Professional Documents
Culture Documents
[Type text]
[Type text]
BAB I
PENDAHULUAN
A
LATAR BELAKANG
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka
kesakitan dan kematian akibat ISPA. Di Amerika pneumonia menempati peringkat ke-6 dari
semua penyebab kematian dan peringkat pertama dari seluruh penyakit infeksi, di Spanyol angka
kematian mencapai 25%, di Singapura mencapai 10,6%,di Jepang mencapai 10% sedangkan di
Indonesia ISPA menyebabkan 40% dari kematian anak usia 1 bulan sampai 4 tahun
(Depkes,1985). Sebagian besar hasil penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa 2035% kematian bayi dan balita disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan bahwa 2-5 juta bayi dan
balita di berbagai negara setiap tahun meninggal karena ISPA (WHO,1986).
Berdasarkan hasil laporan RISKESDAS pada tahun 2007, prevalensi ISPA tertinggi
terjadi pada baduta (>35%). ISPA terjadi lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan
tingkat rumah tangga yang rendah. Di Jawa Barat kejadian ISPA sebesar 24,73% dan untuk Jawa
Tengah sebesar 29,08%. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke sarana
kesehatan. Dari angka-angka di rumah sakit Indonesia didapat bahwa 40% sampai 70% anak
yang berobat ke rumah sakit adalah penderita ISPA (Depkes,1985). Sebanyak 40-60% kunjungan
pasien ISPA berobat ke puskesmas dan 15-30% kunjungan pasien ISPA berobat ke bagian rawat
jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes RI,2000). Selain itu ISPA juga sering berada pada
daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survey mortalitas yang dilakukan oleh subdit ISPA
tahun 2005 menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan
persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Anonim, 2008).
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Penyakit infeksi akut
yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga
tengah dan pleura (Depkes RI,2002) . Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat
terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran
pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah yang berlangsung
sampai 14 hari.. Hingga saat ini telah dikenal lebih dari 300 jenis bakteri dan virus sebagai
penyebab ISPA.
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
Perjalanan klinis penyakit ISPA dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
1
Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi
apa-apa.
Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
3
4
diperberat pada keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah tidak baik.
Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya penyakit, timbul gejala demam dan batuk.
Tahap lanjut penyakit : keadaan berlanjut jika infeksi saluran pernapasan tidak diatasi.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA baik secara langsung
maupun tidak langsung. Menurut Sutrisna (1993) faktor resiko yang menyebabkan ISPA pada
balita adalah sosio-ekonomi (pendapatan, perumahan, pendidikan orangtua), status gizi, tingkat
pengetahuan ibu dan faktor lingkungan (kualitas udara). Sedangkan Depkes (2002) menyebutkan
bahwa faktor penyebab ISPA pada balita adalah BBLR, status gizi buruk, imunisasi yang tidak
lengkap, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik.
Lingkungan yang berpengaruh dalam proses terjadinya ISPA adalah lingkungan
perumahan, dimana kualitas rumah berdampak terhadap kesehatan anggotanya. Kualitas rumah
dapat dilihat dari jenis atap, jenis lantai, jenis dinding, kepadatan hunian dan jenis bahan bakar
masak yang dipakai. Selain itu, keadaan sosial juga ikut berperan, seseorang yang memiliki
status ekonomi yang kurang, sangat rentan dengan ISPA, ditambah lagi dengan tempat tinggal
yang buruk dan pendidikan serta pengetahuan yang kurang mengenai ISPA.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan
oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila
terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak higiene.
B PERNYATAAN MASALAH
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
Pengetahuan warga masyarakat terutama anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman
Saleh no. 23, Bangkinang terhadap ISPA masih kurang terutama mengenai penanganan
ISPA
C TUJUAN
a
Tujuan Umum
anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang terhadap
ISPA
b
Tujuan Khusus
-
D MANFAAT
- Membantu program kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota dalam Upaya Promosi
Kesehatan yaitu penyuluhan luar gedung mengenai ISPA.
