You are on page 1of 21

BAB 1

PENDAHULUAN

Leukorrhea (fluor albus/vaginal discharge/duh tubuh vagina) atau yang


lebih dikenal dengan keputihan merupakan keluhan yang sering menjadi alasan
seorang wanita untuk berobat ke dokter. Leukorrhea bukan penyakit melainkan
suatu gejala dan merupakan gejala yang sering dijumpai dalam ginekologi.
Leukorrhea dapat menyerang wanita mulai dari anak-anak sampai wanita
dewasa atau menopause. Leukorrhea

menyebabkan seorang wanita acapkali

mengganti pakaian dalamnya atau menggunkan pembalut, biasanya disertai


dengan keluhan lain seperti perasaan gatal, rasa panas pada alat kelamin maupun
nyeri sewaktu bersenggama. Keluhan dapat bervariasi dari ringan hingga berat,
namun banyak penderita yang tidak menghiraukannya. Padahal leukorrhea bisa
merupakan bagian dari perjalanan suatu penyakit yang apabila tidak segera
ditangani secara dini dengan baik akan dapat menyebabkan hal yang serius seperti
menyebabkan

kehamilan

ektopik,

peritonitis,

kanker

rahim,

kematian,

ketidaksuburan, keguguran, kematian janin, prematuritas, lahir dengan berat


badan bayi rendah, infeksi kongenital, sehingga dapat menyebabkan kematian di
awal kehidupannya.
Tujuan utama klinikus adalah membedakan leukorrhea

fisiologis atau

patologis, dengan kriteria klinik, laboratorium dan mikrobiologi.

Ketepatan

dalam mendiagnosis penyebab leukorrhea merupakan kunci utama dalam


keberhasilan pengelolaan leukorrhea.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Leukorrhea (fluor albus, vaginal discharge, duh tubuh vagina) atau
keputihan adalah cairan bukan darah yang keluar berlebihan dari vagina.
Beberapa literatur memberikan batasan, yang dimaksud dengan leukorrhea adalah
keluarnya cairan berlebihan dari liang senggama (vagina), yang disertai oleh
perasaan gatal, nyeri, rasa terbakar di bibir kemaluan atau kerap juga disertai bau
busuk dan rasa nyeri sewaktu berkemih atau senggama.
Lekorrhea dibagi menjadi dua, yaitu :
2.1.1

Leukorrhea Fisiologis
Yaitu sekret dari vagina normal yang berwarna jernih atau putih, menjadi

kekuningan bila kontak dengan udara yang disebabkan oleh proses oksidasi.
Secara mikroskopik terdiri dari sel-sel epitel vagina yang terdeskuamasi, cairan
transudasi dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi
dari saluran yang lebih atas dalam jumlah bervariasi serta mengandung berbagai
mikroorganisme terutama Lactobacillus doderlein. Memiliki pH < 4,5 yang terjadi
karena produksi asam laktat oleh Lactobacillus dari metabolisme glikogen pada
sel epitel vagina.
Leukorrhea fisiologis terdapat pada keadaan sebagai berikut :
1. Bayi baru lahir sampai dengan usia 10 hari, hal ini disebabkan
pengaruh estrogen di plasenta terhadap uterus dan vagina bayi.
2. Premenarche, mulai timbul pengaruh estrogen
3. Saat sebelum dan sesudah haid
4. Saat atau sekitar ovulasi, keadaan sekret dari kelenjar pada serviks
uteri menjadi lebih encer

5. Adanya rangsangan seksual pada wanita dewasa karena pengeluaran


transudasi dinding vagina
6. Pada kehamilan, karena pengaruh peningkatan vaskularisasi dan
bendungan di vagina dan di daerah pelvis
7. Stress emosional
8. Penyakit kronis, penyakit saraf, karena pengeluaran sekret dari
kelenjar serviks uteri juga bertambah
9. Pakaian (celana dalam ketat, pemakaian celana yang jarang ganti,
pembalut)
10. Leukorrhea yang disebabkan oleh gangguan kondisi tubuh, seperti
keadaan anemia, kekurangan gizi, kelelahan, kegemukan, dan usia tua
> 45 tahun
2.1.2

