Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis seperti balon dan
mengeluarkan semua udaranya melalui trakea. Paru-paru sebenarnya mengapung dalam
rongga toraks, dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan pleura yang menjadi pelumas bagi
gerakan paru-paru.1
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Dengan
adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka akan menimbulkan penekanan terhadap
paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat mengembang dengan maksimal. Pneumotoraks
dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri
dapat bersifat primer dan sekunder. Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat
iatrogenik dan non iatrogenik.2
Insidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak yang tidak
diketahui. Namun dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa
pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun.
Laki-laki lebih sering daripada wanita, dengan perbandingan 5 : 1.2
Di Amerika Serikat, insidens pneumotoraks spontan primer pada laki-laki adalah 7,4
kasus per 100.000 orang tiap tahunnya sementara pada wanita sidensnya 1,2 kasus per 100.000
orang. Sedangkan insidens pneumotoraks spontan sekunder pada laki-laki adalah 6,3 kasus
per 100.000 orang dan wanita 2,0 per 100.000 orang. Pneumotoraks traumatik lebih sering
terjadi daripada pneumotoraks spontan dengan laju yang semakin meningkat.3
Pneumotoraks spontan primer terjadi pada usia 20 30 tahun dengan puncak insidens
pada usia awal 20-an sedangkan pneumotoraks spontan sekunder lebih sering terjadi pada
usia 60 65 tahun.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Dan Fisiologi
Paru-paru dan pleura mengisi sebagian besar rongga toraks dengan jantung di
antaranya, sedangkan aorta descendens serta oeshophagus terletak di belakang jantung. Pleura
terbagi atas 2 lapisan, yaitu: pleura parietalis dan pleura visceralis. Pleura parietalis merupakan
selaput tipis dari membrana serosa yang melapisi rongga pleura. Pada daerah yang
menghadap mediastinum, pleura ini beralih meliputi paru-paru sehingga disebut pleura
visceralis atau pleura pulmonalis. Pleura visceralis ini membugkus paru-paru dan melekat erat
pada permukaannya. Ruangan potensial antara kedua lapisan pleura ini disebut cavitas
pleuralis yang hanya berisi laisan tipis cairan untuk lubrikasi.8
Pernapasan berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena
gerak otot pernapasan yaitu m.intercostalis dan diafragma yang menyebabkan rongga dada
membesar sehingga udara akan terhisap masuk melalui trakea dan bronkus.7
Jaringan
paru
dibentuk
oleh
jutaan
alveolus
mengembang
dan mengempis
bergantung pada membesar atau mengecilnya rongga dada. Dinding dada yang membesar
akan akan menyebabkan paru-paru mengembang sehingga udara akan terhisap ke dalam
alveolus. Sebaliknya bila m.intercostalis melemas
maka
dinding
dada
akan
mengecil
sehingga udara akan terdorong keluar. Sementara itu, karena adanya tekanan intraabdominal
maka diafragma akan terdorong ke atas apabila tidak berkontraksi. Ketiga faktor ini yaitu
lenturnya
dinding
thoraks,
kekenyalan jaringan
paru dan
tekanan
intraabdominal
B. Definsi
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru yang terkena.3
C. Klasifikasi
Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 2,3
1.
Pneumotoraks Spontan
Pneumotoraks
yang
terjadi
secara
tiba-tiba. Pneumotoraks
tipe
ini dapat
a)
Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi secara tibatiba tanpa diketahui sebabnya.2,3
b)
2.
