Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
status gizi dengan cara menimbang berat badan, menggunakan garam beryodium,
memberikan ASI eksklusif kepada bayi dan biasa sarapan pagi (Dinkes, 2001).
Pada umumnya masyarakat belum mengetahui atau belum mengerti apa
itu sebenarnya Kadarzi sehingga perilaku konsumsi pangan masyarakat, baik
individu maupun keluarga belum mengarah pada keseimbangan gizi sehingga
timbul masalah gizi kurang dan gizi lebih, serta penyakit degeneratif yang banyak
tejadi sekarang ini. Hal ini terjadi karena kurang memasyarakatnya Kadarzi dan
masyarakat masih belum menerapkan indikator dari Kadarzi itu secara
keseluruhan. Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau pengetahuan untuk
menerapkan informasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari merupakan
faktor penting dalam masalah kurang gizi. Pandangan dan kepercayaan
masyarakat khususnya ibu tentang ilmu gizi harus dipertimbangkan sebagai
bagian dari beberapa faktor penyebab yang berpengaruh terhadap konsumsi
makanan mereka.
Peningkatan pengetahuan dan praktik ibu rumah tangga tentang indikator
Kadarzi, seharusnya seiring dengan peningkatan perilaku berupa tindakan dalam
penyusunan makanan dengan menggunakan bahan makanan yang beraneka ragam
dalam menu makanan keluarganya.
Setiap keluarga akan mengkonsumsi makanan sehat bila tersedia aneka
ragam makanan sehat sesuai selera dan setiap keluarga memiliki daya beli yang
memadai atau tinggi. Ketersediaan pangan keluarga tergantung pada tingkat
pendapatan untuk mengolah dan membeli pangan. Besar kecilnya pendapatan
keluarga berpengaruh terhadap kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, bagi
masyarakat yang tingkat pendapatannya rendah perlu usaha untuk meningkatkan
pendapatan serta pembangunan sumber daya manusia (Budianto, 1998).
Keluarga sebagai kelompok komunitas dalam masyarakat digolongkan
dalam dua kelompok yaitu keluarga mampu dan keluarga tidak mampu. Keluarga
tidak mampu yaitu keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya
dan sebagian besar pendapatannya untuk kebutuhan dasar, sedangkan keluarga
mampu adalah keluarga yang tingkat pendapatannya sama atau di atas Upah
Minimum Regional (UMR). Gambaran tentang pola konsumsi makanan dan
Mini
Project
ini
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
bagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembinaan kadarzi
Pembinaan keluarga sadar gizi maksudnya adalah melakukan berbagai
2.1.3
pertumbuhan anggota keluarga, terutama bayi, balita dan ibu hamil (Suparmanto,
2006). Pertumbuhan anak dapat diamati secara cermat dengan menggunakan kartu
menuju sehat (KMS) balita. Kartu menuju sehat berfungsi sebagai alat bantu
pemantauan gerak pertumbuhan (Arisman, 2007).
a) Manfaat memantau berat badan secara teratur
1) Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak balita.
2) Mengetahui kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin, mencegah ibu
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan terjadinya perdarahan
pada saat melahirkan.
3) Mengetahui kesehatan anggota keluarga dewasa dan usia lanjut.
b) Akibat bila tidak memantau berat badan dan pertumbuhan anggota keluarga
1) Tidak mengetahui perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak balita
secara normal.
2) Tidak mengetahui adanya gejala penyakit pada bayi, anak balita dan ibu
hamil, misalnya kekurangan zat gizi, kegemukan, gangguan pertumbuhan
janin dan gangguan kesehatan (Suparmanto, 2006).
Laju pertumbuhan anak, wanita dan pria hampir sama cepatnya sampai
pada usia 9 tahun. Selanjutnya antara 10-12 tahun, pertumbuhan anak perempuan
mengalami percepatan lebih dahulu karena tubuhnya memerlukan persiapan
menjelang usia reproduksi, sementara pria baru dapat menyusul 2 tahun
kemudian. Anak berumur 1-3 tahun akan mengalami pertambahan berat badan
sebanyak 2-2,5 kg, dan tinggi badan rata-rata 12 cm setahun (tahun kedua 12 cm,
ketiga 8-9 cm).
