You are on page 1of 19

BAB 1

Pendahuluan
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian yang lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Menurut sifatnya hernia dibagi menjadi 4,
yaitu :
1. Hernia reponibel yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri
atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia irreponibel / hernia akreta yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan
kedalam rongga. Biasanya disebabkan oleh perlengketan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia inkarserata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya gangguan
pasase usus. Hernia ini merupakan penyebab obstruksi nomor satu di Indonesia.
4. Hernia strangulata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong
terperangkap dan terjadi gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga
dapat terjadi nekrosis. Jika yang mengalami strangulasi hanya sebagian dinding usus
disebut hernia Richter. Biasanya pasase usus masih ada, mungkin terganggu karena usus
terlipat sehingga disertai obstruksi usus. Apabila sebagian dinding kantong hernia
terbentuk dari organ yang merupakan isi hernia seperti caecum, kolon sigmoid atau
kandung kemih, disebut hernia geser. Hernia geser dapat terjadi karena isi kantong
berasal dari organ yang letaknya retroperitoneal. Alat bersangkutan tidak masuk ke
kantung hernia, melainkan tergeser dari retroperitoneal.

Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya inguinal, femoral, umbilical,


epigastrica. Yang sering terjadi adalah hernia inguinalis.

Gambar : Hernia Inguinalis


2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

HERNIA INGUINALIS

I. 1. Definisi
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah
lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran
berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut ke
dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.

I. 2. Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha).
Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia indirect
lebih banyak dari pada hernia direct yaitu 2:1
Hernia inguinalis dibagi menjadi 2 yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia
inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar),
hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia
inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1 dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali
lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan
terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah
mulai melemah.

I. 3 Etiologi
Banyak kontroversi di dalam pertanyaan tentang penyebab dari hernia inguinalis. Di
anggap ada 3 faktor yang turut berperan di dalamnya yaitu : adanya kantong, kenaikan
tekanan intra abdominal yang berulang, dan kelemahan dari otot dan jaringan tubuh. Adanya
patensi dari prosesus vaginalis di anggap sebagai sebab utama dari hernia inguinal indirek
pada bayi dan anak, dan juga pada orang dewasa.
Kenaikkan tekanan intra abdominal biasanya terjadi pada keadaan pasien batuk atau
mengejan. Pada dinding abdomen terjadi shutter mechanism. Otot otot abdomen harus
3

kontraksi untuk meningkatkan tekanan intra abdominal. Karena otot oblikus eksterna
berkontraksi, maka memberi tekanan pada dinding posterior kanalis inguinalis yang lemah
dan memperkuatnya dan juga menarik ligamentum ingunalis ke depan. Pada saat yang
bersamaan, otot yang melingkar di funikulus juga berkontraksi sehingga menutup funikulus.
Penyebab ketiga yang ikut turut serta sebagai penyebab hernia inguinalis adalah
kelemahan otot dan fasia dari dinding abdomen karena pertambahan usia,kurangnya latihan
fisik,kelebihan lemah, hamil multipel, dan kehilangan berat badan dan kebugaran tubuh
setelah sakit atau operasi. Dianggap kelainan pada struktur kolagen, seperti reduksi kolagen
terpolimerisasi dan penurunan hidoksiprolin, akan menyebabkan hilangnya ikatan antar serat
kolagen.
Pada hernia direk, tidak ada kantong yang terbentuk. Karena kegagalan dari
mekanisme protektif sehingga, fasia traversalis yang lemah tidak dapat bertahan dengan
peningkatan tekanan intra abdominal yang berulang dan teregang, menggelembung di depan
usus, sehingga usus yang terbungkus peritoneum dapat masuk melaluinya.
Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus
abdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya facia
transfersa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak
berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia. Dalam keadaan
relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus internus turut kendur. Pada
keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal.
Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal
dan annulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus kedalam kanalis
unguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.iliofemoralis
dan n. ilioinguinalis setelah apendektomi
Kongenital. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan
menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut
dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah
mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Namun dalam
beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebuh dahulu,
maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang
4

kanan juga terbuka. Dalam keadan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia
2 bulan. Bila prosesus terbuka terus ( karena tidak mengalami obliterasi ), akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital.
.