Pneumotoraks traumatic
Pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma penetrasi atau
bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru. Pneumotoraks
tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu :2,3
a)
b)
2)
tuberkulosis
sebelum
eraantibiotik,
maupun untuk
3.
b)
c)
Sedangkan
menurut
luasnya
paru
yang
mengalami
kolaps,
maka
D. Patofisologi
Pneumotoraks dapat disebabkan oleh trauma dada yang dapat mengakibatkan
kebocoran / tusukan / laserasi pleura viseral. Sehingga paru-paru kolaps sebagian / komplit
berhubungan dengan udara /cairan masuk ke dalam ruang pleura. Volume di ruang pleura
menjadi meningkat dan mengakibatkan peningkatan tekanan intra toraks. Jika peningkatan
tekanan intra toraks terjadi, maka distress pernapasan dangangguan pertukaran gas dan
menimbulkan tekanan pada mediastinum yang dapat mencetuskan gangguan jantung dan
sirkulasi sistemik.2
E. Gejala Klinis
1. Anamnesis
Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul adalah:2,4,5
ringannya
keadaan
penderita
tergantung pada
tipe
pneumotoraks
tersebut:2
a) Pneumotoraks tertutup atau terbuka, sering tidak berat.
b) Pneumotoraks ventil dengan tekanan positif tinggi, sering dirasakan lebih
berat.
c) Berat ringannya pneumotoraks tergantung juga pada keadaan paru
yang lain serta ada tidaknya jalan napas.
d) Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan, tetapi
bila penderita mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan
kecil disebabkan pengisian yang kurang.
2. Pemeriksaan Fisik
d) Auskultasi :
1) Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang
2) Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negative
F. Pemeriksaan Penunjang
1.
Foto Rontgen
10
Gambaran radiologis yang tampak pada foto rntgen kasus pneumotoraks antara
lain:6
a)
Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan
tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang
kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai
dengan lobus paru.6
b)
Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque
yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru
yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat
ringan sesak napas yang dikeluhkan.6
c)
d)
2)
11
.
Foto Ro pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan
anak panah merupakan bagian paru yang kolaps
2.
12
3.
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan udara
dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada prinsipnya,
penatalaksanaan pneumotoraks adalah sebagai berikut :
1. Observasi dan Pemberian O2
Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah
menutup, maka udara yang berada didalam
tindakan
tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan
udara luar dengan cara: 2
a)
b)
13
didinding
toraks
sampai
menembus
ke
rongga
14
Selain
itu
dapat
pula
melalui
sela
iga
ke-2
di
garis
midklavikula.3,4
Setelah troakar masuk, maka toraks kateter segera
dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar dicabut,
sehingga hanya kateter toraks yang masih tertinggal di rongga
pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di dada dan
pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainnya.
Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm
di bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan
mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut.3,4
Gb.Pemasangan WSD
3. Tindakan Bedah
a)
b)
pleura
yang
c)
d)
H. Pengobatan Tambahan
1.
2.
3.
Pemberian
antibiotik
profilaksis
setelah
setelah
2.
Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk atau bersin terlalu
keras.
3.
4.
Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan batuk, sesak
napas.4
16
BAB III
KESIMPULAN
Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura terisi oleh darah,
sehingga menyebabkan pendesakan terhadap jaringan paru yang menimbulkan gangguan
17
dalam pengembangannya terhadap rongga dada saat proses respirasi. Oleh karena itu, pada
pasien sering mengeluhkan adanya sesak napas dan nyeri dada.
Berdasarkan penyebabnya, pneumotoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun
traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder. Sedangkan
pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenik. Dan menurut fistel yang
terbentuk, maka pneumotoraks dapat bersifat terbuka, tertutup dan ventil (tension).
Dalam menentukan diagnosa pneumotoraks seringkali didasarkan pada hasil foto rntgen
berupa gambaran translusen tanpa adanya corakan bronkovaskuler pada lapang paru yang
terkena, disertai adanya garis putih yang merupakan batas paru (colaps line). Dari hasil rntgen
juga dapat diketahui seberapa berat proses yang terjadi melalui luas area paru yang terkena
pendesakan serta kondisi jantung dan trakea.
Pada prinsipnya, penanganan pneumotoraks berupa observasi dan pemberian O2 yang
dilanjutkan dengan dekompresi. Untuk pneumotoraks yang berat dapat dilakukan tindakan
pembedahan.Sedangkan
untuk
proses
medikasi
disesuaikan
dengan
penyakit
yang
mendasarinya. Tahap rehabilitasi juga perlu diperhatikan agar pneumotoraks tidak terjadi lagi.
18