Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Neuritis optikus merupakan salah satu penyebab umum kehilangan penglihatan
unilateral pada orang dewasa. Berdasarkan kategori klinik dan pemeriksaan opthalmoskopis
terbagi menjadi papilitis dan neuritis retrobulbar. Papilitis adalah inflamasi yang mengenai
serabut retina nervus optikus yang masuk pada papil nervus optikus di dalam bola mata,
dengan pemeriksaan opthalmoskopis di diskus optikus akan tampak kelainannya sedangkan
pada neuritis retrobulbar inflamasinya mengenai nervus yang terletak di belakang bola mata
dan terletak jauh dari diskus optikus sehingga perubahan-perubahan dini di diskus optikus
tidak tampak dengan pemeriksaan opthamoskopis, ketajaman penglihatan dapat menurun.
Neuritis retrobulbaris biasanya berjalan akut yang mengenai satu atau kedua mata. Ia
dapat disebabkan oleh sklerosis multipel, penyakit mielin saraf, anemia pernisiosa, diabetes
melitus, dan intoksikasi. Gejala yang ditimbulkan dari penyakit neuritis retrobulbaris sama
seperti neuritis optikus yaitu akan terdapat kehilangan penglihatan dalam beberapa jam
sampai hari yang mengenai satu atau kedua mata, dengan usia yang khusus 18-45 tahun, sakit
pada rongga orbita terutama pada pergerakkan mata, penglihatan warna terganggu, tanda
Uhthoff (penglihatan turun setelah olah raga atau suhu tubuh naik), dan gangguan lapangan
pandang sentral atau sekosentral, akan tetapi pada neuritis retrobulbaris gambaran fundus
sama sekali normal.
Insidensi neuritis optikus dalam populasi per tahun diperkirakan 5 per 100.000
sedangkan prevalensinya 115 per 100.000. Sebagian besar mengenai usia 20 sampai dengan
40 tahun. Wanita lebih umum terkena daripada pria. Berdasarkan data The Optic Neuritis
Treatment Trial (ONTT) 77% adalah wanita, 85% kulit putih dan usia rata-rata 32 7 tahun.
Sebagian besar kasus patogenesisnya disebabkan inflamasi demielinisasi dengan atau tanpa
sklerosis multipel. Pada sebagian besar kasus neuritis optikus monosimptomatik merupakan
manifestasi awal multiple sklerosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Neuritis retrobulbaris adalah suatu neuritis optikus yang terjadi cukup jauh di belakang diskus
optikus sehingga perubahan-perubahan dini di diskus optikus tidak tampak dengan
oftalmoskop; namun ketajaman penglihatan sangat menurun. Sementara neuritis optikus
adalah suatu peradangan, infeksi atau dimielinisasi saraf optikus akibat berbagai macam
penyakit.
2.2 Etiologi
Klasifikasi etiologik penyakit pada saraf optikus1:
1.
2.
Penyakit demielinisasi
a) Sklerosis multipel
b) Sindrom demielinisasi jarang lainnya, misalnya neuromielitis optika (penyakit Devic)
3.
Infeksi virus
a) Neuritis optikus virus (morbili, mumps, cacar air, influenza)
b) Ensefalomielitis pascainfeksi
c) Poliradikuloneuronitis (sindrom Guillain-Barre)
d) Mononukleosis infeksiosa
e) Herpes zozter
4.
5.
f) Sarkoidosis
6.
7.
Toksik
a) Ambliopia tembakau-alkohol
b) Logam berat: arsen, timbal, talium
c) Obat: etambutol, isoniazid, streptomisin, disulfiram, digitalis, kloramfenikol,
klorokuin, klorpropamid, hidroksikuinolin berhalogen (mis. iodoklor-hidroksikuin)
d) Metanol
8.
9.
Panyakit vaskular
a) Arteritis temporalis
b) Arteriosklerosis (neuropati optikus iskemik anterior): diabetes melitus, hipertensi
c) Poliarteritis nodosa
d) Penyakit Takayasu
otak atau aliran darah optik. Di dalam SSP yang mereka hadapi saraf otomatis-antigen,
berkembang biak, mengaktifkan dan merekrut sel-sel inflamasi lainnya, dan merangsang selsel kekebalan tubuh dan parenkim lokal seperti mikroglia dan astrosit untuk memproduksi
sitokin pro-inflamasi.
Kerusakan saraf melibatkan jalur kompleks juga melibatkan sel-sel CD8 +, sel B,
antibodi, dan komplemen. Hal ini menyebabkan fitur patologis kunci dari MS / neuritis
optikus: peradangan, demielinasi, kehilangan aksonal, dan gliosis. Sinyal untuk resolusi
peradangan tidak dikenal. Pemulihan saraf merupakan kombinasi resolusi peradangan,
kembali mielinasi, dan plastisitas saraf. Hilangnya akson, neuron, dan mielin dapat dinilai
dengan menggunakan MRI kuantitatif dan teknik tomografi koherensi optik. Kerusakan
radikal bebas dan eksisotisiti glutamat diperkirakan memainkan peran penting dalam
kerusakan aksonal dan mielin, dan telah dikaitkan dengan disfungsi mitokondria.2,3
2.4. Gejala Klinis
Neuritis retrobulbaris mempunyai gejala seperti neuritis akan tetapi dengan gambaran fundus
yang sama sekali normal2. Keluhan utama pada neuritis optikus yaitu:
1.
