You are on page 1of 9

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011

Pusat Pengembangan Energi Nuklir


Badan Tenaga Nuklir Nasional

IDENTIFIKASI DAERAH INTERES UNTUK TAPAK PLTN DI


PULAU BANGKA
Sunarko, Hadi Suntoko
Pusat Pengembangan Energi Nuklir- BATAN, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan
Jakarta 12710 Telepon: 021 5204243, Email: sunarko@yahoo,com

ABSTRAK
IDENTIFIKASI DAERAH INTERES UNTUK TAPAK PLTN DI PULAU BANGKA.
Identifikasi daerah interes untuk calon pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) telah dilakukan
untuk daerah pesisir pulau Bangka. Teknik perhitungan raster menggunakan faktor bobot telah
diterapkan dan diaplikasikan pada perangkat lunak sistem informasi geografis (SIG) untuk memilih
daerah-daerah yang bebas dari karakteristik yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi operasi PLTN
ditinjau dari aspek geologi, geoteknik, tata-guna lahan, jalur penerbangan, dan letak relatif terhadap
daratan Sumatera. Daerah hutan lindung, yang berada di sekeliling pulau Bangka belum
dipertimbangkan karena cakupannya masih dalam pembahasan oleh Pemerintah Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka-Belitung. Empat lokasi utama di pesisir selatan yang diidentifikasi yaitu daerah
Teluk Manggris (Kec. Muntok), Tempilang (Kecamatan Kelapa), Sebagin (Kecamatan Simpang
Rimba), dan Toboali. Di pesisir utara, daerah Penganak, Tuing/Tanjung Gudang, Sungailiat, dan
Lubuk Besar. Jika faktor kedekatan dengan daratan Sumatera ikut dipertimbangkan, maka daerah
pesisir selatan pulau Bangka seperti daerah Sebagin dan Teluk Manggris menjadi lebih berterima
dibandingkan daerah-daerah lainnya.
Kata kunci: Tapak, PLTN, SIG, raster, daerah interes

ABSTRACT
IDENTIFICATION OF INTERES AREAS FOR NPP SITE IN BANGKA ISLAND.
Identification of interest areas for Nuclear Power Plant (NPP) sites was performed for Bangka Island.
Weighted raster calculation was used and applied in Geographical Information System format to
identify areas based on desirable characteristics from the aspects of geology, geotechnics, land-use,
flight path, and relative location to Sumatera Island. The area for protected forest has not been taken
into consideration since it is still under discussions within the local government of Bangka Belitung
Islands Province. Four locations on the southern coast were identified namely in Manggris Bay
(Muntok District), Tempilang(Kelapa District), Sebagin (Simpang Rimba District) and Toboali. At
the northern coast the identified areas were Penganak, Tuing/Tanjung Gudang, Sungailiat and Lubuk
Besar. If the relative location to Sumatera Island is taken into consideration, then the areas in the
southern coast of Bangka Island such as Sebagian and Manggris Bay are deemed more suitable
compared to the other potential areas.
Keywords: Site, NPP, GIS, raster, interest area

1.

PENDAHULUAN

Energi nuklir adalah salah satu sumber energi masa depan. Hal ini dapat dilihat dari
penggunaan energi nuklir untuk pembangkitan listrik yang terus berkembang. Didunia
pada saat ini terdapat 440 buah PLTN dengan kapasitas terpasang 374,093 GW(e) dan 64
PLTN sedang dalam tahap pembangunan. Tidak tertutup kemungkinan bahwa Indonesia
dimasa mendatang akan memanfaatkan sumber energi ini dalam pemenuhan kebutuhan
listriknya.
Pembangunan fasilitas penting seperti PLTN harus mempertimbangkan faktor-faktor
teknis keselamatan, lingkungan, sosio-ekonomi, dan kesediaan infrastruktur. Faktor

