You are on page 1of 27

LABORATORIUM

PROSES PEMISAHAN DENGAN


PERPINDAHAN MASSA

Batch Dryer
Percobaan : ...........................
III
Kelompok : ...............

Nama

:
May Saktianie N.

1. ...........................................
Zandhika Alfi P.

2. ...........................................
Nurul Qiftiyah

3. ...........................................
Rizka Amalia K. P.

4. ...........................................

2313 030 029

NRP. ........................................
2313 030 035

NRP. ........................................
2313 030 067

NRP. ........................................
2313 030 073

NRP. ........................................

7 April 2015
Tanggal Percobaan : .................................................................
14 April 2015
Tanggal Penyerahan : .................................................................

Asisten

Tikasari
: Ega
.................................................................

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Danawati Hari Prajitno


: Prof.
.................................................................

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kendala yang sering ditemukan dalam hal pengeringan adalah terkait masalah mutu
hasil pengeringan, operasi dan proses pengeringan. Operasi yang dijalani dalam
pengeringan adalah operasi yang cukup rumit yang meliputi perpindahan panas dan massa
serta mungkin beberapa laju proses lain, seperti perubahan fisik atau kimia dari produk,
dimana hal-hal tersebut dapat menimbulkan perubahan mutu hasil dan saat ini masih
banyak yang menggunakan proses tradisional menggunakan panas matahari, dimana cara
tersebut masih sangat bergantung dengan kondisi cuaca (Tindaon, 2013).
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian
air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air menggunakan energi panas. Proses
pengeringan sangat erat hubungannya dengan alat pengering. Pemilihan alat pengering
berdasarkan pertimbangan kondisi operasi, kebutuhan energi, biaya perawatan, hasil yang
diinginkan, kapasitas, bahan yang diolah, jenis sumber energi alat, efisiensi energi serta
pertimbangan-pertimbangan ekonomis. Oleh karena itu, maka dibuat alat-alat pengering
yang digunakan untuk mengeringkan bahan yang tidak tergantung pada matahari. Sebagai
seorang teknik kimia kita perlu mengetahui proses, cara kerja, kelebihan dan kekurangan
alat-alat pengering tersebut (Tom, 2007).
Banyaknya jenis alat pengeringan memerlukan pengetahuan yang cukup untuk
menentukan penggunaan alat pengeringan dan prosedurnya sesuai jenis bahan atau produk
yang akan dikeringkan. Pengeringan dengan menggunakan batch dryer adalah salah satu
cara pengeringan yang efektif. Proses pengeringan dengan batch dryer dapat dilakukan
kapan saja atau tidak tergantung cuaca dan ruang. Selain itu, pengeringan dengan batch
dryer tidak membutuhkan banyak tenaga kerja. Sumber energi yang biasa digunakan pada
batch dryer adalah minyak bumi atau kayu bakar (Dr. Halimatuddahliana, 2013).

I.2 Rumusan Masalah


Bagaimana mempelajari cara menghitung kecepatan pengeringan batch dryer
berdasarkan free moisture padatan dan waktu?

I-1

BAB I PENDAHULUAN
I-2

I.3 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan batch dryer ini adalah mempelajari cara menghitung
kecepatan pengeringan batch dryer berdasarkan free moisture padatan dan waktu.

II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Definisi Pengeringan (Drying)
Pengeringan secara umum didefinisikan sebagai pengambilan sejumlah kecil air
dari bahan yang dikeringkan dengan menggunakan panas. Operasi pengeringan dilakukan
dengan menghembuskan udara panas yang tidak jenuh pada bahan yang akan dikeringkan.
Udara panas tersebut disebut media pengering yang menyediakan panas untuk penguapan
air dan sekaligus membawa uapair keluar. Berbeda dengan evaporasi dimana pada proses
ini air yang teruapkan dari bahan memiliki jumlah yang relatif besar. Dalam evaporasi air
yang teruapkan pada titik didihnya, sementara dalam operasi pengeringan, air yang
terambil dalam keadaan uap (Geankoplis C. J., 1993).
Proses drying suatu bahan padat dapat diartikan sebagai pemisahan sejumlah kecil
air atau zat cair lain dari bahan padat, untuk mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam
bahan padat tersebut sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima. Drying pada umumnya
merupakan langkah terakhir dari sederetan operasi, dan produk dari dryer siap untuk
dikemas (McCabe, 1993).
Kandungan zat cair dalam suatu bahan padat bervariasi pada tiap produk. Produk
yang tidak mengandung zat cair sama sekali disebut bone-dry. Tetapi pada umumnya,
produk masih mengandung sedikit zat cair. Misalnya garam dapur yang mengandung
sekitar 0,5 persen air serta dried coal yang mengandung sekitar 4 persen air. Drying adalah
suatu istilah mengandung arti bahwa terdapat pengurangan kadar zat cair dari suatu nilai
awal menjadi suatu nilai akhir yang dapat diterima (McCabe, 1993).
Zat padat yang akan dikeringkan biasanya terdapat dalam berbagai bentuk
diantaranya flake, granule, crystal, powder, slab atau continuos sheet, dengan sifat yang
berbeda satu sama lain. Zat cair yang akan diuapkan itu mungkin terdapat pada permukaan
zat padat (misalnya drying kristal garam), bisa seluruhnya terdapat di dalam zat padat
(pada pemisahan zat pelarut dari lembaran polimer), atau bisa juga sebagian di luar dan
sebagian di dalam zat padat (McCabe, 1993).
Klasifikasi operasi drying menurut pengoperasiannya adalah batch dan continuous.
Operasi drying secara batch dalam kenyataannya merupakan proses semibatch, di mana
sejumlah bahan yang akan dikeringkan ditebarkan dalam suatu aliran udara yang kontinyu,
sehingga sebagian kandungan air diuapkan. Dalam operasi secara kontinyu, bahan yang
II-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-2

