You are on page 1of 24

BAB 1

PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner merupakan kasus utama penyebab kematian dan kesakitan
pada manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti pengaturan makanan
(diet), menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan, diabetes dan hipertensi, penyakit
jantung koroner ini tetap menjadi masalah utama kesehatan. Masalah utama pada penyakit
jantung koroner adalah aterosklerosis koroner. Merupakan penyakit progresif yang terjadi
secara bertahap yaitu penebalan dinding arteri koroner. Aterosklerosis koroner dianggap
sebagai proses pasif karena sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol yang berada pada
dinding arteri.
Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara maju
dan dapat juga terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan duina (WHO)
telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan epidemi
modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden PJK
mencapai nol maka dapat meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9%.
Berbagai studi epidemiologik menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar lipid dalam
darah maka semakin besar risiko terjadinya PJK. Oleh karena itu kontrol lipid darah, dan
pengendalian kadar lipid darah hingga batas normal akan menekan risiko terjadinya penyakit
jantung koroner.
Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang belum mendapat
perhatian mengenai besarnya resiko seseorang, ketidakmampuan, hilangnya pekerjaan, dan
pada saat masuk rumah sakit. Pada dekade sekarang sejak konferensi klinis terakhir oleh New
York Heart Association atau asosiasi kesehatan New York menyatakan subjek ini, dari
sejumlah loka karya telah mengeluarkan informasi baru yang penting mengenai penyakit ini,
cara pencegahan dan kontrol. Hal ini dinyatakan dalam besarnya perubahan yang jelas secara
klinis dari PJK dan banyaknya faktor yang mungkin relevan, besarnya jumlah pasien yang
ikut, kelompok yang akan termasuk dalam semua kasus PJK yang timbul pada populasi
umum dengan karakteristik jelas.

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Definisi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit yang dapat di cegah dengan
mengendalikan factor resiko yang sebagian besar merupakan prilaku gaya hidup.
(Kapita Selekta Jilid 2 hal 223)
Penyakit Jantung Koroner adalah disebabkan oleh aterosklerosis yang merupakan suatu
kelainan degeneratif yang dipengaruhi oleh adanya faktor resiko.(Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I)
Penyakit Jantung Koroner(PJK) adalah suatu penyakit pada jantung yang terjadi karena
adanya kelainan pada pembuluh koroner,berupa penyempitan pembuluh darah sebagai
akibat dari pengerasan dinding pembuluh darah oleh adanya penimbunan lemak
berlebih.
2.1.2 Etiologi
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak
pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner),dan hal ini lama
kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran,
pembekuan darah,dan lain-lain yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat
pembuluh darah tersebut.Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut
mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang
cukup serius,dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam
masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian
mendadak.
Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :

Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi

Kadar Kolesterol HDL rendah

Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Merokok

Diabetes Mellitus

Kegemukan

Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga

Kurang olah raga

Stress
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner

dapat diturunkan secara turun temurun (keturunan).Anda bisa terkena penyakit jantung
koroner jika anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang
dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit
jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup
yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya
olah raga.
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan
secara logis sebagaiberikut:
1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor
ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis
(Kaplan & Stamler, 1991).
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet
yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh
kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret
dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan
keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada
kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes,
umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).
2.1.3 Patofisiologi

Bila terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol, maka


kadar kolesterol dalam darah bisa berlebih (disebut hiperkolesterolemia). Kelebihan
kadar kolesterol dalam darah akan disimpan di dalam lapisan dinding pembuluh darah
arteri, yang disebut sebagai plak atau ateroma (sumber utama plak berasal dari LDLKolesterol. Sedangkan HDL membawa kembali kelebihan kolesterol ke dalam hati,
sehingga mengurangi penumpukan kolesterol di dalam dinding pembuluh darah).
Ateroma berisi bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan lemak,
terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat.
Apabila makin lama plak yang terbentuk makin banyak, akan terjadi suatu
penebalan pada dinding pembuluh darah arteri, sehingga terjadi penyempitan pembuluh
darah arteri. Kejadian ini disebut sebagai aterosklerosis (terdapatnya aterom pada
dinding arteri, berisi kolesterol dan zat lemak lainnya). Hal ini menyebabkan terjadinya
arteriosklerosis (penebalan pada dinding arteri & hilangnya kelenturan dinding arteri).
Bila ateroma yang terbentuk semakin tebal, dapat merobek lapisan dinding arteri dan
terjadi bekuan darah (trombus) yang dapat menyumbat aliran darah dalam arteri
tersebut.
Hal ini yang dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah serta suplai zat-zat
penting seperti oksigen ke daerah atau organ tertentu seperti jantung. Bila mengenai
arteri koronaria yang berfungsi mensuplai darah ke otot jantung (istilah medisnya
miokardium), maka suplai darah jadi berkurang dan menyebabkan kematian di daerah
tersebut (disebut sebagai infark miokard).
Konsekuensinya adalah terjadinya serangan jantung dan menyebabkan timbulnya
gejala berupa nyeri dada yang hebat (dikenal sebagai angina pectoris). Keadaan ini
yang disebut sebagai Penyakit Jantung Koroner (PJK).
2.1.4 Manifestasi Klinis

