You are on page 1of 15

Epidemilogic Triangle (Triad) Serta

Variabel Epidemologi
Pendahuluan
Didalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah
menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat
(place) dan waktu (time).
Epidemiologi terdapat Hubungan asosiasi dalam bidang adalah hubungan
keterikatan atau saling pengaruh antara dua atau lebih variabel, dimana hubungan tersebut
dapat bersifat hubungan sebab akibat maupun yang bukan sebab akibat.
Dalam kaitanya dengan penyakit terdapat hubungan karasteristik antara Karakteristik
Segitiga Utama. Yaitu host, agent dan improvment. Serta terdapat interaksi antar variabel
epidemologi sebagai determinan penyakit.

TRIAS EPIDEMILOLOGI
1. SEGITIGA UTAMA EPIDEMIOLOGI
A. Karakteristik Segitiga Utama
ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama
lain. Jika interaksinya seimbang, terciptalah keadaan seimbang. Begitu terjadi gangguan
keseimbangan, muncul penyakit. Terjadinya gangguan keseimbangan bermula dari perubahan
unsur-unsur trias itu. Perubahan unsur trias yang petensial menyebabkan kesakitan tergantung
pada karakteristik dari ketiganya dan interakksi antara ketiganya.
1. Karakteristik Penjamu
Manusia mempunyai karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit, yang bisa
berupa:
a. Resistensi: kemampuan dari penjamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap
suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri
dalam menghadapinya.
b. Imunitas: kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis, dapat
secara alamiah maupun perolehan (non-ilmiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu
penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu
mekanisme pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan tersendiri. Misalnya
campak, manusia mempunyai kekebalan seumur hidup, mendapat imunitas yang tinggi
setelah terserang campak, sehingga seusai kena campak sekali maka akan kebal seumur
hidup.
c. Infektifnes (infectiousness): potensi penjamu yang terinfeksi untuk menularkan
penyakit kepada orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada
dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.
2. Karakteristik Agen
a. Infektivitas: kesanggupan dari organisma untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan
dari penjamu untuk mampu tinggal dan berkembangbiak (multiply) dalam jaringan

b.

c.
d.
e.
f.

penjamu. Umumnya diperlukan jumlah tertentu dari suatu mikroorganisma untuk


mamppu menimbulakan infeksi terhadap penjamunya. Dosis infektivitas minimum
(minimum infectious dose) adalah jumlah minimal organisma yang dibutuhkan untuk
menyebabkan infeksi. Jumlah ini berbeda antara berbagai spesies mikroba dan antara
individu.
Patogenensis: kesanggupan organisma untuk menimbulakan suatu reaksi klinik khusus
yang patologis setelah terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan
perkataan lain, jumlah penderita dibagi dengan jumlah orang yang terinfeksi.hampir
semua orang yang terinfeksi dengan virus smaalpox menderita penyakit (high
pathogenenicity), swedangkan orang yang terinfeksi polivirus tidak semua jatuh sakit
(low pathogenenicity).
Virulensi: kesanggupan organisma tertentu untuk menghasilakan reaksi patologis yang
berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan kematian. Virulensi kuman
menunjukkan beratnya (suverity) penyakit.
Toksisitas: kesanggupan organisma untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dari
substansi kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk menyebabkan
penyakit berbagai kuman mengeluarkan zat toksis.
Invasitas: kemampuan organisma untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah
memasuki jaringan.
Antigenisitas: kesanggupan organisma untuk merangsang reaksi imunologis dalam
penjamu. Beberapa organisma mempunyai antigenesitas lebih kuat dibanding yang lain.
Jika menyerang aliran darah (virus measles) akan lebih merangsang immunoresponse
dari yang hanya menyerang permukaan membran (gonococcuc).