akan dikeringkan dan udara mengalir secara kontinyu dengan melewati suatu peralatan
(McCabe, 1993).

Pengeringan secara mekanis dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu:


1. Continuous drying
Suatu pengeringan bahan dimana pemasukan dan pengeluaran bahan dilakukan
terus menerus.
2. Batch drying
Suatu pengeringan dimana bahan masuk ke alat pengering sampai pengeluaran hasil
kering, kemudian baru dimasukkan bahan yang berikutnya.

Gambar II.1. Alat Pengering Tipe Batch Dryer (Fluidized Bed, n.d.)
Menurut sistem proses pengeringan dibedakan menjadi 2 yaitu:
1.

Direct drying
Pada system ini bahan dikeringkan dengan cara mengalirkan udara pengering
melewati bahan sehingga panas yang diserap diperoleh dari sentuhan langsung antara
bahan dengan udara pengering, biasanya disebut dengan pengeringan konveksi.

2.

Indirect drying
Pada system ini panas pengeringan di dapat dari dinding pemanas yang bersentuhan
dengan bahan yang dikeringkan secara konduksi.
Menurut (Geankoplis, 1993), pada proses drying dapat dikelompokkan berdasarkan

kondisi fisik yang digunakan pada proses penambahan panas dan pemindahan uap air,
yaitu:
1. Panas ditambahkan dengan kontak langsung udara panas pada tekanan atmosfer dan
uap yang terbentuk dibuang oleh udara.

II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3

2. Pada drying secara vakum, panas ditambahkan secara tidak langsung dengan
mengkontakkan dinding logam atau radiasi (suhu rendah dapat digunakan pada kondisi
vakum untuk material tertentu yang mungin mengalami kerusakan warna

atau

terdekomposisi pada suhu tinggi).


3. Pada freeze drying, air disublimasi dari bahan yang beku.
.
II.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeringan (Drying)
A. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan
makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari
bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga
kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu
pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat (Tindaon, 2013).
B. Kecepatan Aliran Udara
Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari permukaan
bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan bahan. Udara yang
bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat mengambil uap air juga akan
menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan pangan, sehingga akan mencegah
terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat penghilangan air (Tindaon, 2013).
C. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti
kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung dan
disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar maka udara
disekitar pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan menampung uap air terbatas dan
menghambat proses atau laju pengeringan (Tindaon, 2013).
D. Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering udara maka
makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi dan menahan uap air
Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi masing-masing. kelembaban
pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak
akan mengambil uap air dari atmosfir (Tindaon, 2013).

II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-4

II.1.3 Macam-macam Dryer


Peralatan yang digunakan untuk drying dapat diklasifikasikan menurut tipe
peralatan itu sendiri dan menurut sifat dari proses drying. Secara lengkap operasi drying
dapat dikelompokkan menurut tipe peralatan dan menurut sifat dari proses drying
(Geankoplis C. J., 1993).

Pengering (Dryer) dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:


A. Tray Dryer
Tray Dryer sangat bermanfaat bila laju produksi kecil. Alat ini dapat digunakan untuk
mengeringkan segala macam bahan, tetapi karena memerlukan tenaga kerja untuk
permuatan dan pengosongan, biaya operasinya agak mahal. Alat ini biasanya diterapkan
untuk pengeringan bahan-bahan bernilai tinggi seperti zat warna dan bahan farmasi.
Pengeringan dengan sirkulasi udara menyilang lapisan zat padat biasanya lambat, dan
siklus pengeringan pun panjang. Kadang-kadang digunakan juga sirkulasi-tembus, namun
cara ini biasanya tidak ekonomis dan bahkan tidak perlu pada pengering tumpak. Tray
Dryer dapat beroperasi dalam vakum, kadang-kadang dengan pemanasan tak langsung
(Parlina, n.d.).

