You are on page 1of 73

I.

PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang

Indonesia merupakan negara bahari dengan luas laut mencapai 5,8 juta km
(70% dari luas wilayah) dengan 17.503 buah pulau dan garis pantai 81.000 km, yang
sangat potensial untuk berkembang menjadi negara industri berbasis perikanan dan
kelautan. Sektor perikanan dan kelautan memberikan kontribusi besar untuk
meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB), menyediakan lapangan kerja,
menghasilkan produk unggulan, menopang ketahanan pangan nasional, menjaga
keamanan

wilayah

dan

teritorial

Indonesia.

Meskipun

demikian,

setiap

pengembangan sektor perikanan dan kelautan harus dilandaskan pada hasil riset
yang terencana dan terstruktur agar diperoleh hasil yang optimal dan berkelanjutan.
Potensi sumberdaya laut di Indonesia sangatlah besar yang mencakup potensi
sumberdaya hayati dan non-hayati. Sumberdaya laut tersebut sampai sekarang belum
secara maksimal dapat dieksplorasi dan dieksploitasi selain minyak dan gas bumi
pada sektor sumberdaya non hayati. Demikian pula pada sektor sumberdaya hayati
laut, eksplorasi dan eksploitasi terhadap ikan-ikan laut dan sejenisnya membutuhkan
kearifan disamping teknologi canggih namun tidak merusak lingkungannya. Untuk
menunjang eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya laut, dapat digunakan teknologi
akustik bawah air (underwater acoustics). Teknologi ini dikenal luas dengan sebutan
teknologi akustik yang tidak lain adalah penggunaan gelombang suara yang dalam
dunia navigasi disebut Sonar atau Echosounder dan sejenisnya. Dengan pendekatan
fungsi, Sonar atau Echo sounder pada teknologi navigasi dapat disetarakan dengan
penggunaan radar untuk pendeteksian objek di permukaan air.
Secara teoritis akustik adalah teori tentang gelombang suara dan perambatannya
di suatu medium. Akustik yang dibahas disini mediumnya adalah air dan jenis
peralatan akustik yang dibahas disini adalah Sonar dan Echo Sounder.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan paper ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui peranan dan aplikasi metode akustik dalam bidang kelautan dan
perikanan
2. Mengetahui tentang prinsip kerja teknologi hidroakustik
3. Mengenal perangkat akustik yang di gunakan pada hidroakustik
4. Mengetahui aplikasi dan cara kerja teknologi akustik dalam mendeteksi kepadatan
ikan, estimasi plankton, dan kecepatan arus laut

II.

KONSEP AKUSTIK KELAUTAN

Metode akustik merupakan proses-proses pendeteksian target di laut dengan


mempertimbangkan proses-proses perambatan suara, karakteristik suara (frekuensi,
pulsa, intensitas), faktor lingkungan / medium, kondisi target dan lainnya. Aplikasi
metode ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem akustik pasif dan sistem akustik aktif. Salah
satu aplikasi dari sistem aplikasi aktif yaitu Sonar yang digunakan untuk penentuan
batimetri. Sonar (sound navigation and ranging) berupa sinyal akustik yang diemisikan
dan refleksi yang diterima dari objek dalam air (seperti ikan atau kapal selam) atau dari
dasar laut. Bila gelombang akustik bergerak vertikal ke dasar laut dan kembali, waktu
yang diperlukan digunakan untuk mengukur kedalaman air, jika c juga diketahui (dari
pengukuran langsung atau dari data temperatur, salinitas dan tekanan). Ini adalah
prinsip echosounder yang sekarang umum digunakan oleh kapal-kapal sebagai bantuan
navigasi. Echosounder komersil

mempunyai

lebar

sinar

30-45o vertikal

tetapi

untuk aplikasi khusus (seperti pelacakan ikan atau kapal selam atau studi lanjut
dasar laut)

lebar

sinar

yang

digunakan

kurang

5o dan

arahnya

dapat

divariasikan. Walaupun menunjukkan pengaruh temperatur, salinitas dan tekanan pada


laju bunyi dalam air laut (1500 ms-1) relatif kecil dan sedikit perubahan
pada c dapat menyebabkan kesalahan pengukuran kedalaman dan kesalahan sudut
akan menambah keburukan resolusi.
Metode akustik yang dipergunakan untuk mengeksplorasikan sumberdaya hayati
laut mempunyai keunggulan komparatif yakni berkecepatan tinggi (great speed),
estimasi stok ikan secara lansung (direct estimation) karena tidak tergantung dari
statistik perikanan atau percobaan tagging, memungkinkan memperoleh dan memproses
data secara real time, tepat, dan akurat, tidak berbahaya atau merusak bagi si pemakai
alat maupun target atau objek survei dan dilakukan dengan jarak jauh (remote sensing),
3

serta dapat dipakai jika dengan metode lain tidak bisa atau tidak mungkin dilakukan.
dalam mendapatkan informasi tentang sekumpulan ikan, estimasi ikan dan zooplankton,
kita dapat menggunakan software echoview. Echoview adalah software yang tersedia
untuk pengolahan data dari echosounder dan sonar dan software ini merupakan salah
satu aplikasi akustik perikanan. Echoview di kembangkan dan didukung oleh staf
myriax software di Hobart, Australia. Myriax software adalah anak perusahaan yang
dimiliki sepenuhnya oleh Myriax Pty Ltd, bermarkas di Tasmania dan memiliki kantor
di San Diego, California, dan Shimonoseki, Jepang. Echoview didirikan pada tahun
1995 dan merupakan produk software unggulan Myriax. Aplikasi alat ini sangat
beragam dan mencakup :
1.
2.
3.
4.
5.

Bathymetrik (hidrografi) mengamati dan membuat peta navigsi


Klasifikasi tipe bawah untuk deskripsi habitat dalam studi ekosistem biologis
Pemantauan stuktur terendam untuk pemeliharaan proyek-proyek teknik sipil
Menghitung dan pelacakan ikan untuk perikanan dan tujuan pengelolaan ekosistem
Karakteristik sekumpulan ikan dan zooplankton untuk studi ekosistem dan estimasi
ikan, zooplankton, biomass untuk perikanan dan tujuan pengelolaan ekosistem.

2.1 Akustik pasif


Akustik pasif merupakan suatu aksi mendengarkan gelombang suara yang datang
dari berbagai objek pada kolom perairan. Biasanya suara yang diterima pada frekuensi
tertentu ataupun frekuensi yang spesifik untuk berbagai analisis. Digunakan sebagai
peralatan untuk mendeteksi keadaan bawah air, gempa bumi, letusan gunung berapi ,
suara yang dihasilkan oleh ikan dan hewan lainnya, aktivitas kapal-kapal ataupun
sebagai peralatan untuk mendeteksi kondisi di bawah air (hidroakustik untuk mendeteksi
ikan).

2.2 Akustik aktif

Akustik aktif merupakan mengukur jarak dan arah dari objek yang dideteksi dan
relatifnya dengan menghasilkan pulsa suara dan mengukur waktu tempuh dari pulsa
tersebut. Prinsip dasar sonar, akustik aktif seperti split-beam system dapat mendeteksi
organisme yang berukuran kecil (contoh:krill), dengan tanpa batasan ukuran. Posisi dari
4

ikan dapat dideteksi secara akurat dengan menggunakan split beam system, dapat juga
digunakan untuk menghitung target strength, kecepatan jelajah serta arah pergerakan
dari suatu objek. Dengan perkembangan zaman yang begitu pesat, ilmu akustik juga
berkembang sejalan dengan kebutuhan manusia. Arah penelitian dari akustik aktif
termasuk penemuan multibeam, multi-frekuensi, dan high frequency imaging system.
Di dalam bidang akustik kelautan, terdapat beberapa pengertian yang harus dipahami.
Berikut merupakan beberapa pengertian :

1. Target strength
Target strength adalah echo yang kembali dari target di bawah air. Target strength
didefinisikan dengan 10 kali logaritma berbasis 10 dari rasio intensitas suara target pada
jarak 1 yard (dikonversi menjadi 1 m) yang kembali dari pusat akustik dalam beberapa
arah dengan intensitas dari sumber. Target strength dirumuskan sebagai berikut: Target
Strenght :

Scattering strength didefinisikan sebagai logaritma basis 10 dari rasio antara


intensitas suara yang terukur pada 1 yd3 di dalam laut atau yd2 dari permukaan dengan
intensitas suara pusat. Scattering strength dirumuskan sebagai berikut:

Nilai target strength setiap target yang berada di bawah permukaan air berbeda beda.
Hal ini disebabkan oleh pengembalian echo yang berbeda beda dari setiap target. Nilai
Target strength berhubungan erat dengan ukuran ikan, bentuk ikan, orientasi ikan
terhadap tranduser, gelembung renang, spesies ikan, kecepatan renang ikan, acoustic
impedance dan beam pattern.
2. Area Backscattering Strength (Sa)
Scattering area (Sa) adalah luasan area yang yang terbentuk sebagai akibat dari
adanya pemancaran hambur balik dari tranduser pada suatu perairan yang sedang di
5

sounding. Area backscattering coefficient (sa) adalah ukuran dari energi yang
dikembalikan dari sebuah lapisan antara dua kedalaman pada kolom air. sa didefinikan
sebagai integral dari sv. Pada echoview, nilai sa ini diwakili oleh NASC (Nautical area
scattering coefficient). Sebenarnya sa tidak memiliki satuan karena sa merupakan sebuah
turunan dari sv (satuan m-1) dan jarak. Tapi menurut hasil kesepakatan, sa memakai
satuan (m2/m2).
3.

Scattering volume

Scattering volume sama dengan target strength dimana target strength untuk ikan
tunggal sedangkan scattering volume untuk kelompok ikan. Volume backscattering
coefficient (sv) adalah ukuran yang menghitung biomassa di kolom perairan saat target
individu tidak dapat diketahui. Formulanya adalah sebagai berikut:
sv=Ssbs/V0 ,Sbs merupakan jumlah dari semua target yang dihasilkan oleh echo dari
V0( volume sampel). Volume backscattering strength (sv) dirumuskan menjadi Sv=10
log(sv) dengan satuan dB re 1 m-1.
4. Threshold
Threshold adalah nilai ambang batas pemilihan tingkat sinyal dibawah sinyal yang
tidak dapat diproses.sinyal threshold digunakan untuk menghilangkan sinyal noise dan
sinyal yang tidak dikehendaki. Jadi semua echo dari ikan yang berada di bawah nilai
threshold akan diabaikan. Hal ini berarti jika distribusi target strength berada di bawah
nilai threshold maka intensitas echo rata-rata akan menjadi bias.
5. Echo integration
Echo integration merupakan suatu metode untuk menentukan densitas gerombolan
ikan pada kolom perairan. Metode ini digunakan jika echocounting memberikan
estimasi yang terlalu tinggi terhadap densitas ikan. Metode ini dicetuskan pertama kali
oleh Dragesund and Olsen pada tahun 1965. Metode ini memberikan kemudahan dalam
mengestimasi jumlah ikan. Echo integration menjadi teknik yang secara umum
digunakan untuk menduga kelimpahan ikan. Teknik ini memberikan hasil yang cepat
dan informasi terkini mengenai distribusi ikan pelagis di suatu area survei. Teknik ini
diaplikasikan secara luas karena tidak perlu menentukan echo ikan tunggal.

III.

HIDROAKUSTIK

Hidroakustik merupakan suatu teknologi pendeteksian bawah air dengan


menggunakan perangkat akustik (acoustic instrument), antara lain; echosounder, fish
finder, sonar dan ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler). Teknologi ini
menggunakan suara atau bunyi untuk melakukan pendeteksian. Sebagaimana diketahui
bahwa kecepatan suara di air adalah 1.500 m/detik, sedangkan kecepatan suara di udara
hanya 340 m/detik, sehingga teknologi ini sangat efektif untuk deteksi di bawah air.
Beberapa langkah dasar pendeteksian bawah air adalah adanya transmitter yang
menghasilkan listrik dengan frekwensi tertentu. Kemudian disalurkan ke transducer
yang akan mengubah energi listrik menjadi suara, kemudian suara tersebut dalam
berbentuk pulsa suara dipancarkan (biasanya dengan satuan ping).
Saat ini, hidroakustik memiliki peran yang sangat besar dalam sektor kelautan
dan perikanan, salah satunya adalah dalam pendugaan sumberdaya ikan (fish stock
assessment). Teknologi hidroakustik dengan perangkat echosounder dapat memberikan
informasi yang detail mengenai kelimpahan ikan, kepadatan ikan sebaran ikan, posisi
kedalaman renang, ukuran dan panjang ikan, orientasi dan kecepatan renang ikan serta
variasi migrasi diurnal-noktural ikan. Saat ini instrumen akustik berkembang semakin
signifikan, dengan dikembangkannya varian yang lebih maju, yaitu multibeam dan
omnidirectional. Perangkat echosounder memiliki berbagai macam tipe, yaitu single
beam, dual beam.
Metode hidroakustik merupakan suatu usaha untuk memperoleh informasi
tentang obyek di bawah air dengan cara pemancaran gelombang suara dan mempelajari
7

echo yang dipantulkan. Dalam pendeteksian ikan digunakan sistem hidroakustik yang
memancarkan sinyal akustik secara vertikal, biasa disebut echosounder atau fish
finder .Penggunaan metode hidroakustik mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya :

Berkecepatan tinggi

Estimasi stok ikan secara langsung dan wilayah yang luas dan dapat memonitor
pergerakan ikan

Akurasi tinggitidak berbahaya dan merusak sumberdaya ikan dan lingkungan,


karena frekwensi suara yang digunakan tidak membahayakan bagi si pemakai alat
maupun obyek yang disurvey
Kelemahan dari penggunaan echosounder adalah jika semakin dalam laut, gambar

yang dihasilkan semakin tidak jelas (tidak terlihat lebih spesifik gambar karang, ikan,
kapal karam,dan sebagainya). Contoh ketika echosounder digunakan di akuarium yang
berisi ikan, gambar yang dihasilkan lebih jelas, hal ini dipengaruhi oleh laut. Disamping
itu mengganggu komunikasi antar hewan laut contohnya paus dan lumbalumba.