- Agen biologis: Virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa, metazoa


- Agen nutrien: Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air
- Agen fisik: Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan
- Agen kimia: Dapat bersifat endogenous seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia), uremia,
dan eksogenous (zat kimia, alergen, gas, debu, dll.)
- Agen mekanis: Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan

3. Karakteristik Lingkungan
1. Topografi: situasi lingkungan tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia yang
mungkin mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.
2. Geografis: keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dari bumi yang
berhubungan dengan kejadian penyakit.
Interaksi Agen, Host, dan Lingkungan:
1. Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan. Keadaan dimana agen penyakit langsung
dipengaruhi oleh lingkungan dan terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit.
Misalnya: Viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin sayuran di ruang
pendingin,
penguapan
bahan
kimia
beracun
oleh
proses
pemanasan.
2. Interaksi antara Host dan Lingkungan : Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh
lingkungannya pada fase pre-patogenesis. Misalnya: Udara dingin, hujan, dan kebiasaan
membuat
dan
menyediakan
makanan.
3. Interaksi antara Host dan Agen penyakit : Keadaan dimana agen penyakit menetap,

berkembang biak dan dapat merangsang manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala
penyakit. Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan kekebalan, atau
mekanisme
pertahanan
tubuh
lainnya.
- Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau kematian.
4. Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan : Keadaan dimana agen penyakit, manusia,
dan lingkungan bersama-sama saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga
memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak langsung masuk ke dalam tubuh
manusia.
Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, dapat menimbulkan Water Borne
Disease.
EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
Didalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut
perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place) dan
waktu (time).
hubungan penyakit dengan variabel epidemiologi, orang, tempat dan waktu
Orang (Person) : dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan,
golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
2. Tempat : Pengetahuan mengenai distribusi geografis suatu penyakit berguna untuk
perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi
penyakit
3. Waktu : Jangka Pendek, Perubahan secara Status dan Perubahan-perubahan angka kesakitan.
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar di dalam
analisis epidemiologi oleh karena perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan faktor
etiologis.
Interaksi antar variabel epidemiologi sebagai determinan penyakit. Hubungan asosiasi
(semu, kausal non kausal) dalam bidang epidemiologi adalah hubungan keterikatan atau saling
pengaruh antara dua atau lebih variabel, dimana hubungan tersebut dapat bersifat hubungan
sebab akibat maupun yang bukan sebab akibat . Sedangkan hubungan keterikatan adalah
hubungan antara variabel dimana adanya perubahan pada variabel yang satu (independent)
akan mempengaruhi variabel yang lainnya (dependent)
1.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Referensi:
Prof. Dr. dr. Bambang Sutrisno, MHSc. Pengantar Metode Epidemiologi. Jakarta. 2010. Dian
Rakyat
Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.
Bustan,M.N.2006.Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi.Jakarta:PT Rineka Cipta
B. Burt Gerstman. Epidemiology Kept Simple. California. 2003. Willwy Liss.
http://ihdamz.blog.com/2011/01/05/dasar-dasar-epidemiologi/
http://www.infofisioterapi.com dari Power Point Hasriwiani Habo Abbas, SKM, M.Kes
http://farcity-oct.blogspot.com/2010/02/trias-epidemiologi-dalam-timbulnya.html
http://abufarismasriadi.blogspot.com/

Trias epidemiologi dan variabel

TRIAS EPIDEMIOLOGI DAN VARIABEL

Trias epidemiologi atau segitiga epidemiologi adalah suatu konsep dasar epidemiologi yang
menggambarkan tentang hubungan tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan
masalah kesehatan lainnya. Tiga faktor tersebut adalah host (penjamu),agent (agen, faktor
penyebab), dan environment (lingkungan).
Host adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, termasuk burung dan antropoda yang menjadi
tempat terjadinya proses alamiah perkembangan pernyakit. Yang termasuk dalam faktor penjamu,
yaitu usia, jenis kelamin, ras/etnik, anatomi tubuh, status gizi, sosial ekonomi, status perkawinan,
penyakit terdahulu, life style, hereditas, nutrisi, dan imunitas. Faktor-faktor ini mempengaruhi risiko
untuk terpapar sumber infeksi serta kerentanan dan resistensi manusia terhadap suatu penyakit atau
infeksi.

1.

Host atau penjamu memiliki karateristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit, antara lain:
Imunitas
Kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon immunologis, dapat secara alamiah maupun
perolehan (non-alamiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu penyakit tertentu. Selain
mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat
menciptakan kekebalan tersendiri. Misalnya campak, manusia mempunyai kekebalan seumur hidup,
mendapat immunitas yang tinggi setelah terserang campak, sehingga seusai kena campak sekali maka
akan kebal seumur hidup.

2.

Resistensi
Kemampuan dari pejamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap suatu infeksi kuman
tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalam menghadapinya.