Leukorrhea Patologis
Leukorrhea dikatakan tidak normal jika terjadi peningkatan volume

(khususnya membasahi pakaian), bau yang khas dan perubahan konsistensi atau
warna. Penyebab terjadinya leukorrhea patologis bermacam-macam, dapat
disebabkan oleh adanya infeksi (oleh bakteri, jamur, protozoa, virus) adanya
benda asing dalam vagina, gangguan hormonal akibat menopause dan adanya
kanker atau keganasan dari alat kelamin, terutama pada serviks.
Penyebab leukorrhea patologis :
a. Infeksi
Penyebab leukorrhea terbanyak adalah infeksi pada vagina (vaginitis) dan seviks
(servisitis). Ada atau tidaknya bau, gatal dan warna dapat membantu menemukan
etiologinya. Sekret yang disebabkan oeh infeksi biasanya mukopurulen, warnanya
bervariasi dari putih kekuningan hingga berwarna kehijauan. Vaginitis paling
sering disebabkan oleh Candida spp., Trichomonas vaginalis, Vaginalis
bakterialis. Sedangkan servisitis paling sering disebabkan oleh Chlamidia
trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Selain itu penyebab infeksi yang lain

adalah infeksi sekunder pada luka, abrasi (termasuk yang disebabkan oleh benda
asing), ataupun terbakar.
b. Non infeksi
Dapat disebabkan oleh :

Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan

Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari vagina yang tercampur dengan
urine atau feses. Hal ini dapat terjadi akibat adanya fistel uterovagina, fistel
rektovagina yang disebabkan kelainan kongenital, cedera persalinan, radiasi pada
kanker alat kandungan atau akibat kanker itu sendiri.

Benda asing

Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada anak-anak ataupun
tertinggalnya tampon maupun kondom pada wanita dewasa, adanya cincin
pesariumpada wanita yang menderita prolaps uteri

serta pemakaian alat

kontrasepsi seperti IUD dapat merangsang pengeluaran sekret secara berlebihan.

Hormonal

Perubahan hormonal estrogen dan progesteron yang terjadi dapat dikarenakan


adanya perubahan konstitusi dalam tubuh wanitu itu sendiri atau karena pengaruh
dari luar misalnya karena obat/cara kontrasepsi, dapat juga karena penderita
sedang dalam pengobatan hormonal.

Kanker

Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel normal yang berlebihan
sehingga mengakibatkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah
rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh
darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker

tersebut. Pada Ca cerviks terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau
busuk akibat terjadinya proses pembusukan tadi, dan acapkali disertai adanya
darah yang tidak segar.
Vaginitis atrofi

Usia pra pubertas, masa laktasi, pasca menopause dan beberapa keadan yang
menyebabkan kurangnya estrogen, akan menyebabkan meningkatnya pH vagina.
Naiknya pH akan menyebabkan pertumbuhan bakteri normal dalam vagina
menjadi berkurang, tetapi sebaliknya pH yang meningkat akan memicu
pertumbuhan bakteri patogen di vagina. Kurangnya estrogen akan menyebabkan
penipisan mukosa vagina sehingga mudah terluka dan terinfeksi

2.2 DIAGNOSIS
Ketepatan dalam mendiagnosis penyebab leukorrhea merupakan kunci
utama dalam keberhasilan pengobatan, sehingga sangat perlu mengidentifikasi
kuman penyebabnya secara pasti.
i.

Anamnesis
Dalam anamnesis harus terungkap apakah lekore ini fisiolgis atau
patologis.

Selain disebabkan karena infeksi harus difikirkan juga

kemungkinan ada benda asing atau neoplasma


ii.