Sesak napas mulai dengan napas yang terasa pendek sewaktu melakukan aktivitas
yang cukup berat, yang biasanya tak menimbulkan keluhan. Makin lama sesak makin

bertambah, sekalipun melakukan aktivitas ringan.


Klaudikasio intermiten, suatu perasaan nyeri dan keram di ekstremitas bawah, terjadi

selama atau setelah olah raga Peka terhadap rasa dingin


Perubahan warna kulit.

Nyeri dada kiri seperti ditusuk-tusuk atau diiris-iris menjalar ke lengan kiri.
Keringat dingindan berdebar-debar
Dada rasa tertekan seperti ditindih benda berat, leher rasa tercekik.
Denyut jantung lebih cepat
Mual dan muntah
Kelemahan yang luar biasa

2.1.5 Komplikasi
Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark myocardium(kematian otot

jantung) karena persediaan darah tidak cukup


Angina pectoris yang tidak stabil,syok dan aritmia
Gagal jantung kongestif
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi)
Diabetes

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai
yang invasive sifatnya.
1. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG)
adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan
pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat
berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru
terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
2. foto rontgen dada
Dari foto roentgen dada dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya
pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada
koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai
apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama
yang sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya biasanya jantung terlihat
membesar.
3. pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai bourgeois resiko. Dari
pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan
melihat kenaikan enzim jantung.
4. Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan,
biasanya dokter jantung atau kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan
treadmill.

Dalam kamus kedokteran Indonesia disebut jentera, alat ini digunakan untuk
pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga
umumnya, namun dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya
adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran
EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena
jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan
tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.
5. kateterisasi jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang seukuran
ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui
pangkal paha, lipatanlengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter
didorong dengan tuntunan alar rontgen langsung ke muara pembuluh koroner.
Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi
pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan
atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan.
2.1.7 Penatalaksanaan dan Pengobatan
a. Terapi Farmakologi
Analgetik morfin
Antikoagulan
Antilipemik: Cholestyramin,

lovastatin,

simvastatin,

asam

nikotinik,

gemfibrozil, colestipol
Betha bloker adrenergik
Calcium channel blocker
Therapi aspirin dosis rendah
Nitrates
b. Non Farmakologi
Perubahan aktivitas: penurunan BB jika perlu
Atherectomy

Pembedahan bypass arteri koroner


Coronary artery stent placement
Perubahan diet: rendah garam, kolesterol, lemak, peningkatan diet serat rendah
kalori

Mengganti estrogen pd wanita post menopause


Pola hidup: berhenti merokok
Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTSA)

2.2 Konsep Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan
Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
b. Sirkulasi
Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi,

diabetes melitus.
Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau

terlambatnya capilary refill time, disritmia.


Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan
terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.

Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris

yang tidak berfungsi.


Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi
cardia).

Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.


Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga

timbul dengan gagal jantung.


Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
c. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
d. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah
dan perubahan berat badan.
e. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.
f. Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
g. Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau

dengan nitrogliserin.
Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke

lengan, rahang dan wajah.


Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah
di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang
menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata,
perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta

tingkat kesadaran.
h. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan
penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan
respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler.
Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
i. Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
j. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes,
stroke,hipertensi, perokok.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan denganpenumpukan asam laknat ischemia miokardium.


