Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner merupakan kasus utama penyebab kematian dan kesakitan
pada manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti pengaturan makanan
(diet), menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan, diabetes dan hipertensi, penyakit
jantung koroner ini tetap menjadi masalah utama kesehatan. Masalah utama pada penyakit
jantung koroner adalah aterosklerosis koroner. Merupakan penyakit progresif yang terjadi
secara bertahap yaitu penebalan dinding arteri koroner. Aterosklerosis koroner dianggap
sebagai proses pasif karena sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol yang berada pada
dinding arteri.
Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara maju
dan dapat juga terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan duina (WHO)
telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan epidemi
modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden PJK
mencapai nol maka dapat meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9%.
Berbagai studi epidemiologik menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar lipid dalam
darah maka semakin besar risiko terjadinya PJK. Oleh karena itu kontrol lipid darah, dan
pengendalian kadar lipid darah hingga batas normal akan menekan risiko terjadinya penyakit
jantung koroner.
Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang belum mendapat
perhatian mengenai besarnya resiko seseorang, ketidakmampuan, hilangnya pekerjaan, dan
pada saat masuk rumah sakit. Pada dekade sekarang sejak konferensi klinis terakhir oleh New
York Heart Association atau asosiasi kesehatan New York menyatakan subjek ini, dari
sejumlah loka karya telah mengeluarkan informasi baru yang penting mengenai penyakit ini,
cara pencegahan dan kontrol. Hal ini dinyatakan dalam besarnya perubahan yang jelas secara
klinis dari PJK dan banyaknya faktor yang mungkin relevan, besarnya jumlah pasien yang
ikut, kelompok yang akan termasuk dalam semua kasus PJK yang timbul pada populasi
umum dengan karakteristik jelas.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Definisi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit yang dapat di cegah dengan
mengendalikan factor resiko yang sebagian besar merupakan prilaku gaya hidup.
(Kapita Selekta Jilid 2 hal 223)
Penyakit Jantung Koroner adalah disebabkan oleh aterosklerosis yang merupakan suatu
kelainan degeneratif yang dipengaruhi oleh adanya faktor resiko.(Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I)
Penyakit Jantung Koroner(PJK) adalah suatu penyakit pada jantung yang terjadi karena
adanya kelainan pada pembuluh koroner,berupa penyempitan pembuluh darah sebagai
akibat dari pengerasan dinding pembuluh darah oleh adanya penimbunan lemak
berlebih.
2.1.2 Etiologi
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak
pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner),dan hal ini lama
kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran,
pembekuan darah,dan lain-lain yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat
pembuluh darah tersebut.Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut
mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang
cukup serius,dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam
masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian
mendadak.
Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :
Merokok
Diabetes Mellitus
Kegemukan
Stress
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner
dapat diturunkan secara turun temurun (keturunan).Anda bisa terkena penyakit jantung
koroner jika anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang
dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit
jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup
yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya
olah raga.
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan
secara logis sebagaiberikut:
1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor
ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis
(Kaplan & Stamler, 1991).
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet
yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh
kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret
dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan
keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada
kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes,
umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).
2.1.3 Patofisiologi
Sesak napas mulai dengan napas yang terasa pendek sewaktu melakukan aktivitas
yang cukup berat, yang biasanya tak menimbulkan keluhan. Makin lama sesak makin
Nyeri dada kiri seperti ditusuk-tusuk atau diiris-iris menjalar ke lengan kiri.
Keringat dingindan berdebar-debar
Dada rasa tertekan seperti ditindih benda berat, leher rasa tercekik.
Denyut jantung lebih cepat
Mual dan muntah
Kelemahan yang luar biasa
2.1.5 Komplikasi
Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark myocardium(kematian otot
Dalam kamus kedokteran Indonesia disebut jentera, alat ini digunakan untuk
pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga
umumnya, namun dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya
adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran
EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena
jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan
tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.
5. kateterisasi jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang seukuran
ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui
pangkal paha, lipatanlengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter
didorong dengan tuntunan alar rontgen langsung ke muara pembuluh koroner.
Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi
pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan
atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan.
