalnya, usia lanjut lebih rentang unutk terkena penyakit karsinoma, jantung dan
lain-lain daripada yang usia muda.
2. Jenis kelamin (seks). Misalnya , penyakit kelenjar gondok, kolesistitis, diabetes melitus
cenderung terjadi pada wanita serta kanker serviks yang hanya terjadi pada wanita atau
penyakit kanker prostat yang hanya terjadi pada laki-laki atau yang cenderung terjadi pada
laki-laki seperti hipertensi, jantung, dll.
3. Ras, suku (etnik). Misalnya pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang beda
kerentangannay terhadapa suatu penyakit.
4. Genetik (hubungan keluarga). Misalnya penyakit yang menurun seperti hemofilia, buta
warna, sickle cell anemia, dll.
5. Status kesehatan umum termasuk status gizi, dll
6. Bentuk anatomis tubuh
7. Fungsi fisiologis atau faal tubuh
8. Keadaan imunitas dan respons imunitas
9. Kemampuan interaksi antara host dengan agent
10. Penyakit yang diderita sebelumnya
1.
Orang (Person)
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan
etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
1.
Umur
didalam
didalam
penyelidikan-penyelidikan
hampir semua keadaan
Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau
kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan
tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan
peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan umur dapat
dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain.
Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang
kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan
petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala
mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah.
1.
Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi dikalangan
wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua golongan umur.
Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat
disebabkan oleh faktor-faktor intinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan
hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih
banyak pria mengisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan
pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, di Amerika
Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan. Di
Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa penyakit
alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria.
1.
Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka kesakitan
atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini
ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh
ditentukan pula oleh tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah
mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian
antara berbagai kelas sosial.
Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator tunggal bagi
kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas dasar jenis pekerjaan
seseorang yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga terampil), IV (tenaga setengah terampil)
dan V (tidak mempunyai keterampilan).
Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis pekerjaan tidak
memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara kelas sosial dan angka
kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula dalam hubungan dengan umur, dan jenis
kelamin.
1.
Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yakni
a.
Adanya
faktor-faktor
lingkungan
yang
langsung
dapat
menimbulkan
kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat
menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
b.
c.
telah
dikenal
sebagai
faktor
dapat
terjadi
proses
e.
Penyakit karena
di tambang.
cacing
tambang
telah
lama
diketahui
terkait
dengan
pekerjaan
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di
Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan
kanker.Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit dapat
pula
memperhitungkan
pengaruh
variabel
umur
dan
jenis
kelamin.
1.
Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli
obat, membayar transport, dan sebagainya.
1.
Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika, gaya
hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan didalam angka kesakitan
atau kematian.
Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar
golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasi menurut susunan umur
dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian itu.
Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan mengenai pengaruh
lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh yang klasik dalam hal ini ialah penelitian
mengenai angka kesakitan kanker lambung.
Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli di Jepang dan
keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini menjadi kurang prevalen di
kalangan turunan Jepang di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa peranan lingkungan penting
didalam etiologi kanker lambung.
1.
Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan
maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda; angka kematian karena
penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan
tertentu.
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin
dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang tidak kawin
kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan dengan
penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan secara
kausal
dengan
penyebab
penyakit-penyakit
tertentu.
1.
Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena penghasilan
keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
1.
Struktur Keluarga
1.
Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu
maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang
berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas
dan penyakit-penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis dan
seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
1.
Tempat (Place)
tempat
berdasarkan
batas-batas
alam
(pegunungan,
sungai,
laut
4. Negara-negara
5. Regional
Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit, perbandingan
menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas administrasi pemerintahan.
Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu daerah dengan batas-batas
alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembaban, turun hujan,
ketinggian diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh
luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan,
bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor
sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan, sifat-sifat
lingkungan biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu, reservoir penyakit menular
tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.
Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi suatu penyakit menular dapat
digambar dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.
Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan pedesaan, faktor-faktor
yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal lain yang perlu diperhatikan
selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola penyakit, di kota maupun di
desa itu sendiri.
Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran
penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya.
Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit di berbagai
daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat, udara dan laut; lihatlah
umpamanya penyakit demam berdarah.
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi suatu penyakit
dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah dan pada menyelidikanpenyelidikan mengenai kaum migran. Didalam memperbandingkan angka kesakitan atau angka
kematian antar daerah (tempat) perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) :
1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.
Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin,
memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan menggunakan data yang
berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut
belum tentu representatif dan baik kualitasnya.
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin
berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
1. Lingkungan fisis, kemis,
suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi genetis
karakteristik demografi.
atau
biologis,
etnis
dari
sosial
dan
penduduk
ekonomi
yang
yang
berbeda,
berbeda-beda
dari
bervariasi
seperti
praktek
higiene
keluarga,
4.
Variasi
administrasi
termasuk
faktor-faktor
seperti
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
tersedianya
dan
efisiensi
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya penyakit demam
kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh adanya reservoir
infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan
iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor dan
persyaratan iklim ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut receptive area untuk
demam kuning.
Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang
frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah dimana terdapat
vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi (endemic goiter) di daerah yang
kekurangan yodium.
1.
Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam
analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan
adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan
angka kesakitan, maka dibedakan :
1.
Fluktuasi
jangka
pendek
dimana
beberapa jam, hari, minggu dan bulan.
perubahan
angka
kesakitan
berlangsung
2.
Perubahan-perubahan
secara
siklus
dimana
perubahan-perubahan
angka
kesakitan
terjadi
secara
berulang-ulang
dengan
antara
beberapa
hari,
beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.
3. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode
yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut secular trends.
1.
waktu
Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan
makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar
(beberapa bulan).
Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :
1. Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau
hampir bersamaan.
2. Waktu inkubasi rata-rata pendek.
1.
Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan dimana timbulnya dan
memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan,
tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit
infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.
Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian suatu penyakit yang
ditularkan
melalui
vektor
secara
siklus
ini
adalah
berhubungan
dengan
:
1. Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan,
yakni
apakah
temperatur
atau
kelembaban
memungkinkan
transmisi.
2. Adanya tempat perkembangbiakan alami dari vektor
menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi.
sedemikian
banyak
untuk
rentan
yang
yang
6. Adanya
faktor-faktor
lain
yang
belum
diketahui.
Hilangnya
atau
siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih hal-hal tersebut diatas.
berubahnya
1.
FREKUENSI
Frekwensi yang dimaksudkan disini menunjuk pada besarnya masalah kesehatan yang
terdapat pada sekelompok manusia/masyarakat. Untuk dapat mengetahui frekwensi suatu
masalah kesehatan dengan tepat, ada 2 hal yang harus dilakukan yaitu :
Menemukan masalah kesehatan yang dimaksud.
Melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut.
1.
DISTRIBUSI
Yang dimaksud dengan Penyebaran / Distribusi masalah kesehatan disini adalah
menunjuk kepada pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu.
Keadaan tertentu yang dimaksudkan dalam epidemiologi adalah menurut Ciri ciri manusia
( PERSON), t tempat ( PLACE ), dan waktu ( TIME )
1.
DETERMINANT
Yang dimaksud disini adalah menunjuk kepada factor penyebab dari suatu penyakit /
masalah kesehatan baik yang menjelaskan frekuensi, penyebaran atau pun yang menerangkan
penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Dalam hal ini ada 3 langkah yang lazim
dilakukan yaitu :
Referensi :
1.
2.
3.
4.