Berat badan baku dapat mengacu pada baku berat badan dan tinggi badan
dari WHO/NCHS, atau rumus perkiraan berat badan anak. Pertambahan berat
anak usia prasekolah berkisar antara 0,7-2,3 kg dan tinggi badan 0,9-1,2 cm/tahun
sehingga menyebabkan tubuh mereka kelihatan kurus. Berat badan usia 7-10
tahun bertambah sekitar 2 kg dan tinggi badan 5-6 cm setiap tahun. Menjelang
puber pertambahan berat dapat mencapai 4-4,5 kg setahun.
Tabel 2.1 Rumus Perkiraan Berat Badan
Nelson of pediatrics 1992
Usia
Lahir
3-12 bulan
1-6 tahun
6-12 tahun
Tabel 2.2
Rumus Perkiraan Tinggi Badan
Umur
Lahir
0 1 tahun
2 - 12 tahun
c. Bila grafik berat badan pada KMS Naik (sesuai garis pertumbuhannya),
berarti anak sehat, bila tidak naik berarti ada penurunan konsumsi makanan
atau gangguan kesehatan dan perlu ditindaklanjuti oleh keluarga atau meminta
bantuan petugas kesehatan (Depkes. 2004).
Cara memantau berat badan orang dewasa
a. Ditimbang di rumah atau di tempat lain
b. Diukur Tinggi dan Berat Badan
c. Dihitung indeks massa tubuh (IMT)
Tabel 2.3 Cara Menghitung IMT
IMT =
Arti IMT:
< 17.0 = Sangat kurus
17.0 - 18.4 = Kurus
18.5 - 25.0 = Normal
25.1 - 27.0 = Gemuk
> 27.0 = Obesitas
2.1.4
memenuhi kebutuhan bayi usia 06 bulan hingga 100%. ASI mengandung protein,
lemak, vitamin, mineral, air, dan enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh bayi
sehingga ASI akan mengurangi risiko berbagai jenis kekurangan gizi. ASI adalah
suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik
yang disekresi oleh kelenjar payudara ibu, yang berguna sebagai makanan bagi
bayinya.
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir. ASI adalah
makanan yang paling sempurna dan bersih, mengandung antibodi yang sangat
penting dan nutrisi yang tepat. ASI adalah sumber gizi yang sangat ideal dengan
komposisi yang sangat seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan
bayi. Memberikan ASI Ekslusif berarti hanya memberikan ASI saja selama enam
bulan kepada bayi, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, air teh, air
putih serta tanpa tambahan makanan padat seperti bubur nasi, bubur tim atau
bubur susu (Kristiyanasari, 2009).
A. Manfaat ASI
1. ASI meningkatkan daya tahan tubuh
2. ASI meningkatkan kecerdasan
3. ASI meningkatkan jalinan kasih ibu dan bayi
B. Komposisi ASI
ASI berbeda dengan susu sapi. Komposisi ASI berlainan dengan
komposisi susu sapi, karena susu sapi disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak
sapi dan ASI disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak manusia. Komposisi ASI
demikian spesifiknya sehingga komposisinya berbeda dari ibu yang satu dengan
ibu yang lainnya. Misalnya, komposisi air susu dari ibu yang melahirkan bayi
cukup bulan dengan ibu yang melahirkan kurang bulan berbeda, walupun kedua
ibu ini melahirkan pada waktu yang sama (Utamy, 2008).
1. Kolostrum Pelindung Kolosal
Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat antiinfeksi dan berprotein tinggi. Cairan emas yang encer dan sering kali berwarna
kuning atau dapat pula jernih ini lebih menyerupai darah dari pada susu sebab
mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat
membunuh kuman penyakit (Utamy, 2008).
