Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
IDENTIFIKASI DAERAH INTERES UNTUK TAPAK PLTN DI PULAU BANGKA.
Identifikasi daerah interes untuk calon pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) telah dilakukan
untuk daerah pesisir pulau Bangka. Teknik perhitungan raster menggunakan faktor bobot telah
diterapkan dan diaplikasikan pada perangkat lunak sistem informasi geografis (SIG) untuk memilih
daerah-daerah yang bebas dari karakteristik yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi operasi PLTN
ditinjau dari aspek geologi, geoteknik, tata-guna lahan, jalur penerbangan, dan letak relatif terhadap
daratan Sumatera. Daerah hutan lindung, yang berada di sekeliling pulau Bangka belum
dipertimbangkan karena cakupannya masih dalam pembahasan oleh Pemerintah Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka-Belitung. Empat lokasi utama di pesisir selatan yang diidentifikasi yaitu daerah
Teluk Manggris (Kec. Muntok), Tempilang (Kecamatan Kelapa), Sebagin (Kecamatan Simpang
Rimba), dan Toboali. Di pesisir utara, daerah Penganak, Tuing/Tanjung Gudang, Sungailiat, dan
Lubuk Besar. Jika faktor kedekatan dengan daratan Sumatera ikut dipertimbangkan, maka daerah
pesisir selatan pulau Bangka seperti daerah Sebagin dan Teluk Manggris menjadi lebih berterima
dibandingkan daerah-daerah lainnya.
Kata kunci: Tapak, PLTN, SIG, raster, daerah interes
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF INTERES AREAS FOR NPP SITE IN BANGKA ISLAND.
Identification of interest areas for Nuclear Power Plant (NPP) sites was performed for Bangka Island.
Weighted raster calculation was used and applied in Geographical Information System format to
identify areas based on desirable characteristics from the aspects of geology, geotechnics, land-use,
flight path, and relative location to Sumatera Island. The area for protected forest has not been taken
into consideration since it is still under discussions within the local government of Bangka Belitung
Islands Province. Four locations on the southern coast were identified namely in Manggris Bay
(Muntok District), Tempilang(Kelapa District), Sebagin (Simpang Rimba District) and Toboali. At
the northern coast the identified areas were Penganak, Tuing/Tanjung Gudang, Sungailiat and Lubuk
Besar. If the relative location to Sumatera Island is taken into consideration, then the areas in the
southern coast of Bangka Island such as Sebagian and Manggris Bay are deemed more suitable
compared to the other potential areas.
Keywords: Site, NPP, GIS, raster, interest area
1.
PENDAHULUAN
Energi nuklir adalah salah satu sumber energi masa depan. Hal ini dapat dilihat dari
penggunaan energi nuklir untuk pembangkitan listrik yang terus berkembang. Didunia
pada saat ini terdapat 440 buah PLTN dengan kapasitas terpasang 374,093 GW(e) dan 64
PLTN sedang dalam tahap pembangunan. Tidak tertutup kemungkinan bahwa Indonesia
dimasa mendatang akan memanfaatkan sumber energi ini dalam pemenuhan kebutuhan
listriknya.
Pembangunan fasilitas penting seperti PLTN harus mempertimbangkan faktor-faktor
teknis keselamatan, lingkungan, sosio-ekonomi, dan kesediaan infrastruktur. Faktor
ISSN 1979-1208
78
2.
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau
Bangka dan Pulau Belitung serta beberapa pulau kecil. Ibukota provinsi ini adalah
Pangkalpinang. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 10450 sampai 10930
Bujur Timur dan 050 sampai 410 Lintang Selatan.