2. Gangguan rasa aman : Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
3. Curah jantung menurun b.d Perubahan kontraktilitas miokardial atau perubahan
inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi jantung, perubahan struktural. (mis:
kelainan katup, aneurisma ventrikel)
2.2.3 Perencanaan

No Diagnose

Tujuan

intervensi

Rasional

keperawatan

1. Nyeri berhubungan Setelah


dulakukan
Denganpenupukan
asam laknat
ischemia
miokardium

1. kaji dokumentasi 1. data tersebut dapat membantu


dan laporakan :

menentukan penyebab dan efek

tindakan

nyeri dada serta merupakan garis

keperawatan

dasar untuk membandingkan

selama 1X24
jam pasien tidak
mengalami
nyeri dengan
keriteria:
- Pasien tidak
mengeluh nyeri
dada
- Pasien tampak
tenang dan
dapat
beristirahat

a. keluhan pasien
mengenai nyeri dada
meliputi lokasi,
radiasi durasi nyeri
dan factor yang

batas normal

a. terapi terdapat berbagai kondisi


yang berhubungan dengan nyari
dada terdapat temuan klinik yang
khas pada nyeri dada iskhemik

memmpengaruhi
nyeri
b. efek nyeri dada
pada perfusi
hemodinamik
kardiovaskuler
terhadap
jantung,otak,ginjal.

- TTV dalam

gejala pasca terapi :

b. infark mikard menurunkan


kontraktilitas jantung dan
komplience ventrikel dan dapat
menimbulkan disritmia (curah
jantung menurun) mengakibatkan
tekanan darah dan perkusi
jaringan menurun frekuensi

- Tekanan darah:

jantung dapat meningkat sebagai

110-120/60-80

mekanisme kompensasi untuk

mm Hg

mempertahankan curah jantung.

RR: 16 -20

2. monitoring EKG

X /menit

2. mengetahui adanya perubahan


gambaran EKG dan adanya
komplikasi AMI.

HR : 60

3. monitoring TTV

-100X . menit

3. peningkatan TD HR,RR,
menandakan nyeri yang sangat di

T: 36,5-

37,5 c

rasakan oleh pasien.


4. Berikan O2 sesuia
kondisi pasien

Keluaran urin

4.terapi O2 dapat meningkatkan


suplay O2 ke jantung\

baik yaitu 1-2 cc


/kg bb /jam
5. berikan posisi
semifowler .

5. membantu memaksimalkan
komplience paru.

6. Anjurkan pasien
untuk bedrest total

6. menurunkan konsumsi O2.

selama nyeri dada


timbul.
7. berikan
lingkungan yang
tenang aktifitas

7. menurunkan rangsang
eksternal.

perlahan dan
tindakan yang
nyaman .
8. berikan terapi
sesuai program

8. untuk proses penyembuhan


pasien.

2.

Gangguan rasa

Setelah

1. berikan penjelasan 1. dengan mengetahui faktor

aman : Cemas b.d

dilakukan

tentang factor-faktor resiko , pasien dan keluarga dapat

kurangnya

tindakan

resiko timbulnya

mencegah dan memodifikasi gaya

pengetahuan tentang keperawatan

CAD : merokok, diet hidup yang lebih sehat.

penyakit

selama 2X24

tinggi kolesterol ,

jam pasien

DM , Hipertensi ,

menunjukan:

stress.

-Pasien ataupun 2. berikan dukungan

2. pasien akan meraas dihargai.

kel;uarga tenang emosional: sikap


hangat dan empati
-pasien dan
keluarga dapat

3. jelaskan setiap

3. dengan mengetahui prosedur

mengetahui dan prosedur yang akan pasien dan keluarga akan


menyebutkan

dilakukan pada

berpartisipasi dalam melakukan

kembali tentang pasien dan keluarga. tindakan disamping itu juga dapat
penyakit yang di

menurunkan tingkat cemas

derita pasien

pasien.

cara pencegahan
dan
perawatannya.

4. berikan penjelasan
tentang perawatan
pasien dirumah :
-Pengaruh CAD
-Proses
penyembuhan
-Jenis-jenis
pengobatan
-Pengaruh obatobatan

4. meningkatklan pengetahuan
pasien dan keluarga sehingga
keluarga dapat mengantisipasi
serangan ulang.

-pembatasan diet :
rendah kolesterol
-olahraga 3/
seminggu : jogging ,
aerobic
-stop merokok
-manajement stress
-saat BAB tidak
mengejan
5. kaji ulang tingkat
cemas
5. untuk mengetahui dan
mengevaluasi tingkat
keberhasilan dari intervensi yang
telah dilakukan.