- Meningkatkan pengetahuan anak-anak Panti Asuhan Putri Aliyah Kabupaten Kampar
mengenai ISPA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
KLASIFIKASI ISPA
Program Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA) membagi penyakit ISPA dalam
2 golongan yaitu pneumonia (radang paru-paru) dan yang non pneumonia. Pneumonia
dibagi lagi atas derajat beratnya penyakit, yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak
berat. Penyakit batuk-pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas
bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar
penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik.
Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus
diobati dengan antibiotik penisilin.
Berikut ini adalah klasifikasi ISPA berdasarkan P2 ISPA :
PNEUMONIA BERAT : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada ke
dalam.
BUKAN PNEUMONIA : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin dan udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya. Dalam
menurunkan angka kejadianan ISPA diperlukan peran aktif petugas Kesehatan dalam
menyampaikan informasi terutama tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan ISPA,
dimana salah satu faktor yang perlu diketahui adalah cara pencegahan dan perawatan
ISPA. Peran aktif petugas disini dapat menyampaikan melalui promosi kesehatan seperti
perbaikan dan peningkatan gizi, perbaikan dan sanitasi lingkungan, pemeliharaan
kesehatan perorangan dan tindakan preventif seperti isolasi penderita penyakit ISPA dan
pemberian imunisasi. Kita harus mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga tentang
ISPA dan motivasi keluarga dalam pencegahan dan perawatan ISPA di rumah, karena
perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, kehendak, motivasi dan niat
( Notoatmojo. 2003 )
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
GENETIC
ENVIRONME
NT
SOS-BUD-EK : TINGKAT
PENDIDIKAN, EKONOMI YANG
RENDAH
[Type text]
HEALTH
SERVICE
ISPA
BEHAVIO
PENGETAHUAN :
PENYEBAB, FAKTOR
RISIKO, PENYEBARAN,
PENCEGAHAN,
PENGOBATAN
SIKAP
PRAKTEK : TIDAK
MEMBUKA JENDELA
SETIAP HARI, JIKA
SAKIT TIDAK BEROBAT
KE DOKTER, TIDAK
TERATUR MINUM OBAT,
TIDAK MENGGUNAKAN
MASKER
[Type text]
PROMOTIF :
PENGETAHUAN
PREVENTIF : IMUNISASI
DPT, CAMPAK, HIB
KURATIF : MENYARANKAN
PASIEN YANG TERKENA ISPA
UNTUK BEROBAT KE
PUSKESMAS ATAU DOKTER
REHABILITATIF:
MENGANJURKAN UNTUK
MENIMUM OBAT YANG
DIBERIKAN SECARA
TERATUR
[Type text]
[Type text]
1.
[Type text]
[Type text]
Lingkungan
a. Pencemaran udara di lingkungan
ISPA berkaitan dengan mekanisme pertahanan saluran pernapasan (defence mechanism).
Mekanisme ini akan terganggu jika ada kondisi-kondisi tertentu, diantaranya polusi
udara. Polusi udara akan memperburuk kondisi saluran pernapasan, sehingga mekanisme
pertahanannya pun akan terganggu/turun. Contoh sederhananya adalah asap rokok
(terutama untuk perokok pasif). Tobacco smoke dapat menurunkan mekanisme
pertahanan saluran pernapasan, jadi anak-anak yang tinggal di lingkungan dengan banyak
asap rokok, akan lebih mudah terserang ISPA. Begitu juga kalau kita berada di tempat
umum misalnya di angkutan umum, polusi kendaraan sering kita hirup, sehingga lambat
laun dapat menurunkan sistem pertahanan pada saluran pernapasan.
b. Kepadatan hunian
Kepadatan hunian seperti luas ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat
diduga merupakan faktor resiko untuk ISPA. Penelitian oleh Koch et al (2003)
membuktikan bahwa kepadatan hunian memperngaruhi secara bermakna prevalensi ISPA
berat. Luas Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas
lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan
yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan
penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan
mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah
apabila dapat menyediakan 2,5 3 m2 untuk setiap orang (tiap anggota keluarga).