2. ASI Peralihan/Transisi
berguna bila dimasukkan kedalam tubuh. Zat makanan yang diperlukan oleh
tubuh manusia meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air.
Protein, zat lemak dan karbohidrat disebut zat makanan pokok karena banyak
memberikan kalori (Arisman, 2007).
Zat zat makanan yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Harus cukup memberikan kalori
2. Harus ada perbandingan yang baik antara zat makan pokok, yakni:
karbohidrat, protein dan lemak
3. Protein yang masuk harus cukup banyak dan mengandung asam amino
4. Harus cukup mengandung vitamin
5. Harus cukup mengandung garam mineral
6. Harus mudah dicernakan oleh alat pencerna
7. Harus bersifat higienis (Arisman. 2007).
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat
gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak
dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zatzat gizi esensial
tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang hanya dapat diperoleh dari
makanan. Dalam fungsi ini, zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar. Ada 3
fungsi zat gizi dalam tubuh:
1. Memberikan Energi
Zatzat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan
protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh
untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Kegiatan zat gizi termasuk zat organik
yang mengandung karbon yang dapat dibakar. Kegiatan zat gizi terdapat dalam
jumlah paling banyak dalam bahan pangan.
Protein mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu,
diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel
rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat tersebut dinamakan zat pembangun.
3. Mengatur proses tubuh
Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh.
Protein mengatur keseimbangan air dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam
upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal
organisme yang bersifat infektif (Almatsier, 2004).
A. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa polihidoksi aldehid atau poli hidroksi keton
atau senyawa yang jika dihidrolisis akan menghasilkan salah satu zat energi yang
diperlukan oleh tubuh. Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Selain
sebagai sumber energi, karbohidrat berfungsi dalam penyediaan bahan pembentuk
protein dan lemak serta menjaga keseimbangan asam dan basa (Irianto, 2007).
Tiga jenis karbohidrat utama adalah :
1. Monosakarida (monosa)
2. Disakarida (boisa)
3. Polisakarida (poliosa)
Sumber karbohidrat yang banyak dikonsumsi sebagai makanan pokok di
Indonesia adalah beras, jagung, umbi-umbian, singkong, talas, dan sagu. Sumber
karbohidrat dalam bentuk hasil olahan adalah mie hun, tepung-tepungan, roti,
selai, sirup dan sebagainya. Sumber karbohidrat berupa sayuran adalah sayur
umbi-umbian seperti wortel, bit dan kacang-kacangan (Almatsier, 2004).
B. Lemak
Lemak merupakan sumber energi paling padat, yang menghasilkan 9 Kkal
untuk tiap gram yaitu 2,5 kali lebih besar dari karbohidrat dalam protein. Dalam
lemak oksigen lebih sedikit dari pada yang terdapat dalam karbohidrat. Sehingga
pada waktu pembakaran, lemak mengikat lebih banyak oksigen sehingga panas
yang dihasilkan lebih banyak. Lemak yang disimpan di bawah kulit merupakan
persediaan energi jangka panjang dan merupakan insulin dalam tubuh.
Fungsi lemak adalah :
1. Sebagai sumber energi utama bagi tubuh
2. Merupakan bahan makanan cadangan
3. Dapat melarutkan vitamin A, D , E dan K
4. Pelindung organ-organ penting seperti mata ginjal dan jantung
5. Sebagai pelindung tubuh dari suhu yang rendah agar tidak kedinginan (Irianto,
2007).
Sumber lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa
sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya), mentega, margarin,
dan lemak hewan (lemak daging ayam). Sumber lemak lain adalah kacangkacangan, biji-bijian, daging dan ayam, krim, susu, keju dan kuning telur, serta
makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak (Almatsier, 2004).
C. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar
tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, setengahnya adalah
otot, seperlima di dalam tubuh dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan
selebihnya di dalam jaringan lain atau di dalam air. Protein mempunyai fungsi
khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta
memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Sebagai sumber energi protein sama
dengan karbohidrat, karena menghasilkan 4 kkal/g protein.
