Professional Documents
Culture Documents
Batch Dryer
Percobaan : ...........................
III
Kelompok : ...............
Nama
:
May Saktianie N.
1. ...........................................
Zandhika Alfi P.
2. ...........................................
Nurul Qiftiyah
3. ...........................................
Rizka Amalia K. P.
4. ...........................................
NRP. ........................................
2313 030 035
NRP. ........................................
2313 030 067
NRP. ........................................
2313 030 073
NRP. ........................................
7 April 2015
Tanggal Percobaan : .................................................................
14 April 2015
Tanggal Penyerahan : .................................................................
Asisten
Tikasari
: Ega
.................................................................
Dosen Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kendala yang sering ditemukan dalam hal pengeringan adalah terkait masalah mutu
hasil pengeringan, operasi dan proses pengeringan. Operasi yang dijalani dalam
pengeringan adalah operasi yang cukup rumit yang meliputi perpindahan panas dan massa
serta mungkin beberapa laju proses lain, seperti perubahan fisik atau kimia dari produk,
dimana hal-hal tersebut dapat menimbulkan perubahan mutu hasil dan saat ini masih
banyak yang menggunakan proses tradisional menggunakan panas matahari, dimana cara
tersebut masih sangat bergantung dengan kondisi cuaca (Tindaon, 2013).
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian
air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air menggunakan energi panas. Proses
pengeringan sangat erat hubungannya dengan alat pengering. Pemilihan alat pengering
berdasarkan pertimbangan kondisi operasi, kebutuhan energi, biaya perawatan, hasil yang
diinginkan, kapasitas, bahan yang diolah, jenis sumber energi alat, efisiensi energi serta
pertimbangan-pertimbangan ekonomis. Oleh karena itu, maka dibuat alat-alat pengering
yang digunakan untuk mengeringkan bahan yang tidak tergantung pada matahari. Sebagai
seorang teknik kimia kita perlu mengetahui proses, cara kerja, kelebihan dan kekurangan
alat-alat pengering tersebut (Tom, 2007).
Banyaknya jenis alat pengeringan memerlukan pengetahuan yang cukup untuk
menentukan penggunaan alat pengeringan dan prosedurnya sesuai jenis bahan atau produk
yang akan dikeringkan. Pengeringan dengan menggunakan batch dryer adalah salah satu
cara pengeringan yang efektif. Proses pengeringan dengan batch dryer dapat dilakukan
kapan saja atau tidak tergantung cuaca dan ruang. Selain itu, pengeringan dengan batch
dryer tidak membutuhkan banyak tenaga kerja. Sumber energi yang biasa digunakan pada
batch dryer adalah minyak bumi atau kayu bakar (Dr. Halimatuddahliana, 2013).
I-1
BAB I PENDAHULUAN
I-2
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Definisi Pengeringan (Drying)
Pengeringan secara umum didefinisikan sebagai pengambilan sejumlah kecil air
dari bahan yang dikeringkan dengan menggunakan panas. Operasi pengeringan dilakukan
dengan menghembuskan udara panas yang tidak jenuh pada bahan yang akan dikeringkan.
Udara panas tersebut disebut media pengering yang menyediakan panas untuk penguapan
air dan sekaligus membawa uapair keluar. Berbeda dengan evaporasi dimana pada proses
ini air yang teruapkan dari bahan memiliki jumlah yang relatif besar. Dalam evaporasi air
yang teruapkan pada titik didihnya, sementara dalam operasi pengeringan, air yang
terambil dalam keadaan uap (Geankoplis C. J., 1993).
Proses drying suatu bahan padat dapat diartikan sebagai pemisahan sejumlah kecil
air atau zat cair lain dari bahan padat, untuk mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam
bahan padat tersebut sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima. Drying pada umumnya
merupakan langkah terakhir dari sederetan operasi, dan produk dari dryer siap untuk
dikemas (McCabe, 1993).
Kandungan zat cair dalam suatu bahan padat bervariasi pada tiap produk. Produk
yang tidak mengandung zat cair sama sekali disebut bone-dry. Tetapi pada umumnya,
produk masih mengandung sedikit zat cair. Misalnya garam dapur yang mengandung
sekitar 0,5 persen air serta dried coal yang mengandung sekitar 4 persen air. Drying adalah
suatu istilah mengandung arti bahwa terdapat pengurangan kadar zat cair dari suatu nilai
awal menjadi suatu nilai akhir yang dapat diterima (McCabe, 1993).