Curah jantung

setalah

1.

menurun b.d

dilakukan

nadi apical, kaji

untuk mengkompensasi

Perubahan

tindakan

frekuensi, irama

penurunan kontraktilitas jantung.

kontraktilitas

keperawatan,

jantung.

miokardial atau

klien

perubahan

menunjukkan

inotropik,

adanya

perubahan

penurunan curah

frekuensi, irama,

jantung.

struktural. (mis:

2.

Frekuensi

Catat bunyi

jantung.

menurunnya kerja pompa S3


sebagai aliran ke dalam serambi
yaitu distensi. S4 menunjukkan
inkopetensi atau stenosis katup.

3.
Kriteria Hasil:
-

1. Biasanya terjadi tachycardia

2. S1 dan s2 lemah, karena

konduksi jantung,
perubahan

Auskultasi

Palpasi nadi

perifer.

3.Untuk mengetahui fungsi


pompa jantung yang sangat
dipengaruhi oleh CO dan

kelainan katup,

jantung

pengisisan jantung.

aneurisma ventrikel) meningkat


-

Status

Hemodinamik

4.

Pantau tekanan 4.Untuk mengetahui fungsi

darah.

stabil

pompa jantung yang sangat


dipengaruhi oleh CO dan

Haluaran

pengisisan jantung.

Urin adekuat
5.Dengan menurunnya CO
-

Tidak

terjadi dispnu
-

Akral

Hangat

5.

Pantau

keluaran urine, catat


penurunan keluaran,
dan kepekatan atau
konsentrasi urine.
6.

Kaji perubahan

pada sensori contoh:


letargi, bingung,
disorientasi, cemas

mempengaruhi suplai darah ke


ginjal yang juga mempengaruhi
pengeluaran hormone aldosteron
yang berfungsi pada proses
pengeluaran urine.
6.Menunjukkan tidak adekuatnya
perfusi serebral sekunder
terhadap penurunan curah
jantung.

dan depresi.
7.

Berikan

istirahat semi
recumbent (semifowler) pada tempat

7.Memperbaiki insufisiensi
kontraksi jantung dan
menurunkan kebutuhan oksigen
dan penurunan venous return.

tidur.
8.

Kolaborasi

dengan dokter untuk 8.Membantu dalam proses kimia


terapi, oksigen, obat dalam tubuh
jantung, obat
diuretic dan cairan.

DAFTAR PUSTAKA
Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.
Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia.

Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3
EGC. Jakarta.
Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I EGC.
Jakarta.
Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta.
Lewis T. (1993). Disease of The Heart. Macmillan. New York.
Marini L. Paul. (1991). ICU Book. Lea & Febriger. Philadelpia.
Morris D. C. et.al, The Recognation and treatment of Myocardial Infarction and
ItsComplication.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan. Jakarta

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. S DENGAN
DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT JANTUNG KORONER
3.1 Pengkajian
3.1.1 Biodata Pasien

3.1.2

Nama
: TnS
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku/ Bangsa
: Jawa/Indonesia
Alamat
: Wiyung, Surabaya
No Register
: 109419
Tanggal MRS
: 26 Mei 2014
Tanggal Pengkajian : 26 Mei 2014
Diagnosa Medis
: Penyakit Jantung Koroner
Alasan dirawat
Keluarga mengatakan pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri dan membawa pasien

ke rumah sakit PHC.


3.1.3 Keluhan utama
Nyeri Dada Sebelah Kiri
3.1.4 Riwayat Keperawatan
1. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit Hipertensi.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan mengalami nyeri dada sebelah kiri, nyeri dada sudah dirasa $
hari yang lalu. nyeri dada yang dirasakan pasien seperti di cengkeram tembus
kebelakang sampai menjalar ketangan sebelah kiri. Nyeri berulang kali dirasa saat
pasien beraktivitas berat dan makan-makanan pedas atau kekenyangan. Skala
nyeri yang dirasa 5-6. Pasien mengatakan jika nyeri timbul, pasien gunakan untuk
beristirahat. Setelah memeriksakan ke dokter spesialis, pasien disarankan untuk
dilakukan DCA/PTCA.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa tidak ada angota keluarga yang mengalami sakit
seperti pasien saat ini.
4. Keadaan kesehatan lingkungan
Pasien mengatakan lingkungan hidup pasien cukup bersih, nyaman dan tenang.
Pasien lebih suka menghabiskan waktu senggangnya bersama keluarga diruang
tamu.
Pola FungsiKesehatan
1. Pola persepsi terhadap kesehatan dan penyakit
Pasien mengatakan penyakit yang dikeluhkannya saat ini sudah dirasa 4 tahun yang
lalu. Pasien rutin cek kesehatan di dokter spesialis dan mengetahui penyakit yang
dideritanya adalah penyakit jantung. Pasien juga menyetujui tindakan medis yang
akan dilakukan yaitu tindakan DCA (diagnostic coronary angiogrhapy).
2. Pola nutrisi dan metabolisme