3.

Infektifnes (infectiousness)
Potensi pejamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit kepada orang lain. Pada keadaan sakit
maupun sehat, kuman yang berada dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia dan
sekitarnya.
Agent adalah suatu unsur, organisme hidup atau infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu
penyakit. (M.N Bustan: 2006). Agen tersebut meliputi agen biologis, kimia, nutrisi, mekanik, dan
fisika. Agen biologis bersifat parasit pada manusia, seperti metazoan, protozoa, jamur, bakteri,
ricketsia, dan virus. Agen kimia meliputi pestisida, asbes, CO, zat allergen, obat-obatan, limbah
industri, dll. Agen nutrisi meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air yang jika
kekurangan atau kelebihan zat-zat tersebut, maka dapat menimbulkan penyakit. Agen mekanik
meliputi friksi yang kronik, misalnya kecelakaan, trauma organ yang menyebabkan timbulnya sakit,
dislokasi (payah tulang), dll.
Dari segi epidemiologi, konsep faktor agen mengalami perkembangan dengan mempergunakan
terminologi faktor resiko (risk factor). Jadi, tidak hanya unsur-unsur di atas yang tergolong faktor
resiko, tetapi mencakup semua hal yang memberikan kemungkinan terjadinya penyakit. Contoh
faktor resiko yang bersifat tingkah laku yang tidak sehat, yaitu minum alkohol, drug abuse, merokok,
tidak menggunakan tali pengaman (seat bealt), kurang olah raga, dll.

Seperti halnya dengan host, agen juga memiliki karakteristik, yaitu (M.N Bustan: 2006):
1. Infekstivitas
Kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan dari penjamu untuk
mampu tinggal dan berkembang biak (multiply) dalam jaringan pejamu. Umumnya diperlukan jumlah
tertentu dari suatu mikroorganisme untuk mampu menimbulkan infeksi terhadap penjamunya. Dosis
infektifitas minimum (minimum infectious dose) adalah jumlah minimal organisma yang dibutuhkan
untuk menyebabkan infeksi. Jumlah ini berbeda antara berbagai species mikroba dan antara individu.
2.

Patogenesitas
Kesanggupan organisme untuk menimbulkan suatu reaksi klinik khusus yang patologis setelah
terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan perkataan lain, jumlah penderita dibagi
dengan jumlah orang yang terinfeksi. Hampir semua orang yang terinfeksi dengan dengan virus
smallpox menderita penyakit (high pathogenicity), sedangkan orang yang terinfeksi poliovirus tidak
semua jatuh sakit (low pathogenicity).

3.

Virulensi
Kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis yang berat yang selanjutnya
mungkin menyebabkan kematian. Virulensi kuman menunjukkan beratnya (severity) penyakit.

4.

Toksisitas
Kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dari substansi kimia yang
dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk menyebabkan penyakit berbagai kuman
mengeluarkan zat toksis.

5.

Invasitas
Kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki jaringan.

6.

Antigenisitas
Kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi immunologis dalam penjamu. Beberapa organisma
mempunyai antigenisitas lebih kuat dibanding yang lain. Jika menyerang pada aliran darah (misalnya
virus measles) akan lebih merangsang immunoresponse dari yang hanya menyerang permukaan
membrane (misalnya gonococcus).
Faktor environment (lingkungan) adalah bagian dari trias epidemiologi. Faktor ini memiliki peranan
yang sama pentingnya dengan dua faktor yang lain. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik,
biologi, sosial-ekonomi, topografi dan georafis. Lingkungan fisik seperti kondisi udara, musim, cuaca,
kandungan air dan mineral, bencana alam, dll. Lingkungan biologi meliputi hewan, tumbuhan,
mikroorganisme saprofit, dsb. Lingkungan sosial-ekonomi yang juga mempengaruhi, yaitu kepadatan
penduduk, kehidupan sosial, norma dan budaya, kemiskinan, ketersediaan dan keterjangkauan
fasilitas kesehatan, dll.
Faktor-faktor trias epidemiologi saling berinteraksi. Keterhubungan antara host, agent,
dan environment ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan
(equilibrium) pada seseorang individu yang sehat. Maka dapat dikatakan bahwa individu yang sehat
adalah keadaan dimana ketiga faktor ini dalam keadaan seimbang. Jika timbul penyakit pada diri
individu, maka berkaitan dengan gangguan interaksi antara ketiga faktor tersebut.