Gambar 1. Prinsip kerja metode hidroakustik (MacLennan and Simmonds, 1992)


Penggunaan teknologi ini sangat membantu dalam pencarian sumberdaya ikan
yang baru, sehingga akan mempercepat pengambilan keputusan atau kebijakan, terutama
untuk menetapkan daerah penangkapan ikan agar potensi ikan dapat dipertahankan.
Keterpaduan semua metode di atas dapat dilakukan dengan adanya kerjasama diantara
8

pihak-pihak terkait. Citra yang diperoleh melalui satelit penginderaan jauh, misalnya
dianalisis di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) atau di instansi
terkait lainnya. Data yang dihasilkan merupakan informasi dasar terhadap penentuan
daerah potensi ikan. Data dan informasi juga dapat diperoleh melalui hasil survei akustik
pada perairan yang sama selama beberapa waktu pengamatan, sehingga diharapkan
dapat menghasilkan informasi yang lebih akurat tentang keberadaan ikan yang menjadi
tujuan penangkapan. Informasi ini kemudian disampaikan kepada pihak pengguna,
misalnya nelayan atau pengusaha penangkap ikan dalam melakukan operasi
penangkapan sehingga kapal-kapal ikan dapat begerak ke daerah yang dimaksud,
sehingga dengan demikian dapat menekan biaya operasional kapal-kapal tersebut.
Negara-negara yang maju pada sektor kelautan-perikanan (Norwegia, Jepang,
Amerika Serikat, China dan Peru) bergantung pada teknologi akustik ini. Mereka
menggunakan untuk melakukan eksplorasi sumberdaya dengan cepat, sehingga dapat
mengeksploitasi dengan optimal, efisien dan ekonomis karena biaya eksplorasi yang
murah dan waktu eksplorasi yang cukup singkat.

Gambar 2 : Instrumen akustik

III.1 Alat-alat akustik


3.1.1 Fish finder
9

Fish finder merupakan teknologi pendeteksian bawah air dengan menggunakan


perangkat akustik (akustik instrument). Teknologi ini menggunakan suara atau bunyi
untuk melakukan pendeteksian. Fish finder digunakan untuk mendeteksi besarnya
gerombolan ikan pada lokasi yang ditunjukan pada peta zona potensi ikan. Dengan
peralatan canggis berupa fish finder dapat memudahkan nelayan mengetahui posisi ikan.
Alat tersebut dimungkinkan beban nelayan akibat kenaikan bahan bakar.
Fish finder bekerja berdasarkan pemantulan gelombang suara yang dipancarkan
dari permukaan perairan sampai dasar lautan. Ketika bunyi yang dipancarkan kedasar
lautan tersebut membentur,suatu benda dan kembali ke penerima sonar, maka jaraknya
yang ditempuh oleh bunyi tersebut dapat diukur, maka dapat diketahui letak benda
tersebut dibawah permukaan laut.
Bila dibandingkan dengan metode lainnya dalam hal estimasi atau pendugaan stok
ikan, teknologi fish finder memiliki kelebihan, antara lain :
1.
2.
3.
4.

Informasi pada areal yang dideteksi dapat diperoleh secara cepat (real time)
Informasi langsung di wilayah deteksi (in situ)
Tidak perlu tergantung pada data statistik
Tidak berbahaya atau merusak objek yang diteliti (friendly)

10

Gambar 3. Portable sonar fish finder

Gambar 4. Fish finder

3.1.2 Sonar
Sonar merupakan sistem yang menggunakan gelombang suara bawah air yang
dipancarkan dan dipantulkan untuk mendeteksi dan menetapkan lokasi obyek di bawah
laut atau untuk mengukur jarak bawah laut. Hingga saat ini sonar telah luas digunakan
untk mendeteksi kapal selam & ranjau, mendeteksi kedalaman, penangkapan
ikan komersial, keselamatan penyelaman, dan komunikasi di laut.
Sonar (sound navigation and ranging) merupakan sistem instrumen yang
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang obyek-obyek bawah air. Sistem sonar
ini terdiri dari dua bagian yaitu sistem sonar aktif yang melakukan proses pemancaran
dan penerimaan sinyal suara dan sistem sonar pasif yang digunakan untuk menerima
sinyal-sinyal suara yang dihasilkan oleh obyek obyek bawah air .
Metode akustik digunakan untuk menentukan perubahan kelimpahan stok ikan,
dengan menggunakan sistem pemancar yang memancarkan sinyal akustik secara vertikal
disebut echosounder, sedangkan yang memancarkan sinyal akustik secara horizontal
disebut sonar. Sistem echosounder dan sonar umumnya terdiri dari lima komponen,
adapun kelima komponen tersebut yaitu :
1. Transmitter,berfungsi untuk menghasilkan pulsa listrik
11

2. Transducer, untuk mengubah energi listrik menjadi energi suara begitu juga
sebaliknya
3. Receiver, untuk menerima echo dari objek
4. Peragaperekam, untuk mencatat hasil echo
5. Time base, digunakan untuk mengaktifkan pulsa.
Sonar (sound navigation and rangging) merupakan suatu peralatan atau piranti
yang digunakan dalam komunikasi di bawah laut, sonar sendiri bekerja untuk mencari
atau mendeteksi suatu benda yang ada di bawah laut dengan cara mengirim gelombang
suara yang nantinya gelombang suara tersebut dipantulkan kembali oleh benda yang
akan dideteksi. Sonar biasa dimanfaatkan dalam mengukur kedalaman laut
(bathymetry), pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dasar laut (subbottom
profilers), pemetaan dasar laut (sea bed mapping), mendeteksi kapal selam dan ranjau,
analisa dampak lingkungan didasar laut, menangkap ikan serta berbagai kegiatan
komunikasi di bawah laut. Sebuah sonar terdiri dari sebuah pemancar, transducer,
penerima/receiver, dan layar monitor. Sonar sendiri pada awalnya diinspirasi dari
lonceng bawah air yang digunakan untuk mengukur kecepatan suara dalam air,
kemudian berkembang dan dimanfaatkan dalam mendeteksi gunung es yang ada dalam
laut ketika kapal laut melintas. Seiring dengan perkembangan waktu, sonar
dimanfaatkan dalam perang dunia I untuk mendeteksi kapal selam. Semenjak itu sonar
benar-benar dikembangkan dan dimanfaatkan dalam dunia militer dan perang.

Gambar 5. Teori sonar, pengembangan dan penggunaan

12

3.1.2.1 Jenis sonar


Sonar dibagi menjadi 2 jenis, diantaranya :
a. Sonar aktif yaitu mentransmisikan gelombang suara, dan menerima pantulannya
(echo) kembali.
b. Sonar pasif yaitu hanya menerima sinyal gelombang suara (noise) yang
ditransmisikan oleh suatu objek.
3.1.2.2 Manfaat sonar
Manfaat sonar adalah sebagai berikut :
a. Dapat mengetahui daerah diduga mempunyai kelimpahan/kepadatan ikan yang tinggi.
b. Memberikan informasi kepada nelayan setempat sekaligus mengevaluasi kinerja unit
penangkapan yang digunakan sehingga dapat dihasilkan hasil tangkapan yang
optimum.
c. Memberikan informasi kepada pelayaran agar terhindar dari bahaya bahaya kapal
kandas dikarenakan dangkalnya suatu perairan.
d. Dapat mempermudah unit penelitian laut beserta sumberdaya laut tersebut.
3.1.3 Echosounder
Echosounder adalah jenis sonar yang digunakan untuk menentukan kedalaman air
dengan mengirimkan data suara ke dalam air. Interval waktu antara emisi dan
pengembalian data dicatat, yang digunakan untuk menentukan kedalaman air bersama
dengan kecepatan suara dalam air pada saat itu. Informasi ini kemudian biasanya
digunakan untuk keperluan navigasi atau untuk mendapatkan kedalaman untuk mencatat
tujuan. Echo terdengar juga dapat merujuk kepada hidroakustik "echosounder"
didefinisikan sebagai suara aktif dalam air (sonar) digunakan untuk mempelajari ikan.
Penilaian hidroakustik secara tradisional digunakan survei mobile dari perahu untuk
mengevaluasi biomassa ikan dan distribusi spasial. Sebaliknya, teknik fixed-lokasi
menggunakan transduser stasioner untuk memantau lewat ikan.
Echosounder digunakan untuk semua jenis pengukuran kedalaman, termasuk
mereka yang tidak menggunakan suara, dan tidak berhubungan dengan suara kata dalam
arti suara atau nada. Echosounder adalah metode yang lebih cepat untuk mengukur
kedalaman dari teknik sebelumnya menurunkan garis hingga terdengar sampai
menyentuh bawah. Jarak diukur dengan mengalikan setengah waktu dari pulsa keluar
sinyal untuk kembalinya dengan kecepatan suara dalam air, yang sekitar 1,5 kilometer
per detik. Untuk aplikasi yang tepat dari echosounding, seperti hidrografi, kecepatan
13

suara juga harus diukur biasanya dengan mengerahkan kecepatan suara ke dalam air.
Echosounder secara efektif aplikasi tujuan khusus dari sonar yang digunakan untuk
menemukan bagian bawah. Karena unit tradisional pra-SI kedalaman air adalah depa,
instrumen yang digunakan untuk menentukan kedalaman air kadang-kadang disebut
fathometer a.
Kebanyakan memetakan kedalaman laut menggunakan kecepatan suara rata-rata
atau standar. Dimana akurasi yang lebih besar diperlukan rata-rata dan bahkan standar
musiman dapat diterapkan ke daerah-daerah laut. Untuk kedalaman akurasi yang tinggi,
biasanya terbatas pada tujuan atau ilmiah survei khusus, sensor mungkin diturunkan
untuk mengukur suhu, tekanan dan salinitas. Faktor-faktor ini digunakan untuk
menghitung kecepatan suara yang sebenarnya dalam kolom air setempat. Teknik yang
terakhir ini secara teratur digunakan oleh US kantor Coast Survey untuk survei navigasi
AS perairan pesisir.

Gambar 6. Diagram menunjukan prinsip dasar echosounder


3.1.3.1 Komponen bagian-bagian echosounder
Echosounder bekerja berdasarkan prinsip perambatan dan pemantulan bunyi
dalam medium air. Echosounder dilengkapi dengan proyektor untuk menghasilkan
gelombang

akustik

yang

akan

di

masukan

ke

dalam

air

laut

Sonar bathymetric memerlukan proyektor yang dapat menghasilkan berulang-ulang kali


pulsa akustik yang dapat dikontrol.
14

Untuk pengukuran kedalaman, digunakan echosounder atau perum gema yang


pertama kali dikembangkan di Jerman pada tahun 1920. Alat ini dapat dipakai untuk
menghasilkan profil kedalaman yang kontinyu sepanjang jalur perum dengan ketelitian
yang cukup baik. Ada dua cara yang dapat ditempuh untuk mengukur kedalaman laut
yaitu dengan menggunakan teknik bandul timah hitam (dradloading) dan teknik Gema
duga atau EchoSounder atau Echoloading.
Pada awalnya, echosounder lebih banyak digunakan untuk mengetahui
kedalaman perairan. Namun karena karakteristik dan prinsip dasarnya yang mampu
menentukan letak suatu benda di bawah air, maka echosounder juga digunakan di bidang
perikanan untuk menentukan lokasi ikan. Cara kerja echosounder ini mirip dengan
kelelawar, dimana echosounder memancarkan gelombang suara dengan frekuensi
tertentu dan menangkap gelombang pantulan (echo) dari benda/medium.
a. Transmiter
Transmitter menghasilkan listrik dengan frekuensi tertentu, kemudian disalurkan ke
transduser. Tetapi suatu perintah dari kotak pemicu pulsa pada recorder akan
memberitahukan kapan pembentuk pulsa bekerja. Pulsa dibangkitkan oleh oscillator
kemudian diperkuat oleh power amplifier, sebelum pulsa tersebut disalurkan ke
transducer (Manik, 2009).
Transmitter berfungsi menghasilkan pulsa yang akan dipancarkan. Suatu perintah
dari kotak pemicu pulsa pada recorder akan memberitahukan kapan pembentuk pulsa
bekerja. Pulsa dibangkitkan oleh oscillator kemudian diperkuat oleh power amplifier,
sebelum pulsa tersebut disalurkan ke transducer (FAO, 1983).
Transmitter juga berfungsi untuk mentransmisikan sinyal dari alat ke transducer,
yang kemudian akan dipancarkan. Di dalam transmitter inilah energi listrik diperkuat
beberapa kali sebelum disalurkan ke transducer. Jadi selain berperan sebagai
penghubung, transmitter juga berperan sebagai penguat pulsa listrik.
b. Transducer
Alat perum gema menggunakan prinsip pengukuran jarak dengan memanfaatkan
gelombang akustik yang dipancarkan dari transduser. Transduser adalah bagian dari alat
perum gema yang mengubah energi listrik menjadi mekanik dan sebaliknya. Gelombang
akustik tersebut merambat pada medium air dengan cepat rambat yang relatif diketahui
atau dapat diprediksi hingga menyentuh dasar perairan dan dipantulkan kembali
ke transduser.
15

