Professional Documents
Culture Documents
IMUNISASI
Pembimbing :
dr. Noor Hidayati, Sp.A
Disusun oleh :
Sandhy Hapsari Andamari
H2A010046
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi
dan anak terhadap penyakit tertentu. Guna terwujudnya kesehatan yang
tinggi, pemerintah telah menempatkan fasilitas pelayanan.1
Angka kesakitan bayi di Indonesia relative masih cukup tinggi,
meskipun menunjukkan penurunan dalam satu decade terakhir. Program
imunisasi bisa didapatkan tidak hanya di puskesmas atau di rumah sakit
saja, akan tetapi juga diberikan di posyandu yang dibentuk masyarakat
dengan dukungan oleh petugas kesehatan dan diberikan secara gratis
kepada masyarakat dengan maksud program imunisasi dapat berjalan
sesuai dengan harapan. Program imunisasi di posyandu telah
menargetkan sasaran yang ingin dicapai yakni pemberian pemberian
imunisasi pada bayi secara lengkap. Imunisasi dikatakan apabila
mendapat BCG 1 kali, DPT 3kali, Hepatitis 3 kali, Campak 1 kali, dan
polio 4 kali. Bayi yang tidak mendapat imunisasi secara lengkap dan
mengalami berbagai penyakit, misalnya difteri, tetanus, campak, polio
dan sebagainya. Oleh karena itu, imunisasi harus diberikan dengan
lengkap sesuai jadwal. Imunisasi secara lengkap dapat mencegah
terjadinya berbagai penyakit tersebut.2
Dalam lingkup pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan
prioritas utama. Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan
yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan
balita. Imunisasi adalah sarana untuk mencegah penyakit berbahaya,
yang dapat menimbulkan kematian pada bayi. Penurunan insiden
penyakit menular telah terjadi berpuluh puluh tahun yang lampau di
Negara Negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur
dengan cakupan yang luas.
Untuk dapat melakukan pelayanan imunisasi yang baik dan benar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Imunisasi adalah suatu cara meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan
pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada
penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit yang lain
diperlukan imunisasi lainnya.3
B. TUJUAN
Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia.3 Imunisasi
tidak hanya memberikan perlindungan pada individu melainkan juga
pada komunitas, terutama untuk penyakit yang ditularkan melalui
manusia. Jika komunitas memiliki angka cakupan imunisasi yang
tinggi, komunitas tersebut memiliki imunitas yang tinggi pula.
Sehingga kemungkinan, anak yang belum atau tidak mendapat
imunisasi karena alasan tertentu memiliki kemungkin yang rendah
terjangkit penyakit tersebut.4,5
Imunisasi juga bermanfaat mencegah epidemic pada generasi
yang akan datang. Cakupan imunisasi yang rendah pada generasi
sekarang dapat menyebabkan penyakit semakin meluas pada generasi
yang akan datang, bahkan dapat menyebabkan epidemic. Sebaliknya
jika cakupan imunisasi tinggi, penyakit akan datang dihilangkan dari
dunia.5
Sasaran dari pemberian imunisasi tidak hanya pada anak
anak, tetapi juga mencakup wanita hamil (awal kehamilan 8 bulan),
wanita usia subur (calon mempelai). Pada anak anak, imunisasi
diberikan sejak bayi dibwah umur 1 tahun (0-11 bulan) sampai anak
sekolah dasar (kelas 1 kelas 6).
C. JENIS VAKSIN
Pada dasarnya, vaksin dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
Live attenuated ( bakteri atau virus hidup yang dilemahkan )
Inactivate ( bakteri, virus atau komponennya dibuat tidak aktif )
Vaksin attenuated6
Diproduksi di laboratorium dengan cara melakukan modifikasi
virus atau bakteri penyebab penyakit. Vaksin mikroorganisme yang
dihasilkan masih memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi banyak
2) Intramuskular
Diperuntukan Imunisasi DPT, DT,TT, Hib, Hepatitis A & B,
Influenza. Perhatikan rekomendasi untuk umur anak
Table 2. Cara penyuntikan intramuskular
efek
samping,
toksisitas,
reaksi
sensitivitas,
efek
10
matahari, harus
disimpan pada suhu 280C, tidak boleh beku. Vaksin yang telah
dienccerkan harus dipergunakan dalam waktu 8 jam.
Kejadian ikutan pasca imunisasi vaksinasi BCG
Penyuntikan BCG intradermal akan menimbulkan ulkus local
yang superficial 3 minggu setelah penyuntikkan. Ulkus tertutup
krusta, akan sembuh dalam 2-3 bulan, dan meninggalkan parut
bulat dengan diameter 4-8 mm, apabila dosis terlalu tinggi maka
ulkus yang timbul lebih besar, namun apabila penyuntikkan terlalu
dalam maka parut yang terjadi tertarik ke dalam.
a. Limfadenitis Limfadenitis supuratif di aksila atau di leher
11
kadang-kadang
dijumpai
setelah
penyuntikan
BCG.
mendapat
pengobatan
radiasi,
penyakit
keganasan yang mengenai sumsum tulang atau system limfe. Menderita gizi buruk. - Menderita demam tinggi. - Menderita
infeksi kulit yang luas.