Gambar II.2 Tray Dryer


Tray Conveyor ditunjukkan pada gambar II.2. Pengering ini terdiri dari sebuah ruang
dari logam lembaran yang berisi dua buah truk yang mendukung rak-rak H. Setiap rak
mempunyai sejumlah talam dangkal yang penuh dengan bahan yang akan dikeringkan.
Udara panas disirkulasikan di antara talam dengan bantuan kipas C dan motor D, mengalir
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-5

melalui pemanas E. Sekat-sekat G membagikan udara itu secara seragam di atas susunan
talam tadi. Sebagian udara basah diventilasikan keluar melalui talang pembuang B; sedang
udara segar masuk melalui pemasuk A. Rak-rak itu disusun di atas roda truk I, sehingga
pada akhir siklus pengeringan truk itu dapat ditarik keluar dari kamar dan dibawa ke stasiu
penumpahan talam (Mc Cabe, 1999).
B. Vacuum Shelf Indirect Dryer
Lemari pengering vakum sesuai untuk pengeringan kontinyu dari bermacam-macam
bahan dalam kuantitas yang kecil. Lemari ini sangat menguntungkan jika digunakan untuk
bahan-bahan yang peka terhadap suhu peka terhadap udara atau yang mengandung racun
(Handojo, 1999).
Bahan lembab ditempatkan pada lempeng-lempeng pengering yang diletakkan di atas
pelat yang dipanaskan. Pelat-pelat disusun satu di atas yang lain di dalam sebuah rumah
yang kedap udara berbentuk siku-siku. Uap yang terbentuk dihisap keluar dari rumah
pengring dengan bantuan pompa vakum (biasanya jenis pompa cincin cairan) dan
disalurkan ke sebuah kondenser (kondenser kontak untuk uap air, kondenser permukaan
untuk uap dari bahan pelarut) (Handojo, 1999).
C. Drum Dryer
Alat pengering drum sesuai untuk pengeringan kontinyu bahan cair, bahan berbentuk
bubur atau berbentuk pasta dalam kuantitas yang besar. Alat ini mempunyai unjuk kerja
pengeringan yang besar dengan volume pekerjaan yang sedikit. Karena waktu tinggal
bahan yang singkat, pengering ini sering digunakan sebagai alat pengering awal (Handojo,
1995).
Bahan yang akan dikeringkan ebawa secara kontinu dalam bentuk lapisan tipis oleh
satu atau dua drum berputar yang dipanaskan dari dalam. Dengan pemberian panas selama
berputarnya drum, cairan pada bahan akan menguap. Bahan yang telah kering diambil
dengan pisau serut yang terpasang di dekat tempat pemasukan. Dengan bantuan ventilator,
uap yang terbentuk dan udara di sekelilingnya disalurkan ke sebuah kondenser melalui
tudung hisap yang tepasang di atas drum (Handojo, 1995).

II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-6

Gambar II.3. Drum Dryer (Keey, n.d.)


D. Spray Dryer
Dalam pengering semprot, bubur atau larutan didispersikan ke dalam arus gas panas
dalam bentuk kabut atau tetesan halus. Kebasahan akan menguap dengan cepat dari tetesan
itu, dan meninggalkan partikel zat padat kering, yang lalu dipisahkan dari arus gas. Aliran
zat cair dan gas bisa searah, bisa berlawanan-arah, atau merupakan gabungan keduanya di
dalam satu unit (Mc Cabe, 1999).
Tetesan-tetesan itu dibentuk di dalam kamar pengering berbetuk silinder dengan nosel
tekanan, dengan nosel dua fluida, atau di dalam pengering ukuran besar, dengan piring
semprot kecepatan tinggi. Dalam semuanya itu, penting sekali menjaga agar tetesan itu
atau partikel basah tidak sampai menumbuk permukaan padat sebelum pengeringan
berlangsung, sehingga kamar pengering itu biasanya dibuat besar. Diameter sebesar 8
sampai 10 ft cukup lazim ditemui (Mc Cabe, 1999).

Gambar II.4 Diagram Alir Proses Spray Drying


E. Rotary Dryer
Rotary dryer merupakan alat drying yang terdiri dari shell berbentuk silinder dengan
peletakannya sedikit miring terhadap sumbu mendatar dan berputar. Bahan yang akan
dikeringkan masuk pada ujung pengering yang tinggi, dengan adanya perputaran dari
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-7

