You are on page 1of 21

TUGAS RESPONSI BEDAH UMUM

COMBUTIO GRADE III 20 % ED CAUSA THERMAL BURN

Pembimbing :
dr. Heru Sulistyo, Sp.B

Oleh :
Ria Wulandari Soelistijanto

10700195

KEPANITERAAN KLINIK SMF BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
RSUD NGANJUK
2015

STATUS PASIEN

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Junaidi
Umur
: 43 tahun
Alamat
: Ngetos, Nganjuk
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: penjual bakso
Tanggal MRS
: 05 Februari 2015
Tgl pemeriksaan
: 06 Februari 2015
Tanggal KRS
: 13 Februari 2015
ANAMNESA
KELUHAN UTAMA
Kulit melepuh karena terkena kuah bakso panas
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD pukul 18.15 WIB kiriman dari klinik Al-mira karena terkena
luka bakar. Menurut cerita pasien kejadian terjadi pada pukul 15.00 WIB ketika
pasien memutar balik sepeda motornya yang membonceng gerobak bakso dan
sepeda motornya terpeleset sehingga kuah bakso mengenai badan bagian bawah
pasien. Ketika kejadian pasien mengatakan terasa panas pada bagian tubuh yang
tersiram dan kemudian terasa nyeri. Pada saat kejadian pasien sadar, pusing (-), mual
(-), muntah (-). BAK (+) normal.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus dan asma disangkal

III.

PEMERIKSAAN FISIK
A. PRIMARY SURVEY
Airway
: paten, tidak ada hambatan, bicara lancar
Breathing
: jejas (-), gerak dada simetris, RR : 21x/menit, vesikuler +/+
Circulation : akral dingin, TD : 130/80 mmHg, nadi teraba kuat regular,
N : 88 x/menit, capilary refil < 2 detik
Disability

: - AVPU : Allert, kesadaran : Compos mentis (456)

B. SECONDARY SURVEY
Kepala-Leher
Jejas (-), Hematome (-)
Kepala : A(-) /I(-) /C(-) /D(-)
Pupil : isokor, 3mm/3mm, reflek cahaya +/+

Leher : pembesaran kelenjar (-), massa (-)


Pembesaran vena jugularis (-)
Thorax
I : jejas (-), pergerakan dinding dada simetris
P : pergerakan nafas simetris
P : sonor +/+
A : cor
: S1S2 tunggal, regular, Mur-mur (-), Gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/Abdomen
I : Flat, jejas (-), tampak bula pada bagian inferior abdomen
A : BU(+) N
P : soepel (+), nyeri tekan (-), H/L tak teraba, teraba masa (-)
P : Thympani (+)
Extremitas
Tampak bula pada glutea dextra dan sinistra, akral hangat, oedem (-)
Status Lokalis abdomen inferior, gluttea dextra dan sinistra
L : bula dan ekskoriasi berwarna pucat,
F : nyeri tekan (+)
M : ROM tidak terbatas
IV.

V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan hematologi tanggal 05 Februari 2015
Darah lengkap + DIFF
Leukosit
9,94
103/ul
Hitung jenis (DIFF)
Neutrofil
78,3
H
%
Limfosit
13,3
L %
Monosit
7,0
%
Eosinofil
1,00
L %
Basofil
0,4
%
Jumlah Eritrosit
5,29
106/uL
Hemoglobin
14,2
g/dL
Hematokrit
42,6
%
MCV
80,5
fL
MCH
26,8
pg
MCHC
33,3
g/L
Trombosit
229
103/ul
RDW-SD
42,2
fL
RDW-CV
14,5
%
PDW
9,1
fL
MPV
9,0
fL
P-LCR
16,0
%
PCT
0,20
%

(3,80-10,60)
(40,0-70,0)
(25,0-40,0)
(3,0-10,0)
(2,0-4,0)
(0-2)
(4,40-6,00)
(13,2-17,3)
(40,0-52,0)
(80,0-100,0)
(26,0-34,0)
(32,0-36,0)
(150-400)
(37-54)
(11,0-15,0)

RESUME
Pasien laki-laki usia 43 tahun datang pukul 18.15 setelah tersiram kuah bakso pada
tubuh bagian bawah pukul 15.00. Pasien menyeluh panas dan nyeri pada bagian

tubuh yang tersiram. Pada saat kejadian pasien sadar, pusing (-), mual (-), muntah
(-). BAK (+) normal. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus dan
asma disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan bula dan ekskoriasi pucat pada
VI.
VII.