2.1.7 Penatalaksanaan dan Pengobatan
a. Terapi Farmakologi
Analgetik morfin
Antikoagulan
Antilipemik: Cholestyramin,
lovastatin,
simvastatin,
asam
nikotinik,
gemfibrozil, colestipol
Betha bloker adrenergik
Calcium channel blocker
Therapi aspirin dosis rendah
Nitrates
b. Non Farmakologi
Perubahan aktivitas: penurunan BB jika perlu
Atherectomy
diabetes melitus.
Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau
Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris
dengan nitrogliserin.
Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke
tingkat kesadaran.
h. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan
penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan
respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler.
Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
i. Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
j. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes,
stroke,hipertensi, perokok.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
No Diagnose
Tujuan
intervensi
Rasional
keperawatan
tindakan
keperawatan
selama 1X24
jam pasien tidak
mengalami
nyeri dengan
keriteria:
- Pasien tidak
mengeluh nyeri
dada
- Pasien tampak
tenang dan
dapat
beristirahat
a. keluhan pasien
mengenai nyeri dada
meliputi lokasi,
radiasi durasi nyeri
dan factor yang
batas normal
memmpengaruhi
nyeri
b. efek nyeri dada
pada perfusi
hemodinamik
kardiovaskuler
terhadap
jantung,otak,ginjal.
- TTV dalam
- Tekanan darah:
110-120/60-80
mm Hg
RR: 16 -20
2. monitoring EKG
X /menit
HR : 60
3. monitoring TTV
-100X . menit
3. peningkatan TD HR,RR,
menandakan nyeri yang sangat di
T: 36,5-
37,5 c
Keluaran urin
5. membantu memaksimalkan
komplience paru.
6. Anjurkan pasien
untuk bedrest total
7. menurunkan rangsang
eksternal.
perlahan dan
tindakan yang
nyaman .
8. berikan terapi
sesuai program
2.
Gangguan rasa
Setelah
dilakukan
kurangnya
tindakan
resiko timbulnya
penyakit
selama 2X24
tinggi kolesterol ,
jam pasien
DM , Hipertensi ,
menunjukan:
stress.
3. jelaskan setiap
dilakukan pada
kembali tentang pasien dan keluarga. tindakan disamping itu juga dapat
penyakit yang di
derita pasien
pasien.
cara pencegahan
dan
perawatannya.
4. berikan penjelasan
tentang perawatan
pasien dirumah :
-Pengaruh CAD
-Proses
penyembuhan
-Jenis-jenis
pengobatan
-Pengaruh obatobatan
4. meningkatklan pengetahuan
pasien dan keluarga sehingga
keluarga dapat mengantisipasi
serangan ulang.
-pembatasan diet :
rendah kolesterol
-olahraga 3/
seminggu : jogging ,
aerobic
-stop merokok
-manajement stress
-saat BAB tidak
mengejan
5. kaji ulang tingkat
cemas
5. untuk mengetahui dan
mengevaluasi tingkat
keberhasilan dari intervensi yang
telah dilakukan.
Curah jantung
setalah
1.
menurun b.d
dilakukan
untuk mengkompensasi
Perubahan
tindakan
frekuensi, irama
kontraktilitas
keperawatan,
jantung.
miokardial atau
klien
perubahan
menunjukkan
inotropik,
adanya
perubahan
penurunan curah
frekuensi, irama,
jantung.
struktural. (mis:
2.
Frekuensi
Catat bunyi
jantung.
3.
Kriteria Hasil:
-
konduksi jantung,
perubahan
Auskultasi
Palpasi nadi
perifer.
kelainan katup,
jantung
pengisisan jantung.
Status
Hemodinamik
4.
darah.
stabil
Haluaran
pengisisan jantung.
Urin adekuat
5.Dengan menurunnya CO
-
Tidak
terjadi dispnu
-
Akral
Hangat
5.
Pantau
Kaji perubahan
dan depresi.
7.
Berikan
istirahat semi
recumbent (semifowler) pada tempat
7.Memperbaiki insufisiensi
kontraksi jantung dan
menurunkan kebutuhan oksigen
dan penurunan venous return.
tidur.
8.
Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.
Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia.
Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3
EGC. Jakarta.
Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I EGC.
Jakarta.
Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta.
Lewis T. (1993). Disease of The Heart. Macmillan. New York.
Marini L. Paul. (1991). ICU Book. Lea & Febriger. Philadelpia.