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam
jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging unggas, ikan dan kerang. Sumber
protein nabati adalah kedelai dan hasilnya seperti tempe dan tahu serta kacangkacangan lainnya. Dalam merencanakan diet, di samping memperhatikan jumlah
protein perlu diperhatikan mutunya (Almatsier. 2004).
D. Vitamin
dibutuhkan oleh tubuh. Suplemen dapat berupa gabungan dari berbagai macam
vitamin atau zat lain seperti asam amino. Jenis suplemen tunggal bisa terdiri dari
kalsium, zink, vitamin, asam folat, dan lain-lain. Suplemen tidak diperlukan
selama pengolahan makanan menerapkan pola gizi seimbang. Asupan gizi paling
bagus adalah dari makanan (Yokozu, 2009).
Sebagai contoh suplemen yang bagus untuk bayi adalah vitamin A juga
merupakan suatu zat yang sangat penting untuk tubuh, banyak penelitian yang
telah membuktikan keterkaitan antara kekurangan vitamin A dengan berbagai
penyakit infeksi. Banyak sekali keadaan yang mempengaruhi status vitamin A
seseorang. Salah satu faktor yang penting ialah kekurangan asupan vitamin A dan
provitamin A (Arisman, 2007).
Kekurangan (defisiensi) vitamin A sering terdapat pada anak-anak balita.
Tanda-tanda kekurangan terlihat bila simpanan tubuh terpakai. Kekurangan
vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi, atau
kekurangan sekunder karena gangguan penyerapan dan penggunaannya dalam
tubuh, kebutuhan yang meningkat, ataupun karena gangguan pada konversi
karoten menjadi vitamin A. Kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada
penderita kurang energi protein (KEP), penyakit hati, alfa, beta-lipoproteinemia,
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau
observable behavior (Notoatmodjo, 2010).
Sesuai dengan batasan perilaku menurut Skiner maka perilaku kesehatan
(Health behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sehat sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
sehat sakit, lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan
kata lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik
yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable)
yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan misalnya
keberhasilan suatu keluarga dalam mencapai kadarzi (Notoatmodjo, 2010).
Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari
penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan dan mancari
penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Perilaku sehat adalah
perilaku-perilaku
atau
kegiatan-kegiatan
yang
berkaitan
dengan
upaya
2.2.1
Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan
pengetahuan, dimana pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan dibagi dalam persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau responden
terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misalnya tentang penyakit
(penyebab, cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan,
kesehatan lingkungan, keluarga berencana dan sebagainya. Secara garis besar
pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan: (Notoatmodjo, 2010)
a) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai memanggil (recall) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan
secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang dikatehui tersebut pada
situasi yang lain.
d) Analisis (analysis)
Analisa
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
menjabarkan
dan
e) Sintesis (synthesis)
2.2.2
Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik dan sebagainya). Salah
seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan
atau kesediaan seseorang untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan
motif tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang atau responden
terhadap hal terkait dengan kesehatan, sehat sakit dan faktor yang terkait dan
faktor yang terkait dengan faktor risiko kesehatan. Misalnya bagaimana pendapat
atau penilaian responden terhadap penyakit demam berdarah, anak dengan gizi
buruk, tentang lingkungan, tentang gizi makanan dan seterusnya. Menurut Allport
(1954) ada tiga komponen pokok sikap yaitu:
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, artinya:
bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya: bagaimana
penilaian orang tersebut terhadap objek.
Sikap akan terwujud di dalam suatu tidakan tergantung situasi saat itu.
Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada
pengalaman orang lain.
Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang (Notoatmodjo, 2010)
e. Nilai (value)
Di dalam suatu mayarakat apa pun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi
pegangan
setiap
orang
(Notoatmodjo, 2010).
dalam
menyelenggarakan
hidup
bermasyarakat
2.2.3
Praktik (Tindakan)
Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk
terwujudnya tindakan perlu faktor lain adanya fasilitas, sarana dan prasarana.