2.1
Kondisi Geologi
Aryanto dkk,(1985).[2] menyebutkan bahwa geologi daerah pulau Bangka, seperti telah
diteliti oleh Mangga dan Djamal (1994)[5], secara ringkas dijelaskan sebagai berikut: struktur
geologi yang berkembang di daerah ini adalah sesar naik, sesar mendatar dan sesar normal
serta lipatan yang mempunyai variasi arah baratlaut-tenggara; dan timurlaut-baratdaya
hingga utara-selatan. Struktur ini memotong semua formasi yang berada di kedua pulau
tersebut seperti: Kompleks Pemali, Diabas Penyabung, Granit Klabat, Formasi
Tanjunggenting dan Formasi Ranggam kecuali Endapan Aluvium (QA). Granit Klabat, yang
berupa pegmatit, menerobos mulai dari Kompleks Pemali hingga Formasi Tanjunggenting
(Gambar 1).
Deformasi di daerah ini terjadi dalam tiga (3) fase, diawali pada masa Paleozoikum
Akhir dengan struktur berarah timurlaut-baratdaya yang dicirikan dengan intrusi diabas.
Kemudian (fase ke-2) pada jaman Trias Atas- Jura struktur yang terjadi berarah baratlauttenggara dan kembali berarah timurlaut-baratdaya yang ditandai dengan korok-korok
(dykes) granit. Pada jaman Kapur (fase terakhir atau paling muda) struktur yang terjadi
berarah utara- selatan. Stratigrafi daerah penyelidikan adalah sebagai berikut: batuan tertua
merupakan komplek Malihan Pemali (Permokarbon) terdiri atas sekis, filit, kuarsit,
sekisfilitan, dan batugamping yang kedudukannya ditindih secara tidak selaras oleh
Formasi Tanjunggenting (Trias Awal) yang terdiri atas perselingan batupasir meta,
ISSN 1979-1208
79
Struktur geologi
Katili (1968) mengatakan bahwa pada batuan metamorf dan sedimen di Bangka Utara
terdapat perlipatan silang akibat dua deformasi. Deformasi pertama mengakibatkan lipatan
dengan arah barat laut-tenggara, namun umurnya sulit ditentukan dengan pasti. Struktur
lipatan berarah timur laut-barat daya (orogen II) disebabkan oleh deformasi pada Yura atas.
Orogen yang kedua ini menghilangkan jejak orogen yang lebih tua.
Sukendar Asikin dan Rubini Surya Atmaja (1972), berdasarkan penelitian dan analisis
kedudukan rekahan-rekahan, urat-urat, dan korok-korok di daerah sambung giri dan
pemali, menyimpulkan bahwa gerak-gerak orogen sebelum Yura atas mengakibatkan
terjadinya deformasi yang menyebabkan perlipatan pada batuan sedimen yang berumur
karbon-trias. Deformasi ini selain membentuk lipatan NW-SE juga menyebabkan terjadinya
rekahan-rekahan (Shear dan Tension fracture).
Struktur sesar, kekar, ditemukan dalam arah yang bervariasi, tetapi
kecenderungannya mempunyai arah utara selatan (Katili, 1967). Ukoko (1983), mengatakan
bahwa di Pulau Bangka terdapat beberapa sesar yang umurnya berarah timur laut-barat
daya sampai utara-selatan. Sesar utama berarah N 30 E memotong granit klabat ke selatan
sepanjang 3 Km. Sesar utama ini dalam foto udara tampak sebagai kelurusan sepanjang 50
Km.