Sebelum MRS : Pasien mengatakan bahwa pasien selalu makan teratur 3 kali
sehari dan menjaga pola makannya.pasien mengetahui diet yang harus diterapkan
pada pasien dengan riwayat hipertensi dan Jantung koroner. Komposisi makananya
biasanya nasi, lauk pauk, sayur, dan buah. Pasien minum air putih sehari sekitar 1
botol aqua ( 1500 ml) per hari.
Saat MRS : pasien tidak terpasang selang NGT dan makan makanan dari rumah
sakit atau yang dibawakan istrinya dari rumah. Pasien tidak memiliki riwayat
alergi.
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit: TnS BAB sehari 1 x saat pagi biasanya dengan konsistensi
normal dan tidak ada keluhan. BAK 5-6 x sehari dengan warna urine kuning
jernih.
Saat sakit: Pasien tidak terpasang kateter, pasien masih bisa BAK secara spontan
dengan menggunakan pispot. BAK 4-5 kali, 100 cc per tiap kali BAK spontan
dengan konsistensi kuning jernih.
4. Pola istirahat dan tidur
Sebelum MRS : pasien mengatakan jarang tidur siang karena harus bekerja, dan
tidur malam mulai pukul 21.00-05.00.
Saat MRS : Pasien lebih sering tidur untuk beristirahat dan menunggu jadwal
operasi..
5. Pola Kognitif-Perseptual
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mampu menjawab pertanyaan dengan jelas,
tidak ada gangguan penglihatan dan pendengaran. Oleh karena itu pasien tidak
menggunakan alat bantu pendengaran, pengecap, atau pengelihatan.
6. Pola persepsi diri- Konsep Diri
Pasien mengatakan takut dan khawatir dengan kondisi pasien yang sekarang.
Pasien juga takut dengan proedur operasi yang akan dijalani. Tetapi pasien tetap
berdoa untuk mengurangi cemas dan bisa cepat sembuh
7. Pola hubungan dan peran
Hubungan pasien dengan keluarga baik ditandai dengan pasien selalu dijenguk oleh
keluarganya secara bergantian. Istri pasien juga selalu datang untuk menyuapi
makan pasien Peran dalam anggota keluarganya adalah sebagai kepala keluarga.
8. Pola reproduksi dan seksualitas
Pasien mengatakan memiliki 2 anak laki-laki yang berusia 15 tahun dan 12 tahun.
9. Pola aktifitas dan Kebersihan Diri
Pasien hanya terbaring di atas tempat tidur, pasien sering memegangi dada kiri dan
mengeluh nyeri. Kebersihan diri dilakukan oleh perawat pada pagi hari dan sore
hari.
10. Pola Koping dan Toleransi Stres

Keluarga pasien selalu memberi dukungan agar pasien tidak cemas saat operasi.
Pasien dan keluarga berharap setelah operasi kondisi kesehatan pasien akan lebih
baik.
11. Pola nilai, pola dan keyakinan
Pasien percaya bahwa Allah SWT akan memberi kesembuhan. Saat dirumah pasien
sholat 5 waktu. Dan saat di rumah sakit pasien selalu berdoa untuk
kesembuhannya.
3.1.5

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : composmentis
2. GCS : membuka mata spontan (4), verbal (5) mengikuti perintah (6)
3. Tanda-tanda vital
TD : 150/83 mmHg
Nadi : 60x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu :360C