VIII.

IX.

abdomen inferior dan gluttea dextra sinistra.


DIAGNOSIS
Combutio Grade III 20 % ed causa thermal burn
PENATALAKSANAAN DI IGD
Wound Toilet
Burnazin salep
Infus RL
8 jam pertama : 2800 cc
16 jam berikutnya : 2800 cc
LAPORAN OPERASI
BB : 70 kg
Operasi dilaksanakan tanggal 03 Februari 2015
Anastesi
: Genetral Anastesi (GA)
Diagnosa pra operasi : Combutio Grade III 20 % ed causa thermal burn
Tindakan
: Debridement Luka Bakar
Diagnosa operasi
: Combutio Grade III 20 % ed causa thermal burn
PENATALAKSAAN POST OPERASI
Terapi post operasi dr. Heru Sulistyo, Sp.B :
- Setelah sadar penuh, coba minum sedikit-sedikit dan mobilisasi
- RL : D5
2:2
- ketorolac
3x10 mg
- ciprofloxacin
2x1 g
- Ranitidine
2x1
- bila masi nyeri drip tramadol 100mg

X.

RIWAYAT PERKEMBANGAN PASIEN


1. Tanggal 06 Februari 2015
S = terasa panas pada daerah luka bakar, pusing (+)
O=
Ku : baik, Kes : CM, GCS : 4-5-6
T : 120/60 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 21 x/menit
t : 38,9 c
K/L : A(-)/I(-)/C(-)/D(-)
Tho : Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/Abd : - regio abdomen inferior, gluttea dextra sinistra tampak bula pucat dan
eksoriasi, flat, soepel, BU (+) N
Eks : akral hangat, oedem (-)
Pemeriksaan penunjang :
Koagulasi
PT
15,6 H
detik
APTT
32,0
detik

10,8-14,4
23,9-36,2

Serum darah
SGOT
SGPT
Glukosa Acak
Ureum
Creatinine
Uric Acid
Calcium ion
Natrium
Kalium

17,2
10,7
114
21,1
0,72
5,0
0,95
136
3,4

(<= 35,0)
(<= 45,0)
(<= 140)
(18,0-40,0)
(0,90-1,30)
(3,5-7,2)
(1,00-1,15)
(135-145)
(3,5-5,5)

A : Combutio Grade III 20 % ed causa thermal burn ( kuah bakso )


P : - infus RL

1500 cc/24 jam

- injeksi Ceftriaxone 1 g

2x1

- ketorolac 30 mg

2x1

- ranitidin

2x1

- Aspirasi bula
- konsul ke dr. Heru Sulistyo, Sp.B
2. Tanggal 07 Februari 2015
S : masih nyeri, pusing (+), menggigil
O:
Ku : baik, Kesadaran : CM, GCS : 4-5-6
T : 150/80 mmHg
N : 76 x/menit
RR : 21 x/menit
t : 38 c
K/L : A(-)/I(-)/C(-)/D(-)
Tho : Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/Abd : regio abdomen inferior, gluttea dextra sinistra tampak bula pucat dan
eksoriasi, flat, supel, BU (+) N
Eks : akral hangat, oedem (-)
A : Combutio Grade III 20 % ed causa thermal burn ( kuah bakso )
P : debridement luka bakar di ruang OK
Post debridement :
- RL/D5
2:2
- Ceftriaxone
2x1 g
- Ketorolac
3x10 mg
- ranitidine
2x1
- bila BU (+) : MMB
- Rawat luka hari ke IV/V
3. Tanggal 08 Februari 2015
S : pusing (+), nyeri pada luka bakar (+)