Zat padat yang akan dikeringkan biasanya terdapat dalam berbagai bentuk
diantaranya flake, granule, crystal, powder, slab atau continuos sheet, dengan sifat yang
berbeda satu sama lain. Zat cair yang akan diuapkan itu mungkin terdapat pada permukaan
zat padat (misalnya drying kristal garam), bisa seluruhnya terdapat di dalam zat padat
(pada pemisahan zat pelarut dari lembaran polimer), atau bisa juga sebagian di luar dan
sebagian di dalam zat padat (McCabe, 1993).
Klasifikasi operasi drying menurut pengoperasiannya adalah batch dan continuous.
Operasi drying secara batch dalam kenyataannya merupakan proses semibatch, di mana
sejumlah bahan yang akan dikeringkan ditebarkan dalam suatu aliran udara yang kontinyu,
sehingga sebagian kandungan air diuapkan. Dalam operasi secara kontinyu, bahan yang
II-1
akan dikeringkan dan udara mengalir secara kontinyu dengan melewati suatu peralatan
(McCabe, 1993).
Gambar II.1. Alat Pengering Tipe Batch Dryer (Fluidized Bed, n.d.)
Menurut sistem proses pengeringan dibedakan menjadi 2 yaitu:
1.
Direct drying
Pada system ini bahan dikeringkan dengan cara mengalirkan udara pengering
melewati bahan sehingga panas yang diserap diperoleh dari sentuhan langsung antara
bahan dengan udara pengering, biasanya disebut dengan pengeringan konveksi.
2.
Indirect drying
Pada system ini panas pengeringan di dapat dari dinding pemanas yang bersentuhan
dengan bahan yang dikeringkan secara konduksi.
Menurut (Geankoplis, 1993), pada proses drying dapat dikelompokkan berdasarkan
kondisi fisik yang digunakan pada proses penambahan panas dan pemindahan uap air,
yaitu:
1. Panas ditambahkan dengan kontak langsung udara panas pada tekanan atmosfer dan
uap yang terbentuk dibuang oleh udara.
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
2. Pada drying secara vakum, panas ditambahkan secara tidak langsung dengan
mengkontakkan dinding logam atau radiasi (suhu rendah dapat digunakan pada kondisi
vakum untuk material tertentu yang mungin mengalami kerusakan warna
atau
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
melalui pemanas E. Sekat-sekat G membagikan udara itu secara seragam di atas susunan
talam tadi. Sebagian udara basah diventilasikan keluar melalui talang pembuang B; sedang
udara segar masuk melalui pemasuk A. Rak-rak itu disusun di atas roda truk I, sehingga
pada akhir siklus pengeringan truk itu dapat ditarik keluar dari kamar dan dibawa ke stasiu
penumpahan talam (Mc Cabe, 1999).
B. Vacuum Shelf Indirect Dryer
Lemari pengering vakum sesuai untuk pengeringan kontinyu dari bermacam-macam
bahan dalam kuantitas yang kecil. Lemari ini sangat menguntungkan jika digunakan untuk
bahan-bahan yang peka terhadap suhu peka terhadap udara atau yang mengandung racun
(Handojo, 1999).
Bahan lembab ditempatkan pada lempeng-lempeng pengering yang diletakkan di atas
pelat yang dipanaskan. Pelat-pelat disusun satu di atas yang lain di dalam sebuah rumah
yang kedap udara berbentuk siku-siku. Uap yang terbentuk dihisap keluar dari rumah
pengring dengan bantuan pompa vakum (biasanya jenis pompa cincin cairan) dan
disalurkan ke sebuah kondenser (kondenser kontak untuk uap air, kondenser permukaan
untuk uap dari bahan pelarut) (Handojo, 1999).
C. Drum Dryer
Alat pengering drum sesuai untuk pengeringan kontinyu bahan cair, bahan berbentuk
bubur atau berbentuk pasta dalam kuantitas yang besar. Alat ini mempunyai unjuk kerja
pengeringan yang besar dengan volume pekerjaan yang sedikit. Karena waktu tinggal
bahan yang singkat, pengering ini sering digunakan sebagai alat pengering awal (Handojo,
1995).