ISSN 1979-1208
80
METODOLOGI
Pembobotan
Perhitungan
ISSN 1979-1208
81
ISSN 1979-1208
82
SG
TGL
JS (Km)
JP (Km)
10
5 Km
Granit klabat
Tegalan/ ladang /
kebun
100
90
80
70
60
10
50
12
40
14
30
16
20
9
8
4 Km
Hutan rimba
7
6
2 Km
Kompleks malihan
pemali
5
4
1 Km
3
2
> 0,5
Km
ISSN 1979-1208
Diabas penyabung
Pemukiman/
sawah
83
Air/hutan rawa/
danau/ situ
0 Km
18
10
20
Catatan:
SG: struktur geologi; G: geologi; TGL: tata-guna lahan; JS: jarak ke Sumatera; JP: jalur penerbangan
Peta struktur geologi yang digunakan dalam penelitian ini tidak menjelaskan apakah
patahan yang teridentifikasi merupakan patahan aktif atau bukan. Untuk itu, penilaian akan
didasarkan terhadap jarak dari patahan tersebut. Nilai 10 diberikan bila calon lokasi terletak
lebih dari 10 Km. Faktor material bawah permukaan didasarkan pada jenis batuan dibagian
bawah reaktor untuk kepentingan pondasi serta desain kegempaan, yaitu apakah batuan
masif pada lokasi tersebut bersifat keras atau lunak. Batuan keras seperti granit (Klabat)
maupun tufa (Tanjung Genting) diberikan nilai tinggi yaitu 10 dibandingkan dengan lapisan
aluvial yang cenderung lebih lunak. Faktor penting lainnya adalah letak calon lokasi PLTN
terhadap jalur penerbangan, baik komersial maupun militer, dan lapangan terbang sebagai
konsideran terhadap kemungkinan kecelakaan pesawat komersial maupun militer yang
dapat membahayakan instalasi PLTN. Semakin jauh suatu lokasi dari jalur penerbangan,
maka semakin tinggi nilainya. Tata-guna lahan mempertimbangkan apakah lokasi PLTN
terletak pada lahan non-konservasi, konservasi (hutan lindung atau suaka margasatwa),
rawa-rawa, perkebunan/pertanian, atau permukiman. Dalam hal ini, lahan konservasi dan
rawa-rawa akan diberikan nilai rendah sedangkan jenis lahan lain akan diberikan nilai lebih
tinggi.
4.
Bobot yang digunakan dalam perhitungan raster diberikan pada Tabel 2 sebagai
berikut:
Tabel 2. Bobot Perhitungan Raster
No
Layer
Simbol (S)
Bobot (w)
1
Geologi (batuan penyusun)
G
0.3
2
Struktur geologi (patahan)
SG
0.3
3
Jalur penerbangan
JP
0.1
4
Tata-guna lahan
TGL
0.1
5
Jarak dari P. Sumatera
JS
0.2
Total
1.0
Perhitungan nilai akhir N kemudian dilakukan menggunakan formulasi sebagai berikut:
ISSN 1979-1208
84
5.
Lokasi
Kecamatan
Kabupaten
Lepar Pongok
Bangka Selatan
Toboali
Bangka Selatan
Toboali
Bangka Selatan
Simpang Rimba
Bangka Selatan
Simpang Rimba
Bangka Selatan
Muntok
Bangka Barat
Jebus
Bangka Barat
Jebus
Bangka Barat
Tj. Penyusuk,
Belinyu
Bangka
10
Belinyu
Bangka
KESIMPULAN
Sebagian daerah pesisir di Pulau Bangka memiliki potensi yang baik sebagai calon
tapak PLTN ditinjau dari aspek geologi, tata-guna lahan, akibat kegiatan manusia terutama
terkait dengan kegiatan penerbangan sipil, kedekatan dengan pulau Sumatera dan lokasi
ISSN 1979-1208
85
DAFTAR PUSTAKA
[1] Using ArcGIS Spatial Analysis, ESRI, 2001-2002
[2] N. C.D ARYANTO, J. WIDODO DAN P. RAHARJO, Keterkaitan Unsur Tanah Jarang
Thd Mineral Berat Ilmenit dan Rutil Perairan Pantai Gundi, Bangka, Puslitbang Geologi
Kelautan, 1985
[3] http://www.bnpb.org diakses Mei 2011
[4] http://gis.dephub.go.id/mapping/Map_Udara.aspx diakses Mei 2011
[5] Peta Geologi Lembar Bangka Utara, Sumatera, Skala 1: 250.000, s. Andi Mangga dan B.
Djamal,1994
ISSN 1979-1208
86