O:
Ku : Baik, Kesadaran : CM, GCS : 4-5-6
T : 145/90 mmHg
N : 86 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 36,6 c
K/L : A(-)/I(-)/C(-)/D(-)
Tho : Cor : S1S2 tunggal, regular
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/Abd : flat, supel, BU (+) meningkat
Eks : akral hangat, oedem (-)
A : post debridement luka bakar hari ke I
P : inj ceftriaxone 1 g
2x1
Inj ketolorac 30 mg
2x1
Inj ranitidine
2x1
Makan minum bebas
4. Tanggal 09 Februari 2015
S : masih nyeri pada luka bakar, pusing (+)
O:
Ku : baik, Kesadaran : CM, GCS : 4-5-6
T : 140/90 mmHg
N : 86 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 38,3 c
K/L : A(-)/I(-)/C(-)/D(-)
Tho : Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/Abd : flat, supel, BU (+) meningkat
Eks : akral hangat, oedem (-)
A : post debridement luka bakar hari ke II
P : inj ceftriaxone 1 g
2x1
Inj ketolorac 30 mg
2x1
Inj ranitidine
2x1
Makan minum bebas
5. Tanggal 10 Februari 2015
S : masih nyeri pada luka bakar, pusing (+)
O:
Ku : baik, Kesadaran : CM, GCS : 4-5-6
T : 130/90 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 38,2 c
Tho : Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/Abd : flat, supel, BU (+) meningkat
Eks : akral hangat, oedem (-)
A : post debridement luka bakar hari ke III
P : inj ceftriaxone 1 g
2x1
Inj ketolorac 30 mg
2x1
Inj ranitidine
2x1
Makan minum bebas

6. Tanggal 11 Februari 2015


S : nyeri pada luka bakar (+), pusing (+)
O:
Ku : baik, Kesadaran : CM, GCS : 4-5-6
T : 150/90 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 36,6c
K/L : A(-)/I(-)/C(-)/D(-)
Tho : Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/Abd : flat, supel, BU (+) meningkat
Eks : akral hangat, oedem (-)
A : post debridement luka bakar hari ke IV
P : inj ceftriaxone 1 g
2x1
Inj ketolorac 30 mg
2x1
Inj ranitidine
2x1
Makan minum bebas
Rawat luka dan ganti perban
7. Tanggal 12 Februari 2015
S : Pusing (+), nyeri sedikit berkurang
O:
Ku : Baik, Kesadaran : CM, GCS : 4-5-6
T : 150/80 mmHg
N : 76 x/menit
RR : 19 x/menit
t : 37,1c
K/L : A(-)/I(-)/C(-)/D(-)
Tho : Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (+), gallop (+)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/Abd : flat, supel, BU (+) meningkat
Eks : akral hangat, oedem (-)
A : post debridement luka bakar hari ke V
P : inj ceftriaxone 1 g
2x1
Inj ketolorac 30 mg
2x1
Inj ranitidine
2x1
Makan minum bebas
8. Tanggal 13 Februari 2015
S : Pusing (+), nyeri pada luka bakar (-)
O:
Ku : Baik, Kesadaran : CM, GCS : 4-5-6
T : 140/90 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 36,8c
K/L : A(-)/I(-)/C(-)/D(-)
Tho : Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (+), gallop (+)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/Abd : flat, supel, BU (+) meningkat
Eks : akral hangat, oedem (-)
A : post debridement luka bakar hari ke VI

P : KRS
Rawat luka dan Ganti perban
Tab. Ciprofloxacin 500 mg
Tab. Asam Mefenamat 500 mg
Menjaga kebersihan luka

2x1
3x1

TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fungsi Kulit
Kulit organ yang terbesar dalam tubuh, mulai dari 0,025 m2 pada bayi baru lahir
menjadi 1,8 m2 pada orang dewasa. Ini terdiri dari dua lapisan, epidermis dan dermis.
1. Epidermis :
Sel-sel terluar dari epidermis, bertindak sebagai lapisan pelindung. Sel-sel
epidermis bermigrasi dari membran basal menjadi lapisan keratin dalam waktu
sekitar 20 hari.
2. Dermis :
Lapisan tebal, terutama terdiri dari serat kolagen dan elastis, pembuluh darah, dan
ujung-ujung saraf. Dalam dermis terdapat kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan
folikel rambut. Dermis adalah penghalang yang mencegah hilangnya cairan tubuh
dan kehilangan panas tubuh berlebih baik melalui mikrosirkulasi dan kelenjar
keringat, kulit juga melindungi kita dari infeksi dengan mencegah penetrasi
mikroorganisme ke dalam jaringan subdermal. perlindungan lain diprakarsai oleh
ujung saraf sensorik di dermis yang mendeteksi sensasi sentuhan, tekanan, nyeri,
dingin, dan panas.
3. Hipodermis : terdiri pleksus kapiler dan kelenjar lemak.