Interaksi trias epidemiologi, antara lain:


Interaksi Agen-Lingkungan
Keadaan dimana agent dipengaruhi langsung oleh environment (karakteristik host tidak berpengaruh).
Misal: ketahanan bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vit dlm lemari pendingin, dll.

Interaksi Host-Lingkungan
Keadaan dimana host dipengaruhi langsung oleh environment (karakteristik agen tidak berpengaruh).
Misal: kebiasaan penyiapan makanan, ketersediaan fasilitas kesehatan, dll.

Interaksi Host-Agen
Keadaan dimana agent telah berada dalam diri host. Interaksi ini dapat berakhir dengan kesembuhan,
gangguan sementara, kematian atau carier.

Interaksi Agent-Host-Lingkungan
Keadaan dimana host, agent & environment saling mempengaruhi satu sama lain sehingga timbul
penyakit. Misal: kontaminasi feses penderita tifus pada sumber air minum.
Bentuk interaksi trias epidemiologi juga dikemukakan oleh John Gordon berupa Timbangan
Keseimbangan. Dalam hukum Biologic Lawsdikatakan bahwa suatu penyakit timbul karena terjadi
ketidakseimbangan antara agent dan host. Keseimbangan tersebut tergantung pada sifat alami dan
karakteristik dari agent dan host (individu/ kelompok). Karakteristik dari agent dan host berikut
interaksinya secara langsung tergantung pada keadaan alami dari lingkungan biologi, fisik, dan sosialekonomi.

Timbangan kesimbangan, meliputi:


1. Periode Prepatogenesa
Pada periode ini, manusia dalam kondisi sehat, tidak ada pengaruh dari lingkungan yang buruk atau
bibit penyakit. Maka ini merupakan keadaan seimbang.
2.

Periode Patogenesa
Pada periode ini, keadaan seimbang terganggu sehingga timbul suatu penyakit.
a. Perubahan Lingkungan

- Posisi ketidakseimbangan pada lingkungan menyebabkan mudahnya penyebaran agent. Misal: Kasus
DBD meningkat pada musim hujan.
- Posisi ketidakseimbangan pada lingkungan menyebabkan perubahan pada faktor host. Misal: Kasus ISPA
meningkat karena meningkatnya polusi udara.
b. Perubahan Agent
Contohnya peningkatan virulensi agent, terdapat agent baru, jumlah agent bertambah, dan mutasi
agent.
c. Perubahan Host
Contohnya bertambah banyaknya jumlah orang-orang rentan terhadap suatu agent mikroorganisme
tertentu, misalnya terhadap kuman difteri.

SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
Posted: Desember 1, 2008 in DASAR DASAR EPIDEMIOLOGI
Tag:SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