pengering serta didukung oleh adanya lifting flight di dalamnya. Produk akan keluar secara
perlahan-lahan pada ujung yang lebih rendah. Sumber panas untuk pengering biasanya
udara panas yang mengalir di dalam pengering disebut direct-heated dryer, panas itu dapat
juga disuplai dari luar shell dryer disebut indirect heated-dryer. Dua type alat pengering di
atas tersebut panas dapat diperoleh dari pembakaran bahan bakar atau memanaskan udara
dengan steam.Bila udara dipanaskan dengan steam, udara dihembuskan melalui satu
serietube berbentuk fin. Bila dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar, ia dapat
diproses dalam kamar tertutup atau barisan tube berbentuk fim. Pemanasan dilakukan
dengan kontak langsung dengan udara panas yang mengalirt secara countercurrent dengan
aliran zat padat (McCabe, 1993).
Rotary dryer tepat bila digunakan untuk proses pengeringan zat padat granular.
Material yang ditangani harus berupa granular atau kristal, harus dalam bulk dan dalam
keadaan awal sudah cukup kering, tidak bersifat lengket agar tidak menempel pada dinding,
serta pemindahannya dengan cara biasa. Feed secara kontinyu dimasukkan pada salah satu
ujung, sedangkan udara yang telah dipanaskan dimasukkan melalui ujung yang lain.
Silinder ditempatkan memanjang dengan kemiringan yang dapat diubah sehingga feed
dapat bergerak melewati peralatan. Dalam silinder terdapat lifting flights yang menempel
pada dinding sepanjang dryer yang berfungsi mengangkat feed dan menebarkannya
melewati udara panas. Dryer juga dilengkapi dengan pemanas udara (air heater) untuk
memanaskan udara yang masuk dan blower untuk menghisap udara masuk dalam dryer
(McCabe, 1993).

Gambar II.5 Komponen Countercurrent Air-heated Rotary Dryer

A. Dryer Shell

F. Feed Chute

B. Shell-supporting Rolls

G. Lifting Flights

C. Drive Gear

H. Product Discharge

D. Air-discharge Hood

J. Air Heater
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-8

E. Discharge Fan
(McCabe, 1993).

Pada dryer, gejala perubahan suhu di dalamnya tergantung pada sifat bahan umpan
dan kandungan zat cairnya, suhu medium pemanas, waktu pengeringan, serta suhu akhir
yang diperbolehkan dalam pengeringan zat padat itu. Pengeringan zat padat basah adalah
suatu proses thermal. Walaupun prosesnya bertambah rumit karena adanya difusi di dalam
zat padat atau melalui gas, kita masih dapat mengeringkan berbagai bahan hanya dengan
memanaskannya sampai suhu di atas titik didih zat cair, terkadang sampai jauh di atasnya,
untuk membebaskan sisa-sisa bahan yang teradsorbsi.
Kalor yang diberikan kepada dryer dipergunakan untuk:
1. Memanaskan feed (solid dan liquid) sampai suhu penguapan.
2. Menguapkan liquid.
3. Memanaskan solid sampai suhu akhirnya.
4. Memanaskan uap sampai suhu akhirnya.
II.1.4 Istilah dan Rumus
Free moisture content F merupakan perbedaan atau selisih antara total moisture content
X dan equilibrium moisture content X*, dinyatakan sebagai lb air per lb padatan kering.

F = X X*

...................................................... (1)

(Geankoplis, 1993)

Gambar II.6 Hubungan Free Moisture terhadap waktu

II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-9

Menurut Geankoplis (1993), semakin lama waktu pengeringan maka free moisture
juga akan semakin kecil tetapi pada waktu tertentu free moisture akan menjadi konstan.

Total moisture content merupakan jumlah kandungan air total yang terkandung pada
suatu padatan.

Xt
(Geankoplis, 1993)

W - Ws
Ws

...................................................... (2)

Drying Rate adalah kecepatan pengeringan suatu bahan. Kecepatan pengringan adalah
banyaknya air yang diuapkan tiap waktu per satuan luas.
R=-

L s dx
A dt

.................................................(3)

Gambar II.7 Hubungan Drying rate terhadap Free Moisture


Menurut Geankoplis (1983), semakin besar free moisture maka kecepatan
pengeringan juga akan semakin besar, tetapi pada free moisture tertentu akan memiliki
kecepatan pengeringan yang konstan.
Dalam gambar II. 9 kurva tingkat kondisi pengeringan konstan. Pada waktu nol
kaar air bebas awal ditunjukkan pada titik A. Pada awalnya padatan biasanya pada suhu
lebih dingin dari suhu tertinggi adalah naik ke nilai equilibrium atau jika zat padat ini
cukup panas untuk memulai dengan angka tersebut mulai dari titik A. Periode
penyeseuaian awal biasanya cukup pendek dan sering diabaikan dalam analisa pengeringan.

II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-10

Dari titik B ke C pada gambar II.5 merupakan garis lurus, dan karenanya lereng dan
tingkat yang konstan selama periode ini. Tingkat konstan periode pengeringan ditampilkan
sebagai garis BC pada gambar II.9. Pada titik C pada kedua plot, laju pengeringan mulai
menurun hingga mencapai titik D. Dalam periode menurun tingkat pertama, ditampilkan
sebagai CD dalam gambar II.9 sering linear.
Pada titik D dalam gambar II.9 laju pengeringan menurun bahkan lebih cepat,
sehingga mencapai titik E, dimana kadar air keseimbangan adalah X* dan X=X*-X*=0.
Dalam beberapa bahan yang dikeringkan, wilayah CD mungkin hilang sepenuhnya atau
mungkin merupakan semua periode laju menurun (Geankoplis, 1993).