Alur perum gema menggunakan prinsip pengukuran jarak dengan memanfaatkan


gelombang akustik yang dipancarkan dari transduser. Transduser adalah bagian dari alat
perum gema yang mengubah energi listrik menjadi mekanik (untuk membangkitkan
gelombang suara) dan sebaliknya. Gelombang akustik tersebut merambat pada medium
air dengan cepat rampat yang relatif diketahui atau dapat diprediksi hingga menyentuh
dasar perairan dan dipantulkan kembali ketransduser. Perum gema menghitung selang
waktu sejak gelombang dipancarkan dan diterima kembali.
Transducer berperan sebagai penghasil sekaligus pemancar gelombang suara ke
dalam medium (air laut). Gelombang tersebut diperoleh dengan mengubah energi listrik
yang diperoleh dari transmitter. Pada kapal, transducer ini dipasang di bagian lambung
kapal secara tegak lurus dari permukaan air dan menghadap ke arah dasar.
c. Receiver
Receiver adalah alat untuk menguatkan sinyal listrik yang lemah dari transducer
saat gema (echo) terjadi sebelum dialirkan ke recorder. Penguatan ini dilakukan
pada receiver dan jumlah penguatan dapat dibedakan oleh sensivitas (kepekaan)
atau volume control. Receiver berfungsi menerima pulsa dari objek dan display atau
recorder sebagai pencatat hasil echo. Sinyal listrik lemah yang dihasilkan oleh
transducer setelah echo diterima harus diperkuat beberapa ribu kali sebelum disalurkan
ke recorder. Selama penerimaan berlangsung keempat bagian transducer menerima echo
dari target, dimana target yang terdeteksi oleh transducer terletak dari pusat beam suara
dan echo dari target akan dikembalikan dan diterima oleh keempat bagian transducer
pada waktu yang bersamaan.
Split beam echosounder modern memiliki fungsi Time Varied Gain (TVG) di dalam
sistem perolehan data akustik. TVG berfungsi secara otomatis untuk mengeliminir
pengaruh attenuasi yang disebabkan oleh geometrical sphreading dan absorpsi suara
ketika merambat di dalam air (FAO,1983). Receiver memisahkan dan mendeteksi dan
memperkuat energy yang diterima dari sasaran. Hasil deteksi sehubung getaran ini
diperkuat kemidian disalurkan ke bagian penguat gambar.
Receiver digunakan untuk menangkap sinyal atau gelombang yang telah
dipantulkan oleh obyek (echo). Selain menangkap gelombang, receiver juga
memperkuat sinyal sebelum diteruskan ke recorder untuk diproses. Receiver juga
berfungsi memilih dan mengolah sinyal yang datang.

16

d. Recorder/Display Unit
Recorder berfungsi sebagai alat pencatat yang ditulis ke dalam kertas serta
menampilkan pada layar display CRT (Cathoda Ray Tube) berupa sinar osilasi (untuk
layar warna) ataupun berupa tampilan sorotan lampu neon (untuk echosounder tanpa
rekaman), selain itu juga dapat berfungsi sebagai pemberi sinyal untuk menguatkan
pulsa transmisi dan penahanan awal penerimaan echo pada saat yang sama.
Recorder berfungsi untuk merekam atau menampilkan sinyal echo dan juga
berperan sebagai pengatur kerja transmitter dan mengukur waktu antara pemancaran
pulsa suara dan penerimaan echo atau recorder memberikan sinyal kepada transmitter
untuk menghasilkan pulsa dan pada saat yang sama recorder juga mengirimkan sinyal ke
receiver untuk menurunkan sensitifitasnya (FAO, 1983). Recorder echosounder
membuat gambar yang memperlihatkan kedalaman ikan dan dasar laut. Gambar-gambar
yang dibuat akan bergambar sehelai kertas sehingga bias disimpulkan untuk dilihat
kemudian. Jadi, recorder atau display digunakan sebagai penampil data hasil tangkapan
sinyal dari receiver. Data atau informasi sinyal yang ditangkap kemudian diubah
sehingga bisa Ditampilkan dan dibaca secara langsung. Tampilan digital dari recorder
atau display inilah yang bisa disimpan dan diolah untuk kepentingan yang lebih lanjut.
3.1.3.2 Fungsi echosounder
Echosounder telah digunakan untuk penelitian di bidang perikanan lebih dari
tujuh puluh tahun. Echosounder menggunakan gelombang akustik aktif (mengirim dan
menerima sinyal) dan dapat digunakan untuk mengetahui atau mendeteksi jumlah
biomassa ikan di laut. metode akustik yang tercanggih dan terbaik hingga saat ini untuk
kegunaan pendugaan sebaran dan kelimpahan ikan pada suatu perairan adalah dengan
sistem bim ganda (dua belam) dan sistem akustik bim terbagi (split beam echosounder).
Fungsi yang paling mendasar dari echosounder adalah untuk mengukur jarak ke
dasar samudera dengan akurat. Pengukuran kedalaman dasar laut dapat dilakukan
dengan conventional depth echosounder, dimana kedalaman dasar laut dapat dihitung
dari perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan pulsa suara. Untuk kepentingan
perikanan penggunaan echosounder sangat efisien. Hal ini karena instrumen ini mampu
mendeteksi ikan dan dasar laut secara bersamaan. Metode akustik yang efektif dan
menjajikan adalah scientifiec echosounder. Scientifiec echosounder mampu mengukur
dengan mudah sinyal pantulan (echo) yang berasal dari ikan dan dasar laut. Teori

17

dari bottom scattering telah dikembangkan untuk melihat performance dari scientifiec
echosounder.
Fitur digital teknologi echosounder ilmiah modern meliputi:

Low transduser samping lobus


Pengumpulan data sederhana
Rendah kebisingan sistem
Dynamic range yang lebar
Stabilitas sistem tinggi
akurasi tinggi
Ekspansi sistem Mudah
Sistem Multiplexing (beberapa transduser dapat beroperasi secara simultan pada
sistem

Gambar 7. Contoh dual echosounder frekuensi presisi


3.1.3.3 ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler)
Acoustic Doppler Current Profiler atau Acoustic Doppler Profiler, sering disebut
dengan singkatan ADCP. Para ilmuwan menggunakan instrumen untuk mengukur
seberapa cepat air bergerak di kolom air seluruh. Sebuah ADCP berlabuh ke dasar laut
dapat mengukur kecepatan saat bukan hanya di bagian bawah, tetapi juga pada interval
yang sama sepanjang jalan sampai ke permukaan. Instrumen ini juga dapat dipasang
horizontal pada dinding-laut atau tiang jembatan di sungai dan kanal untuk mengukur
profil saat ini dari pantai ke pantai, dan bagian bawah kapal untuk melakukan
pengukuran arus konstan sebagai kapal bergerak. Di daerah yang sangat dalam, mereka
bisa diturunkan pada kabel dari permukaan.
18

ADCP mengukur arus air dengan suara, menggunakan prinsip gelombang suara
disebut efek doppler. Gelombang suara memiliki frekuensi yang lebih tinggi, atau
lapangan, ketika bergerak ke anda daripada saat bergerak menjauh. Anda mendengar
efek doppler dalam tindakan ketika sebuah mobil kecepatan masa lalu dengan bangunan
karakteristik suara yang memudar ketika mobil melewati.

Gambar 8. Prinsip kerja ADCP

Gambar 9. ADCP tripod ditempatkan di Casco bay


ADCP bekerja dengan transmisi "ping" suara pada frekuensi konstan ke dalam
air, seperti perjalanan gelombang suara, mereka memantul dari partikel tersuspensi
19

dalam air bergerak, dan mencerminkan kembali ke instrumen. Karena efek doppler,
gelombang suara memantul kembali dari sebuah partikel bergerak menjauh dari profiler
memiliki frekuensi sedikit menurunkan ketika mereka kembali. Partikel bergerak
menuju instrumen mengirim kembali gelombang frekuensi yang lebih tinggi. Perbedaan
frekuensi antara gelombang profiler mengirimkan dan gelombang yang diterima disebut
pergeseran Doppler. Instrumen menggunakan pergeseran ini untuk menghitung seberapa
cepat partikel dan air di sekitarnya bergerak. Gelombang suara yang melanda partikel
jauh dari profiler memakan waktu lebih lama untuk kembali dari gelombang yang
menyerang dekat. Dengan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk gelombang untuk
bangkit kembali dan pergeseran doppler, profiler dapat mengukur kecepatan arus pada
kedalaman yang berbeda banyak dengan setiap seri ping.
ADCP yang bottom-mount membutuhkan jangkar untuk menjaga mereka di
bawah, baterai, dan logger data internal. Instrumen kapal-mount membutuhkan kapal
dengan kekuatan, komputer kapal untuk menerima data, dan sistem navigasi GPS
(sehingga gerakan kapal sendiri dapat dikurangkan dari data saat ini). ADCP tidak
memiliki read-out eksternal, sehingga data harus disimpan dan dimanipulasi di
komputer. Program perangkat lunak yang dirancang untuk bekerja dengan data ADCP
yang tersedia.
Prinsip Kerja:
Perhitungan navigasi, menggunakan kalibrasi yang dilakukan sekali secara
lengkap.Arus absolut yang melampaui kedalaman atau kedalaman referensi didapatkan
dari rata-rata kecepatan relatif kapal. Arus absolut pada setiap kedalaman dapat
dibedakan dari data terakhir dari kapal navigasi dan perhitungan relatif ADCP
Prinsip perhitungan gelombang oleh ADCP.

20

Gambar 10. Prinsip kerja ACDP


Prinsip dasar perhitungan dari perhitungan arus/gelombang yaitu kecepatan orbit
gelombang yang berada dibawah permukaan dapt diukur dari keakuratan ADCP. ADCP
mempunyai dasar yang menjulang,dan mempunyai sensor tekanan untuk mengukur
pasang surut dan rata-rata kedalaman laut. Time series dari kecepatan, terakumulasi dan
dari time series ini, kecepatan spektral dapat dihitung. Untuk mendapatkan ketinggian
diatas permukaan, kecepatan spektrum dierjemahkan oleh pergeseran permukaan
menggunakan kinematika linear gelombang. Kegunaan ADCP pada berbagai aplikasi :
1. Perlindungan pesisir dan teknik pantai.
2. Perancangan pelabuhan dan operasional
3. Monitoring Lingkungan
4. Keamanan Perkapalan
ADCP dapat menghitung secara lengkap, arah frekuensi gelombang spektrum,
dan dapat dioperasikan di daerah dangkal dan perairan dalam. Salah satu keuntungan
ADCP adalah, tidak seperti directional wave buoy, ADCP dapat dioperasikan dengan
resiko yang kecil atau kerusakan. Sebagai tambahan untuk frekuensi gelombang spektal,
ADCP juga dapat digunakan untuk menghitung profil kecepatan dan juga level air.
Keuntungan ADCP:
1. Definisi yang tinggi dari arah arus/gelombang pecah.
2. Logistik yang sederhana dengan bagian bawah yang menjulang
3. Kerusakan yang kecil, dan resiko yang kecil.
4. Kualitas perhitungan permukaan yang tinggi yang berasal dari dasar laut.
21

ADP/ADCP memiliki keistimewaannya meliputi :


1. Dapat bekerja di kapal dengan penentuan posisi yang lengkap termasuk bottom
tracking dan permukaan laut untuk transek dengan menggunakan GPS.
2. ADCP memberikan sistem real-time untuk pesisir pantai, dan monitoring pelabuhan.
3. ADCP mudah digunakan untuk mengukur arus
4. Mempunyai sistem otomatik yang dilengkapi dengan baterai dan perekam untuk buoy
lepas pantai atau bottom-mounting.