20
Segitiga epidemiologi adalah modal utama yang harus dimiliki oleh seorang
epideniolog. Ini merupakan teori dasar yang terkenal sejak disiplin ilmu epidemiologi mulai
digunakan
di
dunia.
Dalam
bidang
epidemiologi
terdapat
sedikitnya 3
segitiga
epidemiologi yang saling terkait satu sama lain yaitu, 1. Agent-Host-Environment (AHE), 2.
Person-Place-Time (PPT), 3. Frekuensi- Distribusi- Determinan (FDD)
1. HOST, AGENT, ENVIRONTMENT
Segitga epidemiologi ini sangat umum digunakan oleh para ahli dalam menjelasakan kosep
berbagai permasalahan kesehatan termasuk salah satunya adalah terjainya penyakit. Hal ini
sangat komprehensif dalam memprediksi suatu penyakit. Terjadinya suatu penyakit sangat
tergantung dari keseimbangan dan interaksi ke tiganya.
A. AGENT
yang disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang dikarenakan oleh mikro
organisme (virus, bakteri, jamur, parasit, protzoa, metazoa, dll), unsur nutrisi karena bahan
makanan yang tidak memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang disebabkan
karena bahan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri (karbon monoksid, obat-obatan,
arsen, pestisida, dll), unsur fisika yang disebabkan oleh panas, benturan, dll, serta unsur psikis
atau genetik yang terkait dengan heriditer atau keturun. Demikian juga dengan unsur kebiasaan
hidup (rokok, alcohol, dll), perubahan hormonal dan unsur fisioloigis seperti kehamilan, persalinan,
dll.
B. HOST
Host atau penajmau ialaha keadaan manusia yangsedemikan rupa sehingga menjadi faktor
risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini di sebabkan oleh faktor intrinsik. Factor
penjamuyang biasanya menjkadi factor untuk timbulnya suatu penyakit sebagai berikut
1. Umur. Misalnya, usia lanjut lebih rentang unutk terkena penyakit karsinoma, jantung dan
lain-lain daripada yang usia muda.
2. Jenis kelamin (seks). Misalnya , penyakit kelenjar gondok, kolesistitis, diabetes melitus
cenderung terjadi pada wanita serta kanker serviks yang hanya terjadi pada wanita atau
penyakit kanker prostat yang hanya terjadi pada laki-laki atau yang cenderung terjadi pada
laki-laki seperti hipertensi, jantung, dll.
3. Ras, suku (etnik). Misalnya pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang beda
kerentangannay terhadapa suatu penyakit.
4. Genetik (hubungan keluarga). Misalnya penyakit yang menurun seperti hemofilia, buta
warna, sickle cell anemia, dll.
5. Status kesehatan umum termasuk status gizi, dll
6. Bentuk anatomis tubuh
7. Fungsi fisiologis atau faal tubuh
8. Keadaan imunitas dan respons imunitas
9. Kemampuan interaksi antara host dengan agent
10. Penyakit yang diderita sebelumnya

11. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri


C. ENVIRONMENT
Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit,
hali ini Karen faktor ini datangnya dair luar atau bisas disebut dengan faktor ekstrinsik.
Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi:
1. Lingkungan Biologis (flora & fauna)
Mikro organisme penyebab penyakit Reservoar, penyakit infeksi (binatang,
tumbuhan). Vektor pembawa penyakit umbuhan & binatang sebagai sumber bahan
makanan, obat dan lainnya
2. Lingkungan Fisik
Yang dimaksud dengan lingkunganfisik adalah yang berwujud geogarfik dan
musiman. Lingkungan fisik ini dapat bersumber dari udara, keadaan tanah, geografis, air
sebagai sumber hidup dan sebagai sumber penyakit, Zat kimia atau polusi, radiasi, dll.
3. Lingkungan Sosial Ekonomi
Yang termasuk dalam faktor lingkungan soial ekonomi adalah sistem ekonomi yang
berlaku yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan berdampak pada penghasilan yang
akan berpengaruh pada kondisi kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi masalah yang
cukup besar adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah keadaan
kepadatan penduduk rumah tangga, sistem pelayanan kesehatan setempat, kebiasaan
hidup masyarakat, bentuk organisasi masyarakat yang kesemuanya dapat menimbulkan
berbagai masalah kesehatan terutama munculnya bebagai penyakit.
1. TIME, PLACE, PERSON

1.

Orang (Person)

Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan
etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.

1.

Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan


epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian
menunjukkan hubungan dengan umur.

didalam
didalam

penyelidikan-penyelidikan
hampir semua keadaan

Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau
kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan
tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan
peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan umur dapat
dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain.
Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang
kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan
petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala
mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah.

1.

Jenis Kelamin

Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi dikalangan
wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua golongan umur.
Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat
disebabkan oleh faktor-faktor intinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan
hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih
banyak pria mengisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan
pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, di Amerika
Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan. Di
Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa penyakit
alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria.

1.

Kelas Sosial

Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka kesakitan
atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini
ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh
ditentukan pula oleh tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah
mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian
antara berbagai kelas sosial.
Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator tunggal bagi
kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas dasar jenis pekerjaan
seseorang yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga terampil), IV (tenaga setengah terampil)
dan V (tidak mempunyai keterampilan).
Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis pekerjaan tidak
memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara kelas sosial dan angka
kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula dalam hubungan dengan umur, dan jenis
kelamin.

1.

Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yakni

a.

Adanya
faktor-faktor
lingkungan
yang
langsung
dapat
menimbulkan
kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat
menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.

b.

Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang


yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).

c.