Bahan yang akan dikeringkan ebawa secara kontinu dalam bentuk lapisan tipis oleh
satu atau dua drum berputar yang dipanaskan dari dalam. Dengan pemberian panas selama
berputarnya drum, cairan pada bahan akan menguap. Bahan yang telah kering diambil
dengan pisau serut yang terpasang di dekat tempat pemasukan. Dengan bantuan ventilator,
uap yang terbentuk dan udara di sekelilingnya disalurkan ke sebuah kondenser melalui
tudung hisap yang tepasang di atas drum (Handojo, 1995).
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
pengering serta didukung oleh adanya lifting flight di dalamnya. Produk akan keluar secara
perlahan-lahan pada ujung yang lebih rendah. Sumber panas untuk pengering biasanya
udara panas yang mengalir di dalam pengering disebut direct-heated dryer, panas itu dapat
juga disuplai dari luar shell dryer disebut indirect heated-dryer. Dua type alat pengering di
atas tersebut panas dapat diperoleh dari pembakaran bahan bakar atau memanaskan udara
dengan steam.Bila udara dipanaskan dengan steam, udara dihembuskan melalui satu
serietube berbentuk fin. Bila dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar, ia dapat
diproses dalam kamar tertutup atau barisan tube berbentuk fim. Pemanasan dilakukan
dengan kontak langsung dengan udara panas yang mengalirt secara countercurrent dengan
aliran zat padat (McCabe, 1993).
Rotary dryer tepat bila digunakan untuk proses pengeringan zat padat granular.
Material yang ditangani harus berupa granular atau kristal, harus dalam bulk dan dalam
keadaan awal sudah cukup kering, tidak bersifat lengket agar tidak menempel pada dinding,
serta pemindahannya dengan cara biasa. Feed secara kontinyu dimasukkan pada salah satu
ujung, sedangkan udara yang telah dipanaskan dimasukkan melalui ujung yang lain.
Silinder ditempatkan memanjang dengan kemiringan yang dapat diubah sehingga feed
dapat bergerak melewati peralatan. Dalam silinder terdapat lifting flights yang menempel
pada dinding sepanjang dryer yang berfungsi mengangkat feed dan menebarkannya
melewati udara panas. Dryer juga dilengkapi dengan pemanas udara (air heater) untuk
memanaskan udara yang masuk dan blower untuk menghisap udara masuk dalam dryer
(McCabe, 1993).
A. Dryer Shell
F. Feed Chute
B. Shell-supporting Rolls
G. Lifting Flights
C. Drive Gear
H. Product Discharge
D. Air-discharge Hood
J. Air Heater
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
E. Discharge Fan
(McCabe, 1993).
Pada dryer, gejala perubahan suhu di dalamnya tergantung pada sifat bahan umpan
dan kandungan zat cairnya, suhu medium pemanas, waktu pengeringan, serta suhu akhir
yang diperbolehkan dalam pengeringan zat padat itu. Pengeringan zat padat basah adalah
suatu proses thermal. Walaupun prosesnya bertambah rumit karena adanya difusi di dalam
zat padat atau melalui gas, kita masih dapat mengeringkan berbagai bahan hanya dengan
memanaskannya sampai suhu di atas titik didih zat cair, terkadang sampai jauh di atasnya,
untuk membebaskan sisa-sisa bahan yang teradsorbsi.
Kalor yang diberikan kepada dryer dipergunakan untuk:
1. Memanaskan feed (solid dan liquid) sampai suhu penguapan.
2. Menguapkan liquid.
3. Memanaskan solid sampai suhu akhirnya.
4. Memanaskan uap sampai suhu akhirnya.
II.1.4 Istilah dan Rumus
Free moisture content F merupakan perbedaan atau selisih antara total moisture content
X dan equilibrium moisture content X*, dinyatakan sebagai lb air per lb padatan kering.
F = X X*
...................................................... (1)
(Geankoplis, 1993)
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Menurut Geankoplis (1993), semakin lama waktu pengeringan maka free moisture
juga akan semakin kecil tetapi pada waktu tertentu free moisture akan menjadi konstan.
Total moisture content merupakan jumlah kandungan air total yang terkandung pada
suatu padatan.
Xt
(Geankoplis, 1993)
W - Ws
Ws
...................................................... (2)
Drying Rate adalah kecepatan pengeringan suatu bahan. Kecepatan pengringan adalah
banyaknya air yang diuapkan tiap waktu per satuan luas.