Morris D. C. et.al, The Recognation and treatment of Myocardial Infarction and
ItsComplication.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan. Jakarta
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. S DENGAN
DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT JANTUNG KORONER
3.1 Pengkajian
3.1.1 Biodata Pasien
3.1.2
Nama
: TnS
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku/ Bangsa
: Jawa/Indonesia
Alamat
: Wiyung, Surabaya
No Register
: 109419
Tanggal MRS
: 26 Mei 2014
Tanggal Pengkajian : 26 Mei 2014
Diagnosa Medis
: Penyakit Jantung Koroner
Alasan dirawat
Keluarga mengatakan pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri dan membawa pasien
Sebelum MRS : Pasien mengatakan bahwa pasien selalu makan teratur 3 kali
sehari dan menjaga pola makannya.pasien mengetahui diet yang harus diterapkan
pada pasien dengan riwayat hipertensi dan Jantung koroner. Komposisi makananya
biasanya nasi, lauk pauk, sayur, dan buah. Pasien minum air putih sehari sekitar 1
botol aqua ( 1500 ml) per hari.
Saat MRS : pasien tidak terpasang selang NGT dan makan makanan dari rumah
sakit atau yang dibawakan istrinya dari rumah. Pasien tidak memiliki riwayat
alergi.
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit: TnS BAB sehari 1 x saat pagi biasanya dengan konsistensi
normal dan tidak ada keluhan. BAK 5-6 x sehari dengan warna urine kuning
jernih.
Saat sakit: Pasien tidak terpasang kateter, pasien masih bisa BAK secara spontan
dengan menggunakan pispot. BAK 4-5 kali, 100 cc per tiap kali BAK spontan
dengan konsistensi kuning jernih.
4. Pola istirahat dan tidur
Sebelum MRS : pasien mengatakan jarang tidur siang karena harus bekerja, dan
tidur malam mulai pukul 21.00-05.00.
Saat MRS : Pasien lebih sering tidur untuk beristirahat dan menunggu jadwal
operasi..
5. Pola Kognitif-Perseptual
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mampu menjawab pertanyaan dengan jelas,
tidak ada gangguan penglihatan dan pendengaran. Oleh karena itu pasien tidak
menggunakan alat bantu pendengaran, pengecap, atau pengelihatan.
6. Pola persepsi diri- Konsep Diri
Pasien mengatakan takut dan khawatir dengan kondisi pasien yang sekarang.
Pasien juga takut dengan proedur operasi yang akan dijalani. Tetapi pasien tetap
berdoa untuk mengurangi cemas dan bisa cepat sembuh
7. Pola hubungan dan peran
Hubungan pasien dengan keluarga baik ditandai dengan pasien selalu dijenguk oleh
keluarganya secara bergantian. Istri pasien juga selalu datang untuk menyuapi
makan pasien Peran dalam anggota keluarganya adalah sebagai kepala keluarga.
8. Pola reproduksi dan seksualitas
Pasien mengatakan memiliki 2 anak laki-laki yang berusia 15 tahun dan 12 tahun.
9. Pola aktifitas dan Kebersihan Diri
Pasien hanya terbaring di atas tempat tidur, pasien sering memegangi dada kiri dan
mengeluh nyeri. Kebersihan diri dilakukan oleh perawat pada pagi hari dan sore
hari.
10. Pola Koping dan Toleransi Stres
Keluarga pasien selalu memberi dukungan agar pasien tidak cemas saat operasi.
Pasien dan keluarga berharap setelah operasi kondisi kesehatan pasien akan lebih
baik.
11. Pola nilai, pola dan keyakinan
Pasien percaya bahwa Allah SWT akan memberi kesembuhan. Saat dirumah pasien
sholat 5 waktu. Dan saat di rumah sakit pasien selalu berdoa untuk
kesembuhannya.
3.1.5
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : composmentis
2. GCS : membuka mata spontan (4), verbal (5) mengikuti perintah (6)
3. Tanda-tanda vital
TD : 150/83 mmHg
Nadi : 60x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu :360C
4. Body System
1) B1 : Breathing (Pernafasan)
Pasien bernafas spontan dan tidak mengguanakan alat bantu pernapasan,
RR :20x/menit dengan SPO2: 97%, tidak terdapat suara tambahan, bentuk
dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
2) B2 : Bleeding (Cardiovascular)
Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri, nyeri dada seperti dicengkeram. TD
: 150/83 mmHg, bunyi jantung s1s2 tunggal, perfusi hangat kering merah,
nadi : 60 x/menit, irama jantung sinus bradikardi, EKG : hipertrofi ventrikel
kiri, ST segmen depresi, gelombang T Inversi, EKG abnormal, CRT 1 detik.