Ada tidaknya gerak badan didalam pekerjaan; di


bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan
mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya gerak badan.

d. Karena berkerumun di satu tempat yang


penularan penyakit antara para pekerja.

telah

dikenal

sebagai

faktor

Amerika Serikat ditunjukkan


di kalangan mereka yang

relatif sempit maka

dapat

terjadi

proses

e.

Penyakit karena
di tambang.

cacing

tambang

telah

lama

diketahui

terkait

dengan

pekerjaan

Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di
Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan
kanker.Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit dapat
pula
memperhitungkan
pengaruh
variabel
umur
dan
jenis
kelamin.

1.

Penghasilan

Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli
obat, membayar transport, dan sebagainya.

1.

Golongan Etnik

Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika, gaya
hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan didalam angka kesakitan
atau kematian.
Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar
golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasi menurut susunan umur
dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian itu.
Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan mengenai pengaruh
lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh yang klasik dalam hal ini ialah penelitian
mengenai angka kesakitan kanker lambung.
Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli di Jepang dan
keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini menjadi kurang prevalen di
kalangan turunan Jepang di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa peranan lingkungan penting
didalam etiologi kanker lambung.

1.

Status Perkawinan

Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan
maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda; angka kematian karena
penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan
tertentu.
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin
dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang tidak kawin
kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan dengan
penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan secara
kausal
dengan
penyebab
penyakit-penyakit
tertentu.

1.

Besarnya Keluarga

Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena penghasilan
keluarga harus digunakan oleh banyak orang.

1.

Struktur Keluarga

Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit


menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena
besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan didalam rumah yang
luasnya terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggotaanggotanya; karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka
mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan
yang
tersedia
dan
sebagainya.

1.

Paritas

Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu
maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang
berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas
dan penyakit-penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis dan
seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

1.

Tempat (Place)

Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk


perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :
1. Batas daerah-daerah pemerintahan
2. Kota dan pedesaan
3. Daerah atau
atau padang pasir)

tempat

berdasarkan

batas-batas

alam

(pegunungan,

sungai,

laut

4. Negara-negara
5. Regional
Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit, perbandingan
menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas administrasi pemerintahan.
Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu daerah dengan batas-batas
alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembaban, turun hujan,
ketinggian diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh
luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan,
bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor
sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan, sifat-sifat
lingkungan biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu, reservoir penyakit menular
tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.
Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi suatu penyakit menular dapat
digambar dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.

Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan pedesaan, faktor-faktor
yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal lain yang perlu diperhatikan
selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola penyakit, di kota maupun di
desa itu sendiri.
Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran
penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya.
Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit di berbagai
daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat, udara dan laut; lihatlah
umpamanya penyakit demam berdarah.
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi suatu penyakit
dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah dan pada menyelidikanpenyelidikan mengenai kaum migran. Didalam memperbandingkan angka kesakitan atau angka
kematian antar daerah (tempat) perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) :
1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.
Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin,
memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan menggunakan data yang
berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut
belum tentu representatif dan baik kualitasnya.
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin
berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
1. Lingkungan fisis, kemis,
suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi genetis
karakteristik demografi.

atau

biologis,

etnis

dari

sosial

dan

penduduk

ekonomi

yang

yang

berbeda,

berbeda-beda

dari

bervariasi

seperti

praktek

higiene

3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan,


perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.

keluarga,

4.
Variasi
administrasi
termasuk
faktor-faktor
seperti
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.

tersedianya

dan

efisiensi

Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya penyakit demam
kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh adanya reservoir
infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan
iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor dan
persyaratan iklim ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut receptive area untuk
demam kuning.
Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang
frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah dimana terdapat

vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi (endemic goiter) di daerah yang
kekurangan yodium.

1.

Waktu (Time)

Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam
analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan
adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan
angka kesakitan, maka dibedakan :
1.
Fluktuasi
jangka
pendek
dimana
beberapa jam, hari, minggu dan bulan.

perubahan

angka

kesakitan

berlangsung

2.
Perubahan-perubahan
secara
siklus
dimana
perubahan-perubahan
angka
kesakitan
terjadi
secara
berulang-ulang
dengan
antara
beberapa
hari,
beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.
3. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode
yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut secular trends.

1.

waktu

Fluktuasi Jangka Pendek

Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan
makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar
(beberapa bulan).
Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :
1. Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau
hampir bersamaan.
2. Waktu inkubasi rata-rata pendek.