3.2 Penggunaan metode akustik dalam eksplorasi laut dan perikanan


Secara garis besar pengunaan akustik bawah air dalam kelautan dan perikanan dapat
dikelompokkan menjadi lima yakni untuk survey, bududaya perairan, penelitian tingkah
laku ikan, mempelajari penampilan dan selektifitas alat-alat penangkapan ikan dan lainlain. Dalam survey kelautan dapat digunakan untuk menduga spesies ikan, menduga
ukuran individu ikan, kelimpahan/stok sumberdaya hayati laut (plankton dan ikan).
Aplikasi dalam budidaya perairan dapat digunakan dalam penentuan/pendugaan jumlah
biomass dari ikan dalam jaring/ kurungan pembesaran (penned fish/enclosure), untuk
menduga ukuran individu ikan dalam jaring/kurungan dan untuk memantau tingkah laku
ikan (dengan telemetering tags), khususnya aktifitas makan (feeding activity).
Sedangkan

dalam

penelitian

tingkah

laku

ikan

dapat

digunakan

untuk

pergerakan/migrasi ikan (vertikal dan horizontal) dan orientasi ikan (tilt angel), reaksi
menghindar (avoidance) tewrhadap gerak kapal dan alat penangkapan ikan, respon
terhadap rangsangan (stimuli) cahaya, suara, listrik, hydrodinamika, kimia, mekanik dan
sebagainya. Untuk kegiatan aplikasi studi penampilan dan slektifitas alat penangkapan
ikan terutama dalam studi pembukaan mulut trawl, kedalam, posisi dan sebagainya.
Dalam slektifitas penangkapan (prosentase ikan yang tertangkap terhadap yang
terdeteksi didepan mulut trawl atau didalam lingkaran purse seine). Kegiatan lain yang
dapat dikaji dengan teknologi akustik bawah air adalah sifat sifat-sifat akustik dari air
laut dan obyek bawah air, pendeteksian kapal selam dan obyek-obyek lainya.

3.3 Penerapan teknologi akustik bawah air untuk eksplorasi dan eksploitasi
sumberdaya non-hayati
22

3.3.1 Pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry)


Pengukuran kedalaman dasar laut dapat dilakukan dengan conventional depth
echosounder dimana kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara
pengiriman dan penerimaan pulsa suara. Dengan pertimbangan sistim Side-Scan Sonar
pada saat ini, pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat dilaksanakan
bersama-sama dengan pemetaan dasar laut (sea bed mapping) dan pengidentifikasian
jenis-jenis lapisan sedimen dibawah dasar laut (subbottom profilers).
3.3.2 Pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dasar laut (subbottom
profilers)
Seperti telah disebutkan diatas bahwa dengan teknologi akustik bawah air,
peralatan side-scan sonar yang mutahir dilengkapi dengan subbottom profilers dengan
menggunakan prekuensi yang lebih rendah dan sinyal impulsif yang bertenaga tinggi
yang digunakan untuk penetrasi kedalam lapisan-lapisan sedimen dibawah dasar laut.
Dengan adanya klasifikasi lapisan sedimen dasar laut dapat menunjang dalam
menentukkan kandungan mineral dasar laut dalam. Dengan demikian teknologi akustik
bawah air dapat menunjang esplorasi sumberdaya non hayati laut.
3.3.3 Pemetaan dasar laut (sea bed mapping)
Dengan teknologi side-scan sonar dalam pemetaan dasar laut, dapat mengahsilkan
tampilan peta dasar laut dalam tiga dimensi. Dengan teknologi akustik bawah air yang
canggih ini dan dikombinasikan dengan data dari subbottom profilers, akan diperoleh
peta dasar laut yang lengkap dan rinci. Peta dasar laut yang lengkap dan rinci ini dapat
digunakan untuk menunjang penginterpretasian struktur geologi bawah dasar laut dan
kemudian dapat digunakan untuk mencari mineral bawah dasar laut.
3.3.4 Pencarian kapal-kapal karam didasar laut
Pencarian kapal-kapal karam dapat ditunjang dengan teknologi side-scan sonar
baik untuk untuk kapal yang sebagian terbenam di dasar laut ataupun untuk kapal yang
keseluruhannya terbenam dibawah dasar laut. Dengan teknologi ini, lokasi kapal karam
dapat ditentukan dengan tepat. Teknologi akustik bawah air ini dapat menunjang
eksplorasi dan eksploitasi dalam bidang Arkeologi bawah air (underwater archeology)
23

dengan tujuan untuk mengangkat dan mengidentifikasikan kepermukaan laut bendabenda yang dianggap bersejarah.
3.3.5 Penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar laut.
Dengan diperolehnya peta dasar laut secara tiga dimensi dan ditunjang dengan
data subbottom profiler, jalur pipa dan kabel sebagai sarana utama atau penunjang dapat
ditentrukan dengan optimal dengan mengacu kepada peta geologi dasar laut. Jalur pipa
dan kabel tersebut harus melalui jalur yang secara geologi stabil, karena sarana-sarana
tersebut sebagai penunjang dalam eksplorasi dan eksploitasi di laut.

3.3.6 Analisa dampak lingkungan di dasar laut


Teknologi akustik bawah air Side-Scan Sonar ini dapat juga menunjang analisa
dampak lingkungan di dasar laut. Sebagai contoh adalah setelah eksplorasi dan
ekploitasi sumber daya hayati di dasar laut dapat dilakukan, Side-Scan Sonar dapat
digunakan untuk memonitor perubahan-perubahan yang terjadi disekitar daerah
eksplorasi tersebut. Pemetaan dasar laut yang dilakukan setelah eksplorasi sumber daya
non-hayati tersebut, dapat menunjang analisa dampak lingkungan yang telah terjadi
yang akan terjadi.
3.4 Aplikasi akustik dibidang perikanan
Seperti kita ketahui bahwa alat akustik merupakan salah satu alat yang dapat
mendeteksi kedalaman dan keberadaan suatu benda yang ada di bawah permukaan laut
salah satunya adalah ikan dan biota-biota lainnya. Alat ini merupakan peralatan
pendukung untuk para nelayan yang menangkap ikan di lautan. Teknologi ini merupakan
metode yang sangat efektif dan bermamfaat bagi eksplorasi di bidang kelautan dan
perikanan. Metode ini dikenal dengan hidroakustik yang terdiri dari pengukuran,
analisis, dan interpretasi dari signal yang dipantulkan oleh objek atau scattering dari
target yang dikenai gelombang akustik dari tranduser atau alat hidroakustik, objek
tersebut berupa ikan, plankton, dan substrat dasar perairan. Secara garis besar
pengunaan akustik bawah air dalam kelautan dan perikanan dapat dikelompokkan
menjadi 5 yakni:
24

1.
2.
3.
4.
5.

Untuk survey
Budidaya perairan
Penelitian tingkah laku ikan
Mempelajari penampilan
Selektifitas alat-alat penangkapan ikan
Dalam survey kelautan dapat digunakan untuk mengetahui spesies ikan, mengetahui

ukuran individu ikan, kelimpahan/stok sumberdaya hayati laut (plankton dan ikan).
Aplikasi dalam budidaya perairan dapat digunakan dalam penentuan/pendugaan jumlah
biomassa dari ikan dalam jaring atau kurungan pembesaran (penned fish/enclosure),
untuk menduga ukuran individu ikan dalam jaring dan untuk memantau tingkah laku
ikan (dengan telemetering tags), khususnya aktifitas makan (feeding activity).

1V. APLIKASI METODE AKUSTIK UNTUK MENENTUKAN KEPADATAN


POPULASI IKAN

4.1 Sistem akustik BIM terbagi (Split beam acoustic system)


Bim terbagi merupakan metode baru yang dikembangkan untuk memperbaiki
kelemahan kelemahan dari metode sebelumnya seperti sistem akustik bim tunggal
(sinhle beam) dan sistem akustuk bim ganda (dual beam). Metode untuk mendeteksi
kelompok ikan dengan menggunakan echo integratorpertama kali ditemukan oleh
Ehrenberg yang kemudian dikembangkan di Norwegia
Pada sistem akustik bim tunggal tidak menghasilkan nilai in situ Target
Strength(TS) secara statistik dan akurasi yang dihasilkan rendah. Untuk mengatasi
kelemahan ini dikembangkan sistem akustik bim ganda agar mendapatkan nilai rata-rata
in situ TS dan digital echo integrator yang menghasilkan nilai rata-rata volume
backsccatering strength ( SV). Seiring dengan perkembangan teknologi dan upaya untuk
memperoleh akurasi tinggi maka penelitian-penelitian tentang pendugaan stok ikan
25

sekarang ini banyak menggunakan sistem akustik bim terbagi. Perbedaan split
beamdengan metode sebelumnya terdapat pada konstruksi transduseryang digunakan,
dimana pada echosounder ini tranducer terbagi dalam empat kuadran. pada prinsipnya
tranduser split beam terdiri dari empat kuadran yaitu Fore (bagian depan), Aft(buritan
kapal), Port (sisi kiri kapal), dan Starboard(sisi kanan kapal) yang dipasang pada towed
bodyyang ditempatkan pada lambung kapal sebelah kiri. Untuk Simrad EK 60 yang
mempunyai frekuensi 38 kHz, 120 kHz, dan 200 kHz mempunyai lebar beam7 mampu
menentukan posisi target dalam bim suara (Simmonds and MacLennan, 2005).

Gambar 11. Konfigurasi transducer split beam


Gelombang suara dipancarkan dengan bim penuh (full beam) yang merupakan
penggabungan ke empat kuadran secara simultan. Sinyal yang memancar kembali dari
target diterima oleh masing-masing kuadran secara terpisah. Output dari masing-masing
kuadran kemudian digabung lagi untuk membentuk suatu bim penuh. Target tunggal
diisolasi dengan menggunakan output dari bim penuh sedangkan posisi sudut target
dihitung dari perbedaan fase akustik. Selama pengukuran, fase pada bidang alongship
(membujur) didapat dari penjumlahan sinyal antara bagian Fore port(FP) dengan Fore
Starboard(FS) dari transducer, dan jumlah sinyal antara Aft Port (AT) dengan Aft
Starboard(AS) dari transducer. Pengukuran fase pada bidang tranverse (melintang) juga
diperoleh dengan cara yang sama. Fase alongship dan fase transverse ini digunakan
untuk menentukan arah target relatif terhadap sumbu pusat dalam bidang bim suara.
Kelebihan sistem akustik bim terbagi dibanding dengan sistem lainnya adalah
lebih sensitif terhadap gangguan noise karena echo dikompensasi oleh empat
beam.Selama penerimaan berlangsung keempat bagiantransducermenerima echo dari
target, dimana target yang terdeteksi oleh tranducer terletak pada pusat bim suara dan
26

echo dari target akan dikembalikan dan diterima oleh ke empat bagian tranducer pada
waktu yang bersamaan. Target yang terdeteksi apabila tidak terletak tepat pada sumbu
pusat dari bim suara, maka echo yang kembali akan diterima lebih dahulu oleh bagian
tranducer yang paling dekat dari target atau dengan mengisolasi target dengan
menggunakan output dari bim penuh. Sistem akustik bim terbagi modern memiliki
fungsi Time Varied Gain (TVG) di dalam sistem perolehan data akustik yang berfungsi
secara otomatis untuk meminimalisasi pengaruh atenuasi yang disebabkan oleh
frekuensi suara yang dikirim, medium yang digunakan, dan resistansi dari medium yang
digunakan maupun absorbsi suara ketika merambat dalam air.
4.2 SIMRAD EK-60 Scientific Echosounder
EK- 60 merupakan salah satu scientific echosounder modern. EK-60 mempunyai
beberapa keistimewaan dibandingkan dengan echosounderlainnya, yaitu :
1. Sistem lebih fleksibel dan mudah digunakan
2. Menu pemakai dan fungsi sistem menggunakan mousesedangkan input data
menggunakan keyboard
3. Sitem hard diskdapat menyimpan data mentah dan data hasil olahan
4. Tampilan EK-60 dibuat menyesuaikan dengan cara kerja Microsoft Windows
sehingga lebih mudah
5. Data output dalam bentuk kertas echogramdapat dikurangi karena data yang tidak
terproses tersimpan secara langsung ke hard disk Diskripsi detail dari EK-60 meliputi
; frekuensi bim terbagi transducertersedia dari 12~710 kHz, dapat berhubungan
dengan sensor lain seperti navigasi, motion, sensor twal input, datagaram outputdan
remote control, General Purpose Transciever (GPT) terdiri dari transmitterdan
receiverelektronik dimana receiverdidisain rendah terhadap noisedan meneyediakan
dynamic amplitude rangepada 160 dB, kabel ethernetyang terhubung antara GPT
dengan komputer bisa lebih dari 100 m, mayoritas fungsi-fungsi pada
echosunderberhubungan dengan software dimana penerapan algoritma pendeteksian
dasar berbeda-beda untuk setiap frekuensi yand dipakai.
4.3 Target Strength
Target Strength (TS) didefinisikan sebagai suatu ukuran yang menggambarkan
kemampuan suatu target untuk memantulkan gelombang suara yang datang
mengenainya. Target strength adalah ukuran desibel intensitas suara yang dikembalikan
oleh target yang diukur pada jarak standar satu meter dari pusat akustik target, relatif
27

terhadap intensitas yang mengenai target. Nilai TS didefinisikan sebagai 10 kali nilai
logaritma intensitas suara yang dipantulkan yang diukur pada jarak 1 m dari ikan dibagi
dengan intensitas suara yang mengenai ikan. Dalam pendugaan stok ikan menggunakan
metode akustik, TS merupakan faktor yang penting untuk diketahui karena nilai TS
merupakan nilai dari pantulan ikan tunggal sehingga biomassa dari ikan disuatu perairan
dapat diduga.
Pada saat gelombang akustik mengenai target, echoakan dipantulkan dan diterima
oleh receiver. TS adalah merupakan backscattering cross section (bs) dari target yang
menggembalikan sinyal dan dinyatakan dalam bentuk persamaan:
TS = 10 log (/4) = 10 log bs......................................(1)
Sebuah model geometrik sederhana untuk menghitung energi backscater berdasarkan
ukuran ikan, yaitu:
bs=boL2 .............................................................................(2)
TS = 20 log L + A ..............................................................(3)
Kemudian