Pemeriksaan klinis
Pada pemeriksaan spekulum harus diperhatikan sifat cairannya seperti
kekentalan, warn, bau serta kemungkinan adanya benda asing, ulkus dan
neoplasma (kelompok khusus).

Pemeriksaan dalam dilakukan setelah

pengambilan sediaan untuk pemeriksaan laboratorium


iii.

Laboratorium

Dibuat sediaan basah NaCl 0,9% fisiologis untuk trikomoniasis, KOH


10% untuk kandidias, pengecatan gram untuk bakteri penyebab gonore.
Pemeriksaan tambahan dilakukan bila ada kecurigaan keganasan. Kultur
dilakukan pada keadaan klinis ke arah gonore tetapi hasil pemeriksaan
gram negatif. Pemeriksaan serologis dilakukan bila kecurigaan ke arah
klamidia.
iv.

Pengobatan
Pengobatan terapi jangan semata-mata bertumpu pada hasil-hasil
pemeriksaan laboratorium. Pada pengalaman klinik, ternyata kebanyakan
lekore disebabkan oleh infeksi campuran sehingga harus diberikan terapi
kombinasi.

Selain terapi untuk pasien dan pasangannya pada waktu

bersamaan harus juga diberikan penyuluhan/ konseling bahwa obat harus


dimakan sesuai anjuran dan tidak melakukan hubungan selama pengobatan
dan harus melalukan pemeriksaan ulang sesuai anjuran
v.

Pengawasan
Pada kunjungan ulang dilakukan pemeriksaan klinis dan laboratorium
untuk menilai keberhasilan terapi dan menentukan langkah selanjutnya.
Bila lekore masih ada, sedangkan tanda klinis sudah hilang, perlu
dipikirkan sebab lain misalnya hormon.

Bila keadaan memburuk dan

timbul reinfeksi harus dicari penyebabnya, bila perlu dilakukan


pemeriksaan kultur dan resistensi serta diulangi sesuai protokol.
2.3 INFEKSI PADA VAGINA
Pada pemeriksaan sekret vagina pada pasien normal, dapat ditemukan
batang gram positif, yaitu Lactobacillus acidophillus. Bakteri ini dapat
mempertahankan ekosistem vagina dengan 3 cara:
a. Memproduksi asam laktat yang mempertahankan pH vagina normal,
yaitu 4 (rata-rata 3,8-4,2) , sehingga dapat menghambat patogen

b. Memproduksi Hidrogen Peroksida yang toksis terhadap mikroflora


anaerob
c. Memiliki mikrovili yang menempel pada reseptor di sel-sel epitel
vagina, sehingga menghalangi penempelan patogen.

Pewarnaan gram pada sekret vagina normal


2.3.1

Infeksi Jamur

Kandidiosis vulvovaginal (KV)


Kandidiosis vulvovaginal merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh
Candida spp terutama Candida albicans. Diperkirakan sekitar 50% wanita pernah
mengalami kandidiosis vulvovaginitis paling sedikit dua kali dalam hidupnya.
Jamur ini hidup dalam suasana asam yang mengandung glikogen. Keadaankeadaan yang mendukung timbulnya infeksi adalah kehamilan, pemakaian pil
kontrasepsi, pemakaian kortikosteroid dan pada penderita Diabetes Melitus.

Gambaran Mikroskopis Candida albicans

Gejala klinis Kandidiosis Vulvovaginal (KV)


-

Duh tubuh vagina disertai gatal pada vula

Disuria eksternal dan dipareunia superfisial

Pada pemeriksaan tampak vulva eritem, edem dan lecet

Vagina dengan Fluor albus


-

Pada pemeriksaan spekulum tampak duh tubuh vagina dengan jumlah yang
bervariasi, konsistensi dapat cair atau seperti susu pecah

Pemeriksaan vagina dengan spekulum


-

Pada kasus yang lebih berat pemeriksaan inspekulo menimbulkan rasa nyeri
pada penderita. Mukosa vagina dan ektoserviks tampak eritem, serta pada
dinding vagina tampak gumpalan putih seperti keju.