1.

Perubahan-Perubahan Secara Siklus

Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan dimana timbulnya dan
memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan,
tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit
infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.
Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian suatu penyakit yang
ditularkan
melalui
vektor
secara
siklus
ini
adalah
berhubungan
dengan
:
1. Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan,
yakni
apakah
temperatur
atau
kelembaban
memungkinkan
transmisi.
2. Adanya tempat perkembangbiakan alami dari vektor
menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi.

sedemikian

banyak

untuk

rentan

yang

3. Selalu adanya kerentanan


4.
Adanya
kegiatan-kegiatan
berkala
dari
orang-orang
menyebabkan mereka terserang oleh vektor bornedisease tertentu.
5. Tetapnya kemampuan agen infektif untuk menimbulkan penyakit.

yang

6. Adanya
faktor-faktor
lain
yang
belum
diketahui.
Hilangnya
atau
siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih hal-hal tersebut diatas.

berubahnya

Penjelasan mengenai timbulnya atau memuncaknya penyakit menular yang berdasarkan


pengetahuan yang kita kenal sebagai bukan vektor borne secara siklus masih jauh lebih kurang
dibandingkan dengan vektor borne diseases yang telah kita kenal. Sebagai contoh, belum dapat
diterangkan secara pasti mengapa wabah influensa A bertendensi untuk timbul setiap 2-3 tahun,
mengapa influensa B timbul setiap 4-6 tahun, mengapa wabah campak timbul 2-3 tahun (di
Amerika Serikat).
Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah berkurangnya penduduk yang kebal
(meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Banyak penyakit-penyakit
yang belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi angka kesakitan secara musiman.
Tentunya observasi ini dapat membantu didalam memulai dicarinya etiologi penyakitpenyakit tersebut dengan catatan-catatan bahwa interpretasinya sulit karena banyak keadaan
yang berperan terhadap timbulnya penyakit juga ikut berubah pada perubahan musim, perubahan
populasi hewan, perubahan tumbuh-tumbuhan yang berperan tempat perkembangbiakan,
perubahan dalam susunan reservoir penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku manusia
seperti yang menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi dan sebagainya.
Sebab-sebab timbulnya atau memuncaknya beberapa penyakit karena gangguan gizi
secara bermusim belum dapat diterangkan secara jelas.
Variasi musiman ini telah dihubung-hubungkan dengan perubahan secara musiman dari
produksi, distribusi dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang mengandung bahan yang
dibutuhkan untuk pemeliharaan gizi maupun keadaan kesehatan individu-individu terutama dalam
hubungan dengan penyakit-penyakit infeksi dan sebagainya.
2. FREKUENSI, DISTRIBUSI, DETERMINAT

1.

FREKUENSI
Frekwensi yang dimaksudkan disini menunjuk pada besarnya masalah kesehatan yang
terdapat pada sekelompok manusia/masyarakat. Untuk dapat mengetahui frekwensi suatu
masalah kesehatan dengan tepat, ada 2 hal yang harus dilakukan yaitu :
Menemukan masalah kesehatan yang dimaksud.
Melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut.

1.

DISTRIBUSI
Yang dimaksud dengan Penyebaran / Distribusi masalah kesehatan disini adalah
menunjuk kepada pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu.
Keadaan tertentu yang dimaksudkan dalam epidemiologi adalah menurut Ciri ciri manusia
( PERSON), t tempat ( PLACE ), dan waktu ( TIME )

1.

DETERMINANT
Yang dimaksud disini adalah menunjuk kepada factor penyebab dari suatu penyakit /
masalah kesehatan baik yang menjelaskan frekuensi, penyebaran atau pun yang menerangkan
penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Dalam hal ini ada 3 langkah yang lazim
dilakukan yaitu :

Merumuskan Hipotesa tentang penyebab yang dimaksud.


Melakukan pengujian terhadap rumusan Hipotesa yang telah disusun.
Menarik kesimpulan.

Referensi :

1.

Budiarto, eko.2003. Pengantar epidemiologi.jakarta: penerbit buku kedokteran egc

2.

Bustan mn ( 2002 ). Pengantar epidemiologi, jakarta, rineka cipta

3.

Nasry, nur dasar-dasar epidemiologi

4.

Arsip mata kuliah fkm unhas 2006

You might also like