Love

(1971)

memperkenalkan

persamaan

yang

menghubungkan

backscattering cross section(), panjang ikan (L) dan panjang gelombang () sebagai
berikut :
/ 2= a (L/ ) b (dB) ..........................................................(4)
dimana a dan b adalah konstanta yang tergantung dari anatomi, ukuran ikan dan panjang
gelombang. Dari persamaan di atas dapat dirubah dalam bentuk logaritmik, yaitu:
TS = alog (L) + blog (f) + A..............................................(5)
Dimana TS adalah target strength, fadalah frekuensi suara dan a,b adalah konstanta, dan
Aadalah 10 log bo.
hubungan antara TS dan panjang ikan (L) (khususnya ikan-ikan yang memiliki
gelembung renang) sebagai berikut:
TS = 20 log (L) 68 (dB).......................................................(6)
Dimana nilai 68 merupakan normalized target strength (nilai TS per 1 cm
panjang ikan) yang bersangkutan (bladder fish physoclist). Dalam kenyataannya nilai 20
28

log L dalam persamaan (3) juga bervariasi tergantung dari spesies ikan dan faktor
instrumen yang digunakan. Untuk ikan yang mempunyai gelembung renang (bladder
fish) pada umumnya nilai TS maksimum tidak tepat pada dorsal aspect, karena
membentuk sudut terhadap sumbu horizontal ikan sebesar 2,2-10 dengan rataan 5,6.
Sedangkan ikan yang tidak mempunyai gelembung renang (bladderless fish) nilai TS
maksimum tepat pada dorsal aspect, kecuali untuk ikan yang bentuk tubuhnya tidak
stream line. Johannesson dan Mitson (1983) mendefinisikan target strength menjadi dua
yaitu, intensitas target strength dan energi target strength.
Intensitas target strength dirumuskan sebagai berikut :

dimana : Tsi = Intensity target strength


Ir = reflected intensity; r = 1 m
Ii = Incident intensity
Energi target strengthdirumuskan sebagai berikut :

dimana : Tse = energy target strength


Er = reflected energy; r = 1 m
Ei = Incident energy
Hubungan antara intensitas (I) dan energi (E) adalah sebagaiberikut :
E= I (t) dt . (9)
I = P2(rec)/c;......................................................................(10)
dimana : I = Intensity
c = acoustic impedance
P(rec) adalah pressure yang diterima oleh receiverdari echosounder Johannesson dan
Mitson (1983) yang secara matematis dapat didefenisikan sebagai berikut :
29

dimana : s = bentuk gelombang dari sinyal echo


G = Cumulative gain
B2 = Transmit dari receive beam pattern
= Scattering cross section
Backscattering cross section(bs) sama dengan ( ) , ) untuk = - dan
= 0 (MacLennan and Simmonds, 2005) yakni parameter yang ditunjukkan pada bentukbentuk fisik merupakan perbandingan intensitas suara yang dipantulkan oleh target (Ir)
dengan intensitas suara yang mengenai target (Ii).

dimana : (bs) = Backscattering cross section


Ir = reflected intensity; r = 1 m
Ii = Incident intensity
sehingga persamaan (2) menjadi :
TSi= 10 log (bs) (13)
Metode hidroakustik mendefinisikan konsep gain (G) sebagai rasio intensitas
suara pada suatu titik kejauhan di dalam air saat menggunakan transducerdan input
poweryang konstan pada omni directional transducer. Hubungan lain dengan direktifitas
transducer(D) adalah :
G(,) = . D (,) ..(14)
Property echo dari target disebut sebagai acoustic backscattering cross
section yaitu :

30

Secara umum property echo lebih sering disebut backscattering strength daripada
backscattering area. Persamaan yang menyatakan backscattering strength adalah :

Persamaan (10) dalam bentuk logaritma dapat dinyatakan sebagai berikut :

dimana : Pr = Power dari echo yang diterima


Pt = power yang dipancarkan ke dalam air
G = gainterhadap target
r = jarak antara transducerdengan target
= konstanta atenuasi suara
= area backscattering cross section
4.4 Volume Backsccatering Strength (SV)
Pengertian volume backscatering strength mirip dengan target strength, dimana
target

strengthadalah

refleksi

ikan

tunggal

sedangkan

volume

backscatering

strengthuntuk kelompok ikan. Volume backscatering strength (SV) adalah ratio antara
intensitas yang direfleksikan oleh suatu kelompok single targetyang berada pada suatu
volume air tertentu (1m3) dan diukur pada jarak 1 meter dari target dengan intensitas
suara yang mengenai target. Volume reverberasi digunakan untuk mendapatkan volume
backscatering strengthdari kelompok ikan. Total intensitas suara yang dipantulkan oleh
multiple targetadalah jumlah dari intensitas suara yang dipantulkan oleh masing-masing
target tunggal :

31

dimana : n= jumlah target


Jika n memiliki sifat-sifat akustik yang sama, maka:

dimana : Ir = intensitas rataan yang direfleksikan oleh targettunggal.

Sehingga acoustic cross section rataan tiap target adalah :

Nilai juga dapat dicari dengan menggunakan persamaan :

Persamaan (22) dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu :

32

4.5 Pengukuran SV dengan split beam scientific echosounder


Perhitungan densitas ikan dilakukan dengan mengintegrasi echo yang berasal dari
kelompok-kelompok ikan yang terdeteksi. Kelompok ikan tersebut dianggap
membentuk suatu lapisan perairan dengan tebal perairan yang sesuai dengan ketebalan
kelompok ikan. Lapisan ini merupakan bidang-bidang datar dan pengintegrasian
dilakukan untuk bidang datar berlapis-lapis dan berurut-turut hingga seluruh volume
perairan yang dibentuk kelompok ikan terintegrasi secara menyeluruh (Simrad, 1993a).
SV yang berasal dari lapisan perairan dapat dihitung dengan:

33

Untuk memperoleh Volume backscattering crosss section (Sv) dari area backscattering

4.6 Perangkat pengambilan dan pengolahan data lapangan


Adapun perangkat pengambilan dan pengolahan data lapangan, antaralain:
1. Perangkat akustik berupa:
Split Beam Scientific EchosounderSIMRAD EK-60

Gambar 12. Display dan Transduser SIMRAD EK-60

Split Beam Transducer (120 kHz)


Personal Computer (PC)
Dongle( hard key)
Eksternal Hard Disk-USB
34

Gambar 13. Dongle


2. GPS (Global Positioning System) untuk penentu posisi kapal
3. Peralatan Oseanografi berupa Curent meter Valeport seri 108/308 yang
dilengkapi dengan CTD
4. Perangkat lunak analisis data

Sonar Data Echoview 4.0


Microsoft Office Excell
Surfer versi 8.0
Ocean Data View

4.7
Metode perolehan data
4.7.1 Desain survei
Desain survei yang digunakan dalam penelitian ini adalah systematic parallel
transectyang menggambarkan trek survei akustik dan posisi stasiun oseanografi
Pemilihan bentuk systematic parallel transectini diharapkan dapat memperoleh data
yang cukup banyak dan mewakili seluruh perairan yang disurvei.
4.7.2 Data akustik
Pengambilan data akustik diperoleh dengan menggunakan scientific
echosounder SIMRAD EK60. Data akustik yang diperoleh dari lapangan dalam
bentuk data gram (DG), diagram alir perekam data akustik disajikan pada.
Penelitian dilaksanakan di pesisir Utara Jawa Tengah dengan bentuk jalur survei
adalah systematic triangular transect. Data akustik diambil secara terus menerus
selama pelayaran.

35

Gambar 14. Diagram alir pengambilan dan perekaman data akustik

4.8 Metode pemrosesan dan analisis data


Pengambilan data akustik dilakukan dalam 16 hari. Data yang didapat dari survei
akustik berupa data dalam bentuk RAW, BOT dan IDX file yang selanjutnya akan
diolahmenggunakan software echoview 4.0. (sonar data pty ltd). Koreksi noise
dilakukan 10 m dari permukaan perairan dan 10 m dari dasar perairan hal ini dilakukan
agar nilai yang termasuk noise tidak masuk kedalam perhitungan dan analisis. Analisis
data akustik dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Data echogram yang diperoleh menunjukkan nilai target strength(TS) yang
terdeteksi dalam nilai selang TS, dimana keluarannya berupa TS mean, TS
maksimum dan TS minimum.
2. Selain nilai TS di atas, nilai volume backscattering strengthjuga diperoleh berupa
Sv mean:
a. Sv_mean (single beam data)
Penghitungan ini digunakan untuk menghitung Sv meandari data multi beam.

36

b. Sv mean (target-locked data)


Perhitungan ini digunakan untuk menghitung Sv meanyang hanya didapat dari
pembacaan data dari target. Diamana penghitungan Sv mean (target-locked data)
dirumuskan :

3.

Selanjutnya dengan bantuan microsoft excel, nilai TS rata-rata dan Sv rata-rata


yang didapat ditabulasikan baik secara vertikal danhorizontal.
37

4.

Data yang telah ditabulasikan kemudian diplot dengan menggunakan bantuan


sofware dan microsoft exceluntuk membentuk grafik distribusi vertikal dan

5.

horizontal TS dan Sv.


Untuk mendapatkan nilai densitas ikan dalam satuan ikan/1000m maka

digunakan rumus :

Adapun proses pengolahan data akustik disajikan dalam Gambar :

Gambar 15. Diagram pengolahan data akustik


4.9 File data BI500
File data B1500 echosounder yang telah diolah menjadi format yang digunakan oleh
perangkat lunak Simrad BI500. File tidak memiliki ekstensi, namun dapat diakui oleh
akhiran mereka. Ada yang sampai lima file untuk setiap dataset, dua di antaranya harus
hadir dalam folder yang sama agar dapat digunakan oleh echoview (mereka -ping dan
38

-data, sisanya adalah opsional). Setiap set file berisi data yang dikumpulkan selama tepat
lima mil laut.
Catatan:
File-file ini menyimpan nilai numerik internal dalam format big-endian, yang
berbeda dengan format little-endian digunakan native oleh prosesor Intel. Echoview
membuat terjemahan yang tepat sesuai kebutuhan. File BI500 menggunakan konvensi
penamaan seperti berikut:
N090-S001-S1997001-F037879-T01-D19970208-T043746-Ping

Di mana komponen adalah:

Kode negara (nnnn)


Kode kapal (Snnn)
Kode survei (Snnnnnnn)
Frekuensi transceiver (Fnnnnnn)
Jumlah transceiver (TNN)
Tanggal (Dyyyymmdd)
Waktu (Thhmmss)
Jenis file (ping, vlog, data, informasi atau bekerja)

Echoview membutuhkan format ini harus diikuti untuk jumlah transceiver, tanggal
dan waktu bagian dari nama file. Echoview ekstrak informasi berikut dari setiap file:

Nilai
Deskripsi
Ping semua ping data, termasuk start dan berhenti jangkauan dan sampel count dan
posisi GPS tapi tidak termasuk nilai-nilai Sv, deteksi target tunggal atau informasi log
kapal
Data nilai Sv dan pendeteksian target tunggal
info tidak digunakan oleh Echoview
vlog
Log kapal
Bekerja

Line dan wilayah definisi, Informasi ini dibaca hanya sekali, ketika informasi dalam
BI500 file-bekerja diimpor ke echoview, setelah garis dan daerah definisi disimpan
dalam EV berkas. Perubahan selanjutnya ke file-bekerja tidak akan berpengaruh.
Gunakan menu File> Impor.

Snap
39

Echoview tidak membaca file -snap tetapi mereka dari format yang sama seperti file
bekerja. Jika berganti nama menjadi -Kerja, Echoview akan mengekstrak baris dan
daerah definisi dari file.
4.10 Data EY500, dan data EK500 dengan perangkat lunak Simrad EP500
Internal format ini terdiri dari telegram biner yang dihasilkan oleh echosounder.
Setiap telegram didahului oleh sejumlah empat byte disimpan dalam format littleendian. Jumlah ini berisi panjang dalam byte dari telegram berikut. File-file ini diberi
nama dalam format: mmddhhnn.DGy, di mana "mm" adalah bulan, "dd" s hari, "jj"
adalah jam, "nn" adalah menit dan "y" adalah digit terakhir dari tahun .

Ini konvensi penamaan file memiliki sejumlah keterbatasan:

Jika file tidak berisi "LL" atau "VL" Jenis telegram kemudian echoview tidak bisa
positif menentukan tahun penebangan. Echoview akan mencoba untuk menentukan
tahun dengan menambahkan 199 ke angka terakhir (n) dalam nama file, misalnya
11211256.DG3 akan diasumsikan telah login pada tahun 1993, tetapi mungkin telah
login pada tahun 2003.
Echoview tidak akan dapat benar memesan file dalam fileset yang memperpanjang
atas batas dekade, misalnya antara 31 Desember 1999 dan 1 Januari 2000.