Praktik adalah hal apa yang dilakukan oleh responden terhadap terkait dengan
kesehatan (pencegahan penyakit), cara peningkatan kesehatan, cara memperoleh
pengobatan yang tepat dan sebagainya. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan
menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya (Notoatmodjo, 2010).
a. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih
tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan
sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
c. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang artinya,
apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Seperti di
sebutkan bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap
belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu
faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Seorang ibu
sudah tahu bahwa membawa bayi ke posyandu itu penting untuk bayinya, dan
sudah ada niat untuk (sikap) untuk pergi ke posyandu.
Agar sikap itu meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan bidan,
posyandu, atau puskesmas yang dekat dari rumahnya, atau fasilitas tersebut
mudah dicapainya. Apabila tidak, kemungkinan ibu tersebut tidak akan membawa
anak keposyandu, dengan demikian upaya keluarga mencapai kadarzi belum
berhasil (Notoatmodjo, 2010).
BAB III
METODE PELAKSANAAN
dengan
wawancara
pada
masyarakat
dengan
menggunakan kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder tentang gambaran umum lokasi penelitian yang
meliputi profil komunitas umum, data geografis, data demografis, sumber
daya kesehatan yang ada, sarana pelayanan kesehatan yang ada.
3.2 Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan mini project dilakukan dengan metode penyuluhan.
3.3 Langkah-Langkah yang dilakukan
Pelaksanaan program dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membagikan kuesioner kepada para ibu yang datang
2. Pemberian materi penyuluhan tentang Kadarzi
3. Tanya jawab melalui diskusi.
3.4 Populasi dan Sampel
1.4.1 Populasi
Populasi dalam pelaksanaan mini project ini adalah semua ibu di Desa Alue
Rambee Kecamatan Kuta Makmur.
1.4.2
Sampel
Sampel dalam pelaksanaan mini project ini adalah semua ibu di Desa Alue
3. Setiap ibu mewaakili satu keluarga di desa Alue Rambee Kecamatan Kuta
Makmur
4. Datang pada penyuluhan pertama dan pada waktu evaluasi
3.5 Metode Pengukuran
1. Pengukuran Pengetahuan
Aspek pengukuran data dilakukan melalui jawaban responden dari
pertanyaan pengetahuan yang diberikan. Skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0
untuk jawaban salah. Sehingga skor maksimum adalah jumlah jawaban benar
dikali 1 dan skor minimum adalah jumlah jawaban salah dikali 0. Sehingga
menurut (Notoatmodjo, 2008) jika soal 10 jawaban dapat dikategorikan sebagai
berikut:
a. Baik : apabila benar menjawab >7 soal
b. Cukup : benar menjawab 5-7 soal
c. Kurang : apabila benar menjawab <5 soal.
2. Aspek Pengukuran Sikap
Aspek pengukuran sikap dilakukan berdasarkan jawaban responden dari
semua pertanyaan sikap yang diberikan dengan menggunakan skala likert yang
terdiri dari 4 jenis jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS)
dan sangat tidak setuju (STS) dengan skor: untuk jawaban SS = 4, jawaban S = 3,
jawaban TS = 2 dan jawaban STS = 1 untuk pernyataan positif dan skor jawaban
SS = 1, S = 2, TS = 3 dan STS = 4 untuk pernyataan negatif ( Machfoedz, 2005).