Pemeriksaan pH vagina berkisar 4-4,5

Diagnosis
-

Leukorrhea yang bervariasi mulai dari cair sampai kental dan sangat gatal
(pruritus vulva)

Dapat ditemukan rasa nyeri pada vagina, dispareunia, rasa terbakar pada vulva
dan iritasi vulva

Tanda inflamasi : dapat ditemukan eritem (+), edem (+) pada vulva dan labia,
lesi diskret pustulopapular (+), dermatitis vulva

Laboratorium : pH vagina < 4,5, Whiff test (-). Pada sediaan gram : bentuk
ragi (+) dan pseudohifa (+)

Mikroskopik : leukosit, sel epitel, 80% pasien dengan gejala terlihat : ragi
(yeast) mycelia atau pseudomycelia

Saran: kultur jamur untuk menegakkan diagnosis. (kultur merupakan jenis


pemeriksaan yang paling sensitif untuk mendeteksi adanya candida)

Pengobatan
-

Klotrimazol 500 mg intravagina dosis tunggal atau

Klotrimazol 200 mg intravagina selama 3 hari atau

Nistatin 100.000 unit intravagina selama 14 hari atau

Fluconazole 150 mg peroral dosis tunggal atau

Itraconazole 200 mg 2 x 1 tablet selama 1 hari atau

Imidazole vagina krem, 1 tablet setiap hari selama3-7 hari


Wanita hamil sebaiknya hanya menggunakan penggunaan topikal dengan
tablet vagina

2.3.2

Infeksi Protozoa

Trichomoniasis
Trichomoniasis adalah infeksi traktus urogenitalis yang disebabkan oleh
protozoa yaitu T. vaginalis. Masa inkubasi berkisar antara 5-28 hari. Pada wanita
T. vaginalis paling sering menyebabkan infeksi pada epitel vagina, selain pada
uretra, serviks, kelenjar Bartholini dan kelenjar skene.

Gambaran mikroskopis Trichomoniasis


Trichomoniasis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual tanpa
menggunakan

pelindung

(kondom)

dengan

seseorang

yang

mengidap

trichomoniasis atau dapat juga ditularkan melalui perlengkapan mandi (handuk).

Gejala klinis
-

Asimtomatis pada sebagian wanita penderita trichomoniasis

Bila ada keluhan, biasanya berupa cairan vagina yang banyak, sekitar 50%
penderita mengeluh bau yang tidak enak disertai gatal pada vulva dan
dispareunia.

Pada pemeriksaan, sekitar 75% penderita dapat ditemukan kelainan pada


vulva dan vagina. Vulva tampak eritem, lecet dan sembab. Pada pemasangan
spekulum terasa nyeri, dan dinding vagina tampak eritem

Sekitar 2-5% serviks penderita tampak gambaran khas untuk trichomoniasis,


yaitu berwarna kuning, bergelumbung, biasanya banyak dan berbau tidak enak

Pemeriksaan pH vagina >4,5

10

Gambaran fluor albus pada Trichomonas vaginalis


Diagnosis
-

Jumlah leukorrhea banyak, sering disertai bau yang tidak enak, pruritus vulva,
external dysuria dan iritasi genital sering ada

Warna sekret : putih, kuning atau purulen

Konsistensi : homogen, basah, sering frothy atau berbusa (foamy)

Tanda-tanda inflamasi: eritem pada mukosa vagina dan itrocoitus vagina,


kadang-kadang petechie pad serviks, dermatitis vulva

Sekitar 2-5% serviks penderita tampak strawberry serviks

Laboratorium : pH vagina 5,0, whiff test biasanya (+)

Mikroskopik : dengan pembesaran 400 kali dapat terlihat pergerakan


trichomonas. Bentuknya ovoid, ukuran lebih besar dari sel PMN dan
mempunyai flagel. Pada 80-90% penderita symtomatic leucocyte (+), clue cell
dapat (+)