Gambar 1 : Lapisan kulit

Kulit mempunyai fungsi, dimana fungsi kulit tersebut meliputi:


1. Pelindung tubuh
2. Alat ekskresi/pengeluaran
3. Alat indera
4. Pengendali suhu tubuh
5. Mengurangi hilangnya air
6. Penyimpanan cadangan makanan.
Ketebalan kulit juga bervariasi secara signifikan di seluruh tubuh. Kulit sangat
tebal di daerah telapak tangan maupun kaki, relative tebal dibagian punggung atas.
Kulit sangat tipis di berbagai bidang seperti wajah, leher anterior, dan bagian medial
ekstremitas atas. Epidermis memiliki ketebalan 30-55 mikrometer di perut bagian
anterior dan dada dan 85 mikrometer di paha. Dermis memiliki ketebalan 500-900
mikrometer di lengan dan kaki dan sampai 2250 mikrometer di belakang. Dengan
demikian paparan suhu yang sama untuk durasi yang sama di berbagai bagian tubuh
akan mengakibatkan luka bakar dari kedalaman yang berbeda.
B. Luka Bakar
1. Definisi

Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia yang
bersifat asam atau basa kuat, listrik, petir, radiasi.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, sumber panas dapat berasal dari :
a. Luka bakar termal, dibagi menjadi dua :
- Terpapar oleh benda bersuhu tinggi (api, semburan air panas)
- Terpapar oleh suhu dingin
b. Luka bakar karena arus listrik dan tersambar petir
c. Luka bakar akibat zat kimia
Alkalis / Basa
Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, lithium, barium, bahan-bahan
pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturasi protein.
Acid / Asam
Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau
kolam renang dapat menyebabkan kerusakan coagulation necrosis
Organic Compounds
Fenol, petroleum, sebagai desinfektan kimia yang dapat menyebabkan
kerusakan kutaneus.
d. Luka bakar akibat radiasi
Radiasi adalah pancaran dan pemindahan energy melalui ruang dari suatu
sumber ketempat lain tanpa perantaraan massa atau kekuatan listrik. Terbakar
oleh sinar matahari akibat terpapar terlalu lama juga merupakan salah satu tipe
luka bakar radiasi.
Luka bakar dihasilkan berbagai penyebab. Luka bakar melepuh merupakan penyebab
paling banyak. Kedalaman dari luka bakar melepuh berhubungan dengan suhu dari
cairan, paparan terhadap cairan, dan kekentalan dari cairan. Penyebab kedua terbanyak
dari luka bakar adalah kebakaran rumah dan selain itu juga disebabkan bahan kimia
maupun listrik.
C. Penentuan Luas Luka Bakar
Berberapa teknik yang digunakan untuk menghitung luas luka bakar. Ketika menghitung
luas luka bakar, hanya bagian luka yang mencapai dermis yang bersifat sebagian maupun
seluruh dari dermis, luka yang meliputi permukaan seperti epidermis tidak termasuk
dalam hitungan. Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
Rule Of Nine atau Rules of Wallace untuk orang dewasa :
- Kepala dan Leher
: 9%
- Lengan kanan kiri
: 18%
- Badan depan
: 18%

Badan belakang
: 18%
Tungkai kanan kiri
: 36%
Genitalia/perineum
: 1%
Total
: 100%
Perlu diingat bahwa satu telapak penderita adalah 1% dari permukaan tubuhnya,

bila luasnya tidak sampai seluas telapak tangan, dilaporkan sebagai luas 1%. Pada anak
dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif, permukaan kepala anak jauh lebih
besar dan luas permukaan kaki relatif lebih kecil. Dikenal Rule of Five atau rumus 10
untuk bayi 10-15-20 untuk anak-anak.

Gambar 2 : Rule of Nine pada orang dewasa dan anak-anak


Selain itu ada metode yang lebih akurat untuk mengukur luas luka bakar setiap bagian
tubuh berdasarkan umur seseorang

Gambar 3 : The Lund and Browder Chart

Tabel 4 : The Lund and Browder Chart


D. Klasifikasi luka bakar
Kedalaman luka bakar diklasifikasikan dengan berhubungan tingkat anatomi dari kulit,
secara klinis :
1. Derajat I
Luka bakar dangkal (misalnya terpapar sinar matahari) hanya melibatkan lapisan
epidermis lebih tipis luar dan ditandai dengan eritema dan ketidaknyamanan ringan.
Gejala utama adalah rasa sakit, yang biasanya sembuh dalam waktu 48-72 jam. Rasa

sakit ini terutama disebabkan oleh produksi prostalglandin vasodilator lokal. Epitel
yang rusak mengupas dalam waktu 5-10 hari tanpa meninggalkan sisa jaringan parut.