Mengatasi masalah ini dapat mengubah nama file menggunakan format berikut:
"mmddhhnn.yyyy.DGY", di mana "mm" adalah bulan, "dd" s hari, "hh" adalah jam,
"nn" adalah menit , "yyyy" adalah tahun, dan "Y" adalah digit terakhir tahun ini.
Echoview akan membaca "yyyy" dan benar menentukan tahun logging.
Perangkat lunak EP500 juga dapat menghasilkan file dengan ekstensi .DTn, yang
berisi dikompresi dan pengambangan data yang sesuai untuk file .DGn. File DTN
menggunakan Simrad format proprietary dan mereka tidak dapat dibaca oleh Echoview.
Catatan:
Pada saat ini echoview tidak langsung mendukung file data yang telah dibuat
dengan transduser multiplexing, namun utilitas untuk menerjemahkan file tersebut ke
dalam format yang dapat mendukung echoview tersedia berdasarkan permintaan dari
dukungan echoview. Saat ini program utilitas ini mendukung file yang berisi hingga
empat transduser multiplexing.
4.11 EX500 dan Ex60 Data dengan Echolog 500
File-file ini berisi data yang EK500 telegram keluaran oleh Ex60 atau EX500 pada
port Ethernet. Telegram EK500 umumnya terkandung dalam satu paket Ethernet, tetapi
beberapa telegram (misalnya telegram sampel) dapat dibagi atas sejumlah paket
Ethernet. File .ek5 berisi paket Ethernet biner sebagai output dengan echosounder
40

Simrad. Setiap paket didahului oleh nomor dua-byte disimpan dalam format littleendian. Jumlah ini berisi panjang dalam byte dari telegram berikut.
EK500 panduan berisi rincian lengkap tentang format telegram EK500 Ethernet
dan harus berkonsultasi untuk menafsirkan paket Ethernet direkam dalam file .ek5. Filefile tersebut bernama menggunakan konvensi berikut:

"CcyyMMdd-hhmmss.EK5", di mana "ccyy" adalah tahun ini, "MM" adalah bulan,


"dd" adalah hari, "jj" adalah jam, "mm" adalah menit dan "ss" adalah detik . File yang
dihasilkan oleh versi terbaru dari Echolog 500 menggunakan penamaan file ini
konvensi.

Versi awal Echolog 500 (Echolog EK) digunakan file lain konvensi penamaan:

"CcyyMMdd-nnnn.EK5", di mana "ccyy" adalah tahun ini, "MM" adalah bulan,


"DD" adalah hari, dan "nnnn" adalah nomor seri yang unik dari "0000" untuk "9999".
Konvensi ini didukung oleh semua versi Echoview.

Echoview juga akan mendukung format nama file ketiga:

"Yymmddnn.EK5, di mana" yy "adalah dua digit terakhir tahun ini," mm "adalah


bulan," dd "adalah hari dan" nn "adalah nomor seri dari" 00 "sampai" 99 ". Dalam hal
ini kasus "yy" nilai-nilai 60-99 diasumsikan mewakili tahun 1960-1999 dan nilai-nilai
00-59 diasumsikan mewakili tahun dari tahun 2000 sampai 2059. Jika konvensi ini
digunakan maka Echoview tidak akan benar menangani dataset yang memperpanjang
abad batas antara 31 Desember 1999 dan 1 Januari 2000. penggunaan format nama
file ini tidak dianjurkan.

Tayangan langsung EK500 telegram didukung menggunakan Echolog 500.


Catatan:
Jika Anda login telegram B menggunakan software ER60 Anda harus menyadari
bahwa posisi sudut disimpan dengan presisi yang lebih rendah di telegram B (64
langkah) dari dalam file Ex60 .raw (128 langkah). Selanjutnya, ER60 versi 2.0.0
mengkodekan telegram B tidak benar (ini adalah bug diketahui bahwa Simrad rencana
untuk memperbaiki dengan rilis baru dari perangkat lunak ER60, silahkan hubungi
Simrad untuk informasi lebih lanjut). Myriax sangat menganjurkan Anda tidak masuk
telegram B dari echosounder Ex60, dan menggunakan format .raw gantinya. Pada saat
ini Echoview tidak langsung mendukung file data yang telah dibuat dengan transduser
multiplexing pada seri EX500 echosounder, namun utilitas untuk menerjemahkan file
tersebut ke dalam format yang dapat mendukung Echoview tersedia berdasarkan
permintaan dari dukungan Echoview. Saat ini program utilitas ini mendukung file yang
berisi hingga empat transduser multiplexing.
4.12 Data EK500 dengan DFO / NHP / DAT CH1

41

Format ini didefinisikan oleh Y. Simard et al tahun 1997, di Deskripsi format


standar HAC untuk data hidroakustik mentah dan diedit, versi 1.0, Laporan Teknis
Kanada Perikanan dan Perairan Ilmu 2174. Internal file terdiri dari urutan tuple.
Sementara jenis tuple didefinisikan untuk kedua EK500 (v5.3) dan BioSonics 102
Echosounder, hanya mantan didukung pada tahap ini.
Pembatasan yang harus diperhatikan :

File harus dalam format little-endian.


Hanya u32 yang mengetik ping tupel yang didukung.
Kalibrasi EK500 dalam Echoview tidak didukung.
File harus dinamai sedemikian rupa, sebagai pemilahan abjad dari nama file akan
mengurutkan mereka ke dalam urutan tanggal / waktu.

4.13 SIMRAD EX 60 (file data mentah)


File raw berisi data tenaga ditulis langsung oleh Ex60. Echoview mendukung
hingga 9 transduser dalam file-file data. Echoview juga mendukung heave, pitch and roll
data yang dibaca dari tuple RAW di file Ex60 raw.
File raw mengandung array nilai yang disebut "Sa koreksi", satu untuk setiap
panjang pulsa yang tersedia. Nilai ini merupakan koreksi yang diperlukan untuk
konstanta Sv untuk menyelaraskan TS dan pengukuran NASC. Sa koreksi ditentukan
selama kalibrasi echosounder dan dapat diatur dalam Echoview di halaman Kalibrasi
kotak dialog Properties Variabel.
Raw file yang ditulis oleh echosounder split-beam juga akan berisi data posisi
sudut. Data sudut dalam file .raw memiliki resolusi yang lebih tinggi (128 langkah) dari
informasi sudut di telegram B login .dg dan file data .ek5 (64 langkah).
Raw file juga mengandung kalimat NMEA, yang Echoview mendukung subset berikut:

$ ECGxx, $ GPGxx dan $ INGxx kalimat yang mengandung perbaikan GPS


$ SDVLW kapal yang berisi data log
$ GPVTG dan $ INHDT berisi data pos
$ PSIMP data sensor yang mengandung kedalaman
$ IIDBS berisi data sensor kedalaman
$ GPGGA berisi data ketinggian

Echoview berasal variabel posisi GPS individu untuk setiap kalimat GPS NMEA.
Sebuah variabel (gabungan) posisi GPS juga berasal dan berisi data dari semua kalimat
NMEA GPS.
Catatan:
Data sensor kedalaman dapat dibaca dari bidang Heave dari catatan ping.
Echoview akan memberikan data sensor kedalaman sebagai variabel garis baku yang
42

dapat ditampilkan pada echogram tersebut. Garis bawah Sounder-terdeteksi mungkin


berisi informasi angkat. Untuk menghapus heave dari garis sounder-terdeteksi
menggunakan operator baris Aritmatika untuk mengurangi angkat (sebagai garis) dari
garis bawah sounder-terdeteksi. Hal ini berguna ketika Anda menggunakan sumber
Heave untuk memperhitungkan gerakan platform yang. Sebuah variabel data kedalaman
lini GPGGA merupakan data yang ketinggian dari antena GPS. Kedalaman positif
adalah ke bawah. Untuk mengkonversi nilai kedalaman ketinggian, di mana ketinggian
positif adalah ke atas, membuat garis maya dengan Linear diimbangi operator dan
mengatur Multiply mendalam oleh ke -1. Teknik ini juga dapat berguna untuk jalur
sumber Heave.
File Ex60 .raw menggunakan konvensi penamaan seperti berikut:
L004-D19970208-T043746-EK60.raw
Di mana komponen adalah:
Identifier garis survei adalah string mengidentifikasi garis survei sering mengambil
bentuk "Lnnnn" tapi bentuk lain yang diterima.

tanggal (Dyyyymmdd)
waktu (Thhmmss)

Pengidentifikasi peralatan opsional. Ini adalah string dari 4 karakter, biasanya "EK60".
Out dan bot file berisi informasi bawah sounder-terdeteksi. Versi awal dari
perangkat lunak penebangan menulis out file sementara versi menulis file .bot. Anda
tidak menambahkan out dan bot untuk fileset secara manual. Sebaliknya, echoview akan
mencari file dalam folder yang sama dengan file .raw dan jika menemukan apapun yang
berbagi identifier garis survei yang sama akan menggunakan ini. Untuk setiap telegram
RAW di file raw, echoview akan mencoba untuk menemukan DEP cocok atau BOT
telegram di .out atau .bot berkas (yaitu, berbagi cap waktu yang sama). Jika menemukan
satu, kedalaman tercatat dalam DEP atau BOT telegram yang ditafsirkan sebagai
jangkauan dan disimpan sebagai sounder-terdeteksi kisaran bawah untuk ping itu (yaitu,
sebuah titik pada sounder yang terdeteksi Intinya). Echoview EV dan EVI file
mendaftarkan informasi garis sounder-terdeteksi. Dalam sesi echoview berikutnya,
echoview dapat mendeteksi jika .out dan .bot file yang hilang dan akan memperbarui file
EVI. Ketika out dan bot file tidak ada atau hilang anda dapat memilih garis bawah.

File .out tidak ditambahkan ke Echoview filesets. Echoview membaca secara


otomatis bila tersedia. Lihat catatan atas untuk rincian.
File .idx tidak digunakan oleh Echoview.
Live-tampilan .raw, .out dan .bot file didukung menggunakan Echolog 60.

Jika anda menggunakan echosounder Ex60 anda dianjurkan untuk menghubungi


dukungan echoview tentang persyaratan pengolahan data mentah anda.
Catatan:
43

Echoview membaca dan menggunakan data Ex60 sampai ke titik kedua dari
belakang di mana data yang pertama ditemui. File data ditandai dengan ikon di jendela
filesets dan pesan dikirim ke kotak dialog pesan. Bentuk lain dari korupsi data (ukuran
telegram salah, nol ke akhir file) yang sama ditandai sebagai Echoview scan file mencari
data yang valid dapat membaca dan tampilan.
Variabel multiplexing
Nasional Kelautan dan Perikanan Service telah digunakan (tampaknya) bidang
lain yang tidak terpakai dalam format file .raw untuk menyimpan nomor saluran dalam
upaya untuk mendukung lebih transduser dalam format satu file daripada yang lain
mungkin.

Untuk mengarahkan echoview untuk menafsirkan data tersebut:

Sebelum file data ditambahkan ke fileset sebuah pilih Menafsirkan Ex60 saluran
multiplexing di halaman EV File EV Berkas kotak dialog Properties.
Menambahkan file, berisi data multiplexing, untuk fileset tersebut.
Jika echoview mendeteksi saluran nilai yang diharapkan encoding (sebagaimana
ditentukan oleh Nation Kelautan dan Perikanan Layanan) di lapangan seperti ketika
anda menambahkan file data, anda akan ditanya apakah anda ingin menafsirkan file
seperti data multiplexing. Jika ya, maka "(saluran c)" - di mana c adalah jumlah
saluran - akan ditambahkan ke standar nama variabel, misalnya "Sv ping baku T1
(channel 1)" dan bahwa EV file tertentu setelah akan secara otomatis membaca file
data tersebut dengan cara yang sama. Jika tidak ada, maka echoview akan
mengabaikan ini pengkodean saluran tertentu untuk semua file Ex60 .raw
ditambahkan ke EV file ini setelahnya. Anda tidak dapat mengubah pengaturan ini
dalam sebuah file EV setelah dipilih.

Untuk melihat status opsi interpretasi multipleks dalam file EV:

Menampilkan jendela filesets


Jika Anda melihat variabel dengan "(saluran c)" pada akhir nama mereka, maka EV
file ini memiliki multipleks pilihan interpretasi set.
Anda juga dapat melihat status opsi ini di halaman File kotak dialog Informasi untuk
setiap Sv, TS atau sudut variabel posisi.
Pengaturan ini diterapkan ketika EV file digunakan sebagai template EV berkas.
Hubungi dukungan Echoview untuk informasi lebih lanjut pada saluran multiplexing
dalam file .raw.

Catatan:
Echoview mendukung 32 transduser dan 128 saluran untuk Simrad Ex60 Data
multiplexing.
4.14 Telegram EK500 dengan perangkat lunak Simrad ER60
44

Internal format ini terdiri dari telegram keluaran biner oleh echosounder Simrad
Ex60 pada port ethernet dan ditulis ke disk dengan software ER60 logging Simrad ini.
Setiap telegram didahului oleh sejumlah empat byte disimpan dalam format littleendian. Jumlah ini berisi panjang dalam byte dari telegram berikut.

File-file ini diberi nama dalam format: "Dyyyymmdd-Thhmmss.DG", di mana


"yyyy" adalah tahun ini, "mm" adalah bulan, "dd" adalah hari, "jj" adalah jam, "mm"
adalah menit, "ss" adalah kedua di mana penebangan dimulai.

