You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikropipet diciptakan untuk sebuah pengukuran ketelitian yang sangat
tinggi. Dengan pipet yang biasa, ketelitian sebuah pengukuran tidak bisa
dipastikan karena pipet yang biasa tidak memiliki skala yang terukur. Pada
mikropipet, kita dapat mengatur volume zat yang akan diambil (Iqmal, 2008).
setiap mikropipet dibuat berdasarkan volumenya untuk akurasi dan presisi
yang baik sehingga meminimalisir kesalahan- kesalahan dalam melakukan
pengukuran dengan mikropipet sangat dibutuhkan ketelitian yang tinggi.
Dalam penelitian di bidang biologi molekuler, mikropipet memiliki
peranan penting dalam pengukuran ketelitian baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Salah satunya pada pengukuran analitik. Pengukuran tersebut dapat
menggunakan metode konvensional maupun modern, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Setiap pengukurannya akan sangat dipengaruhi oleh
faktor akurasi dan presisi, yang dapat memberikan kontribusi terhadap
kesalahan pengukuran. Oleh karena itu untuk menghindari kesalahan
pengukuran yang dapat menyebabkan gagal diperolehnya suatu nilai yang
sebenarnya diperlukan suatu uji kelayakan pada mikropipet. Berdasarkan
volumenya mikropipet dapat dilihat dari perbedaan warna tips-nya. Warna biru
(P1000) berskalakan volume 200 sampai 1000 l, warna kuning (P200) 2
sampai 200 l, lalu terakhir warna putih (P20) kurang dari 2 l.
1.2 Tujuan

Menentukan perbedaan cara penggunaan mikropipet untuk pengambilan

larutan encer dan larutan kental


Menentukan nilai akurasi dan presisi dari mikropipet
Menentukan kelayakan mikropipet berdasarkan analisis nilai akurasi dan
presisi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prinsip kerja mikropipet
Prinsip penggunaan mikropipet pada dasarnya adalah pergantian volume
udara yang dikeluarkan oleh mikropipet dengan larutan. Piston yang berada di
dalam mikropipet akan berpindah posisi ketika volumenya sudah diatur.
Ketika tombol ditekan sampai ke stop pertama piston akan mengeluarkan
volume udara. Ketika tips dicelupkan ke dalam larutan/cairan dan tombol
dilepaskan akan membuat tekanan parsial yang mengaspirasikan volume
tertentu ke dalam tips. Apabila tombol ditekan ke stop pertama kembali, udara
akan bertukar dengan larutan, dan larutan keluar dari mikropipet. Tombol
stop kedua digunakan ketika ingin mengosongkan mikropipet secara
sempurna (Skoog, 1996).
2.2 Jenis-jenis mikropipet
Jenis-jenis mikropipet adalah sebagai berikut berdasarkan ukuran skala
volume maksimal larutan yang dapat diambil. Pada dasarnya, mikropipet
terdiri dari mikropipet P1000, P200, dan P20. P1000 yaitu mikropipet yang
digunakan untuk memipet cairan berukuran lebih dari 200 mikroliter sampai
1000 mikroliter, P200 digunakan untuk memipet volume cairan antara 21
mikroliter sampai 200 mikroliter, dan P20 digunakan untuk memipet volume
dibawah 20 mikroliter (Gilson, 2005).
2.3 Bagian-bagian mikropipet dan tips
Bagian-bagian pada mikrometer terdiri atas tombol pengatur
volume, cincin pengatur volume, tombol untuk melepaskan tips, lalu
angka penunjuk volume (dibaca dari atas ke bawah), tempat menempatkan
tips (Gilson, 2005).

Gambar 2.3 bagian-bagian mikropipet


(http://lh4.ggpht.com, 2014)

2.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan mikropipet


Menurut Gilson (2005) pemeliharaan mikropipet agar awet atau
tahan lama dan tidak mudah rusak harus diperhatikan cara penggunaannya
seperti
Jangan menggunakan pipet tanpa tips di ujungnya. Larutan tidak boleh

masuk ke dalam pipet, karena bisa menyebabkan kontaminasi


Jangan memutar volume atau menggunakan pipet melebihi ukuran
maksimalnya. Hal ini akan menyebabkan ketidakakuratan ukuran, bahkan

merusak pipet
Saat mengambil tips, jangan menekan terlalu keras dan berulang-ulang.

Juga jangan terlalu lemah, karena tips bisa jatuh


Ketika menekan tombol pipet, jangan menekan melebihi penghentian

normalnya, karena akan menyebabkan larutan yang diambil berlebihan


Ketika mengambil larutan, jangan melepas tombol penekan secara tibatiba. Hal ini akan menyebabkan larutan masuk ke dalam pipet, dan
ketidakakuratan ukuran. Lepaslah tombol penekan secara perlahan dan

terkontrol
Ketika mengambil larutan, pipet tidak boleh diangkat sebelum seluruh
larutan masuk ke dalam tips. Jika mengambil larutan yang banyak,
pastikan ujung tips masih terendam dalam larutan