3) Pernah sakit tuberculosis.
4) Kehamilan.
Rekomendasi
1) BCG diberikan pada bayi < 2bulan.
2) Pada bayi yang kontak erat dengan penderita TB dengan BTA
+3 sebaiknya diberikan INH profilaksis dulu, apabila pasien
kontak sudah tenang bayi dapat diberi BCG.
2. Hepatitis B
Vaksin hepatitis B (hep B) harus segera diberikan setelah lahir,
mengingat vaksinasi hepB merupakan upaya pencegahan yang
sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui
transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.
12
13
14
3. DTP
Imunisasi DTP mengandung toksoid difteri, toksoid tetanus dan
vaksin pertusis. Dengan demikian vaksin ini memberikan
perlindungan terhadap 3 penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis,
dan tetanus.
Difteri merupakan suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
toksin dari kuman Corynebacterium diphteriae. Anak dapat
terinfeksi kuman difteria pada nasofaringnya.3 gejala yang timbul
antara lain sakit tenggorokan dan demam. Kemudian akan timbul
kelemahan dan sesak nadas akibat obstruksi pada saluran nafas,
sehingga perlu dilakukan intubasi atau trakeotomi.9 Dapat pula
timbul komplikasi berupa miokarditis, neuritis, trombositopenia
dan proteinuria.9
Pertusis atau batuk rejan (batuk seratus hari) disebabkan oleh
bakteri Bordetella pertusis. Sebelum ditemukannya vaksin pertusis,
penyakit ini merupakan penyakit tersering yang menyerang anak
anak dan merupakan penyebab utama kematian. Gejala utama
pertusis yaitu terjadinya batuk proksimal tanpa inspirasi yang
diakhiri dengan bunyi whoop. Serangan batuk sedemikian berat
sehingga dapat menyebabkan pasien muntah, sianosis, lemas dan
kejang.9
Tetanus merupakan penyakit akut yang disebabkan toksin dari
bakteri Clostridium tetani. Seseorang dapat terinfeksi tetanus
apabila terdapat luka yang memungkinkan bakteri ini hidup
disekitar luka tersebut dan memproduksi toksinnya. Toksin tersebut
akan menempel pada saraf di sekitar daerah luka dan
mempengaruhi pelepasan neurotransmitter inhibitor yang berakibat
kontraksi serta spastisitas otot yang tidak terkontrol, kejang
kejang dan gangguan saraf otonom.9 Kematian dapat terjadi akibat
gangguan pada mekanisme pernafasan.
Vaksin DTP dibedakan menjadi 2, yaitu DTwP dan DtaP
15
16
akut
atau
reaksi
anafilaksis
dan
terbukti
17
4. Polio
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh
yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah
virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui
mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran
darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain
berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan
kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang
tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak
berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala
pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari. Anak-anak kecil yang
terkena polio seringkali hanya mengalami gejala ringan dan
menjadi kebal terhadap polio. Karenanya, penduduk di daerah yang
memiliki sanitasi baik justru menjadi lebih rentan terhadap polio
karena tidak menderita polio ketika masih kecil. Vaksinasi pada
saat balita akan sangat membantu pencegahan.
Polio di masa depan karena polio menjadi lebih berbahaya jika
diderita oleh orang dewasa. Orang yang telah menderita polio
bukan tidak mungkin akan mengalami gejala tambahan di masa
depan seperti layu otot; gejala ini disebut sindrom postpolio.
Jenis polio:
1) Polio non-paralisis
2) Polio paralisis spinal
3) Polio bulbar
Imunisasi Polio
Penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini,
disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya
bias lewat makanan/minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga
lewat percikan ludah/air liur penderita polio yang masuk ke mulut
18
19
20
batuk,
konjungtivitis
(peradangan
selaput
ikat
21
22
23
24
satu kali.
PCV
Jenis imunisasi ini tergolong baru di Indonesia. PCV atau
Pneumococcal Vaccine alias imunisasi pneumokokus memberikan
kekebalan terhadap serangan penyakit IPD (Invasive Peumococcal
Diseases), yakni meningitis (radang selaput otak), bakteremia
25
organ
yang
terinfeksi.
Diperlukan
imunisasi
yang
beredar
di
Indonesia,
yaitu
vaksin
generasi
kedua
berisi
vaksin
polisakarida
26
MMR. Dosis satu kali 0,5 ml secara sub kutan. MMR diberikan
minimal satu bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi
lain. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada
umur 12 -18 bulan dan 6 tahun, imunisasi campak tambahan pada
umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan. Ulangan imunisasi MMR
diberikan pada umur 6 tahun.