R=-
L s dx
A dt
.................................................(3)
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Dari titik B ke C pada gambar II.5 merupakan garis lurus, dan karenanya lereng dan
tingkat yang konstan selama periode ini. Tingkat konstan periode pengeringan ditampilkan
sebagai garis BC pada gambar II.9. Pada titik C pada kedua plot, laju pengeringan mulai
menurun hingga mencapai titik D. Dalam periode menurun tingkat pertama, ditampilkan
sebagai CD dalam gambar II.9 sering linear.
Pada titik D dalam gambar II.9 laju pengeringan menurun bahkan lebih cepat,
sehingga mencapai titik E, dimana kadar air keseimbangan adalah X* dan X=X*-X*=0.
Dalam beberapa bahan yang dikeringkan, wilayah CD mungkin hilang sepenuhnya atau
mungkin merupakan semua periode laju menurun (Geankoplis, 1993).
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
permukaan padat rendah meskipun suhu tinggi terjadi. Ini berarti bahwa mengemudi
potensi perpindahan massa relatif rendah. Di sisi lain perpindahan massa ini dicapai oleh
perpindahan panas yang masuk akal dari udara ke padat/produk. Hanya pada luas radiasi
atau konduktif (direct) pemanasan dapat kecepatan transfer massa yang tinggi terjadi
karena pengeringan dengan udara/air campuran uap pada tekanan atmosfer.
Hasil Penelitian
Pengering model batch dibandingkan dengan pengukuran dari fasilitas produksi papan
insulasi Denmark. Papan isolasi ditempatkan di gerobak dengan spacer di antara dan udara
panas mengalir melalui saluran-saluran kecil antara ruang dan mengering papan seperti
yang diilustrasikan. Gerobak melewati dua tahap pengeringan, "pra-dryer" panggung dan
"pasca-dryer" panggung, sebelum mencapai kadar air yang dibutuhkan. Dalam batch saat
suhu inlet dikendalikan untuk 160oC di kedua tahap. Bagaimanapun, tidak ada informasi
mengenai laju aliran volume yang sebenarnya melalui blower atau knalpot. Selain itu, ada
sejumlah kecil pengetahuan dengan karakteristik pengeringan kurva. Untuk alasan ini
pengukuran hanya dapat berfungsi sebagai pembanding sebagai lawan validasi.
Kesimpulan
Model umum untuk alat pengering simulasi bach industri disebut Dry Pack telah
disajikan. Model ini sejauh terbatas pada konfigurasi aliran saluran, tetapi mungkin dengan
mudah diperluas ke aliran lain konfigurasi. Model ini didasarkan pada konsep Karakteristik
Pengeringan Curve, dan karena itu penting untuk memasok kurva pengeringan
karakteristik berlaku sebagai masukan untuk model yang sesuai dengan konfigurasi produk
dan aliran yang sebenarnya. Alat ini memberikan bantuan pada memperkirakan masukan
tersebut, namun, harus ditekankan bahwa percobaan skala kecil atau pilot harus dilakukan
untuk membangun kurva laju pengeringan karakteristik valid. Eksperimen tersebut dapat
dilakukan oleh penulis.
Model sama dengan percobaan dari papan insulasi fasilitas produksi Denmark,
ketika mengingat kesederhanaan model. Model ini dapat digunakan untuk menganalisis
desain penting dan parameter optimasi seperti suhu inlet, laju aliran volume dan tata letak
geometri dalam hal waktu pengeringan, konsumsi panas dan listrik blower.
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel yang digunakan
1. Balok:
p
= 3,8 cm
= 1,6 cm
= 2,5 cm
2. Prisma persegi:
s
= 2,7 cm
= 2,5 cm
= 3,9 cm
= 2 cm
3. Tabung:
r
= 2 cm
= 4 cm
= 5 cm
Mengukur luas penampang (A) sampel yang akan digunakan yang berbentuk prisma
persegi, balok dan tabung
Selesai
Menghidupkan oven dan menunggu beberapa saat batch dryer yang masih dalam
keaadan kosong tersebut sampai tercapai keadaan steady state, yaitu suhu konstan
Selesai
Oven
Keterangan :
1. Penunjuk suhu
2. Switch pengatur
3. Knob
Timbangan Elektrik
Stopwatch handphone
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Dari percobaan batch dryer yang telah dilaksanakan pada laboraturium Proses
Pemisahan dengan Perpindahan Massa, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel IV.1.1 Massa Sampel
No. Sampel
Wawal (g)
1.