Pengobatan
-

Metronidazole 2 gram peroral dosis tunggal atau

Metronidazole 2x500 mg peroral selama 7 hari

Pada

wanita hamil trimester pertama dapat diberikan pengobatan topikal

klotrimazol 100 mg intravagina selama 6 hari


-

Metronidazole tidak boleh diberikan pada kehamilan trimester pertama namun


dapat diberikan pada trimester kedua dan ketiga

11

Penanganan pada partner Seksual


-

Partner tetap atau sumber kontak : pemeriksaan rutin traktus genitourinarius,


pengobatan dengan tablet metronidazole 2 gram peroral dosis tunggal

2.3.3

Infeksi Bakteri

Vaginosis Bakterial (VB)


Vaginosis bakterial merupakan sindroma atau kumpulan gejala klinis
akibat pergeseran lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang dominan
oleh bakteri lain, seperti Gardnerella vaginalis, Prevotella spp, Mobilancus spp,
Mycoplasma spp dan Bacteroides spp. Vaginosis bakterial merupakan penyebab
vaginitis yang sering ditemukan terutama pada wanita yang masih aktif secara
seksual, namun demikian Vaginosis bakterial tidak ditularkan melalui hubungan
seksual.
Gejala klinis
-

Asimtomatik pada sebagian penderita vaginosis bakterialis

Bila ada keluhan umumnya berupa cariran yang berbau amis seperti ikan
terutama setelah melakukan hubungan seksual

Pada pemeriksaan didapatkan jumlah duh tubuh vagina tidak banyak,


berwarna putih, keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat pada
dinding vagina

Gambaran Fluor albus akibat Vaginosis bakterial

12

Pada vulva atau vagina jarang atau tidak ditemukan inflamasi

Pemeriksaan pH vagina >4,5 , penambahan KOH 10% pada duh tubuh vagina
tercium bau amis (whiff test)

Pada sediaan apus vagina yang diwarnai dengan pewarnaan gram ditemkan sel
epitel vagina yang ditutupi bakteri batang sehingga batas sel menjadi kabur
(clue cells)

Diagnosis vaginosis bakterial dapat ditegakkan bila ditemukan tiga dari empat
gejala berikut (Kriteria Amsell) :
1. Cairan vagina homogen, putih keabu-abuan, melekat pada dinding
vagina
2. pH vagina > 4,5
3. Whiff test (+)
4. Ditemukan clue cell pada pemeriksaan mikroskopik
Diagnosis
-

Keputihan yang berbau tidak enak/bau seperti ikan, terutama setelah


berhubungan seksual

Sekret berlebihan, banyaknya sedang sampai banyak, warna sekret : putih atau
abu-abu dan melekat pada dinding vagina terutama forniks posterior

Tanda-tanda inflamasi tidak ada

Laboraorium : whiff test (+), pH 4,5 (biasanya 4,7-5,7)

Mikroskopik : clue cell (+), jarang lekukosit, banyaknya lactobacilli


berlebihan karena bercampur dengan flora, meliputi coccus gram (+) dan
coccobacilli

Pengobatan
-

Metronidazole 2 gram, peroral dosis tunggal atau

Metronidazole 500 mg peroral, 2x1 hari selama 7 hari atau

Ampisilin 500 mg peroral 4x1 hari selama 7 hari

13

Pengobatan lain dapat diberikan


-

Krim klindamisin vagina 2% intravagina selama 7 hari atau

Gel metronidazole 0,75% intravagina sehari 2 kali selama 5 hari

Metronidazole tidak boleh diberikan pada kehamilan trimester pertama

Penanganan pada partner seksual


-

Partner tetap atau sumber kontak : pemeriksaan rutin penyakit menular seksual
(sexual transmitted disease)