Jika anda login telegram B menggunakan software ER60 anda harus menyadari
bahwa posisi sudut disimpan dengan presisi yang lebih rendah di telegram B (64
langkah) dari dalam file Ex60 .raw (128 langkah). Selanjutnya, ER60 versi 2.0.0
mengkodekan telegram B tidak benar (ini adalah bug diketahui bahwa Simrad
rencana untuk memperbaiki dengan rilis baru dari perangkat lunak ER60, silahkan
hubungi Simrad untuk informasi lebih lanjut). Myriax sangat menganjurkan Anda
tidak masuk telegram B dari echosounder Ex60, dan menggunakan format .raw
gantinya.

4.15 SM2000 FR
File-file ini berisi data multibeam echosounder login dari SM2000 FR. Baku, data
unbeamformed (.raw / 001/002) dan beamformed file data (.bfm / 001/002 atau BMF /
001/002) terwakili di Echoview sebagai tayangan ulang multibeam echogram. Ketika
log data mentah, yang SM2000 FR meletakkan file X.raw (di mana X adalah nama file
dan .raw adalah ekstensi). Ketika ukuran file maksimum tercapai itu terus masuk ke file
X.001 dan kemudian X.002 dan seterusnya membuka file baru setiap kali file saat ini
telah mencapai batas ukuran file maksimum. Ketika log data yang beamformed, yang
SM2000 FR menetapkan X.bfm atau X.bmf file, terus urutan dengan X.001, X.002 dan
sebagainya seperti dengan data mentah logging. Nama file X unik untuk masing-masing
berjalan logging dan biasanya berbeda dengan yang digunakan jika penebangan data
mentah secara bersamaan. Dengan demikian .001, .002 ... urutan file dapat dikaitkan
melalui nama file dengan .raw asli mereka atau .bfm / berkas BMF.
Echoview biasanya macam file data alfanumerik saat menambahkan mereka untuk
fileset a. Karena urutan nama file SM2000 FR tidak menghasilkan urutan kronologis
ketika diurutkan secara alfanumerik, Echoview akan mengasosiasikan .raw dan .bfm /
BMF file dengan file urut berikutnya mereka saat menambahkan file ke fileset a.
Catatan:
Tambahkan kotak dialog Data File akan menampilkan daftar file diurutkan
secara default alfanumerik. Akibatnya, pada daftar besar file, file mentah dan .bfm /
BMF mungkin muncul di bawah terkait .001 / .002 / ... file. Hal ini dimungkinkan untuk
mengurutkan daftar ini berdasarkan tanggal (klik View tombol menu kemudian pilih
Detail dan klik Date Modified kolom header di daftar yang dihasilkan) yang harus
mengurutkan file-file ini dalam urutan koleksi mereka.
45

File-file data yang berisi diterima pengukuran kekuatan sinyal diwakili oleh
amplitudo dan kuadratur komponen yang dibuat tersedia sebagai multibeam besar dan
variabel fase multibeam masing-masing di Echoview. Yang mendasari format ekspor
data dalam fase sampel, sampel quadrature, di fase sampel, sampel quadrature, dll. Jika
data yang roll tercatat dalam data file Echoview akan memberikan variabel roll. Livemelihat file ini didukung dengan menggunakan Echolog SM.

Catatan:
File data mentah yang berisi beberapa ping dengan waktu direkam sama diproses
sehingga setiap (co-insiden) ping berturut-turut telah 1ms ditambahkan ke waktu secara
majemuk.
4.16

SM2000 FR login dengan Echolog SM

File .sm2000 adalah file data SM2000 terkompresi (.raw, .bfm, .bmf, .nnn) file.
Mereka ditulis oleh Echolog SM selama tayangan langsung jika opsi Enabled dipilih
pada kotak dialog Echolog SM Pengaturan. Format nama file adalah: X.ext.sm2000, di
mana "X" adalah nama dari SM2000 data file yang login, "Ext" adalah ekstensi file asli
dari SM2000 FR data file, dan ".sm2000" adalah mengajukan perpanjangan, misalnya
02J03003.raw.sm2000.
4.17

ME70

Dukungan untuk ME70 dalam keadaan terus pembangunan. Niat jangka panjang
kami untuk dukungan ME70 adalah untuk mendasarkan generasi berikutnya sonar
visualisasi data dan alat analisis pada kemampuan unik fleksibel ME70 tersebut.
Visualisasi dan analisis mesin yang dapat menangani posisi sampel benar-benar fleksibel
akan memiliki manfaat besar di semua cabang akustik perikanan. Kami terus
memperbaiki program pengembangan masa depan kita untuk ME70 sebagai lebih detail
dan data menjadi tersedia. Dalam perencanaan perkembangan ini kami berkomitmen
untuk mendasarkan rencana kami pada kebutuhan dan keinginan dasar ME70 pengguna
masa depan. Melalui konsultasi dengan produsen dan pengguna potensial, kami berharap
untuk terus membangun dukungan untuk ME70 dan selanjutnya memperbaiki rencana
masa depan kita. The Simrad ME70 multibeam echosounder menghasilkan balok yang
dapat dikonfigurasi secara individual untuk menunjuk ke segala arah dalam fan planar.
format file ME70 .raw secara fungsional mirip dengan format Ex60 .raw dengan
masing-masing balok diidentifikasi oleh saluran transduser independen. Echoview
mewakili setiap balok ME70 sebagai variabel balok tunggal dalam cara yang sama
seperti saluran pada seri Ex60 dari Echosounder. ME70 variabel balok tunggal memiliki
46

Kecil Axis mengarahkan sudut dan Mayor Axis mengarahkan sudut berdasarkan ME70
Alongship dan Athwartship balok kemudi sudut dari data file. Sinar variabel tunggal
sampel kedalaman dihitung sehubungan dengan sudut balok kemudi. Sebuah variabel
multibeam berasal yang mewakili semua balok dari masing-masing saluran transduser
dalam fan planar, atau melihat petak. Setiap berkas kipas berasal dari Sv variabel balok
tunggal setara. Saat ini, balok tumpang tindih tidak didukung. Data yang berisi balok
tumpang tindih tidak akan menghasilkan variabel multibeam berasal. Dukungan untuk
balok arah termasuk athwartship koordinasi (atau lapangan Diry) yang didefinisikan di
Echoview sebagai sudut balok. Beam penomoran dimulai dari balok paling kiri di plot
sektor dan sudut balok dirujuk ke poros tengah dari transduser. Dukungan untuk arah
balok dalam arah alongship (bidang DirX) direncanakan untuk pembangunan masa
depan. Dimana data posisi sudut tersedia, sebuah ping posisi balok membentuk variabel
sudut berasal dengan cara yang sama dengan proses untuk Sv balok tunggal untuk SV
variabel multibeam. Geometri balok dari sudut ping posisi balok membentuk variabel
cocok dengan yang multibeam variabel Sv. Sv dan TS nilai dihitung dari data kekuasaan
mentah menggunakan algoritma Ex60. Echoview mendukung menuju keluaran data ($
INHDT) oleh instrumen Applanix POS MV.

4.18

Data SH80 (dat, .dtz)

Data Simrad SH80 catatan scanning sonar dalam file dengan ekstensi dat atau
.dzt (file yang dikompresi). File-file ini dapat berisi data GPS, menuju data dan akustik
di V-mode (istilah Simrad untuk ini adalah "slice Vertikal") atau H-mode (istilah Simrad
untuk ini adalah "Omni"). Ada 64 balok baik dalam modus ping. Data akustik dari filefile ini diwakili dalam Echoview sebagai echograms multibeam.
Fitur khusus instrumen adalah sebagai berikut:
H-mode data sampel dan data sampel V-mode dikelompokkan dalam telegram.
Sebuah kelompok didefinisikan sebagai semua sampel terjadi pada kisaran tertentu atas
semua balok. Jika Echoview menemukan bahwa data kelompok hilang sampel hilang
diberi nilai ada data.H-mode ping dapat memiliki bantalan yang tidak selaras dengan
sumbu kapal. Echoview menghitung Sv menggunakan besarnya Multibeam SV
algoritma, dimana TVG adalah 20 dan pengguna tertentu koefisien penyerapan seperti
yang ditentukan pada halaman Kalibrasi Properties Variabel kotak dialog.

47

V.

ESTIMASI KELIMPAHAN PLANKTON MENGGUNAKAN METODE


HIDROAKUSTIK

5.1 Kelimpahan plankton secara akustik


Pendeteksian kelimpahan plankton menggunakan metode hidroakustik dapat dilihat
dari nilai Sv plankton itu sendiri. Volume Backscattering Strength (Sv) merupakan rasio
antara intensitas yang direfleksikan oleh suatu group single target dimana target berada
pada suatu volume air. Nilai Sv merupakan suatu indikator yang berbanding lurus
dengan densitas sehingga nilai Sv saja mampu mewakili data akustik dalam memberikan
informasi kelimpahan plankton. Nilai Sv yang tinggi mengindikasikan kelimpahan
plankton yang tinggi pula pada suatu perairan. Pengukuran densitas plankton atau larva
dapat didasarkan pada nilai Sv, karena nilai Sv merupakan fungsi dari populasi densitas
dan target strength (TS) yang dapat diformulasikan (Xie dan Jones, 2009).
Penelitian mengenai plankton yang menggunakan metode hidroakustik pada
umumnya menggunakan sistem split beam. Sistem akustik split beam adalah sebuah
transduser yang dibagi kedalam empat kuadran yakni fore (bagian depan), aft (buritan
kapal), port (sisi kiri kapal) dan starboard (sisi kanan kapal).Transduser split beam ini
memiliki bim yang sangat tajam (10) (Simrad, 1993).
Penelitian mengenai

plankton dengan

menggunakan metode hidroakustik

menggunakan sistem split beam telah banyak dilakukan, seperti penelitian mengenai
pemanfaatan metode akustik untuk melihat hubungan antara plankton dan ikan pelagis
di perairan Arafura tahun 2006 (Vivian,2010). Pada penelitian tersebut mengukur dan
membandingkan densitas, TS dan Sv

ikan pelagis terhadap SV plankton secara


48

kuantitatif. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut yaitu terdapatnya hubungan antara
plankton dan ikan pelagis secara akustik di Perairan Arafura.
5.2 Plankton
5.2.1 Definisi Plankton
Kata plankton berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengembara (Wardhana,
2003). Plankton meliputi biota yang hidup terapung atau terhanyut di daerah pelagik.
Organisme ini biasanya relatif kecil atau mikroskopis.
Plankton pada umumnya organisme yang berukuran renik, hidup melayang
dalam air dengan kemampuan gerak yang lemah sehingga perpindahannya banyak
ditentukan oleh pergerakan air (Odum, 1971). plankton merupakan kumpulan organisme
baik hewan maupun tumbuhan yang berukuran mikroskopis dan hidup terapung atau
melayang-layang mengikuti arus. Plankton sepanjang hidupnya selalu bergantung dari
pergerakan massa air atau pola arus, namun demikian, terdapat pula jenis plankton yang
pergerakannya sangat kuat sehingga dapat melakukan migrasi harian. Plankton dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu fitoplankton (plankton tumbuhan
atau plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani). Fitoplankton merupakan
tumbuhan planktonik yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu
berfotosintesis karena memiliki klorofil (Nybakken, 1992).
Fitoplankton umumnya terdiri atas kelas Bacillariophyceae, Chlorophyceae,
Dinophyceae, dan Haptophyceae. Selain berklorofil, fitoplankton juga memiliki bahan
makanan cadangan yang umumnya berupa pati atau lemak, dinding sel yang tersusun
dari selulosa, serta bentuk flagel yang beragam.

49

Gambar 16. Fitoplankton (wardhana,2003)


Zooplankton adalah hewan kecil yang mengapung secara bebas pada kolom
perairan danau, sungai dan laut dimana distribusinya dipengaruhi oleh faktor utama
yakni arus dan percampuran massa air (Paterson, 2007). Zooplankton meliputi hewanhewan dari kelompok Protozoa, Coelenterata, Ctenophora, Chaetognatha, Annelida,
Arthropoda, Urochordata, Mollusca, dan beberapa larva hewan-hewan vertebrata. Secara
teoritis adanya konsentrasi fitoplankton yang besar di laut maka terdapat banyak
zooplankton sebagai konsumen primer bagi ikan pelagis kecil, udang-udangan dan
sebagainya (Wiadnyana, 1998).

Gambar 17. Zooplankton (Wardhana,2003)


5.2.2 Kelimpahan dan distribusi plankton
kelimpahan plankton di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan yang meliputi faktor fisika, kimia dan biologi. Faktor-faktor tersebut antara
lain adalah suhu, kekeruhan, kecerahan, pH, gas-gas terlarut, unsur hara dan adanya
interaksi dengan organisme lain. Faktor fisik dapat disebabkan oleh turbulensi atau
adveksi (pergerakan massa air yang besar) yang mengandung plankton didalamnya.
Angin dapat pula menyebabkan terkumpulnya plankton pada tempat tertentu
seperti daerah sepanjang pantai.