Balok
17,9
18,1
2.
Prisma persegi
9,8
9,9
3.
Tabung
21
21,2
Pengeringan
Wbalok (g)
Wtabung (g)
(menit)
1
18,1
9,9
21,2
15
17,9
9,8
21,1
30
17,8
9,6
20,9
45
17,7
9,6
20,8
60
17,6
9,5
20,7
75
17,5
9,5
20,7
90
17,5
9,5
20,6
105
17,5
9,5
20,6
120
17,5
9,5
20,6
IV-1
Waktu
Xt (kg H2O/kg
(jam)
(kg)
dry solid)
A (m2)
X (kg H2O/kg
dry solid)
(kg H2O/m2.h)
0,0181
0,0342857
0.003916
0,0004471
0,003575
0,25
0,0179
0,0228571
0.003916
0,0001118
0,000894
0,5
0,0178
0,0171429
0.003916
0,0000746
0,000596
0,75
0,0177
0,0114286
0.003916
0,0000559
0,000447
0,0176
0,0057142
0.003916
0,0000448
0,000358
1,25
0,0175
0.003916
1,5
0,0175
0.003916
1,75
0,0175
0.003916
0,0175
0.003916
Waktu
Xt (kg H2O/kg
(jam)
(kg)
dry solid)
A (m2)
X (kg H2O/kg
dry solid)
(kg H2O/m2.h)
0,0099
0,0421053
0,00303
0,0001567
0,001254
0,25
0,0098
0,0315789
0,00303
0,0001567
0,001254
0,5
0,0096
0,0105263
0,00303
0,0001567
0,001254
0,75
0,0096
0,0105263
0,00303
0,0000522
0,000418
0,0095
0,00303
1,25
0,0095
0,00303
1,5
0,0095
0,00303
1,75
0,0095
0,00303
0,0095
0,00303
Waktu
Xt (kg H2O/kg
(jam)
(kg)
dry solid)
A (m2)
X (kg H2O/kg
dry solid)
(kg H2O/m2.h)
0,0212
0,0291262 0,004198
0,0002455
0,001964
0,25
0,0211
0,0242718 0,004198
0,0002455
0,001964
0,5
0,0209
0,0145631 0,004198
0,0000818
0,000655
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massas
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
0,75
0,0208
0,0097087 0,004198
0,0000613
0,000491
0,0207
0,0048544 0,004198
0,0000613
0,000491
1,25
0,0207
0,0048544 0,004198
0,0000491
0,000393
1,5
0,0206
0 0,004198
1,75
0,0206
0 0,004198
0,0206
0 0,004198
IV.3 Pembahasan
Tujuan dari percobaan batch dryer ini adalah mempelajari cara menghitung
kecepatan pengeringan batch dryer berdasarkan free moisture padatan dan waktu.
Pada percobaan ini menggunakan alat pengering, yaitu oven dan cara pemberian
panasnya adalah secara tidak langsung. Operasi pengeringan terputusputus (batch).
Percobaan ini menggunakan sampel semen yang berbentuk prisma persegi dan balok, dan
berbentuk tabung. Hal pertama yang dilakukan adalah menimbang bahan padat basah
sebagai berat mulamula, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 80C. Pada
selang waktu 15 menit, bahan diambil untuk di timbang sebagai berat setelah pengeringan.
Cara ini dilakukan berulangulang sampai diperoleh berat konstan.
Grafik IV.1 Hubungan Total Moisture Content dengan Waktu Pengeringan Sampel
Bentuk Prisma Persegi, Tabung, dan Balok
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massas
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Grafik IV.2 Hubungan Free Moisture Content dengan Waktu Pengeringan Sampel Bentuk
Prisma Persegi, Balok, dan Tabung
Berdasarkan Grafik IV.2 dapat dilihat hubungan antara free moisture content
dengan waktu pengeringan. Free moisture content sampel prisma persegi, balok, dan
tabung berkurang seiring waktu pengeringan yang semakin lama. Hal ini sesuai dengan
literatur yang menyebutkan bahwa saat t=0 padatan biasanya pada temperatur yang lebih
dingin daripada suhu tertinggi, dan laju penguapan akan meningkat. Namun beberapa
waktu kemudian suhu permukaan naik ke nilai keseimbangan. Periode awal unsteady state
ini biasanya cukup pendek dan hal ini sering diabaikan dalam analisis waktu pengeringan.