I. 4 Patofisiologi
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8 dari
kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan
menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum disebut dengan
prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam
beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang
kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal,
kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot
dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan
tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun
karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk kronik, bersin yang kuat dan
mengangkat barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar
melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma,
hipertropi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada
semua.
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat
reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi
hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin
hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema
bila terjadi obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi
nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah,

konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga
terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.
Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi perut
terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses. Komplikasi hernia tergantung
pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga
perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau
peritonitis.

I. 5 Klasifikasi
a) Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)
Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh faktor peninggian
tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach.Jalannya
langsung (direct) ke ventral melalui annulus inguinalis subcutaneous. Hernia ini sama sekali
tidak berhubungan dengan pembungkus tali mani, umumnya terjadi bilateral, khususnya pada
laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan
strangulasi.
*Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas :
Inferior : Ligamentum Inguinale.
Lateral : Vasa epigastrika inferior.
Medial : Tepi m.rectus abdominis.
Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat aponeurosis m.transversus
abdominis.
b) Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus
dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk
lonjong.
Dapat terjadi secara kongenital atau akuisita:
Hernia inguinalis indirekta kongenital.
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali
tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunika vaginalis

propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk kedalam kantong peritoneum
tersebut.
Hernia inguinalis indirekta akuisita.
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja.
Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis yang tidak
menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kantong peritonei ini dapat terisi
dalaman perut, tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis.

I. 6 Gejala dan Tanda


Jenis

Reponibe

Reponibel / bebas
Ireponibel / akreta
Inkarserata
Strangulata

l
+
-

nyeri

obstruks

Sakit

Toksik

+
++

i
+
+

+
++

++

Hernia inguinal sering terlihat sebagai tonjolan intermitten yang secara berangsur,angsur meningkat dalam ukuran dan menjadi ketidaknyamanan yang progresif dan persisten.
Kadang hanya sedikit nyeri, sakit atau rasa terbakar didaerah lipat paha yang mungkin
didapatkan sebelum perkembangan dari penonjolan yang nyata. Ketidaknyamanan ini
memperjelas onset dari symtomp hernia yang sering dideskripsikan sebagai rasa sakit dan
sensasi terbakar. Gejala itu mungkin tidak hanya didapatkan didaerah inguinal tapi juga
menyebar kedaerah pinggul, belakang, kaki, atau kedaerah genital. Disebut "Reffered pain"
gejala ketidaknyamanan ini dapat mempercepat keadaan yang berat dan menyusahkan.
Gejala ketidaknyamanan pada hernia biasanya meningkat dengan durasi atau
intensitas dari kerja, tapi kemudian dapat mereda atau menghilang dengan istirahat, meskipun
tidak selalu.
Rasa tidak enak yang ditimbulkan oleh hernia selalu memburuk disenja hari dan
membaik pada malam hari, saat pasien berbaring bersandar dan hernia berkurang. Nyeri lipat
paha tanpa hernia yang dapat terlihat, biasanya tidak mengindikasikan atau menunjukkan
mula timbulnya hernia. Kebanyakan hernia berkembang secara diam-diam, tetapi beberapa
yang lain dicetuskan oleh peristiwa muscular tunggal yang sepenuh tenaga. Secara khas,
kantong hernia dan isinya membesar dan mengirimkan impuls yang dapat teraba jika pasien
mengedan atau batuk. Biasanya pasien harus berdiri saat pemeriksaan , kerena tidak mungkin

meraba suatu hernia lipat paha yang bereduksi pada saat pasien berbaring. Hidrokel
bertransiluminasi, tetapi hernia tidak.
Hernia yang tidak dapat dideteksi oleh pemeriksaan fisik, dapat dilihat dengan
ultrasonografi atau tomografi komputer. Strangulasi menimbulkan nyeri hebat dalam hernia
yangdiikuti dengan cepat oleh nyeri tekan, obstruksi interna, dan tanda atau gejala sepsis.
Reduksi dari hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika ada sepsis atau isi dari sakus yang
diperkirakan mengalami gangrenosa.

I. 7 Pemeriksaan Fisik
Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi, sering benjolan muncul
dalam lipat paha dan terlihat cukup jelas. Kemudian jari telunjuk diletakkan disisi lateral kulit
skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus spermatikus sampai ujung jari tengah mencapai
annulus inguinalis profundus. Suatu kantong yang diperjelas dengan batuk biasanya dapat
diraba pada titik ini. Jika jari tangan tak dapat melewati annulus inguinalis profundus karena
adanya massa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia. Hernia juga diindikasikan, bila
seseorang meraba jaringan yang bergerak turun kedalam kanalis inguinalis sepanjang jari
tangan pemeriksa selama batuk.
Walaupun tanda-tanda yang menunjukkan apakah hernia itu indirek atau direk, namun
umumnya

hanya

sedikit

kegunaannya,

karena

keduanya

biasanya

memerlukan

penatalaksanaan bedah, dan diagnosis anatomi yang tepat hanya dapat dibuat pada waktu
operasi. Gambaran yang menyokong adanya hernia indirek mencakup turunnya kedalam
skrotum, yang sering ditemukan dalam hernia indirek, tetapi tak lazim dalam hernia direk.
Hernia direk lebih cenderung timbul sebagai massa yang terletak pada annulus inguinalis
superfisialis dan massa ini biasanya dapat direposisi kedalam kavitas peritonealis,
terutama jika pasien dalam posisi terbaring. Pada umumnya pada jari tangan pemeriksa
didalam kanalis inguinalis, maka hernia inguinalis indirek maju menuruni kanalis pada
samping jari, tangan, sedangkan penonjolan yang langsung keujung jari tangan adalah khas
dari hernia direk.
* Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Thumb test.
Cara pemeriksaannya sebagai berikut:
Pemeriksaan Finger Test:
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
8

3. Penderita disuruh batuk:


- Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
- Bila impuls disamping jari Hernia Inguinalis Medialis.

Pemeriksaan Zimen Test:


1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Pemeriksaan Thumb Test:


Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
- Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
- Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

I. 8 Diagnosis
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan dilipat paha yang muncul
pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring.
Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium
atau para umbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu
satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren.
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia.
Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
Palpasi : kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus
sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya
tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya,
pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.
Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak kecil, dapat dicoba mendorong isi
hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat
ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Apabila hernia dapat
direposisi, pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan
kalau samping jari menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada
bayi wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya terdiri
dari ovarium.
Hernia Skrotalis merupakan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis bila hernia ini
masuk kedalam scrotum. Isi dari hernia ini bisa berupa omentum atau usus. Bila isi adalah
omentum di dapatkan perabaan konsistensi kenyal lembut seperti adonan dan bila hernia ini
reponibel, maka mula-mula akan mudah dimasukkan kemudian sulit karena biasanya ada
perlengketan dengan kantong hernia. Bila isi hernia adalah usus maka akan memberikan
bunyi seperti bising usus. Hernia ini mula-mula akan sulit dimasukkan kemudian lebih
mudah dan disertai bunyi gelembung udara.

I. 9 Diagnosis Banding
10

a. Hidrocele pada funikulus spermatikus maupun testis. Yang membedakan:- pasien diminta
mengejan bila benjolan adalah hernia maka akan membesar, sedangkan bila hidrocele
benjolan tetap tidak berubah. Bila benjolan terdapat pada skrotum, maka dilakukan pada satu
sisi, sedangkan di sisi yang berlawanan diperiksa melalui diapanascopy. Bila tampak bening
berarti hidrocele (diapanascopy +).
-Pada hernia: canalis inguinalis teraba usus
-Perkusi pada hernia akan terdengar timpani karena berisi usus
-Fluktuasi positif pada hernia.
b. Kriptochismus
Testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi kemungkinanya hanya sampai kanalis inguinalis
c. Limfadenopati/ limfadenitis inguinal. Perhatikan apakah ada infeksi pada kaki sesisi.
d. Varises vena saphena magna didaerah lipat paha.
e. Lipoma yang menyelubungi funikulus spermatikus (sering disangka hernia inguinalis
medialis).

I. 10 Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
a. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anakanak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia
dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak
inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih
sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis
dibandingkan dengan orang dewasa. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak
dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini
berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak
berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
b. Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur hidup. Namun cara
11

yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang.
Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain
merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan
strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis
karena tekanan pada tangki sperma yang mengandung pembuluh darah testis.
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia
terdiri dari herniotomi dan hernioplastik.
Herniotomi - Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Hernioplasty, dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis ingunalis. Hernioplasty lebih penting artinya dalam
mencegah terjdinya residif dibandingkan dengan herniatomi. Dikenal berbagai metode
hernioplasty seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan tertutup,
menutup dan memperkuat fascia transversal, dan menjahitkan pertemuan M. transversus
internus abdominis dan M. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint
tendon ke ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fascia
tranversa, M. tranversus abdominis, M. oblikus internus abdominis ke ligamentum Cooper
pada metode Mc Vay.
Teknik operasi
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat dikelompokkan
dalam 4 kategori utama :

Kelompok 1: Open Anterior Repair

Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan pembukaan
aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan membebaskan funikulus spermatikus.fascia
transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect.
Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik bassini adalah
12

Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis ingunalis hingga

ke cincin ekternal
Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect

sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.
Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia

transversalis)
Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin
Rekonstuksi didinding posterior dengan menjahit fascia tranfersalis, otot transversalis
abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis lateral.

McVay open anterior repair.


Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekontruksi,tetapi semuanya
menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan memperbaiki dasar
dari kanalis inguinalis, kelemahannya yaitu tegangan yang tejadi akibat jahitan tersebut,selain
dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi neckosis otot yang akan menyebabkan jahitan
terlepas dan mengakibatkan kekambuhan.

Kelompok 2 : Open Posterior Repair

Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah lapisan
dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi
kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik
inidan teknik open anterior adakah rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior
repairsering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut
dari operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau
anastesi umum.

kelompok 3 : Tension Free Repair With Mesh

Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow ) menggunakan pendekatan


awal yang sama degan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk
memperbaiki defek , tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini
dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan disekitar
fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang
dari 1 persen.
Open mesh repair
Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan implant prosthesis,
khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan. Akan tetapi pengalaman yang luas dengan
13

mesh hernia telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus populer. Teknik ini
dapat dilakukan dengan anastesi local, regional atau general. Operasi hernia Laparoscopic
makin populer dalam beberapa tahun terakhir, tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada
awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang
besar diregion inguinal diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi
usus halus dan pembentukan fistel karena paparan usus terhadap mesh. Saat ini kebanyakan
teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan menggunakan salah satu pendekatan
transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP
dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum abdomen dan memperbaiki
region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi
dengan peritoneum, sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur laparoscopi langsung yang
mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau
pembuluh darah bisa cidera selama operasi.

II.

HERNIA FEMORALIS

II. 1 Definisi
Hernia femoralis terjadi melalui kanalis femoralis yang dibatasi di superior oleh
traktus iliopubik, sebelah inferior oleh ligamentum cooper,sebelah lateral oleh vena
femoralis,dan sebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar
melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan ini sering
mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis.
Hernia femoralis membentuk massa atau tonjolan di bawah ligamentum inguinal. Ada
beberapa kejadian,hernia femoralis muncul di atas ligamentum inguinal. Pada situasi seperti
ini, kantong hernia femoralis tetap berada di bawah ligamentum inguinal melalui kanalis
femoralis tetapi naik ke arah kranial.

II. 2 Epidemiologi
Meskipun merupakan hernia alami terbanyak kedua yang sering terjadi, namun hanya
5% angka kejadiannya. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada wanita dengan rasio
14

wanita : pria 4:1. Hernia femoralis terjadi pada kira kira 2% hernia dinding abdomen pada
pria, kira kira sepertiga pada wanita. Hernia femoralis kanan 2 kali lebih sering terjadi
daripada hernia femoralis kiri. Hernia femoralis sangat rentan terhadap terjadinya strangulasi.

II. 3 Etiologi
Berlawanan dengan hernia inguinal, hernia femoralis jarang terjadi pada bayi atau
anak, sehingga etiologinya mungkin bukan kongenital. Chapman melaporkan, dari 1134
kasus hernia inguinal, hanya 6 yang merupakan hernia femoralis. Hernia femoralis, biasanya
muncul setelah usia pertengahan, yang mungkin disebabkan karena kelemahan alamiah dari
jaringan, dan hilangnya elastisitas. Lebih sering terjadi pada wanita multipara.

II. 4 Diagnosis
Diagnosis hernia femoralis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
baik. Pasien biasanya mengeluhkan tonjolan kecil yang dapat dikembalikan, pada sisi medial
daerah selangkangan. Tonjolan ini, sering menetap yang disebabkan karena adanya
inkarserasi. Biasanya, terutama pada wanita dewasa, pasien tidak menyadari adanya hernia
femoral, indikasi awal adanya hernia femoralis adalah apabila telah terjadi strangulasi. Maka
dari itu, perlu dilakkukan inspeksi lubang femoral, pada semua pasien yang tua, terutama
wanita, yang datang dengan obstruksi intestinal.

II. 5 Penatalaksanaan
Setiap hernia femoralis, harus dilakukan tindakan operatif dan diperbaiki dengan
sesegera mugnkin setelah terdiagnosis. Operasi ini terdiri dari herniotomi dan hernioplasti
dengan tujuan menjepit anulus femoralis.
Gambaran klinik yang dapat membingungkan adalah pada kasus hernia tipe Richter,
dimana hanya sebagian diding dari usus yang mengalami strangulasi tetapi sisanya bebas,
sehingga gejala obstruksi tidak tampak. Hernia femoral terstrangulata merupakan keadaan
kedaruratan.

III.

HERNIA UMBILIKALIS

III . 1 Definisi
15

Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit. Hernia umbilikalis pada kebanyakan kasus, menutup secara spontan
pada usia 2 tahun. Apabila hernia masih menetap sampai usia 5 tahun, maka memerlukan
tindakan operatif.

III 2 Epidemiologi
Angka kejadian hernia umbilikalis pada bayi ras kaukasoid berada antara 10% - 30%.
Pada anak afrika, angka ini menjadi lebih besar beberapa kali lipat. Bayi yang prematur, 70%
memiliki kemungkinan terjadi hernia umbilikalis.
Hernia umbilikal pada orang dewasa biasanya didapat. Umumnya terjadi pada wanita
dan pada orang orang dengan peningkatan tekanan intra abdominal seperti kehamilan,
obesitas.

III 3 Gejala Klinis


Gejala klinis dari hernia umbilikalis adalah penonjolan yang mengandung isi rongga
perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdominal,
biasanya ketika bayi menangis. Jarang terjadi inkarserasi.