4. Body System
1) B1 : Breathing (Pernafasan)
Pasien bernafas spontan dan tidak mengguanakan alat bantu pernapasan,
RR :20x/menit dengan SPO2: 97%, tidak terdapat suara tambahan, bentuk
dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
2) B2 : Bleeding (Cardiovascular)
Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri, nyeri dada seperti dicengkeram. TD
: 150/83 mmHg, bunyi jantung s1s2 tunggal, perfusi hangat kering merah,
nadi : 60 x/menit, irama jantung sinus bradikardi, EKG : hipertrofi ventrikel
kiri, ST segmen depresi, gelombang T Inversi, EKG abnormal, CRT 1 detik.
3) B3 : Brain (Persyarafan)
Rambut berwarna hitam lebat, bersih, wajah tampak agak pucat dan
menyeringai saat nyeri dirasa, konjungtiva merah muda, sclera warna putih,
pupil isokor 2+ ka/ki, pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, GCS :
456.
4) B4 : Bladder (Perkemihan)
Saat pengkajian pasien BAK menggunakan pispot sebanyak 100 cc saat
kencing spontan, berwarna kuning jernih.
5) B5 : Bowel (Eliminasi Alvi)
Mukosa bibir lembab, bising usus 8x/menit, pasien belum BAB
6) B6 : Bone (Tulang-otot-integumen)

Turgor kulit tidak menurun, pasien tampak lemah saat menahan nyeri,
ektremitas atas dan bawah masih bisa digerakkan, akral hangat, tonus otot
normal.
Data Penunjang
Pemeriksaan tanggal 27mei 2014

3.1.6

No.

Jenis Pemeriksaan

Hasil

Normal

1.

Hb

15,4

11,5-16.0 G/dL

2.

WBC/leukosit

8,77

4,0-11,0 K/uL

3.

Eritrosit/RBC

4,49

3,00 6,00 M/UL

4.

PLT/ Thrombosit

361

150-450 K/uL

5.

PCV

38,5

37,0 47,0 %

6.

Bleeding Time

130

N : < 3

7.

Clotting Time

1000

N : <12

8.

PPT

N : Beda dengan control


10,7

9.

KPPT

10.
11
12

Gula darah acak


BUN
Asam Urat

24,8
98
18,47
1,09

2
N : beda dengan control 7
70 110 mg%
8-20 mg%
L : 0,8 1,7 mg%
P : 0,6 1,2 mg%

Hasil EKG :
Hipertrofi ventrikel kiri
ST segmen drepesi.
Gelombang T inversi
EKG abnormal.
1.1.6 Terapi.

3.1.7
No.
1.

1. Cairan infus Natrim Chlorida (Pz) 500 cc/24 jam di tangan kanan
2. Herbeisser 100 1-0-0
3. Monecto 1-1/2-0
4. Clotix/clopidogrel 1-0-0
5. Antiplat 50 mg 1-0-1
Analisa Data

Data
Masalah
Ds : pasien mengatakan nyeri dada Nyeri

Penyebab
Penumpukan

sebelah kiri seperti dicengkeram.

laktat

asam
ischemia

Do : - wajah tampak pucat dan

myocardium

menyeringai.
- Pasien

sering

memegang

dada kiri
- Skala nyeri 5-6.
- Perfusi : hangat kering
merah
- Irama jantung : sinus
bradikardi
Hasil EKG :
Hipertrofi ventrikel kiri
ST segmen drepesi.
Gelombang T Inversi
EKG abnormal.
TD : 150/83 mmHg
N :60 x/ menit
2.

Ds : pasien mnegatakan takut dengan Gangguan


tindakan medis yang akan dijalani.

aman : cemas

rasa Tindakan prosedural


medis.

Do : - pasien selalu bertanya tentang


tindakan medis yang dilakukan.
-

Pasien
DCA

menyetujui
(diagnostic

tindakan
coronary

angiography).

3.2 Diagnosa keperawatan


3.2.1 Nyeri berhubungan dengan penumpukkan asam laktat ischemic myocardium
3.2.2 Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan tindakan prosedural medis
3.3 Perencanaan
3.3.1 Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan penumpukkan asam laktat ischemic
3.3.2

myocardium.
Tujuan : Setelah dulakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam pasien tidak