ISSN 1979-1208

78

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
keselamatan terhadap bahaya radiologi terhadap pekerja, masyarakat dan lingkungan
sangat penting untuk diperhatikan karena kriteria dasar pembangunan PLTN adalah bahwa
interaksi antara PLTN dan lingkungannya tidak akan mengakibatkan meningkatnya risiko
terhadap bahaya radiasi atau bahaya lainnya dalam tingkat yang tidak berterima.
Pemilihan lokasi atau studi tapak PLTN memiliki beberapa tahapan penting, yaitu
seleksi tapak, evaluasi tapak, dan definisi desain dasar terkait dengan faktor eksternal, yaitu
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keselamatan operasi PLTN yang diakibatkan oleh
faktor lingkungan di sekitarnya. Pada awal tahapan kegiatan, biasanya dilakukan
penyelidikan dalam daerah yang cukup luas (skala regional) untuk mengidentifikasi
beberapa pilihan lokasi atau daerah interes yang terbebas dari bahaya eksternal dengan
menggunakan parameter penapisan tertentu seperti Screening Distance Value (SDV).
Beberapa daerah interes kemudian diperoleh untuk kemudian dilakukan penyelidikan atau
evaluasi secara lebih rinci. Permasalahan pada tahap awal seleksi tapak dapat timbul dari
luasan daerah tinjauan yang cukup besar dan adanya keterbatasan sumberdaya. Dalam
tulisan ini, pemilihan beberapa daerah interes dilakukan menggunakan data-data spasial
yang tersedia meskipun dalam jumlah terbatas. Teknik analisis atau perhitungan raster
diterapkan untuk mengidentifikasi daerah-daerah interes tersebut. Pada tahapan
selanjutnya, dapat dilakukan tinjauan lapangan yang lebih terfokus agar sumberdaya yang
tersedia dapat dimanfaatkan secara lebih optimal.
Lokasi-lokasi terpilih dalam studi ini pada tahapan selanjutnya (evaluasi tapak) dapat
diteliti atau dievaluasi secara lebih rinci, dengan melibatkan investigasi pada skala yang
jauh lebih detil (regional, near-regional, site vicinity dan site area) untuk menghasilkan daerahdaerah tapak terpilih dan terevaluasinya tapak terpilih.

2.

NATUR PULAU BANGKA

Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau
Bangka dan Pulau Belitung serta beberapa pulau kecil. Ibukota provinsi ini adalah
Pangkalpinang. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 10450 sampai 10930
Bujur Timur dan 050 sampai 410 Lintang Selatan.
2.1

Kondisi Geologi
Aryanto dkk,(1985).[2] menyebutkan bahwa geologi daerah pulau Bangka, seperti telah
diteliti oleh Mangga dan Djamal (1994)[5], secara ringkas dijelaskan sebagai berikut: struktur
geologi yang berkembang di daerah ini adalah sesar naik, sesar mendatar dan sesar normal
serta lipatan yang mempunyai variasi arah baratlaut-tenggara; dan timurlaut-baratdaya
hingga utara-selatan. Struktur ini memotong semua formasi yang berada di kedua pulau
tersebut seperti: Kompleks Pemali, Diabas Penyabung, Granit Klabat, Formasi
Tanjunggenting dan Formasi Ranggam kecuali Endapan Aluvium (QA). Granit Klabat, yang
berupa pegmatit, menerobos mulai dari Kompleks Pemali hingga Formasi Tanjunggenting
(Gambar 1).
Deformasi di daerah ini terjadi dalam tiga (3) fase, diawali pada masa Paleozoikum
Akhir dengan struktur berarah timurlaut-baratdaya yang dicirikan dengan intrusi diabas.
Kemudian (fase ke-2) pada jaman Trias Atas- Jura struktur yang terjadi berarah baratlauttenggara dan kembali berarah timurlaut-baratdaya yang ditandai dengan korok-korok
(dykes) granit. Pada jaman Kapur (fase terakhir atau paling muda) struktur yang terjadi
berarah utara- selatan. Stratigrafi daerah penyelidikan adalah sebagai berikut: batuan tertua
merupakan komplek Malihan Pemali (Permokarbon) terdiri atas sekis, filit, kuarsit,
sekisfilitan, dan batugamping yang kedudukannya ditindih secara tidak selaras oleh
Formasi Tanjunggenting (Trias Awal) yang terdiri atas perselingan batupasir meta,

ISSN 1979-1208

79

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
batupasir dan batulempung meta dengan lensa batugamping. Satuansatuan tersebut
diterobos oleh Diabas Penyabung (Trias Akhir) dan Granit Klabat (Trias Akhir - Jura Awal).
Diabas Penyabung umumnya berupa korok dengan memperlihatkan struktur intersertal,
sedangkan Granit Klabat terdiri atas granit, granodiorit, diorit, diorit kuarsa dan diterobos
oleh korok aplit. Formasi Ranggam (Plio-Plistosen), yang terdiri atas perselingan
batulempung tufaan dan batupasir tufaan dengan sisipan tipis lanau dan gambut, menutupi
secara tidak selaras satuan yang lebih tua. Sebagai satuan termuda adalah endapan alluvium
yang terdiri atas kerakal, kerikil, pasir, lempung dan gambut. Secara fisiografi lokasi daerah
selidikan termasuk dalam wilyah Paparan Sunda yang merupakan bagian dari jalur timah
Asia Tenggara, membentang mulai dari Cina ke Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaysia
terus ke selatan hingga Kepulauan Riau (Kep. Tujuh, Singkep), Bangka dan Belitung.
Menurut Batchelor, (1979) dan Mangga S.A. drr., (1994) daerah ini pernah mengalami erosi
kuat pada kala Pleistosen Tengah sampai Holosen.
2.2

Struktur geologi
Katili (1968) mengatakan bahwa pada batuan metamorf dan sedimen di Bangka Utara
terdapat perlipatan silang akibat dua deformasi. Deformasi pertama mengakibatkan lipatan
dengan arah barat laut-tenggara, namun umurnya sulit ditentukan dengan pasti. Struktur
lipatan berarah timur laut-barat daya (orogen II) disebabkan oleh deformasi pada Yura atas.
Orogen yang kedua ini menghilangkan jejak orogen yang lebih tua.
Sukendar Asikin dan Rubini Surya Atmaja (1972), berdasarkan penelitian dan analisis
kedudukan rekahan-rekahan, urat-urat, dan korok-korok di daerah sambung giri dan
pemali, menyimpulkan bahwa gerak-gerak orogen sebelum Yura atas mengakibatkan
terjadinya deformasi yang menyebabkan perlipatan pada batuan sedimen yang berumur
karbon-trias. Deformasi ini selain membentuk lipatan NW-SE juga menyebabkan terjadinya
rekahan-rekahan (Shear dan Tension fracture).
Struktur sesar, kekar, ditemukan dalam arah yang bervariasi, tetapi
kecenderungannya mempunyai arah utara selatan (Katili, 1967). Ukoko (1983), mengatakan
bahwa di Pulau Bangka terdapat beberapa sesar yang umurnya berarah timur laut-barat
daya sampai utara-selatan. Sesar utama berarah N 30 E memotong granit klabat ke selatan
sepanjang 3 Km. Sesar utama ini dalam foto udara tampak sebagai kelurusan sepanjang 50
Km.

Gambar 1 Peta Geologi Daerah Bangka Belitung [5]

ISSN 1979-1208

80

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
3.

METODOLOGI

Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi daerah-daerah interes untuk tapak


PLTN adalah analisis kecocokan atau dikenal juga dengan suitability analysis menggunakan
perhitungan raster yang akan diaplikasikan dalam program ArcGis. Secara ringkas,
langkah-langkah yang diperlukan adalah: (1) memilih atau menentukan layer-layer yang
diperlukan dalam analisis (berbentuk shapefile) dan merubah format kedalam bentuk raster
apabila diperlukan; (2) merubah layer-layer diatas dalam bentuk raster; (3) pengklasifikasian
ulang (reclasify) terhadap nilai-nilai dalam file raster; (4) penentuan bobot untuk masingmasing layer; dan (5) penjumlahan layer, dimana perhitungan dilakukan sel demi sel untuk
menghasilkan layer nilai akhir. Tata-kerja secara lengkap diberikan dalam Gambar 1.
Peta/layer yang digunakan adalah peta sesar atau struktur geologi (SG), jalur
penerbangan di sekitar kepulauan Bangka Belitung (JP)[4]. (Departemen Perhubungan),
kondisi batuan atau geologi (G), dan tata-guna lahan (TGL). Faktor lain yang dipergunakan
dalam penilaian adalah jarak relatif terhadap pantai di Pulau Sumatera (JS) terkait dengan
faktor infrastruktur penyaluran daya listrik ke jaringan Sumatera/Jawa.
Pulau Bangka tidak memiliki gunung berapi. Jarak gunung berapi terdekat dari pulau
Bangka yaitu Gunung Lumut Balai di Provinsi Sumatera Selatan berjarak lebih dari 300 Km
sehingga bahaya akibat aliran piroklastik, lahar, lava, maupun jatuhan bom dan abu
vulkanik ke Pulau Bangka diperkirakan tidak akan signifikan. Faktor bahaya tsunami juga
belum dimasukkan dalam perhitungan karena berdasarkan peta bahaya tsunami yang
dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kepulauan Bangka
Belitung merupakan daerah risiko rendah tsunami. Evaluasi terhadap bahaya gunung api
maupun tsunami akan dilakukan secara lebih rinci pada tahap evaluasi tapak.

Penentuan data input


Derivasi data untuk memperoleh informasi
baru
Klasifikasi ulang kedalam skala yang
seragam (misal: nilai 1-10)

Pembobotan

Perhitungan

Gambar 2a. Diagram alir penelitian

Gambar 2b Contoh teknik perhitungan raster

Faktor lain yang dipertimbangkan namun tidak dimasukkan dalam perhitungan


raster adalah faktor batimetri karena data yang tersedia dinilai belum cukup representatif.

ISSN 1979-1208

81

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
Paket Spatial Analyst dari perangkat lunak ArcGIS dipergunakan dalam studi
pemilihan lokasi ini. Empat tahapan utama yaitu tahap persiapan data spasial yang akan
dipergunakan sebagai input, data derivatif yang merupakan data input yang telah melalui
pemrosesan tingkat lanjutan, klasifikasi ulang nilai raster, dan pembobotan serta
perhitungan nilai.
Langkah pertama yang diperlukan adalah menyiapkan satu set data input berupa
peta-peta dalam bentuk shapefile (Bakosurtanal). Pada langkah kedua, data input yang
tersedia dapat dipergunakan untuk menyiapkan derivasi dari data tersebut apabila
diperlukan. Langkah ketiga adalah pengklasifikasian ulang dari data menjadi satu skala
umum. Dalam kajian ini, obyek akan diberikan nilai 1 hingga 10 dengan nilai yang tinggi
untuk atribut yang paling sesuai dan sebaliknya. Langkah terakhir adalah pemberian bobot
menurut pengaruh dari data terhadap model untuk selanjutnya dikombinasikan untuk
menentukan lokasi-lokasi potensial sesuai dengan nilai agregat yang diperoleh.
Dalam tahap awal studi kelayakan, pemilihan lokasi dapat didasarkan pada suatu
kriteria keberterimaan (acceptance criteria). Klasifikasi yang diberikan untuk setiap parameter
dalam penilaian ialah 10 kelas. Kelas-kelas tersebut kemudian akan diberikan nilai 1 hingga
10 menurut tingkat preferensi maupun bahaya yang diberikan.

Material bawah permukaan

Jarak dari Pulau Sumatra

ISSN 1979-1208

82

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional

Gambar 3. Hasil Reklasifikasi Berbagai Layer Sebagai Input Perhitungan Raster


Jarak maksimum dari pantai Pulau Sumatera yang dipertimbangkan adalah 100
kilometer dan dibagi dalam 10 kelas dengan nilai terbaik diberikan pada lokasi yang paling
dekat dengan Sumatera. Letak lokasi terhadap sesar atau struktur geologi ditentukan
dengan menggunakan kriteria keberterimaan (acceptance criteria) yang digunakan di Jepang
yaitu bahwa suatu lokasi PLTN tidak boleh terletak dalam jarak 10 Km dari sesar aktif dan
sesar tersebut tidak mengarah ke lokasi calon tapak.
Tabel 1. Distribusi Nilai
Skor