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
Perilaku Kesehatan
Pada kasus ISPA, penularan tertinggi disebabkan oleh penghirupan droplet saat seorang
penderita ISPA batuk atau sedang bersin. Kebiasaan tidak menggunakan masker, menutup
mulut saat batuk dan membuang dahak secara sembarangan dapat menyebabkan orang
lain di sekitar orang yang batuk tersebut dapat menghirup droplet yang dihasilkan
percikan batuk penderita tersebut. Berdasarkan hal tersebut, salah satu cara yang paling
efektif untuk memutus rantai penyebaran kuman adalah dengan menutup mulut saat batuk
dan tidak membuang dahak sembarangan. ISPA yang dibiarkan tanpa diobati dengan
tuntas dapat menimbulkan ISPA kronik dan memyebabkan kematian. Selain itu, keadaan
gizi juga ikut mempengaruhi kejadian penyakit ISPA, jika seseorang keadaan gizi dan
daya tahan tubuh yang kurang baik, orang tersebut akan mudah terserang ISPA.
3.
Pelayanan kesehatan
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat dapat
ditanggulangi oleh pelayanan kesehatan dengan mengadakan penyuluhan pada
masyarakat. Dibutuhkan peran aktif dan keikutsertaan dari petugas kesehatan dan
masyarakat.
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
BAB III
METODE
A. Tujuan
a. Tujuan Umum
anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang terhadap
ISPA
b. Tujuan Khusus
-
B Sasaran
: anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang
C Jumlah Target : 30 Orang
D Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
Acara
Alat Peraga
E Sumber Daya
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
Dokter Internsip
Petugas Panti
[Type text]
: 2 orang
: 2 orang
F Biaya operasional
No
Keterangan
Jumlah
1.
Rp. 8.000,-
lembar x 80 @ Rp 100,2.
Flipchart
Rp. 40.000,-
3.
Rp. 50.000,-
TOTAL
Kegiatan
G Evaluasi
[Type text]
Rp. 98.000,-
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
BAB IV
HASIL
[Type text]
S2
S1
D4
D3
D1
SMA
:
:
:
:
:
:
1 orang
10 orang
2 orang
31 orang
15 orang
1 orang
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
Disamping PNS dan PTT UPTD Puskesmas Bangkinang Kota juga ada Tenaga
Kerja Sukarela sebanyak 27 orang yang terdiri dari berbagai pendidikan seperti :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
SKM
S. Keperawatan
D3 Keperawatan
D3 Kebidanan
D4 Kebidanan
Apoteker
Analis
:
:
:
:
:
:
:
3 orang
2 orang
13 orang
4 orang
1 orang
1 orang
1 orang
2. Keadaan Geografis
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota seluas + 177,77 km, yang
terdiri dari 2 kelurahan dan 2 desa :
Adapun desa/kelurahan tersebut adalah :
a. Kelurahan Bangkinang
b. Kelurahan Langgini
c. Desa Kumantan
d. Desa Ridan Permai
Adapun batas wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kotaadalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Kampar, Kecamatan Bangkinang Seberang
dan Kecamatan Salo
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bangkinang Barat, Kecamatan
Kampar Kiri
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bangkinang Barat
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kampar
Kecamatan Bangkinang Kota pada umumnya terdiri dari daratan rendah, daerah yang
relative berada di daratan sedang adalah Desa Ridan Permai yang struktur tanahnya
berada diatas perbukitan. Kecamatan Bangkinang pada umumnya beriklim tropis, dimana
curah hujan tertinggi berada pada kisaran bulan September sampai bulan Januari.
Diwilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota juga terdapat satu buah sungai
besar yaitu sungai Kampar, yang terbentang dipinggir kecamatan Bangkinang Kota
melewati Kelurahan Langgini, Kelurahan Bangkinang dan Desa Kumantan.