II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-11
II.2 Aplikasi Industri

AN INDUSTRIAL BATCH DRYER SIMULATION TOOL BASED ON THE


CONCEPT OF THE CHARACTERISTIC DRYING CURVE
Pendahuluan
Model yang disajikan dikembangkan untuk tujuan umum pengering bets industri
dan dimaksudkan untuk menjadi seperti sesederhana mungkin, namun mampu menangkap
efek utama pengeringan kinetika. Model ini merupakan bagian dari lebih besar paket alat
simulasi yang disebut DryPack yang dapat digunakan untuk merancang, dimensi,
menganalisa dan mengoptimalkan proses pengeringan industri. DryPack terutama
diperuntukkan simulasi pengering batch. Pengering Batch Model saat ini terbatas untuk
konvektif proses pengeringan, di mana udara lembab panas di tekanan atmosfer mengalir
di produk dan memasok panas laten penguapan ke air di dalam produk. Jenis-jenis
pengering seperti pengering tidak langsung (konduksi dipanaskan) atau pengering radiasi
tidak didukung saat ini. Untuk mempermudah, model produk diasumsikan sama. Ini berarti
bahwa mungkin variabel suhu dan kadar air ditentukan dalam produk.
Metode Penelitian
Sebuah sketsa dari model pengering batch ditunjukkan pada Gambar 1. Aliran
udara seperti yang digambarkan cukup umum. Kipas blower mensirkulasikan aliran yang
ditentukan melalui input panas (heat exchanger) yang memberikan panas sesuai dengan
suhu udara yang diperlukan inlet ke pengering-oven. Udara panas mengalir melewati
produk dan mengeringkannya. Untuk menghindari uap panas meninggalkan oven, biasanya
dilakukan penurunan tekanan, sebesar 500 Pa dibawah tekanan atmosfer. Ini menyebabkan
infiltrasi udara dari sekitarnya dan tekanan sedikit lebih rendah dalam oven pengeringan
dijamin oleh peredam udara di knalpot.
Constant-rate period modeling
Periode laju pengeringan konstan tidak serumit laju penurunan atau kenaikan. Teori
untuk panas simultan dan perpindahan massa bahkan untuk teori kecepatan transfer massa
yang tinggi. Di kebanyakan kondisi pengeringan dengan campuran udara dan uap air
sebagai media pengeringan, massa biasanya rendah kecepatan transfer terjadi, bahkan pada
suhu bola kering dari 100oC ke 200oC. Juga bola basah, suhu dapat menjadi sebanyak 80 oC
atau lebih dan kecepatan transfer massa masih rendah terjadi. Itu alasannya adalah karena
perbedaan fraksi massa uap air antara udara rata-rata dan udara berdekatan dengan
II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-12

permukaan padat rendah meskipun suhu tinggi terjadi. Ini berarti bahwa mengemudi
potensi perpindahan massa relatif rendah. Di sisi lain perpindahan massa ini dicapai oleh
perpindahan panas yang masuk akal dari udara ke padat/produk. Hanya pada luas radiasi
atau konduktif (direct) pemanasan dapat kecepatan transfer massa yang tinggi terjadi
karena pengeringan dengan udara/air campuran uap pada tekanan atmosfer.

Hasil Penelitian
Pengering model batch dibandingkan dengan pengukuran dari fasilitas produksi papan
insulasi Denmark. Papan isolasi ditempatkan di gerobak dengan spacer di antara dan udara
panas mengalir melalui saluran-saluran kecil antara ruang dan mengering papan seperti
yang diilustrasikan. Gerobak melewati dua tahap pengeringan, "pra-dryer" panggung dan
"pasca-dryer" panggung, sebelum mencapai kadar air yang dibutuhkan. Dalam batch saat
suhu inlet dikendalikan untuk 160oC di kedua tahap. Bagaimanapun, tidak ada informasi
mengenai laju aliran volume yang sebenarnya melalui blower atau knalpot. Selain itu, ada
sejumlah kecil pengetahuan dengan karakteristik pengeringan kurva. Untuk alasan ini
pengukuran hanya dapat berfungsi sebagai pembanding sebagai lawan validasi.

Kesimpulan
Model umum untuk alat pengering simulasi bach industri disebut Dry Pack telah
disajikan. Model ini sejauh terbatas pada konfigurasi aliran saluran, tetapi mungkin dengan
mudah diperluas ke aliran lain konfigurasi. Model ini didasarkan pada konsep Karakteristik
Pengeringan Curve, dan karena itu penting untuk memasok kurva pengeringan
karakteristik berlaku sebagai masukan untuk model yang sesuai dengan konfigurasi produk
dan aliran yang sebenarnya. Alat ini memberikan bantuan pada memperkirakan masukan
tersebut, namun, harus ditekankan bahwa percobaan skala kecil atau pilot harus dilakukan
untuk membangun kurva laju pengeringan karakteristik valid. Eksperimen tersebut dapat
dilakukan oleh penulis.
Model sama dengan percobaan dari papan insulasi fasilitas produksi Denmark,
ketika mengingat kesederhanaan model. Model ini dapat digunakan untuk menganalisis
desain penting dan parameter optimasi seperti suhu inlet, laju aliran volume dan tata letak
geometri dalam hal waktu pengeringan, konsumsi panas dan listrik blower.