Gambar 5 : Luka bakar derajat 1


2. Derajat II
Superficial (II A) : mengenai epidermis dan lapisan atas korium. Timbul
hyperemia. Adanya bulla yang tidak timbul segera setelah terbakar dan terasa
nyeri. Elemen epithelial yaitu dinding kelenjar keringat, lemak, dan folikel rambut
masih banyak, sehingga penyembuhan akan mudah tanpa terbentuknya sikatrik.
Biasanya akan sembuh dalam 2 minggu.

Gambar 6 :Luka bakar derajat 2A

Dalam (II B) : klinis tampak pucat, sensasi nyeri berkurang, bulla bisa ada atau
tidak ada. Sisa-sisa epithelial tinggal sedikit, penyembuhan lebih lama dan disertai
pembentukan jaringan hipertrofi.

Gambar 7 Luka bakar derajat 2B


3. Derajat III
Permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus, dan
kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka
bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu
di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri
karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan, mengenai seluruh tebal kulit
atau juga mengenai lapisan dibawah kulit seperti subkutan, ototm dan tulang.

Gambar 8 Luka bakar derajat 3

Gambar 9 : Derajat kedalaman luka bakar


Biasanya luka bakar memiliki kedalaman yang berbeda di berbagai daerah.
Sangat sering luka bakar yang khas terdiri dari beberapa zona jaringan yang rusak
akibat perpindahan panas yang berbeda. Di tengah, biasanya situs perpindahan panas
yang lebih besar, kematian kulit ireversibel terjadi disebut zona koagulasi. zona ini
dikelilingi oleh zona stasis, yang ditandai dengan reaksi inflamasi jelas. Terluar
adalah zona hiperemia, yang merupakan situs keterlibatan sel minimal dan pemulihan
spontan dini.
Klasifikasi berat ringanya luka bakar menurut ABA (American Burn
Asscociation).
Derajat Luka
Bakar
Ringan

Sedang

Berat

Anak-anak

Dewasa

Orang tua

< 10 TBSA Luka

<15% TBSA

<10%TBSA

seluruh lapisan <2%

Luka seluruh

Luka seluruh lapisan

TBSA
10-20 TBSA

lapisan <2% TBSA


15-25% TBSA

<2% TBSA
10-20% TBSA

Luka seluruh lapisan

Luka seluruh

Luka seluruh lapisan

<10% TBSA (tidak

lapisan <10%

< 10% TBSA (tidak

termasuk daerah

TBSA (tidak

termasuk daerah

kritikal

termasuk daerah

kritikal

>20& TBSA

kritikal
>25% TBSA

>20% TBSA

Luka seluruh lapisan,

Luka seluruh

Luka seluruh

luka pada daerah

lapisan, luka pada

lapisan, luka pada

kritikal* dan luka

daerah kritikal* dan

daerah kritikal* dan

yang rumit**

luka yang rumit**

luka yang rumit**

*Daerah kritikal meliputi wajah, tangan, kaki, perineum


**Rumit termasuk trauma inhalasi, trauma listrik dengan tegangan tinggi, trauma pada anak dan orang
yang lebih tua serta ada penyakit komorbida seperti diabetes mellitus.

Tabel 10 : Klasifikasi Keparahan luka bakar menurut ABA

Kriteria merujuk pasien luka bakar menurut American Burn Association


1. Luka bakar derajat II dan III lebih dari 10% luas permukaan tubuh
pada penderita yang berumur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 50 tahun.
2. Luka bakar derajat II dan III lebih dari 20% di luar usia tersebut di atas.
3. Luka bakar derajat II dan III yang mengenai derajat 2 atau 3 yang
mengenaiwajah, mata, telinga, tangan, kaki, genitalia atau perineum atau yang
mengenai kulit sendi-sendi utama
4. Luka bakar derajat III lebih dari 5% luas permukaan tubuh pada semua umur
5. Luka bakar listrik (tersambar petir), kerusakan jaringan bawah kulit hebat dan
menyebabkan gagal ginjal akut serta komplikasi lain
6. Luka bakar kimia
7. Trauma inhalasi
8. Luka bakar pada penderita, karena penyakit yang sedang dideritanya
dapatmempersulit penanganan, memperpanjang pemulihan atau
dapatmengakibatkan kematian.
9. Luka bakar dengan cedera penyerta yang menambah resiko morbiditas danmortalitas.
10. Anak-anak yang dirawat di rumah sakit tanpa petugas dan peralatan yang
memadai.
11. Penderita luka bakar yang memiliki penanganan khusus seperti masalah
sosial,emosional, atau rehabilitasinya lama.