Biasanya tidak diindikasikan untuk pengobatan

14

Tabel : Penyebab, Gejala Klinis, Diagnosis Infeksi Vagina


Kandidosis Vulvovaginalis

Trichomoniasis

C.albicans

T.vaginalis

Bau asam

Bau

Bau amis

+
+
+

+
+
+

Jarang
Jarang
Jarang

Jarang

Sedikit-sedang
Putih
Encer/menggumpal/cheesy
plaques

Banyak
Kuning
Encer/berbusa
purulen

Sedang
Putih Keabuan
Encer/berbusa.
Homogen,
tipis, melekat
pada dinding
vagina

PENYEBAB

KELUHAN
- bau
duh
tubuh
vagina
- lecet pada vulva
- iritasi pada vulva
- dispareunia
GEJALA
- Vulvitis/vaginitis
- Duh tubuh vagina
Jumlah
Warna
konsistensi

DIAGNOSIS
- pH vagina
- Whiff test
- Mikroskopis
KOH 10%

4,5
(-)

> 4,5
seringkali (+)

Bentuk ragi/sel tunas


Pseudohifa bentuk ragi
(+)

Gram

NaCl

Gerakan
Trichomonas
(+)
Banyak
sel
PMN

Vaginosis
Bakterial
G.vaginalis
Bakteri
anaerob
Mycoplasma

> 4,5
(+)

Clue
cells,
PMN sedikit,
lactobacilli
sedikit (-)

15

Tabel : Terapi Infeksi Vagina

TERAPI

Kandidosis
Vulvovaginalis
Klotrimazol 500 mg
intravagina,
dosis
tunggal atau
Klotrimazol
200
mg / intravagina
selama 3 hari atau
Nistatin 100.000 unit
/ intravagina selama
14 hari atau
Flukonazole
150
mg / peroral dosis
tunggal atau
Ketokonazole 200
mg
2x1
tablet
selama 5 hari atau
Itrakonazole 200 mg
2x1 tablet selama 1
hari

Trichomoniasis
- Metronidazole 2 gr peroral,
dosis
tunggal atau
- Metronidazole
2x500 mg peroral,
selama 7 hari
-

Vaginosis
Bakterial
Metronidazole 2
gr peroral, dosis
tunggal atau
Metronidazole
2x500
mg
peroral, 2 kali
selama 2 hari
atau
Ampisilin 500
mg
peroral
4xsehari selama
7 hari
Krim
klindamisin
vagina
2%,
intravagina
selama 7 hari
atau
Gel
metronidazole
0,75%
intravagina
2xsehari selama
5 hari

16

2.4

Infeksi pada Serviks

2.4.1 Servisitis Gonore


Gonore merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh N. gonnorrheae
pada traktus genitalis dan organ tubuh lainnya seperti konjungtiva, faring, rektum,
kulit, persendian, serta organ dalam. Ditularkan melalui hubungan seksual. Pada
wanita, N. gonnorrhoeae pertama kali mengenai kanalis servikalis. Selain itu
dapat mengenai uretra, kelenjar skene, dan kelenjar bartholini. Masa inkubasi
bervariasi, umumnya 10 hari.

Gejala klinis :
-

Asimtomatik pada lebih dari sebagian penderita gonore

Bila ada keluhan umunya cairan vagina jumlahnya meningkat, menoragi atau
perdarahan intermenstrual

Pada penderita yang menunjukan gejala biasanya ditemukan duh tubuh serviks
yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edem, ektopi dan mudah berdarah
saat pengambilan bahan pemeriksaan

Diagnosis:
-

Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan


langsung sediaan apus endoserviks dengan pengecatan gram akan ditemukan
diplokokus gram negatif yang tampak di dalam sel PMN dan di luar sel PMN

Pengobatan:
-

Siprofloksasin 500 mg peroral, dosis tunggal atau

Ofloksasin 400 mg peroral, dosis tunggal atau

Tiamfenikol 3,5 gr peroral, dosis tunggal atau

Seftriakson 250 mg, intramuskuler, dosis tunggal atau

Spektinomisin 2 gr, intra muskuler, dosis tunggal

17

Siprofloksasin, Ofloksasin dan Tiamfenikol tidak boleh diberikan pada


wanita hamil atau sedang menyusui dan anak-anak.
2.4.2

Servisitis Trachomatis
Penyakit yang disebabkan oleh Chlamidia trachomatis sebagian besar

serupa dengan gonore. Pada wanita, traktus genitalis yang paling sering terinfeksi
oleh C. trachomatis adalah endoserviks. Pada 60 % penderita biasanya
asimtomatik (silent sexually transmitted disease).