mengalami nyeri.
3.3.3 Kriteria Hasil:
Pasien tidak mengeluh nyeri dada

Pasien tampak tenang dan dapat beristirahat


TTV dalam batas normal
Tekanan darah: 110-120/60-80 mm Hg
RR: 16 -20 X /menit
HR : 60 -100X . menit
S: 36,5-37,5 c
Intervensi :
1. Mengkaji keluhan nyeri dada meliputi lokasi, radiasi durasi nyeri dan factor yang
mempengaruhi nyeri.
Rasional : terdapat berbagai kondisi yang berhubungan dengan nyeri dada
terdapat temuan klinik yang khas pada nyeri dada iskhemik.
2. monitoring EKG
Rasional : mengetahui adanya perubahan gambaran EKG dan adanya komplikasi
AMI.
3. monitoring TTV
Rasional : peningkatan TD HR,RR, menandakan nyeri yang sangat di rasakan
oleh pasien.
4. Berikan O2 sesuia kondisi pasien
Rasional : terapi O2 dapat meningkatkan suplay O2 ke jantung\
5. berikan posisi semifowler
Rasional : membantu memaksimalkan komplience paru.
6. Anjurkan pasien untuk bedrest total selama nyeri dada timbul.
Rasional : menurunkan konsumsi O2.
7. Berikan lingkungan yang tenang aktifitas perlahan dan tindakan yang nyaman.
Rasional : menurunkan rangsang eksternal.
8. Berikan terapi sesuai program
Rasional : untuk proses penyembuhan pasien.
Diagnosa 2 : Gangguan rasa aman: cemas berhubungan dengan tindakan prosedural
medis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam pasien cemas
berkurang.
Kriteria Hasil :

Pasien ataupun kel;uarga tenang


pasien dan keluarga dapat mengetahui dan menyebutkan kembali tentang penyakit yang
di derita pasien cara pencegahan dan perawatannya.
Intervensi :

1. memberikan penjelasan tentang factor-faktor resiko timbulnya penyakit


jantung coroner.
Rasional : Dengan mengetahui faktor resiko , pasien dan keluarga dapat
mencegah dan memodifikasi gaya hidup yang lebih sehat.
2. Berikan dukungan emosional: sikap hangat dan perhatian.
Rasional : pasien akan merasa dihargai.
3. Menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga
Rasional : dengan mengetahui prosedur pasien dan keluarga akan
berpartisipasi dalam melakukan tindakan disamping itu juga dapat
menurunkan tingkat cemas pasien.
4. Merikan penjelasan tentang perawatan pasien dirumah.
Rasional : meningkatklan pengetahuan pasien dan keluarga sehingga keluarga
dapat mengantisipasi serangan ulang.
5. kaji ulang tingkat cemas.
Rasional : untuk mengetahui dan mengevaluasi tingkat keberhasilan dari
intervensi yang telah dilakukan.

1.1 Implementasi
Tanggal
26 Mei 2014
Pukul 15.00

Kegiatan
1. Mengkaji keluhan pasien mengenai nyeri dada
meliputi lokasi, radiasi durasi nyeri dan factor
2.
3.
4.
5.
6.

yang memmpengaruhi nyeri.


monitoring EKG
monitoring TTV
Berikan O2 sesuia kondisi pasien
berikan posisi semifowler
Anjurkan pasien untuk bedrest total selama nyeri

dada timbul.
7. Berikan lingkungan yang tenang aktifitas perlahan
dan tindakan yang nyaman.

Paraf

8. Berikan terapi sesuai program


26 Mei 2014
Pukul 15.30

1. memberikan

penjelasan

tentang

factor-faktor

resiko timbulnya penyakit jantung coroner.


2. Berikan dukungan emosional: sikap hangat dan
perhatian.
3. Menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
pada pasien dan keluarga
4. Merikan penjelasan tentang perawatan pasien
dirumah.
5. kaji ulang tingkat cemas.

Evaluasi :
Tanggal 26 mei 2014
Pukul : 16.00 WIB.
1. Diagnosa 1 :
S : pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang setelah digunakan untuk
bedrest total dan meminum obat yang diberikan sambil menunggu tindakan
medis.
O : wajah pasien sudah tidak pucat dan tidak menyeringai.
- Perfusi : hangat kering merah
- Irama jantung : sinus bradikardi
- TD : 150/80 mmHG
- N : 64 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : rencana tindakan dilanjutkan
2. Diagnosa 2
S : pasien mengatakan sudah paham dengan tindakan medis yang akan
dijalani oleh pasien.

O : pasien dan keluarga merasa tenang, dan reaksi cemas berkurang.


A : Masalah teratasi.
P : Rencana Tindakan dihentikan, pasien masuk ke kamar operas

You might also like