II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel yang digunakan
1. Balok:
p

= 3,8 cm

= 1,6 cm

= 2,5 cm

2. Prisma persegi:
s

= 2,7 cm

= 2,5 cm

= 3,9 cm

= 2 cm

3. Tabung:
r

= 2 cm

= 4 cm

= 5 cm

4. Waktu pengeringan: 120 menit


5. Suhu oven: 90C

III.2 Bahan yang digunakan


1. Air
2. Sabun

III.3 Alat yang digunakan


1. Oven
2. Timbangan Elektrik
3. Stopwatch

III.4 Prosedur Percobaan


III.4.1 Tahap Persiapan
1. Memanaskan oven hingga suhunya mencapai kurang lebih 90C.
III-1

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


III-2
2. Mengukur luas penampang (A) sampel yang akan digunakan yang berbentuk prisma
persegi, balok dan tabung.
3. Mencelupkan sampel kedalam air dan menimbang sebagai Wbasah.

III.4.2 Moisture Content Pada Feed


1. Menghidupkan oven dan menunggu beberapa saat batch dryer yang masih dalam
keaadan kosong tersebut sampai tercapai keadaan steady state, yaitu suhu konstan.
2. Meletakkan sampel dalam oven pada suhu 90C.
3. Menimbang feed setiap 15 menit.
4. Mengukur moisture content dari bahan.
5. Mengulangi prosedur hingga berat konstan.

III.5 Diagram Alir Percobaan


III.5.1 Tahap Persiapan
Mulai

Memanaskan oven hingga suhunya mencapai kurang lebih 90C

Mengukur luas penampang (A) sampel yang akan digunakan yang berbentuk prisma
persegi, balok dan tabung

Mencelupkan sampel kedalam air dan menimbang sebagai Wbasah

Selesai

II Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Laboratorium
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


III-3
III.5.2 Moisture Content Pada Feed
Mulai

Menghidupkan oven dan menunggu beberapa saat batch dryer yang masih dalam
keaadan kosong tersebut sampai tercapai keadaan steady state, yaitu suhu konstan

Meletakkan sampel dalam oven pada suhu 90C

Menimbang feed setiap 15 menit

Mengukur moisture content dari bahan

Mengulangi prosedur hingga berat konstan

Selesai

II Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Laboratorium
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


III-4
III.6 Gambar Alat Percobaan

Oven
Keterangan :
1. Penunjuk suhu
2. Switch pengatur
3. Knob

Timbangan Elektrik

Stopwatch handphone

II Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Laboratorium
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Dari percobaan batch dryer yang telah dilaksanakan pada laboraturium Proses
Pemisahan dengan Perpindahan Massa, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel IV.1.1 Massa Sampel
No. Sampel

Wawal (g)

Wsetelah dicelup air (g)

1.

Balok

17,9

18,1

2.

Prisma persegi

9,8

9,9

3.

Tabung

21

21,2

Tabel IV.1.2 Hasil Percobaan Batch Dryer


Waktu
No.

Pengeringan

Wbalok (g)

Wprisma persegi (g)

Wtabung (g)

(menit)
1

18,1

9,9

21,2

15

17,9

9,8

21,1

30

17,8

9,6

20,9

45

17,7

9,6

20,8

60

17,6

9,5

20,7

75

17,5

9,5

20,7

90

17,5

9,5

20,6

105

17,5

9,5

20,6

120

17,5

9,5

20,6

IV.2 Hasil Perhitungan


Setelah melakukan percobaan dan mencatat data yang telah didapat, dilakukan
perhitungan data yang telah didapat dari hasil praktikum, hasil perhitungan dapat dilihat
pada Tabel IV.2.1; Tabel IV.2.2; dan Tabel IV.2.3.

IV-1

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


IV-2 \
Tabel IV.2.1 Hasil Perhitungan Sampel Berbentuk Balok
No.

Waktu

Xt (kg H2O/kg

(jam)

(kg)

dry solid)

A (m2)

X (kg H2O/kg

dry solid)

(kg H2O/m2.h)

0,0181

0,0342857

0.003916

0,0004471

0,003575

0,25

0,0179

0,0228571

0.003916

0,0001118

0,000894

0,5

0,0178

0,0171429

0.003916

0,0000746

0,000596

0,75

0,0177

0,0114286

0.003916

0,0000559

0,000447

0,0176

0,0057142

0.003916

0,0000448

0,000358

1,25

0,0175

0.003916

1,5

0,0175

0.003916

1,75

0,0175

0.003916

0,0175

0.003916

Tabel IV.2.2 Hasil Perhitungan Sampel Berbentuk Prisma Persegi


No.