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massas
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Grafik IV.3 Hubungan Rate Dryer dengan Free Moisture Content Sampel Bentuk
Prisma Persegi, Balok, dan Tabung
Pada Grafik IV.3 dapat dilihat hubungan antara rate dryer dan free moisture
content. Semakin besar nilai free moisture content, maka nilai rate dryer juga semakin
tinggi, hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa saat t=0 padatan biasanya
pada temperatur yang lebih dingin daripada suhu tertinggi, dan laju penguapan akan
meningkat. Namun beberapa waktu kemudian suhu permukaan naik ke nilai keseimbangan.
Periode awal unsteady state ini biasanya cukup pendek dan hal ini sering diabaikan dalam
analisis waktu pengeringan. Fase berikutnya merupakan garis lurus, dan karenanya slope
dan rate konstan selama periode ini. Selanjutnya tingkat pengeringan mulai menurun
(Geankoplis, 1993).
Dari Grafik IV.3 dapat dilihat penurunan nilai rate dryer yang paling tinggi adalah
sampel balok. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan air bebas yang terdapat pada
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massas
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Grafik IV.4 Hubungan Rate Dryer dengan Total Moisture Content Sampel Bentuk
Prisma Persegi, Balok, dan Tabung
Pada Grafik IV.4 dapat dilihat hubungan antara rate dryer dan total moisture
content. Nilai rate dryer semakin bertambah seiring meningkatnya total moisture content.
Semakin besar luas permukaan maka bisa menambah luas permukaan bahan yang kontak
dengan panas, sehingga panas cepat meresap dan laju pengeringan bertambah. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menjelaskan bahwa apabila tebal bahan yang dikeringkan
kecil, maka difusivitas akan meningkat, hal ini juga mempengaruhi laju pengeringan
(Yunariski, 2012).
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massas
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Grafik IV.5 Hubungan Rate Dryer dengan Waktu Pengeringan Sampel Bentuk Prisma
persegi, Balok, dan Tabung
Pada Grafik IV.5 dapat dilihat hubungan antara rate dryer dan waktu. Nilai rate
dryer semakin berkurang seiring lamanya waktu pengeringan. Hal ini sesuai dengan
literatur yang menjelaskan bahwa apabila diplot antara rate dryer dan waktu maka
sebagian besar panjang dari grafik tersebut menunjukkan laju pengeringan konstan.
Kemudian melengkung ke bawah dan akhirnya bila bahan telah mencapai kandungan
kebasahan keseimbangan akan menjadi nol (McCabe, 1993).
Dapat dilihat pada grafik IV.5, penurunan nilai rate dryer yang paling cepat dialami
oleh sampel prisma persegi, hal ini dikarenakan luas permukaan prisma persegi lebih besar
daripada luas permukaan sampel yang lain. Semakin besar luas permukaan maka bisa
menambah luas permukaan bahan yang kontak dengan panas, sehingga panas cepat
meresap dan laju pengeringan bertambah. Makin kecil ukuran benda, pengeringan akan
makin cepat (Purba, 2012).
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massas
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan Batch Dryer yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Semakin lama waktu pengeringan maka nilai total moisture content semakin berkurang,
hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa nilai total moisture content
berkurang seiring lama waktu pengeringan.
2. Semakin tinggi nilai free moisture content maka semakin tinggi pula nilai rate dryer,
hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa nilai rate dryer sebanding
dengan nilai free moisture content.
3. Semakin lama waktu pengeringan, maka nilai free moisture content akan semakin
berkurang, hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa nilai free moisture
content berkurang seiring lama waktu pengeringan.
4. Semakin besar luas permukaan maka bisa menambah luas permukaan bahan yang
kontak dengan panas, sehingga panas cepat meresap dan laju pengeringan bertambah.
5. Semakin lama waktu pengeringan, maka nilai rate dryer semakin berkurang, hal ini
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa nilai rate dryer berkurang seiring
lama waktu pengeringan.
V-1