Selama ada larutan dalam tips di ujung pipet, jangan simpan pipet dimana
saja. Karena larutan bisa masuk ke dalam pipet dan menyebabkan

kontaminasi dan mikropipet akan rusak


2.5 Akurasi dan presisi (beserta rumus perhitungannya)
Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas, dapat
dilihat dari tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan. Akurasi menunjukkan
kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Untuk menentukan
tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari parameter yang diukur
dan kemudian dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi
menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat
dilihat dari standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik
akan memberikan standar deviasi yang kecil. Jika diinginkan hasil
pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan pengulangan sebanyak n-kali.
Dari data tersebut dapat diperoleh ukuran harga nilai terukur yang merupakan
rata-rata dari hasil yang diperoleh dan standar deviasi (Iqmal, 2008). Akurasi
relatif secara umum berkisar 1%. Presisi kurang dari 0,5 % diterima ketika
melakukan transfer volume terkecil dari model pipet (Iqmal, 2008).
Akurasi menurut Eppendorf (2009) dirumuskan dengan rumus berikut ini
VratarataVmulamula
E=
X 100
Vmulamula
E% = Persentase Error
Nilai E% akan makin kecil nilainya jika akurasinya makin tinggi Presisi
menurut Eppendorf (2009) dirumuskan dengan rumus berikut ini :
SD
RSD=
X 100
Vratarata
RSD = Relative Standard Deviation
RSD makin kecil dengan makin presisinya mikropipet yang di analisis

VratarataV 1

KE 1

SD =
V1 = Volume yang diukur pertama
N = Jumlah/nilai pengukuran

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat Dan Bahan
Berikut ini adalah daftar alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan
ini :
Tabel 3.1 Daftar alat dan bahan percobaan
Alat

Bahan

Timbangan analitik

Aquades (berat jenis = 1 g/m3)

Mikropipet

Gliserol (berat jenis = 1,261 g/m3)

Tabung Eppendorf

Tips

3.2 Cara kerja (paragraf pasif)


Uji kebocoran mikropipet dan uji akurasi dan presisi. Dimulai dengan
uji kebocoran mikropipet dimulai dengan pengaturan mikropipet. Mikropipet
diatur volumenya hingga mencapai volume maksimal. Setelah itu, tips untuk
mikropipet diisi aquades. Tips yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
tips berwarna biru karena menggunakan mikropipet 1000 l. Kemudian
mikropipet didiamkan selama 20 detik dalam posisi tegak. Selanjutnya, tips
pada mikropipet dicelupkan ujungnya ke dalam air. Apabila terjadi penurunan
permukaan air, berarti terjadi kebocoran. Bila hal itu terjadi, mikropipet tidak
layak digunakan.
Setelah diuji kebocorannya, dilanjutkan dengan uji presisi dan akurasi.
Mula-mula tabung Eppendorf ditimbang beratnya dan ditekan tombol TARE
agar angka pada timbangan menunjukkan angka 0,000. Setelah itu, tabung
Eppendorf diisi dengan aquades dan gliserol yang sudah ditimbang dengan
menggunakan mikropipet. Setelah diisi, tabung Eppendorf ditimbang lagi dan

dihitung berat cairan yang diambil dengan menyelisihkan berat tabung mulamula dan berat tabung setelah diisi. Setelah itu, dilakukan pengulangan
penimbangan berat cairan berkali-kali dan hitung rata-rata berat cairan.
Kemudian, dilakukan perhitungan perbandingan antara rata-rata berat cairan
hasil penimbangan dengan berat cairan yang diharapkan. Setelah itu, hitung %
penyimpangan berat cairan hasil pertimbangan dibandingkan dengan yang
diharapkan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan Dan Perhitungan
Tabel massa sebelum dan sesudah diisi cairan
Tabel 4.1 Perhitungan massa cairan

Tabung

m microtube
kosong (gr)

m microtube
berisiaquades/gliserol

m (gr)

(gr)

A1

0.9251

1.18

0.1867

A2

0.9131

1.1131

0.2

A3

0,9159

1.1093

0.1934

G1

0.9164

1.1416

0.2252

G2

0.9145

1.143

0.2398

G3

0.9164

1.163

0.2466

Dari massa aquades dan gliserol buatlah perhitungan volumenya


Massa jenis aquades = 1 g/cm3
Massa jenis gliserol = 1.261 g/cm3 (Aimola et al., 2014)
Tabel 4.2Perhitungan volume cairan

Tabung

m (gr)

V=m/massa jenis (mL)

V (L)