Waktu

Xt (kg H2O/kg

(jam)

(kg)

dry solid)

A (m2)

X (kg H2O/kg

dry solid)

(kg H2O/m2.h)

0,0099

0,0421053

0,00303

0,0001567

0,001254

0,25

0,0098

0,0315789

0,00303

0,0001567

0,001254

0,5

0,0096

0,0105263

0,00303

0,0001567

0,001254

0,75

0,0096

0,0105263

0,00303

0,0000522

0,000418

0,0095

0,00303

1,25

0,0095

0,00303

1,5

0,0095

0,00303

1,75

0,0095

0,00303

0,0095

0,00303

Tabel IV.2.3 Hasil Perhitungan Sampel Berbentuk Tabung


No.

Waktu

Xt (kg H2O/kg

(jam)

(kg)

dry solid)

A (m2)

X (kg H2O/kg

dry solid)

(kg H2O/m2.h)

0,0212

0,0291262 0,004198

0,0002455

0,001964

0,25

0,0211

0,0242718 0,004198

0,0002455

0,001964

0,5

0,0209

0,0145631 0,004198

0,0000818

0,000655

II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massas
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


IV-3 \
4

0,75

0,0208

0,0097087 0,004198

0,0000613

0,000491

0,0207

0,0048544 0,004198

0,0000613

0,000491

1,25

0,0207

0,0048544 0,004198

0,0000491

0,000393

1,5

0,0206

0 0,004198

1,75

0,0206

0 0,004198

0,0206

0 0,004198

IV.3 Pembahasan
Tujuan dari percobaan batch dryer ini adalah mempelajari cara menghitung
kecepatan pengeringan batch dryer berdasarkan free moisture padatan dan waktu.
Pada percobaan ini menggunakan alat pengering, yaitu oven dan cara pemberian
panasnya adalah secara tidak langsung. Operasi pengeringan terputusputus (batch).
Percobaan ini menggunakan sampel semen yang berbentuk prisma persegi dan balok, dan
berbentuk tabung. Hal pertama yang dilakukan adalah menimbang bahan padat basah
sebagai berat mulamula, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 80C. Pada
selang waktu 15 menit, bahan diambil untuk di timbang sebagai berat setelah pengeringan.
Cara ini dilakukan berulangulang sampai diperoleh berat konstan.

Grafik IV.1 Hubungan Total Moisture Content dengan Waktu Pengeringan Sampel
Bentuk Prisma Persegi, Tabung, dan Balok

II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massas
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


IV-4 \
Berdasarkan Grafik IV.1 dapat dilihat bahwa hubungan antara kadar air total
dengan lama waktu pengeringan sampel. Nilai kadar air total pada sampel prisma persegi,
balok maupun tabung berkurang seiring waktu pengeringan yang semakin lama, Hal ini
sesuai dengan literatur yang menjelaskan bahwa dengan berjalannya waktu, kandungan
kebasahan Xt berkurang. Selama beberapa saat, sampel itu dipanaskan sampai suhu
penguapan dan kemudian grafik yang dihasilkan menunjukkan garis linier, yang kemudian
melengkung ke arah horizontal dan akhirnya mendatar (McCabe, 1993).
Pada Grafik IV.1 dapat dilihat bahwa penurunan nilai Total Moisture Content yang
paling cepat terjadi pada sampel prisma persegi, hal ini dapat terjadi karena Total Moisture
Content yang terkandung dalam sampel prisma persegi lebih sedikit daripada Total
Moisture Content yang terkandung dalam sampel lainnya sehingga pengeringanya lebih
cepat. Semakin sedikit air yang dikandung, pengeringan akan semakin cepat (Purba, 2012).

Grafik IV.2 Hubungan Free Moisture Content dengan Waktu Pengeringan Sampel Bentuk
Prisma Persegi, Balok, dan Tabung

Berdasarkan Grafik IV.2 dapat dilihat hubungan antara free moisture content
dengan waktu pengeringan. Free moisture content sampel prisma persegi, balok, dan
tabung berkurang seiring waktu pengeringan yang semakin lama. Hal ini sesuai dengan
literatur yang menyebutkan bahwa saat t=0 padatan biasanya pada temperatur yang lebih
dingin daripada suhu tertinggi, dan laju penguapan akan meningkat. Namun beberapa
waktu kemudian suhu permukaan naik ke nilai keseimbangan. Periode awal unsteady state
ini biasanya cukup pendek dan hal ini sering diabaikan dalam analisis waktu pengeringan.