E. Penatalaksanaa Luka Bakar


Meskipun manifestasi kulit pada luka bakar tampak terbatas, namun kulit yang terbakar
tidak boleh dianggap sebagai satu-satunya cedera yang timbul. Karena manifestasi pada
kulit hanyalah merupakan puncak dari gunung es, dan kerusakan jaringan yang masih
dibawahnya dapat terjadi. Resusitasi yang diperlukan biasanya jauh lebih banyak dari
yang dapat diperkirakan dari ukuran luka bakar pada kulit.
Prinsip terapi adalah untuk mempertahankan output urin yang tinggi dan
membersihkan mioglobin dan hemoglobin dari tubuli ginjal. Beberapa penulis
menyarankan penggunaan manitol dengan dosis awal 25 gram disusul dengan dosis
rumatan 12,5 gram/jam atau cairan hipertonik untuk menghasilkan suatu dieresis
osmotic dan bikarbonat untuk mempertahankan alkalinisasi urin.
Pada luka bakar yang dalam dan berat, perlu pembersihan jaringan mati secara
bertahap karena tidak semua jaringan mati jelas tampak pada hari pertama. Bila luka

pada ekstremitas, mungkin perlu fasiotomi pada hari pertama untuk mencegah sindrom
kompartemen. Selanjutnya, dilakukan cangkok kulit dan rekonstruksi.
Pilihan pengobatan topikal luka bakar adalah bergantung pada kedalaman luka
bakar dan tujuan manajemen. Luka bakar dangkal (seperti sunburns) membutuhkan
lotion seperti lidah buaya yang mempercepat perbaikan epitel. Ketebalan parsial luka
bakar perlu cakupan dengan agen yang menjaga kelembaban luka dan memberikan
perlindungan antimikroba. Dan bila lebih dalam, luka bakar harus ditutup dengan agen
yang melindungi eschar dari kolonisasi mikroba. Penting untuk menekankan bahwa
profilaksis antibiotik sistemik tidak memiliki peran dalam pengelolaan luka bakar .
Pada periode awal postburn, organisme kolonial dominan adalah staphylococci
dan Streptococcus flora kulit yang khas. Seiring waktu, bagaimanapun, luka bakar
menjadi dijajah dengan organisme gram negatif. dengan demikian, agen antimikroba
topikal yang digunakan dalam perawatan luka bakar awal harus memiliki cakupan
spektrum yang luas untuk meminimalkan kolonisasi luka. Sulfadiazin adalah agen yang
paling umum digunakan antimikroba topikal.
1. Penatalaksanaan sirkulasi
Trauma bakar tidak hanya menyebabkan injuri pada jaringan lokal, tapi dapat
menyebabkan respon sistemik yang disebakan pelepasan mediator-mediator
inflamasi (termasuk histamine, prostaglandin, dan sitokin) yang dapat menyebabkan
penurunan volume curah jantung, meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.
Terapi cairan yang diberikan untuk menggantikan cairan yang hilang melalui kulit
dan kehilangan cairan yang menuju ke jaringan dari kebocoran plasma secara
adekuat, sehingga keseimbangan cairan dalam tubuh terjaga guna untuk
mempertahankan perfusi ke jaringan maupun organ. Kebocoran plasma biasanya
terjadi setelah 8-12 jam injuri.
Penggunaan resusitasi cairan untuk pasien yang mengalami luka bakar lebih
dari 15% dari total luas permukaan tubuh. Bagi pasien yang sadar dengan luka
bakar kurang dari 15% harus menjaga keseimbangan cairan nya dengan minum
secara oral sebaik mungkin.
Banyak metode / formula yang digunakan, tapi formula Parkland
merupakan metode paling sering digunakan untuk memperkirakan kebutuhan akan
cairan. Cairan yang digunakan adalah ringer laktat dimana larutan ini relative
hipotonis, dan berisi natrium, kalium, kalsium klorida dan laktat.