Total skor maksimum diperoleh jumlah jawaban (SS) dikali 4 untuk pernyataan
positif dan jawaban STS dikali 4 untuk pernyataan negatif dan skor minimum
jumlah jawaban (STS) dikali 1 untuk pernyataan positif dan jawaban SS dikali 1
untuk pernyataan negatif. Menurut rumus Sudjana (1992) hasil dapat
dikategorikan berdasarkan rumus:
Panjang kelas = Rentang / Banyak kelas
Jika diketahui rentang adalah 30 dimana kategori sikap yaitu baik, cukup
dan kurang maka nilai P adalah 10, sehingga interval dari ketiga kategori tersebut
adalah 10. Jika jumlah pernyataan 10 dengan skor maksimum adalah 40 dan skor
minimum adalah 10 dapat dikategorikan sikap responden:
BAB IV
HASIL
Aceh Utara tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah pasangan usia subur (PUS)
adalah 3.745 pasangan. Dari jumlah tersebut 138 PUS (3,68%) adalah peserta KB
aktif dan 68 pasangan (1,81%) adalah peserta KB baru. Sebagian besar peserta
KB menggunakan kontrasepsi suntikan dan pil, masing-masing 76,35 % dan
21,85%. Partisipasi pria menggunakan KB masih sangat rendah yaitu hanya
1,80%.
Berdasarkan data tersebut bahwa pembangunan, tergambarkan bahwa
pembangunan kependudukan Kecamatan Kuta Makmur belum menunjukkan hasil
yang menggembirakan. Upaya menurunkan tingkat fertility rate (TFR) harus
dilakukan dengan meningkatkan jumlah peserta KB aktif sehingga fertilitas dapat
ditekan. Tingkat fertilitas perlu dikurangi untuk meningkatkan kesejahteraan dan
mengurangi beban tanggungan.
Jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 2011 penduduk berjumlah 2.140
orang. Peningkatan jumlah usia tua menunjukkan keberhasilan upaya kesehatan
dengan meningkatnya usia harapan hidup, di sisi lain adanya tantangan upaya
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada lanjut usia melalui
program posyandu lanjut usia.
Semakin
meningkatnya
jumlah
usia
lansia
berdampak
terhadap
Jenis Kegiatan
Kepala Puskesmas
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Jenis
Tenaga
SKM
(S2)
Sarjana
Kes.
Masy
D3
Statistik/
SMA
SMEA/
SMA
SMA
SD
Perawat/
SMA
Dokter
Umum
Perawat
Pekarya
Dokter
Gigi
Perawat
Gigi
Dokter
Umum
Perawat
J
u
m
l
a
h
1
Keter
angan
1
1
2
1
1
Unit
Tata
Usaha
2
1
1
1
1
2
2
3
Unit 3
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Klinik KIA&KB
Klinik KIA & KB
Perkesmas
Kes. Gizi Keluarga
UKGS
UKS
Laboratorium
Apotik
Apotik
Radiologi
25
Surveilance &
Penanggulangan
Kesling
26
Imunisasi
27
28
29
Peran serta
masyarakat
Penyuluhan
Kesehatan
Pengembangan
30
JPKM
31
32
33
34
Perawatan
Perawatan/ UGD
Kamar Persalinan
Fisioterapi
35
Puskesmas
Dokter
Umum
Bidan
Bidan
Akademi
Gizi
Dokter
gigi
Perawat
Analis
Ass.
Apoteker
Juru obat
APRO
Epidemi
ologi/
Perawat
Sanitaria
n/ D3
Kesehata
n
Perawat/
Bidan
Bidan
SKM/
Perawat
D3
Kesehata
n
Perawat/
D3
Askes
Dokter
Umum
Perawat
Bidan
D3
Fisiotera
pi
Perawat/
1
10
2
1
2
2
1
1
Unit 2
Tugas
rangk
ap
Tugas
rangk
ap
Unit 6
Unit 1
1
2
2
-
Unit 4
Tugas
rangk
ap
Tugas
rangk
ap
Unit 5
Tugas
rangk
ap
Untuk
36
Pembantu
Bidan
Poskesdes
Perawat/
Bidan
Total
4
Pustu
Untuk
2
Poske
sdes
7
1
2.
b.
c.
d.
3.
Pulo Rayeuk
b.
Pulo Barat
c.
Blang Talon
d.
Blang Ado
e.
Babah Lueng
f.
Langkuta
g.
Cot Rheu
h.
Cot Merbo
i.