Gambaran Mikroskopis Chlamidia trachomatis


Gejala klinis
-

Bila penderita yang mempunyai keluhan, biasanya tidak khas dan serupa
dengan keluhan servisitis gonore, yaitu adanya duh tubuh vagina

Pada pemeriksaan inspekulo sekitar 1/3 penderita dijumpai duh tubuh servks
yang mukopurulen, serviks tampak eritem, ektopi dan mudah berdarah pada
saat pengambilan bahan pemeriksaan dari mukosa endoserviks

Gambaran pemeriksaan spekulum pada infeksi Chlamidia trachomatis

18

Diagnosis
-

Diagnosis

ditegakkan

berdasarkan

pemeriksaan

laboratorium,

yaitu

pemeriksaan sitologi, identifikasi antigen C.trachomatis, PCR dan isolasi


C.trachomatis pada biakan sel
Pengobatan
-

Doksisiklin 2x200 mg peroral, selama 7 hai atau

Azitromisisn 1 gr peroral, dosis tunggal atau

Eritromisin 4x500 mg peroral, selama 7 hari atau

Tetrasiklin 4x500 mg peroral, selama 7 hari


Doksisiklin, Tetrasiklin dan Azitromisin tidak boleh diberikan pada wanita
hamil atau sedang menyusui dan anak-anak.

19

BAB 3
KESIMPULAN
Leukorrhea atau keputihan merupakan cairan bukan darah yang keluar
berlebihan dari vagina. Leukorrhea merupakan suatu gejala yang timbul.
Leukorrhea harus dibedakan antara yang fisiologis atau patologis. Leukorrhea
patologis paling banyak disebabkan oleh infeksi, selain itu juga dapat disebabkan
oleh kelainan kongenital, benda asing, menopause, kanker, penyakit diabetes
melitus, kehamilan dan penggunaan obat-obatan (antibiotik, kortikosteroid,
Penegakkan diagnosis harus melalui beberapa tahap. Dalam anamnesis harus
terungkap apakah leukorrhea ini patologis atau fisiologis. Dalam pemeriksaan
fisik harus dapat diketehui sifat cairan, kemungkinan benda asing, ulkus dan
neoplasma. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
dengan mikroskop, pH, Pap Smear, kultur dan tes resistensi.

Pengelolaan

leukorrhea harus tuntas, selain terapi pada penderita pasangan seksual juga harus
diperiksa karena penyebab terbesar infeksi adalah karena hubungan seksual.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Brocklehurt P, Gordon A, Heatley E, Mislan SJ. Antibiotics for treating
bacterial vaginosis in pregnancy. Cochrane Database Syst. Rev. Jan 31
2013.
2. Brown T, Multi-drug Resistant Gonorrhea : New Treatment guidelines.
Availabe

at

http://www.medscape.com/vierarticle/779587.

Accessed

February 27, 2013


3. Daili, Sjaiful Fahmi, Wresti Indriatmi B. 2003. Penyakit Menular Seksual.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Melville NA. Two new antibiotics show efficacy in gonorrhea treatment.
Medscape Medical News [serial online]. July 16, 2013. Accessed July 22,
2013. Available at http://www.medscape.com/viewarticle/807947
5. Monalisa, Abdul Rahman. 2013. Clinical Aspects Fluor Albus of Female
and Treatment. Makassar : Wahidin Sudirokusodo Hospital

21

You might also like