SG

TGL

JS (Km)

JP (Km)

10

5 Km

Granit klabat

Tegalan/ ladang /
kebun

100

90

80

70

60

10

50

12

40

14

30

16

20

9
8

4 Km

Fm. Tanjung genting

Hutan rimba

7
6

2 Km

Kompleks malihan
pemali

5
4

1 Km

Granit Tanjung pandan

Pasir/ bukit pasir

3
2

> 0,5
Km

ISSN 1979-1208

Diabas penyabung

Pemukiman/
sawah

83

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
1
0

Air/hutan rawa/
danau/ situ
0 Km

18

10

20

Catatan:
SG: struktur geologi; G: geologi; TGL: tata-guna lahan; JS: jarak ke Sumatera; JP: jalur penerbangan

Peta struktur geologi yang digunakan dalam penelitian ini tidak menjelaskan apakah
patahan yang teridentifikasi merupakan patahan aktif atau bukan. Untuk itu, penilaian akan
didasarkan terhadap jarak dari patahan tersebut. Nilai 10 diberikan bila calon lokasi terletak
lebih dari 10 Km. Faktor material bawah permukaan didasarkan pada jenis batuan dibagian
bawah reaktor untuk kepentingan pondasi serta desain kegempaan, yaitu apakah batuan
masif pada lokasi tersebut bersifat keras atau lunak. Batuan keras seperti granit (Klabat)
maupun tufa (Tanjung Genting) diberikan nilai tinggi yaitu 10 dibandingkan dengan lapisan
aluvial yang cenderung lebih lunak. Faktor penting lainnya adalah letak calon lokasi PLTN
terhadap jalur penerbangan, baik komersial maupun militer, dan lapangan terbang sebagai
konsideran terhadap kemungkinan kecelakaan pesawat komersial maupun militer yang
dapat membahayakan instalasi PLTN. Semakin jauh suatu lokasi dari jalur penerbangan,
maka semakin tinggi nilainya. Tata-guna lahan mempertimbangkan apakah lokasi PLTN
terletak pada lahan non-konservasi, konservasi (hutan lindung atau suaka margasatwa),
rawa-rawa, perkebunan/pertanian, atau permukiman. Dalam hal ini, lahan konservasi dan
rawa-rawa akan diberikan nilai rendah sedangkan jenis lahan lain akan diberikan nilai lebih
tinggi.

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot yang digunakan dalam perhitungan raster diberikan pada Tabel 2 sebagai
berikut:
Tabel 2. Bobot Perhitungan Raster
No
Layer
Simbol (S)
Bobot (w)
1
Geologi (batuan penyusun)
G
0.3
2
Struktur geologi (patahan)
SG
0.3
3
Jalur penerbangan
JP
0.1
4
Tata-guna lahan
TGL
0.1
5
Jarak dari P. Sumatera
JS
0.2
Total
1.0
Perhitungan nilai akhir N kemudian dilakukan menggunakan formulasi sebagai berikut:

N 0.3 G 0.3 SG 0.1 JP 0.2 TGL 0.1 JS

Hasil pengolahan menggunakan teknik perhitungan raster secara grafis diberikan


pada Gambar 2. Nilai hasil perhitungan memiliki jangkauan paling rendah 0,80 hingga
paling tinggi 7,30. Daerah dengan nilai terbaik secara grafis direpresentasikan dengan warna
biru tua (nilai 6,31 7,30). Beberapa daerah dapat diidentifikasikan memiliki resultante
karakteristik yang baik. Apabila faktor kedekatan dengan sumber air pendingin (laut) lebih
diutamakan maka terdapat beberapa pilihan seperti daerah Teluk Manggris, Tanjung
Berani, Pantai Penganak, Pantai Pala, Lubuk Besar.