Guha Uleu
j.
Krueng Seunong
k.
Buket
l.
Saweuk
m.
Alue Rambe
n.
Cimpedak
4.
Pulo Iboih
b.
Guha Uleu
Frekuensi (n)
Baik
Cukup
Kurang
Total
5
23
7
35
Persentase
(%)
14,29
65,71
20
100,0
Frekuensi (n)
Baik
Cukup
Kurang
Total
7
25
3
35
Persentase
(%)
20,0
71,43
8, 57
100,0
Frekuensi (n)
10
24
1
35
Persentase
(%)
28,57
68,57
2,86
100,0
35 orang adalah:
Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan tentang Kadarzi
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total
Frekuensi (n)
23
12
0
35
Persentase
(%)
65,71
34,29
0
100,0
Frekuensi (n)
Baik
Cukup
Kurang
Total
15
20
0
35
Persentase
(%)
42,86
57,14
0
100,0
Frekuensi (n)
10
24
1
35
Persentase
(%)
28,57
68,57
2,86
100,0
BAB V
DISKUSI
1. Apa semua indikator terdapat di kuesioner?
- Kuesioner yang digunakan dalam mini project ini merupakan kuesioner
yang telah divalidasi sebelumnya. Setiap pertanyaan yang diajukan dalam
kuesioner ini mencakup masing-masing indikator kadarzi mengenai
pengetahuan, sikap dan tindakan.
2. Apa jenis penelitian yang digunakan dalam mini project ini?
- Mini project ini merupakan jenis penelitian dekskriptif dengan
menggunakan metode accidental sampling, dimana peneliti mengambil
semua responden yang tersedia pada saat penelitian dengan kriteria
tertentu.
3. Apakah cukup hanya menggunakan waktu sebulan untuk pelaksanaan mini
project ini?
- Dengan alasan keterbatasan waktu, pelaksanaan mini project ini hanya
dapat menampilkan gambaran umum perilaku ibu tentang kadarzi yang
meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan. Kuesioner yang digunakan
cukup mewakili dan memenuhi apa yang diharapkan peneliti.
4. Apakah pelaksanaan mini project ini dilakukan secara bertahap?
- Pelaksanaan mini project ini dilakukan dalam dua kali pertemuan.
Pertemuan pertama untuk menilai perilaku ibu sebelum dilakukan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari mini project yang telah dilakukan di Puskesmas
Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara tentang tingkat pengetahuan, sikap dan
tindakan tentang sanitasi dasar dan rumah sehat dapat disimpulkan bahwa:
1. Masih banyak ibu dengan pengetahuan, sikap dan tindakan yang cukup tentang
Kadarzi.
2. Secara keseluruhan didapatkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan
mayoritas responden meningkat di kategori baik dan cukup setelah diadakan
penyuluhan.
6.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan fungsi posyandu sebagai wahana masyarakat dalam mengetahui
secara dini perihal adanya gangguan dalam pertumbuhan balita.
2. Peningkatan pendidikan dan promosi gizi yang lebih intensif dan sistematis
melalui advokasi, sosialisasi, KIE dan pendampingan keluarga.
3. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas unit kesehatan masyarakat,
terutama dalam pengelolaan dan tatalaksana masalah gizi.
4. Dukungan sarana dan prasarana untuk peningkatan cakupan dan kualitas
pelayanan gizi.
5. Peningkatan surveilans berbasis masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
gizi. net.
Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta:
Medan
Dinas Kesehatan Sumut. 2006. Rencana Aksi Pangan Dan Gizi Sumut
2006-2010. Medan
Irianto, K, & Waluyo, K. 2007, Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung:
Yrama Widya.
Kristiyanasari, W. 2009. ASI, Menyusui & SADARI. Yogyakarta.
Luciasari, dkk. 1996. Menjaga Kesehatan Balita. Jakarta: Puspa Swara.
Notoatmodjo, S, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Asdi Mahasatya
Suparmanto, Astuti, Sri. 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar