Professional Documents
Culture Documents
55
Mahasiswa Program Magister Ilmu Kedokteran Gigi Dasar Forensik Kedokteran Gigi
Departemen Radiologi Kedokteran Gigi
3
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Dasar
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Jakarta Pusat - Indonesia
2
Korespondensi (correspondence): Adisty Setyari Putri, Mahasiswa Program Magister Ilmu Kedokteran Gigi DasarForensik Kedokteran Gigi, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia. Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat 10430, Indonesia. E-mail: disty.setyari@gmail.com
ABSTRACT
Background: In forensic cases where an individual cannot be visually identified in cases of decomposed, mutilated, incinerated,
or skeletal remains, it is necessary to use other methods of identification. Age estimation is one of forensic examinations that
assist the identification of an individual by narrowing down the search data. As the hardest and the most resistant body structure
to external influences, tooth can be used as a medium to estimate age. That is because tooth constantly undergoes development
and degenerative changes with age. Purpose: The purpose of this paper is to describe the advantages, limitations, and application
of the various methods of age estimation through teeth that best suits each forensic dentistry case. Several methods of age estimation
through tooth are by clinical, radiographic, histological, and biochemical methods. Review: Things that need to be considered in
selecting the method include the individual status (living or deceased), age category, type of case (single case or mass disaster),
the condition of tooth and supporting tissues, the location of the case, the availability of supporting facility and equipment, as
well as the culture and religion of the identified individuals. Conclusion: The success of age estimation through dental examination
is determined by the appropriate selection and the correct application of the method according to forensic dentistry case.
Key words: age estimation, teeth, forensic dentistry case
PENDAHULUAN
Pemeriksaan forensik dalam kasus dimana usia
kronologis seorang individu tidak diketahui karena
identitas asli tidak ada ataupun adanya indikasi
pemalsuan identitas, pemeriksaan forensik diperlukan
untuk memprakiraan usia.1 Usia dapat diprakirakan
karena bertambahnya usia seiring dengan
meningkatnya tahap pertumbuhan dan perkembangan
struktur tubuh berupa perubahan fisik yang konstan
sehingga setiap tahap dari proses perubahan tersebut
dapat dihubungkan dengan usia seorang individu.2
Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi
Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 2013
56
Gambar 1.
Rentang Usia
Gigi
Bagian yg Diper
iksa
Diperiksa
Car
Caraa Aplikasi
Kalsifikasi, erupsi,
resorpsi akar
Membandingkan
radiograf panoramik
atau oblik lateral
dengan atlas.
Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi
Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 2013
Metode
Atlas Schour and Masseler (1941)
Gambar 2.
Rentang Usia
Gigi
Bagian yg Diper
iksa
Diperiksa
Car
Caraa Aplikasi
Kalsifikasi, resorpsi
akar,dan erupsi gigi
Membandingkan
radiograf panoramik
atau oblik lateral
dengan atlas
Prenatal 25 tahun
(18 diagram)
Kalsifikasi, resorpsi
akar, dan erupsi gigi
Membandingkan
radiograf panoramik
atau oblik lateral
dengan atlas
Gambar 3.
57
Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi
Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 2013
58
Metode
Diagram Gustafson dan Koch (1974)
Gambar 4.
Gigi
Bagian yg Diper
iksa
Diperiksa
Car
Caraa Aplikasi
Intrauteri 16 tahun
Membandingkan tahap
kalsifikasi gigi dari
radiograf panoramik
atau periapikal dengan
diagram
3 16 tahun
7 gigi permanen
rahang bawah
Kalsifikasi gigi
dalam 8 tahap
Menentukan tahap
kalsifikasi gigi dari
radiograf panoramik
atau periapikal dengan
gambar tahap
kalsifikasi gigi yang
dikonversi menjadi
skor maturitas untuk
mendapatkan usia
dental dari skala
horizontal atau tabel
usia.
5 sampai 15 tahun
Menggunakan
radiografi panoramik,
jumlah dari apikal
terbuka (s) dan
jumlah gigi dengan
perkembangan akar
lengkap (N0).
dimasukkan kedalam
rumus:
Gambar 5.
Rentang Usia
(g = 1 untuk laki-laki
dan g = 0 untuk
perempuan)
Gambar 6.
Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi
Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 2013
Metode
Rentang Usia
59
Gigi
Bagian yg Diper
iksa
Diperiksa
Car
Caraa Aplikasi
panjang pulp-root
(R), panjang pulptooth (P), panjang
tooth-root (T), lebar
pulp-root pada CEJ
(A), lebar pulp-root
di pertengahan akar
(C) dan lebar pulproot pada titik
tengah antara C dan
A (B)
Menggunakan
radiografi periapikal
intraoral, hitung nilai
rata-rata dari semua
rasio selain T (M),
nilai rata-rata lebar
rasio B dan C (W) dan
nilai rata-rata panjang
rasio P dan R (L)
dimasukkan pada
rumus
Age = 129.8 - (316.4 x M)
(6.8 x (W - L))
Gambar 7.
CL
Melalui radiograf
panoramik, hitung CL
dan CPCH, kemudian
masukkan ke dalam
rumus :
TCL =
CPCH x 100
CL
Gambar 9.
panjang (mm)
mahkota gigi (CL,
coronal length) dan
panjang (mm) dari
rongga pulpa
koronal (CPCH,
coronal pulp cavity
height)
CPCH
D
Gambar 8.
Panjang gigi
Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi
Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 2013
60
Metode Klinis
Metode
Perhitungan Jumlah Gigi Erupsi20
Rentang Usia
Gigi
Bagian yg Diper
iksa
Diperiksa
Car
Caraa Aplikasi
Menghitung jumlah
gigi sulung di dalam
mulut. Lalu
dimasukkan ke dalam
tabel berdasarkan
jumlah gigi dan ratarata usia
Sejak gigi M1
permanen erupsi
Permukaan insisal
dan oklusal gigi
Rentang Usia
Gigi
Bagian yg Diper
iksa
Diperiksa
Car
Caraa Aplikasi
Gigi insisivus
A=Atrisi,
S=Dentin sekunder,
P=Paradontosis,
C=Sementum
apoptosis,
T=Transparansi/
translusensi akar,
R=Resorpsi akar
Metode Histologi
Metode
Metode Gustafson (1950)
Y = 3.52 X + 8.88
(X= total skor,
Y= estimasi usia)
Gambar 11. Metode Gustafson 21
Metode Johanson (1970)
Gigi insisivus
A=Atrisi,
S=Dentin sekunder,
P=Paradontosis,
C=Sementum
apoptosis,
T=Transparansi/
translusensi akar,
R=Resorpsi akar
Modifikasi metode
Gustafson
menggunakan
6 kriteria yang sama
tetapi berbeda
dalam pembagian
skoring yaitu 0, 0.5,
1, 1.5, 2, 2.5, 3.
Masukkan dalam
formula :Age = 11.02
+ (5.14*A) + (2.3*S) +
(4.14*P) + (3.71*C) +
(5.57*R) + (8.98*T)
Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi
Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 2013
61
Metode Biokimiawi
Metode
Rentang Usia
PEMBAHASAN
Akurasi dan ketepatan hasil yang didapat dari
prakiraan usia berdasarkan gigi bergantung dari
pemilihan metode yang paling sesuai dengan
keadaan masing-masing kasus. Soomer et al. 23
menyatakan bahwa seorang dokter gigi forensik
harus mengevaluasi setiap kasus prakiraan usia dan
memilih satu atau beberapa metode yang paling
sesuai dengan kasus karena keakuratan dan
ketepatan adalah tujuan utama. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan metode prakiraan
usia adalah status individu (hidup atau mati),
kategori usia individu, jumlah individu yang akan
diidentifikasi usianya, jenis kasus tunggal atau
bencana massal, ketersediaan gigi dan jaringan
pendukung, lokasi kasus, ketersediaan sarana dan
perangkat prakiraan usia, serta budaya dan agama
yang dianut individu yang akan diidentifikasi. Setiap
metode prakiraan usia melalui gigi memiliki
keunggulan dan keterbatasan yang ditentukan
berdasarkan pertimbangan pemilihan metode
tersebut, sehingga setiap metode prakiraan usia
memiliki pasangan kasus masing-masing.
Prakiraan usia berdasarkan gigi pada individu
hidup umumnya menggunakan metode non-invasif
yang tidak melibatkan ekstraksi gigi. Metode yang
dapat digunakan adalah pemeriksaan klinis dan
radiografis. Secara klinis, pemeriksaan jumlah gigi
sulung yang sudah erupsi dapat diaplikasikan apabila
individu masih anak-anak atau menggunakan metode
atrisi oleh Miles apabila individu berusia remaja
sampai dewasa.14,20 Pada individu hidup, metode
radiografis manapun dapat digunakan dengan
menyesuaikan dengan usia individu. Apabila
memungkinkan untuk ekstraksi gigi contohnya gigi
supernumerary atau gigi untuk keperluan orthodontik,
maka dapat dilakukan prakiraan usia melalui
pemeriksaan histologis dan biokimiawi. Sedangkan,
prakiraan usia pada individu mati melalui gigi dapat
Gigi
Bagian yg Diper
iksa
Diperiksa
Rasio asam
aspartat D/L pada
gigi
Car
Caraa Aplikasi
Teknik kromatografi
gas (GC) maupun High
Performance Liquid
Chromatography
(HPLC). Rasio D/L
diukur dalam tiga
fraksi yaitu TAA (total
amino acid),
SP (soluble peptide),
dan IC (insoluble
collagen).
62
Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi
Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 2013
Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi
Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 2013
DAFTAR PUSTAKA
1. Harschaft EE, Alder ME, Ord DK, Rawson RD, Smith
ES. Manual of forensic odontology. 4th ed. American
Society of Forensic Odontology 2007; 53-74.
2. Rajan SY, Nandita M, Prabhuraj BK, Vikas P. Age
estimation based on chronological stages of
mandibular third molar development. Annals and
Essences of Dentistry 2010; 2(4): 239-43.
3. Panchbhai AS. Dental radiographic indicators, a key
to age estimation. Dentomaxillofacial Radiology 2011;
40: 199-212.
4. Cameriere R, Ferrante L, Belcastro M. Age estimation
by pulp/tooth ratio in canines by periapical X-rays. J
Forensic Sci 2007; 52: 166-170.
5. Interpol interpol DVI Form Post-Mortem (pink) 2002.
http://www.interpol.int/INTERPOL-expertise/
Forensics/DVI-Pages/Forms.
6. Republik Indonesia. Undang-Undang Negara
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang
Pengadilan Anak. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 3. Jakarta: Sekretariat
Negara RI; 1997.
7. Maber M, Liversidge HM, Hector M.P. Accuracy of
age estimation of radiographic methods using
developing teeth. Forensic Science International 2006;
159: 68-73.
8. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 109. Jakarta: Sekretariat
Negara RI; 2002.
63