4. Influenza
Influenza merupakan penyakit infeksi saluran napas yang
disebabkan virus. Penyakit ini dapat menular dengan mudah karena
virusnya bisa menyebar lewat udara yang bila terhirup dan masuk
ke saluran pernapasan kita langsung tertular. Sebenarnya, influenza
tergolong ringan karena sifatnya yang self-limiting disease alias
bisa sembuh sendiri tanpa diobati. Penderita hanya perlu
beristirahat, banyak minum air putih, dan meningkatkan daya tahan
tubuh dengan konsumsi makanan bergizi seimbang.
Jadwal
Vaksin influenza diberikan pada anak umur 6 sampai 23 bulan,
baik anak sehat maupun dengan risiko (asma, penyakit jantung,
penyakit sel sickle, HIV, dan Diabetes).
Dosis
Tergantung umur anak
1) Umur 6-35 bulan 0,25 ml.
2) Umur 3 tahun 0,5 ml
3) Umur 8 tahun: untuk pemberian pertama kali diperlukan 2
dosis dengan interval minimal 4 -6 minggu, pada tahun
beriktunya hanya diberikan satu dosis
Vaksin influenza diberikan secara intramuskular pada paha
antero lateral atau deatoid
5. Tifoid
Ada 2 jenis vaksin tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni
vaksin oral (Vivotif) dan vaksin suntikan (TyphimVi). Keduanya
efektif mencekal demam tifoid alias penyakit tifus, yaitu infeksi
akut yang disebabkan bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini hidup di
sanitasi
yang
buruk
seperti
lingkungan
kumuh,
dan
27
3-5 tahun.
Hepatitis A
Penyebaran virus hepatitis A (VHA) sangat mudah. Penderita
akan mengeluarkan virus ini saat meludah, bersin, atau batuk. Bila
virus ini menempel di makanan, minuman, atau peralatan makan,
kemudian dimakan atau digunakan oleh anak lain maka dia akan
tertular. Namun, untuk memastikan apakah anak mengidap VHA
atau tidak, harus dilakukan tes darah. Vaksin Hep A diberikan pada
umur lebih dari 2 tahun. Vaksin kombinasi HepB atau HepA
28
29
30
BAB III
KESIMPULAN
Upaya pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan banyak cara.
Salah satunya adalah dengan meningkatkan kekebalan atau imunitas tubuh
dalam menghadapi ancaman penyakit yang dilakukan dengan pemberian
imunisasi. Imunisasi dasar pada anak usia dibawah 2 tahun sangat penting
untuk dilakukan oleh karena bisa menurunkan angka kesakitan dan kematian
yang seharusnya dapat dicegah walaupun imunisasi tidak menjamin 100%
bahwa seseorang tidak akan terjangkit penyakit tersebut.
Pada tahun 2014 berdasarkan rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia) ditetapkan program imunisasi wajib dan program imunisasi yang
dianjurkan.
Dalam hal ini maka harus terus digalakkan program imunisasi kepada
masyarakat luas sehingga masyarakat menyadari pentingnya imunisasi dan
mau membawa anaknya untuk melakukan imunisasi, khususnya imunisasi
yang diwajibkan. Jika imunitas pada masyarakat tinggi, maka risiko terjadinya
penularan dan wabah juga akan berkurang
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Suharjo, JB. Vaksinasi cara ampuh cegah penyakit infeksi. Kanisius :
2010 2.
2. Sri, Rezeki S Hadinegoro. Prof. Dr. dr. SpA(K), dkk. Pedoman
imunisasi di Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta
2005 3.
3. Hadinegoro SRS. Jadwal Imunisasi. Dalam : Ranuh IGN, Suyitno H,
Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, editor.
Pedoman imunisasi di Indonesia. Ed 3. Jakarta : Satgas Imunisasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia: 2008.
4. Rahajoe NN, Basir D, Makmuri MS, Kartasasmita CB, penyunting.
Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. Edisi kedua. Jakarta: UKK
Respiratologi PP IDAI; 2007.
5. Lawrence M Tierney Jr MD, Stephen J McPhee MD, Maxine A
Papadakis MD. Current Medical Diagnosis and Treatment 2002.
6. Suyitno, H. Jenis Vaksin. In: Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi
4. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011.
7. Suharjo, JB. Vaksinasi cara ampuh cegah penyakit infeksi. Kanisius :
2010
8. Eric AF Simoes MD DCH and Jessie R Groothius MD. Immunization.
9. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Non-spore-forming gram positive
bacilli: corynebacterium, propionibacterium, listeria, erysipelothrix,
actinomycetes, & related pathogens. In: Jawetz, Melnick, & Adelbergs
medical microbiology. 23th ed. McGraw-Hill.2004
10. Jadwal Imunisasi Anak - Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) 2014 [image on the Internet]. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2014 Available from : I (http:// idai.or.id/publicarticles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html)
32