Gambar 11 : Formula Parkland


Pemberian cairan harus dititrasi untuk pengeluaran urine 30cc/jam pada
dewasa dan pada anak-anak 1cc/kgBB/jam. Pasien anak-anak dengan berat kurang
dari 15 kg harus ditambah cairan rumatan berdasarkan berat badannya.
Kebutuhann faal :
< 1 tahun

= BB x 100cc

1-3 tahun

= BB x 74cc

3-5 tahun

= BB x 50cc

Monitoring Resusitasi Cairan :


1. Produksi urine per jam
-

Dewasa

0,5 cc/KgBB/jam

Anak

1 cc/KgBB/jam

2. Frekuensi pernafasan
3. Kadar haemoglobin dan hematokrit
4. Tekanan vena sentral.
Pemberian cairan koloid dipercayakan berguna untuk meningkatkan tekanan
onkotik dalam pembuluh darah, yang mana dapat meminimalkan kebocoran kapiler
dan membawa cairan kembali ke pembuluh darah dari ruang interstitial. The
Brooke dan Evans, pengembang pada tahun 1950-an hingga 1960-an yang
menggunakan cairan koloid pertama pada jam pertama resusitasi. Bagaiamanpun,
penggunaan koloid pada awal setelah luka bakar dapat menyebabkan kebocoran
koloid menuju ke ruang interstitial, yang mana memperburuk terjadinya edema

pada jaringan. Oleh karenanya, koloid tidak digunakan hingga12- 24 jam setelah
luka bakar, ketika kebocoran kapiler mulai menutup. Beberapa cairan koloid yang
dapat digunakan seperti albumin, fresh-frozen plasma, Dextran 40.
2. Penatalaksanaa Infeksi
Infeksi dapat terjadi setelah luka bakar, perawatan yang lama, penggunaan
ventilator dan intubasi, dan kolonisasi bakteri pada luka bakar yang berat juga
sebagai tambahannya penggunaan kateter semua ini dapat menyebabkan sumber
infeksi.
Pasien yang mengalami luka bakar lebih dari 15% total luas permukaan tubuh
akan mengalami demam dalam 72 jam pertama setelah luka bakar, oleh sebab itu
kultur tidak perlu dilakukan pada waktu ini, namun setelah 72-96 jam, kultur sangat
penting dilakukan untuk membuat diagnosis infeksi tersebut
3. Penatalaksanaan Nyeri
Pasien luka bakar memiliki dua tipe nyeri: background pain dan procedural pain.
Pada background pain itu selalu ada dalam berbagai variasi nyeri, sedangkan
procedural pain terjadi selama terapi luka tersebut. Pemberian analgesic sangat
diperlukan dapat berupa Methadone yang mempunyai waktu cukup lama.
4. Manajemen Operasi
Eksisi dan pencangkok kulit merupakan tindakan yang standar yang dilakukan pada
luka bakar yang berat. Keuntungan eksisi sudah jelas dan sudah di dokumentasikan
yaitu berupa meningkatkan angka kehidupan, menurunkan angka infeksi, dan
menurunkan lamanya rawat inap di rumah
Teknik operasi pada eksisi terdapat dua jenis yaitu tangential excision dan
fascial excision. Tangential excision merupakan penghapusan lapisan yang nekrotik
dan eschar sampai terlihat lapisan kulit yang hidup, jaringan yang mengalami
perdarahan. Eksisi fascia meliputi eksisi pada jaringan yang terbakar, dan jaringan
subkutan hingga lapisan fascia dari otot.

Gambar 12 : Gambaran pencangkokan kulit


F. Komplikasi
1. Hypertropic scarring
2. Marjolins ulcer
3. Heterotropic Ossification
4. Kontraktur
5. Obstruksi jalan anfas
6. Syok karena kehilangan cairan
7. Kegagalan jantung, kegagalan ginjal mendadak
8. Sepsis
9. Anemia
10. Hipoalbumin
G. Prognosis
Prognosa dan berat ringannya luka bakar ditentukan :
1. Usia
2. Penyakit yang menyertai
3. Luka sampingan
4. Lokasi luka bakar
5. Luas luka bakar

You might also like