3. Keadaan Demografis
Jumlah penduduk Kecamantan Bangkinang Kota sebanyak 41.115 jiwa, yang
tersebar pada 4 desa/kelurahan, dengan jumlah desa/kelurahan terbanyak adalah
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
kelurahan Langgini dan desa/kelurahan dengan penduduk paling sedikit adalah Desa
Ridan Permai. Kepadatan penduduk Kecamatan Bangkinang Kota bersifat homogeny
dimana penduduknya tidak hanya penduduk asli tetapi juga berasal dari penduduk
pendatang dari Sumatra Barat, Sumatra Utara dan Pulau Jawa. Berikut ini keadaan
demografis wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota tahun 2013, jumlah
penduduk 41.115, jumlah ibu hamil sebanyak 982 orang, jumlah ibu hamil dengan resiko
tinggi sebanyak 197 orang, jumlah ibu bersalin sebanyak 937 orang, jumlah bayi 893
orang, jumlah bayi resiko tinggi 134 orang, jumlah bayi BBLR sebanyak 32 orang,
jumlah ibu nifas sebanyak 937 orang. Jumlah anak balita sebanyak 3663 orang, jumlah
wanita subur sebanyak 9153 orang, jumlah pasangan usia subur sebanyak 6825 orang dan
jumlah lanjut usia sebanyak 1846
4. Sosial Ekonomi
a. Pendidikan
Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota terdapat beberapa fasilitas
pendidikan mulai dari tingkat Paud, TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.
Jumlah fasilitas pendidikan yang terdapat di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Bangkinang Kota terdiri dari :
1. Paud
2. TK
3. SD
4. SMP
5. SMA
6. Perguruan Tinggi
:
:
:
:
:
:
15 buah
14 buah
23 buah
6 buah
9 buah
3 buah
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
1. Dokter Umum
2. Dokter Gigi
3. Sarjana Kesehatan Masyarakat
4. Sarjana Ekonomi
5. Perawat
6. Bidan
7. Perawat Gigi
8. Apoteker
9. Asisten apoteker
10. Analis
11. Sanitarian
12. Pekarya
13. SMA
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
[Type text]
3 orang
1 orang
3 orang
1 orang
23 orang
17 orang
3 orang
1 orang
1 orang
1 orang
2 orang
1 orang
1 orang
Jumlah Rumah sakit 3 buah, jumlah BP/Klinik 3 buah, jumlah Dokter Praktek
swasta 47 orang, jumlah Bidan Praktek Swasta 29 orang. Jumlah masyarakat yang
mendapat jaminan pemeliharaan kesehatan berjumlah 3707 jiwa.
26,01 %
8,5 %
6,9 %
5,7 %
4,76 %
2,89 %
2,43 %
2,17 %
2,14 %
1,6 %
c. Agama
Penduduk Kecamatan Bangkinang mayoritas memeluk agama islam, sedangkan
agama-agama lain yang dipeluk oleh penduduk Kecamatan Bangkinang Kota adalah
agama Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha.
d. Ekonomi
Perekonomian wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota didukung oleh
beberapa sector seperti perdagangan, pajak, perkebunan, pertanian dan swasta. Rata-
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
: ISPA
Wilayah Masalah
Sasaran
Jumlah sasaran
: 30 orang
: 24 orang
10
41,67
11
45,83
10
41,67
37,5
33,33
10
41,67
11
45,83
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
13
54,16
37,5
10
10
41,67
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
Nilai
Kategori
1.
50
Kurang
2.
51-69
Sedang
3.
70
Baik
Output
Tabel Hasil Perbandingan Nilai Pre Test dan Post Test
Nilai
Nilai
Pre
No.
1
[Type text]
Post
Test
Test
50
100
60
90
60
100
70
100
30
90
80
100
50
90
30
100
40
80
10
60
100
11
70
100
12
40
90
13
70
100
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
14
70
100
15
80
100
16
90
90
17
80
90
18
70
100
19
70
90
20
60
100
21
70
80
22
70
100
23
60
90
24
80
100
Jumlah 1510
Rata- 62,92
2.280
95
Rata
BAB V
DISKUSI
Pengetahuan
Mengetahui mengenai penyebab
ISPA
[Type text]
Pre Test
N
%
10
41,67
Post Test
N
%
24
100
Kenaikan
N
%
14
58,33
11
24
13
[Type text]
45,83
100
54,17
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
10
41,67
23
95,83
13
54,17
37,5
24
100
15
62,5
33,33
23
95,83
15
62,5
10
41,67
24
100
14
58,33
11
45,83
21
87,5
10
41,67
13
54,16
24
100
11
45,83
37,5
23
95,83
37,5
10
10
41,67
24
100
37,5
A Input
-
SDM untuk program ini adalah 1 orang dokter internsip dr. Yudhistira Herlambang
berubah dari perencanaan, yaitu dari Rp. 98.000,- menjadi Rp. 68.000,-.