Hilangnya penglihatan:
Kehilangan penglihatan akan terjadi secara akut, terjadi dalam beberapa jam sampai hari
yang mengenai satu atau kedua mata (biasanya pada anak-anak) 1,3. Tajam penglihatan
akan turun maksimal dalam 2 minggu. Pada sebagian besar neuritis optikus tajam
penglihatan akan kembali normal sesudah beberapa minggu
2.
3.
4.
5.
Tanda Uhthoff:
Penglihatan turun setelah olah raga atau suhu tubuh naik
4
2.5. Diagnosis
Anamnesis
Pasien mengeluh adanya pandangan berkabut atau visus yang kabur, kesulitan membaca,
adanya bintik buta, perbedaan subjektif pada terangnya cahaya, persepsi warna yang
terganggu, hilangnya persepsi dalam atau kaburnya visus untuk sementara. Pada anak,
biasanya gejala penurunan ketajaman penglihatan mendadak mengenai kedua mata.
Sedangkan pada orang dewasa, neuritis retrobulbar seringkali unilateral.
Terdapat riwayat demam atau imunisasi sebelumnya pada anak akan mendukung diagnosis.
Pada orang dewasa, terdapat faktor risiko sklerosis multipel yang lebih besar. Rasa sakit pada
mata, terutama ketika mata bergerak.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
lapang
pandang.
Tipe-tipe
gangguan
lapang
pandang
dapat
Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan refleks cahaya langsung yang
menurun atau hilang.
Penglihatan warna.
Pemeriksaan Penunjang
Neuritis retrobulbar adalah suatu neuritis optikus yang terjadi cukup jauh di belakang diskus
optikus sehingga perubahan-perubahan dini di diskus optikus tidak tampak dengan
oftalmoskop; namun ketajaman penglihatan sangat menurun
Pada neuritis retrobulbar, diskus optikus dapat tetap tampak normal selama 4-6 minggu.
Walaupun pada permulaan tidak terlihat kelainan fundus, lama kelamaan akan terlihat
kekaburan batas papil syaraf optik dan degenerasi syaraf optik akibat degenerasi serabut
syaraf, disertai atrofi descenden (secondary optic atrophy) akan terlihat papil pucat dengan
batas yang tegas.4,5
Tes diagnostik seperti MRI, analisis cairan serebrospinal dan serologi, umumnya dipakai
dengan alasan sebagai berikut4:
Untuk menentukan penyebabnya apakah suatu proses inflamasi atau non inflamasi,
(erythrocyte sedimentation rate (ESR) dipakai untuk mendeteksi inflamasi pada tubuh, tes ini
dapat menentukan apakah neuritis optikus disebabkan oleh inflamasi arteri kranialis4
pemulihan, 65% - 80% ketajaman penglihatan penderita menjadi lebih baik. Prognosis jangka
panjang tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika serangan ini ditimbulkan oleh
infeksi virus maka akan mengalami penyembuhan sendiri tanpa meninggalkan efek samping.
Jika neuritis optik dipicu oleh sklerosis multipel, maka serangan berikutnya harus dihindari.
Tiga puluh tiga persen penderita neuritis optik akan kambuh dalam lima tahun. Tiap
kekambuhan menyebabkan pemulihannya tidak sempurna bahkan memperburuk penglihatan
seseorang. Ada hubungan yang kuat antara neuritis optik dengan sklerosis multipel. Pada
orang yang tidak mengalami sklerosis multipel maka separuh dari mereka yang mengalami
gangguan penglihatan akibat neuritis optik akan menderita penyakit ini dalam 15 tahun.
BAB III
KESIMPULAN
Neuritis retrobulbaris adalah suatu neuritis optikus yang terjadi cukup jauh di belakang diskus
optikus sehingga perubahan-perubahan dini di diskus optikus tidak tampak dengan
9
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S., Penglihatan Turun mendadak tanpa Mata Merah, Ilmu Penyakit Mata edisi
3, Fakultas Kedokteran universitas Indonesia, 178-183
2. James B., Chew C., Bron A., Neuritis Optik, Lecture Notes Oftalmologi edisi 9,
Penerbit Erlangga, 151-152
3. Kline L.B., bajandas F.K., The Swollen Optic Disc, Neuro-Ophthalmology Review
Manual 5th Edition, Slack Incorporated, 143-145
4. Kaiser P.K., Pineda II R., Optic Neuritis, The Massachusetts Eye and Ear Infirmary
Illustrated Manual of Ophthalmology 3rd Edition, Sauders Elsevier, 486-487
5. Kanski J.J., Optic Neuritis, Clinical Ophthalmology 6th Edition, Elsevier, 788-792
6. Vaughan D.G., Asbury T., Riordan-Eva P., Neuro-Oftalmologi, Oftalmologi Umum
edisi 14, widya Medika, 272-283
11