II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massas
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


IV-5 \
Fase berikutnya merupakan garis lurus, dan karenanya slope dan rate konstan selama
periode ini. Selanjutnya tingkat pengeringan mulai menurun (Geankoplis, 1993).
Pada Grafik IV.2 dapat dilihat bahwa laju pengurangan nilai Free Moisture Content
yang paling cepat ditunjukkan pada sampel prisma persegi, hal ini dapat dipengaruhi oleh
kadar air bebas yang dikandung oleh sampel prisma persegi lebih konstan daripada
kandungan air bebas pada sampel yang lain. Semakin sedikit air yang dikandung,
pengeringan akan semakin cepat (Purba, 2012).

Grafik IV.3 Hubungan Rate Dryer dengan Free Moisture Content Sampel Bentuk
Prisma Persegi, Balok, dan Tabung

Pada Grafik IV.3 dapat dilihat hubungan antara rate dryer dan free moisture
content. Semakin besar nilai free moisture content, maka nilai rate dryer juga semakin
tinggi, hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa saat t=0 padatan biasanya
pada temperatur yang lebih dingin daripada suhu tertinggi, dan laju penguapan akan
meningkat. Namun beberapa waktu kemudian suhu permukaan naik ke nilai keseimbangan.
Periode awal unsteady state ini biasanya cukup pendek dan hal ini sering diabaikan dalam
analisis waktu pengeringan. Fase berikutnya merupakan garis lurus, dan karenanya slope
dan rate konstan selama periode ini. Selanjutnya tingkat pengeringan mulai menurun
(Geankoplis, 1993).

Dari Grafik IV.3 dapat dilihat penurunan nilai rate dryer yang paling tinggi adalah
sampel balok. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan air bebas yang terdapat pada

II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massas
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


IV-6 \
sampel balok lebih besar daripada sampel prisma persegi maupun sampel tabung. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa laju pengeringan akan menurun seiring
dengan penurunan kadar air selama pengeringan. Jumlah air terikat makin lama semakin
berkurang, perubahan laju pengeringan menurun untuk bahan yang berbeda akan terjadi
pada kadar air yang berbeda pula (Taufiq, 2004).

Grafik IV.4 Hubungan Rate Dryer dengan Total Moisture Content Sampel Bentuk
Prisma Persegi, Balok, dan Tabung
Pada Grafik IV.4 dapat dilihat hubungan antara rate dryer dan total moisture
content. Nilai rate dryer semakin bertambah seiring meningkatnya total moisture content.
Semakin besar luas permukaan maka bisa menambah luas permukaan bahan yang kontak
dengan panas, sehingga panas cepat meresap dan laju pengeringan bertambah. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menjelaskan bahwa apabila tebal bahan yang dikeringkan
kecil, maka difusivitas akan meningkat, hal ini juga mempengaruhi laju pengeringan
(Yunariski, 2012).

II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massas
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


IV-7 \

Grafik IV.5 Hubungan Rate Dryer dengan Waktu Pengeringan Sampel Bentuk Prisma
persegi, Balok, dan Tabung

Pada Grafik IV.5 dapat dilihat hubungan antara rate dryer dan waktu. Nilai rate
dryer semakin berkurang seiring lamanya waktu pengeringan. Hal ini sesuai dengan
literatur yang menjelaskan bahwa apabila diplot antara rate dryer dan waktu maka
sebagian besar panjang dari grafik tersebut menunjukkan laju pengeringan konstan.
Kemudian melengkung ke bawah dan akhirnya bila bahan telah mencapai kandungan
kebasahan keseimbangan akan menjadi nol (McCabe, 1993).
Dapat dilihat pada grafik IV.5, penurunan nilai rate dryer yang paling cepat dialami
oleh sampel prisma persegi, hal ini dikarenakan luas permukaan prisma persegi lebih besar
daripada luas permukaan sampel yang lain. Semakin besar luas permukaan maka bisa
menambah luas permukaan bahan yang kontak dengan panas, sehingga panas cepat
meresap dan laju pengeringan bertambah. Makin kecil ukuran benda, pengeringan akan
makin cepat (Purba, 2012).

II
Laboratorium
Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massas
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan Batch Dryer yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Semakin lama waktu pengeringan maka nilai total moisture content semakin berkurang,
hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa nilai total moisture content
berkurang seiring lama waktu pengeringan.
2. Semakin tinggi nilai free moisture content maka semakin tinggi pula nilai rate dryer,
hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa nilai rate dryer sebanding
dengan nilai free moisture content.
3. Semakin lama waktu pengeringan, maka nilai free moisture content akan semakin
berkurang, hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa nilai free moisture
content berkurang seiring lama waktu pengeringan.
4. Semakin besar luas permukaan maka bisa menambah luas permukaan bahan yang
kontak dengan panas, sehingga panas cepat meresap dan laju pengeringan bertambah.
5. Semakin lama waktu pengeringan, maka nilai rate dryer semakin berkurang, hal ini
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa nilai rate dryer berkurang seiring
lama waktu pengeringan.

V-1

You might also like