ISSN 1979-1208

84

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional

Gambar 3. Hasil Perhitungan Raster Untuk Daerah Pesisir Hingga 2 Km Ke Darat


Pantai sungai Gusung, dan Batu Betumpang. Daerah-daerah dengan jangkauan nilai
tertinggi (6,41 7,30) antara lain Tanjung Punai-Tanjung Tadah, Panangan, Tanjung
Berdaun, Tanjung Panggung, Batu Betumpang, Tanjung Loabun. Daerah-daerah dengan
jangkauan nilai tertinggi kedua (5,71 6,40) antara lain Teluk Manggris, sepanjang daerah
Mudung hingga Lubuk Besar, Koba dan sekitarnya, Tanjung Layang, Tanjung Pala-Tanjung
sangau, Jebulaut, dan Rambat-Teritip.
Tabel 2. Lokasi Survei atau Konfirmasi Tapak
No

5.

Lokasi

Kecamatan

Kabupaten

Tanjung Merun, Desa Penutuk

Lepar Pongok

Bangka Selatan

Sukadamai, Desa Rias

Toboali

Bangka Selatan

Sungai Gusung, Desa Rias

Toboali

Bangka Selatan

Tanjung Berani dan Tanjung


Kerasak, Desa. Sebagin

Simpang Rimba

Bangka Selatan

Tanjung Berdaun, Desa Radjik,

Simpang Rimba

Bangka Selatan

Teluk Inggris, Desa Muntok

Muntok

Bangka Barat

Pantai Penganak, Desa Puput

Jebus

Bangka Barat

Tanjung Pala, Teluk Limo,

Jebus

Bangka Barat

Tj. Penyusuk,

Belinyu

Bangka

10

Tj. Tuing, Desa Pugul

Belinyu

Bangka

KESIMPULAN

Sebagian daerah pesisir di Pulau Bangka memiliki potensi yang baik sebagai calon
tapak PLTN ditinjau dari aspek geologi, tata-guna lahan, akibat kegiatan manusia terutama
terkait dengan kegiatan penerbangan sipil, kedekatan dengan pulau Sumatera dan lokasi

ISSN 1979-1208

85

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
pada daerah pesisir. Empat lokasi potensial utama di pesisir selatan dapat diidentifikasi
yaitu daerah Teluk Manggris Kec. Mentok, Tempilang, Sebagin, dan Toboali. Di pesisir
utara, daerah Penganak, Tuing/Tanjung Gudang, Sungailiat, dan Lubuk Besar. Jika faktor
jarak dengan daratan Sumatera menjadi salah satu pertimbangan utama, maka daerah
pesisir selatan pulau Bangka yaitu Tanjung Berani-Tanjung Kerasak dan Teluk Manggris,
masing-masing berjarak sekitar 13 dan 25 Km dari daratan pulau Sumatera menjadi lebih
berterima dibandingkan daerah-daerah interes lain.
Pada tahapan ini data yang tersedia memang masih relatif terbatas. Meskipun
demikian, pada dasarnya teknik analisis kesesuaian melalui perhitungan raster dapat
digunakan dalam proses identifikasi daerah-daerah interes tapak PLTN, maupun lokasilokasi instalasi penting lainnya. Faktor ketersediaan dan kelengkapan data menjadi aspek
yang sangat penting untuk diperhatikan, karena faktor ini sangat membantu proses
pengambilan keputusan secara tepat.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Using ArcGIS Spatial Analysis, ESRI, 2001-2002
[2] N. C.D ARYANTO, J. WIDODO DAN P. RAHARJO, Keterkaitan Unsur Tanah Jarang
Thd Mineral Berat Ilmenit dan Rutil Perairan Pantai Gundi, Bangka, Puslitbang Geologi
Kelautan, 1985
[3] http://www.bnpb.org diakses Mei 2011
[4] http://gis.dephub.go.id/mapping/Map_Udara.aspx diakses Mei 2011
[5] Peta Geologi Lembar Bangka Utara, Sumatera, Skala 1: 250.000, s. Andi Mangga dan B.
Djamal,1994

ISSN 1979-1208

86

You might also like