A1

0.1867

0.1867

186.7

A2

0.2

0.2

200

A3

0.1934

0.1934

193.4

G1

0.2252

0.1786

178,6

G2

0.2368

0.1901

190.1

G3

0.2466

0.1956

195.6

V aquades=

186.7+ 200+193.4
= 193.4 L
3

V gliserol=

178,6+ 190.1+195,6
= 188.1 L
3

Hitung akurasi dan presisi dari mikropipet untuk pemakaian pada aquades
dan gliserol
Perhitungan akurasi aquades
|V Vo|
E=
100
Vo

|193.4200|
200

100

3.3

Perhitungan presisi aquades

(V V 1 )2
SD=
n1
i=1

RSD =

SD
100
V

6.6500
100
0,1934

3,4385

Perhitungan akurasi gliserol


|V Vo|
E=
100
Vo

|188,1200|
200

100

5.95

Perhitungan presisi gliserol

(V V 1 )2
SD=
n1
i=1

RSD =

SD
100
V

8.6747
100
0.1881

4,6117

4.2 Pembahasan
Persentase error berpengaruh terhadap akurasi sebuah mikropipet.
Error atau kesalahan dapat bersifat positif yang berarti bertambah atau
negatif yang berarti berkurang. Semakin besar nilai persentase error,
pengambilan sampel semakin tidak akurat (Harvey, 1999). Pada percobaan
pengambilan sampel gliserol, didapat nilai persentase error sebesar 3,87%,
sedangkan pada percobaan pengambilan sampel aquades didapat nilai
persentase error sebesar 3,3 %. Micropipet yang digunakan merupakan
produk dari Eppendorf model adjustable 200ml. Nilai persentase error
standar dari pabrikan sebesar 3% (Eppendorf, 2009). Jika dibandingkan

dengan nilai standar dari pabrikan, maka hasil pengambilan sampel sudah
akurat.
Realtive standar deviation menunjukan tingkat presisi sebuah
pengambilan sampling. Semakin kecil nilai RSD, maka pengambilan
sampel sangat presisi atau konstan (Harvey, 1999). Pada percobaan
pengambilan sampel gliserol didapat nilai RSD sebesar 4,661% sedangkan
pada pengambilan aquades di dapat nilai RSD sebesar 3,485%. Maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengambilan sampel aquades lebih presisi
dibandingkan saat pengambilan sampel gliserol.
Error yang besar pada percobaan kali ini dapat disebabkan berbagai
macam faktor. Faktor tersebut terbagi atas empat kategori yaitu errorsampling errors, method errors, measurement errors, dan personal errors.
Kemungkinan terbesar terjadinya error adalah sampling dan personal
errors ( Harvey, 1999). Saat pengambilan sampel, tidak sesuai prosedur.
Lalu ada kesalahan pada penulisan data hasil pengamatan serta galat
perhitungan serta penelitian praktikan.
Saat pengambilan zat, mikropipet harus dalam posisi tegak lurus agar
tidak terjadi kesalahan saat pengambilan sampel atau menghindari
kerusakan pada mikropipet. Jika mikropipet dalam posisi miring, dapat
menyebabkan ada udara yang masuk sehingga volume sampel yang
diambil tidak akurat. Dalam posisi miring juga bisa mengakibatkan zat
akan

masuk

kedalam

mikropipet

dan

merusak

mikropipet

(Eppendorf,2009). Tips tidak boleh digunakan 2 kali untuk menghindari


kontaminasi dari luar (Davidson, 2000).
Terdapat beberapa perbedaan dalam pengambilan larutan kental
dan larutan encer menggunakan mikropipet. Pada pengambilan larutan
kental, tombol pada ujung mikropipet ditekan sampai stop 2, sedangkan
pada pada pengambilan larutan encer, tombol pada ujung mikropipet
ditekan sampai stop 1. Pada larutan encer, tombol mikropipet hanya
ditekan sampai stop 1 untuk menghindari terambilnya jumlah larutan yang
terlalu berlebih (Davidson,

BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan dari pratikum yang telah dilakukan adalah :


1.

Cara pengambilan cairan kental, tombol pada ujung mikropipet ditekan


sampai kepada stop 2, sementara pada pengambilan cairan encer, tombol

2.

pada ujung mikropipet ditekan sampai kepada stop 1.


Nilai akurasi pada pengambilan aquades adalah 3,3% dan pada
pengambilan gliserol adalah 5,95%. Nilai presisi pada pengambilan
aquades adalah 3,4384% dan pada pengambilan gliserol adalah

3.

4,6117%.
Nilai akurasi dan presisi pada mikropipet, terdapat error percentage
yang tidak terlalu besar pada pengambilan aquades/ cairan encer.
mikropipet bisa digunakan karena galatnya kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Eppendorf, 2009. Raise the Limit : Eppendorf Research Plus
http://www.novalab.be/acms/acmsdata/document/3/121_Eppendorf_resear
ch_plus.pdf diakses pada tanggal 09 oktober 2014
Gilson. 2005. Gilson Guide to Pipetting 2nd edition. New York : Gilson, Inc.
Harvey , David. 1999. Modern Analytical Chemistry.New York : McGraw-Hill
Iqmal. 2008. Paper Seri Manajemen Laboratorium. Yogyakarta : Penerbit UGM.
Skoog, D.A., D.M. West & F.J. Holler. 1996. Fundamental of analytical
chemistry 7th ed. Fort Worth : Saunders College Publishing.
Davidson College. 2000. How to Use a Micropipettor.
http://www.bio.davidson.edu/Courses/Bio111/Bio111LabMan/Preface
%20D.html. Diakses tanggal 09 Oktober 2014
The university of Queensland. 2014. using a micropipet.
http://www.di.uq.edu.au/. Diakses tanggal 9 oktober 2014

You might also like