Penyuluhan dilakukan di Aula panti Aliyah tentang pengertian, penyebab, perjalanan,
faktor resiko, klasifikasi, cara penularan, siapa saja yang terserang, tanda dan
B Proses
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
Dilakukan kegiatan penyuluhan pada hari Sabtu, 10 januari 2015 sesuai dengan
perencanaan.
Penyuluhan dilaksanankan di Aula Panti Aliyah sesuai dengan perencanaan.
Kegiatan penyuluhan yang dijalankan dimulai sesuai jadwal yang direncanakan.
dan masyarakat mengikuti penyuluhan dengan antusias. Situasi penyuluhan juga cukup
-
C Output
Sebelum dilakukan penyuluhan mengenai ISPA hasil preest rata-rata dari
responden adalah 62,92. Sedangkan setelah diberikan penyuluhan, hasil post-test rata-rata
dari responden adalah 95. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan pengetahuan responden
sebesar 32,08%.
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Sebelum dilakukan intervensi, pengetahuan anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A.
Rahman Saleh no. 23, Bangkinang mengenai ISPA masuk dalam
kategori Sedang
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
Agar mengikuti pola hidup yang sehat dan dapat mencegah terjadinya
Infeksi Saluran Pernafasan Akut dengan tepat sesuai dengan penyuluhan
yang sudah disampaikan.
Dapat terlebih dahulu menerapkan apa yang telah didengar dalam kehidupan
pribadi dan dapat menjadi contoh baik bagi keluarga maupun lingkungan
sekitar
Rutin memeriksakan kesehatan ke pusat pelayanan kesehatan terdekat
LAMPIRAN 1
KUISIONER STATUS KESEHATAN MASYARAKAT
ISPA
Nama :
Usia :
Alamat:
Tanggal:
No Kuesioner:
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
b. Visris
c. Semua benar
2. Bagaimankah cara penularan infeksi akut saluran napas bagian atas ?
a. Melalui udara
b. Melalu air
c. Melalu kontak kulit
3. Bagaimakah cara mencegah penularan infeksi akut saluran napas bagian atas?
a. Tidak mengkonsumsi makanan berlemak
b. Memakai masker
c. Bukan salah satu di atas
4. Apakah gejala dari infeksi akut saluran napas bagian atas?
a. Batuk dan pilek
b. Demam
c. Semua benar
5. Bagaimanakah penanganan infeksi akut saluran napas bagian atas?
a. Minum air dingin
b. Istirahat yang cukup dan minum obat
c. Makan-makanan yang pedas
6. Bagaimanakah kondisi rumah yang seharusnya supaya tidak terkena infeksi akut saluran
napas bagian atas ?
a. Ventilasi cukup dan rutin dibersihkan
b. Rumah luas dan besar
c. Rumah terang benderang
7. Bagaimanakah hubungan konsumsi sayur dan buah terhadap infeksi akut saluran napas
bagian atas?
a. Tidak berhubungan
b. Konsumsi buah dan sayur dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit
c. Konsumsi buah dan sayur dapat mencegah penularan
8. Jenis polusi apakah yang mempengaruhi infeksi akut saluran napas bagian atas ?
a. Polusi udara
b. Polusi suara
c. Polusi air
9. Siapa sajakah yang dapat terserang infeksi akut saluran napas bagian atas?
a. Anak-anak
b. Dewasa
c. Semua benar
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
10. Bagaimana cara kita mencegah penularan infeksi akut saluran napas bagian atas terhadap
orang lain?
a. Menutup mulut ketika batuk dan bersin
b. Rajin Mencuci tangan
c. Semua benar
LAMPIRAN 2
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]