III 4 Penatalaksanaan
Tatalaksana hernia umbilikalis, bial cincin hernia kurang dari 2 cm, umumnya regresi
spontan akan terjadi sebelum bayi berusia 6 bulan. Upaya untuk mempercepat dapat
dilakukan dengan mendekatkan tepi kiri dan kanan, kemudian merancangnya dengan pita
perekat untuk 2 3 minggu. Dapat pula dengan uang logam yang dipancangakan di
umbilikus untuk mencegah penonjolan isi rongga perut. Bila sampai dengan usia satu
setengah tahun masih menonjol, umumnya memerlukan tindakan operasi.

IV.

HERNIA EPIGASTRIKA

IV. 1 Definisi
16

Hernia epigastrika adalah penonjolan isi abdomen melalui defek di linea alba antara
umbilikus dan prosesus siphoideus. Isi hernia terdiri atas penonjolan jaringan lemak
preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum. Linea alba dibentuk oleh anyaman
serabut aponeurrosis lamina anterior dan posterior sarung M.rektus. anyaman ini sering hanya
satu lapis. Selain itu, linea alba di sebelah kranial umbilikus labih lebar dibandingkan dengan
yang sebelah kaudal sehingga merupakan predisposisi terjadinya hernia epigastrika. Hernia
epigastrika muncul sebagai tonjolan lunak di linea alba yang merupakan lipoma
preperitoneal.
IV. 2 Gejala Klinis
Gambaran klinis, pasien sering mengeluh perut kurang enak dan mual, mirip keluhan
pada kelainan kandung empedu, tukak peptik, atau hernia hiatus esofagus.

PROGNOSIS
Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan sekitar 1% -3% dalam jarak waktu 10 tahun
kemudian.

Kekambuhan

disebabkan

oleh

tegangan

yang

berlebihan

pada

saat

perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasti yang tidak adekuat, dan hernia yang terabaikan.
Kekambuhan yang sudah diperkirakan, lebih umum dalam pasien dengan hernia direk,
khususnya hernia direk bilateral. Kekambuhan tidak langsung biasanya akibat eksisi yang
tidak adekuat dari ujung proksimal kantung. Kebanyakan kekambuhan adalah langsung dan
biasanya dalam regio tuberkulum pubikum, dimana tegangan garis jahitan adalah yang
terbesar.insisi relaksasi selalu membantu. Perbaikan hernia inguinalis bilateral secara
bersamaan tidak meningkatkan tegangan jahitan dan bukan merupakan penyebab kekambuhan seperti
yang dipercaya sebelumnya. Hernia rekurren membutuhkan prostesis untuk perbaikan yang
berhasil, kekambuhan setelah hernioplasti prostesis anterior paling baik dilakukan dengan
pendekatan preperitoneal atau secara anterior dengan sumbat prostesis.

KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel; ini dapat terjadi kalau hernia
terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ektraperitoneal (hernia geser) atau hernia
17

akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia
tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulate yang menimbulkan gejala
obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia
richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis
dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograde
yaitu dua segmen usus terperangkap didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada
dalam rongga peritoneum seperti hurup W.
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaaan
terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan
transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia
makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringa terganggu. Isi hernia menjadi
nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia
terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel
atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.

PENCEGAHAN
Hernia lebih sering terjadi pada seseorang yang mengalami kegemukan, menderita
batuk menahun, sembelit menahun atau BPH yang menyebabkan dia harus mengedan ketika
berkemih. Pengobatan terhadap berbagai keadaan diatas bisa mengurangi resiko terjadinya
hernia

Daftar Pustaka

18

1. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
2. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran.
EdisiIII, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317
3. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by stepapproach).
Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery
Institute. New Delhi. 2003. (Ebook, di akses 10 juli 2010)
4. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-356
5. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I. Penerbit :
GEM Foundation. 2004. Hal 39-58
6. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII. Penerbit
HodderArnold. 2006.
7. Gary G. Wind. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis). Edisi
I.Penerbit Williams & Wilkins, a Waverly Company. 1997.
8. Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II. 2005.

19

You might also like