3) B3 : Brain (Persyarafan)
Rambut berwarna hitam lebat, bersih, wajah tampak agak pucat dan
menyeringai saat nyeri dirasa, konjungtiva merah muda, sclera warna putih,
pupil isokor 2+ ka/ki, pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, GCS :
456.
4) B4 : Bladder (Perkemihan)
Saat pengkajian pasien BAK menggunakan pispot sebanyak 100 cc saat
kencing spontan, berwarna kuning jernih.
5) B5 : Bowel (Eliminasi Alvi)
Mukosa bibir lembab, bising usus 8x/menit, pasien belum BAB
6) B6 : Bone (Tulang-otot-integumen)
Turgor kulit tidak menurun, pasien tampak lemah saat menahan nyeri,
ektremitas atas dan bawah masih bisa digerakkan, akral hangat, tonus otot
normal.
Data Penunjang
Pemeriksaan tanggal 27mei 2014
3.1.6
No.
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Normal
1.
Hb
15,4
11,5-16.0 G/dL
2.
WBC/leukosit
8,77
4,0-11,0 K/uL
3.
Eritrosit/RBC
4,49
4.
PLT/ Thrombosit
361
150-450 K/uL
5.
PCV
38,5
37,0 47,0 %
6.
Bleeding Time
130
N : < 3
7.
Clotting Time
1000
N : <12
8.
PPT
9.
KPPT
10.
11
12
24,8
98
18,47
1,09
2
N : beda dengan control 7
70 110 mg%
8-20 mg%
L : 0,8 1,7 mg%
P : 0,6 1,2 mg%
Hasil EKG :
Hipertrofi ventrikel kiri
ST segmen drepesi.
Gelombang T inversi
EKG abnormal.
1.1.6 Terapi.
3.1.7
No.
1.
1. Cairan infus Natrim Chlorida (Pz) 500 cc/24 jam di tangan kanan
2. Herbeisser 100 1-0-0
3. Monecto 1-1/2-0
4. Clotix/clopidogrel 1-0-0
5. Antiplat 50 mg 1-0-1
Analisa Data
Data
Masalah
Ds : pasien mengatakan nyeri dada Nyeri
Penyebab
Penumpukan
laktat
asam
ischemia
myocardium
menyeringai.
- Pasien
sering
memegang
dada kiri
- Skala nyeri 5-6.
- Perfusi : hangat kering
merah
- Irama jantung : sinus
bradikardi
Hasil EKG :
Hipertrofi ventrikel kiri
ST segmen drepesi.
Gelombang T Inversi
EKG abnormal.
TD : 150/83 mmHg
N :60 x/ menit
2.
aman : cemas
Pasien
DCA
menyetujui
(diagnostic
tindakan
coronary
angiography).
myocardium.
Tujuan : Setelah dulakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam pasien tidak
mengalami nyeri.
3.3.3 Kriteria Hasil:
Pasien tidak mengeluh nyeri dada
1.1 Implementasi
Tanggal
26 Mei 2014
Pukul 15.00
Kegiatan
1. Mengkaji keluhan pasien mengenai nyeri dada
meliputi lokasi, radiasi durasi nyeri dan factor
2.
3.
4.
5.
6.
dada timbul.
7. Berikan lingkungan yang tenang aktifitas perlahan
dan tindakan yang nyaman.
Paraf
1. memberikan
penjelasan
tentang
factor-faktor
Evaluasi :
Tanggal 26 mei 2014
Pukul : 16.00 WIB.
1. Diagnosa 1 :
S : pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang setelah digunakan untuk
bedrest total dan meminum obat yang diberikan sambil menunggu tindakan
medis.
O : wajah pasien sudah tidak pucat dan tidak menyeringai.
- Perfusi : hangat kering merah
- Irama jantung : sinus bradikardi
- TD : 150/80 mmHG
- N : 64 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : rencana tindakan dilanjutkan
2. Diagnosa 2
S : pasien mengatakan sudah paham dengan tindakan medis yang akan
dijalani oleh pasien.