Faktor biologi terjadi apabila terdapat perbedaan

pertumbuhan antara laju pertumbuhan fitoplankton dan kecepatan difusi untuk menjauhi
kelompoknya,

zooplankton

yang

memangsa

fitoplankton

mempengaruhi

pengelompokkan fitoplankton. Sebagai akibat adanya proses fisik dan kimia di perairan
50

pantai, berkelompoknya plankton lebih sering dijumpai di perairan neritik terutama


perairan yang dipengaruhi oleh estuari dari pada perairan oseanik (Arinardi et al. 1997).
Produktivitas perairan pantai (neritik) ditentukan oleh beberapa faktor seperti
arus pasang surut, morfo-geografi setempat dan proses fisik dari lepas pantai. Adanya
pulau-pulau akan menyumbangkan produksi hayati yang lebih tinggi karena terjadinya
pengayaan yang disebabkan oleh turbulensi (pengadukan air), penaikan massa air di
selat antara dua pulau atau lebih dan aliran air sungai ke perairan pantai. Lingkungan
yang tidak menguntungkan bagi plankton dapat menyebabkan jumlah individunya
berkurang, sehingga keadaan ini akan mempengaruhi kesuburan perairan.
Di suatu perairan sering didapatkan adanya jumlah individu plankton yang
berlimpah pada suatu stasiun sedangkan pada stasiun lainnya di perairan yang sama
jumlah tersebut sangat sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi horizontal
plankton di suatu perairan tidakm merata. Perbedaan distribusi kelimpahan plankton
bukan saja terjadi secara horizontal tetapi juga secara vertikal (Arinardi et al. 1997). Di
perairan tropis terutama perairan Indonesia, penurunan dan peningkatan kelimpahan
plankton berlangsung sepanjang tahun. Penyebab perubahan ini belum dapat diketahui
dengan pasti, kelimpahan maksimum dan minimum ini juga tidak mencolok serta terjadi
beberapa kali secara bergantian sepanjang tahun (Arinardi et al. 1997).
5.3 Peralatan yang digunakan
Alat yang digunakan untuk pengolahan data diantaranya Personal Computer (PC)
dan Laptop, Microsoft Office 2007 yang digunakan untuk membuat dokumen
(mengolah data) serta menyimpan dokumen. Software Echoview 4.0 yang tersedia
untuk pengolahan data dari echosounders dan sonar.Microsoft Excel 2007 digunakan
untuk mentabulasi data serta memvisualisasikan data plankton dengan menggunakan
menu chart.

Software ArcGis 9.0 dan MatLab 2010 yang digunakan untuk

memvisualisasikan sebaran nilai SV. Bahan yang akan digunakan adalah data akustik
yang diterima dalam bentuk echogram dengan format *.dt4 serta data plankton-net
dalam bentuk microsoft excell dengan satuan sel/m3.
5.4 Pengolahan Data
Pengolahan data secara keseluruhan dapat diolah menggunakan softwareEchoview
4.0 dalam bentuk echogram, kemudian pada variabel properties dilakukan pengaturan
51

nilai Elementary Sampling Display Unit(ESDU) untuk pembatasan data, diantaranya


dilakukan pengaturan grid jumlah ping (300 ping) yang digunakan serta kedalaman (50
m) dan nilai threshold (-90 dB sampai -65 dB), selain itu dilakukan juga kalibrasi sesuai
dengan parameterparameter lingkungan pada saat perekaman data akustik. Parameter
tersebut diantaranya salinitas (32 ppt), suhu (30 O C), kedalaman (10 m), pH 8 serta
frekuensi (201 kHz) yang digunakan. Hasil kalkulasi dari parameter-parameter tersebut
digunakan untuk mengetahui kecepatan suara (1542,43 m/detik) dan koefisien absorpsi
(0,08472 dB/m) dari alat yang digunakan. Integrasi cell dilakukan dengan menggunakan
dongel kemudian diperoleh ekstrak data dalam format *.csv, data dalam bentuk *.csv
kemudian di konversi ke bentuk *.txt, selanjutnya data divisualisasikan dengan
menggunakan software ArcGis 9.0 dan MatLab 2010.
Penentuan nilai threshold yang digunakan pada penelitian ini dilakukan
berdasarkan metode progressive threshold. Progressive Threshold merupakan metode
yang digunakan untuk menapis/menyaring nilai hambur balik yang ditampilkan pada
echogram sehingga dapat diperoleh kisaran kanal hambur balik yang sesuai dengan jenis
target yang diinginkan. kisaran nilai threshold untuk objek yang berukuran kecil seperti
plankton dengan frekuensi alat yang digunakan sebesar 200 kHz adalah -83,9 dB sampai
-62,5 dB. Data kelimpahan plankton yang telah diolah diterima dalam bentuk microsoft
excell dengan satuan sel/m3, data tersebut diambil pada lapisan permukaan (< 1 m) yang
terdiri atas 24 stasiun yang titik pengambilannya bersamaan dengan titik pengambilan
data oseanografi pada saat survei dilakukan.

Gamba 18 merupakan diagram alir

pengolahan data akustik maupun data plankton-net.

52

Gambar 18. Diagram alir pengolahan data plankton

5.5 Analisis data


Kelimpahan plankton di lokasi penelitian dianalisis dengan melihat trend yang
terbentuk dari nilai Sv plankton dalam satuan decibel (dB) di hubungkan dengan
kedalaman, waktu dan membandingkan dengan kelimpahan yang diperoleh dari
plankton-net. Pengolahan data ini dilakukan dengan ArcGis 9.0, MatLab 2010 dan
Microsoft Excell.

53

VI. APLIKASI METODE AKUSTIK UNTUK MENGUKUR ARUS LAUT

6.1 Teknik Pengukuran


Teknologi yang dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi sedimen tersuspensi
yaitu mekanik (trap sampler, bottle sampler), optik (optical beam transmissometer,
optical backscatter), dan akustik (ADCP). Teknologi mekanik merupakan metode
pengukuran yang paling terandalkan. Kelemahan teknologi ini adalah kemampuan
pengambilan dan pengolahan data membutuhkan waktu yang lama. Pengukuran
dilakukan dengan mengambil contoh air yang mengandung sedimen. Instrumen yang
menggunakan teknologi akustik dan optik merupakan pengukuran konsentrasi
sedimen tersuspensi secara tak langsung. Penggunaan kedua metode ini harus
dikalibrasi dengan menggunakan teknologi mekanik untuk estimasi konsentrasi
sedimen tersuspensi. Teknologi akustik memiliki keunggulan dibanding teknologi
lainnya. Keunggulannya yaitu resolusi spasial serta temporal yang dihasilkan jauh
54

lebih baik dibanding teknologi lainnya dan penggunaannya tidak mengganggu


pergerakan air.
6.2 Prinsip Kerja Instrumen
ADCP mengukur kecepatan arus dengan memancarkan gelombang akustik.
Gelombang akustik tersebut bergerak di medium air. Kemudian ADCP merekam
frekuensi dan intensitas pantulan balik dari partikel-partikel pemantul (scatterers)
yang tersuspensi di dalam air. Partikel-partikel tersebut diasumsikan bergerak dengan
kecepatan yang sama dengan arus (RD Instruments, 1996). Pergerakan partikelpartikel mendekati atau menjauhi transduser ADCP menyebabkan perubahan
frekuensi. Perubahan frekuensi ini yang digunakan untuk menghitung kecepatan
partikel.
ADCP merekam data kecepatan dan intensitas pantulan balik setiap lapisan air
yang dinamakan bin. Sedangkan kolom pengukuran disebut ensemble. Ketebalan bin
d diatur oleh selang waktu t dan ukuran bin dapat diatur ADCP. (Gambar 2.3).
Satu ensemble terdiri atas rekaman satu atau rata-rata beberapa ping. Pada tugas
akhir ini, ketebalan bin dan ensemble yaitu 0,5 m dan 1 detik.

Gambar 19. Acoustic Doppler Current Profiler 600 kHz (Simpson, 2001)

55

Gambar 20. Perambatan gelombang akustik (dimodifikasi dari Simpson, 2001)

Gambar 21. Proses penggerbangan waktu (Poerbandono, 2006)

6.3 keterangan dalam data


Keunggulan yang dimiliki, ADCP juga memiliki keterbatasan (Gambar 2.4).
Keterbatasan disebabkan terutama sifat fisik gelombang akustik serta kemampuan
transduser dalam mengirim dan menerima gelombang. Gelombang akustik yang
ditembakkan dari transduser membentuk pancaran utama dan pancaran sisi.
Kedudukan transduser miring membentuk sudut sebesar 20 terhadap sumbu vertikal.
Pancaran sisi akan sampai di dasar perairan terlebih dahulu, sehingga bin terbawah
akan terjadi interferensi gelombang (Simpson, 2001).

56

Gambar 22. Keterbatasan ADCP (poerbandono 2006)


Saat awal pengukuran, letak bin harus direduksi terhadap muka air karena
kedudukan transduser berada di bawah muka air. Selain itu, setiap kali memancarkan
gelombang akustik, transduser membutuhkan waktu untuk menerima intensitas
akustik pada lapisan air yang terdekat (recovery time). Koreksi yang diberikan yaitu
transducer near field correction.
Nilai intensitas pantulan balik sebanding dengan konsentrasi material
pemantul. Oleh sebab itu, data intensitas pantulan balik merupakan informasi
kualitatif yang sangat berharga untuk estimasi konsentrasi sedimen tersuspensi. Saat
ini telah banyak dikembangkan persamaan / model untuk mengubah intensitas
pantulan balik menjadi konsentrasi absolut sedimen tersuspensi. Besaran absolut
konsentrasi sedimen tersuspensi dapat diperoleh jika pemodelan sifat perambatan
gelombang akustik dan sifat fisik sedimen tersuspensi diketahui.
Sifat perambatan gelombang akustik yang perlu dikenali adalah mekanisme
kehilangan intensitas akustik (transmission losses) karena sebaran geometrik
(geometrical spreading) dan pelemahan akustik (acoustic attenuation). Geometrical
spreading atau Beam Spreading (BS) disebabkan gelombang akustik

yang

dipancarkan dari sumber akan menyebar ke segala arah. Bidang sebaran gelombang
semakin membesar, sedangkan energi yang dipancarkan tetap. Besarnya nilai Beam
Spreading untuk 2 kali perambatan gelombang yaitu:

57

Gelombang akustik merambat pada medium air akan mengalami pelemahan


energi. Energi yang dipancarkan sebagian diubah menjadi panas. Oleh karena itu,
nilai intensitas pantulan balik juga harus dikoreksi karena adanya Absorpsi (A).
Persamaan Absorpsi untuk 2 kali perambatan gelombang akustik yang digunakan
yaitu:

nilai koefisien pelemahan energi yang digunakan pada saat pengukuran yaitu 0,139
dB/m. Model matematika yang digunakan untuk memperoleh intensitas pantulan
balik (EI), yaitu:
EI SL 2.TL TS .................................................(3)
dengan, SL = merupakan intensitas akustik pada saat dipancarkan oleh transducer
TL = merupakan mekanisme kehilangan intensitas akustik
TS = merupakan kekuatan target
Nilai kekuatan target (Target Strength) berkaitan sifat fisik, struktur internal
maupun eksternal objek, dan karakteristik sinyal yang dipancarkan. Untuk
memperoleh kekuatan target diperlukan analisis ukuran partikel (grain size analysis).
Analisis ukuran partikel dilakukan untuk mengetahui ukuran, bentuk serta jenis
partikel. Oleh karena itu, kekuatan target diabaikan.
EI SL 2.TL ....................................................(4)
EI SL BS A ..................................................(5)

58

6.4 Persamaan Empirik untuk Estimasi Konsentrasi Sedimen Tersuspensi


Data intensitas pantulan balik dalam dB merupakan nilai relatif konsentrasi
sedimen tersuspensi. Untuk memperoleh nilai absolut konsentrasi sedimen tersuspensi
dalam kg/m, maka harus dilakukan konversi dengan persamaan (pendekatan)
tertentu. Untuk memperoleh konsentrasi sedimen tersuspensi, persamaan

empirik

yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu Gartner (2002):


10 log(c) a.EI b ................................................(6)
Konstanta a dan b dari persamaan empirik Gartner (2002) diperoleh dengan
melakukan regresi linier. Kalibrasi dilakukan terhadap sampel sedimen tersuspensi
yang diperoleh di lapangan (direct sampling). Pengambilan sampel sedimen
tersuspensi menggunakan water sampler. Pada saat pengambilan sampel sedimen
tersuspensi, water sampler harus terletak pada kedalaman yang sama dengan
kedalaman bin yang diamati (Gambar 23).
Untuk merepresentasikan konsentrasi sedimen tersuspensi pada suatu kolom
pengukuran, maka digunakan konsentrasi rata-rata terbobot (Wall et al., 2006), yaitu:

59

Gambar 23. Proses kalibrasi menggunakan ADCP dan water sampler


(dimodifikasi dari Wall et al., 2006)

6.5 Teknik Evaluasi


Untuk uji kualitas hasil estimasi, konsentrasi sedimen tersuspensi yang
diperoleh dari persamaan empirik Gartner (2002) dibandingkan dengan sampel
konsentrasi sedimen tersuspensi. Hasil evaluasi dinyatakan dalam kesalahan rata-rata
absolut (kg/m), kesalahan rata-rata relatif (%), dan tingkat kesesuaian / discrepancy
factor. Kesalahan rata-rata absolut merupakan nilai rata-rata simpangan antara
konsentrasi sedimen tersuspensi hasil estimasi (cu ) tersuspensi hasil direct sampling
(ce)

Kesalahan rata-rata relatif dinyatakan dalam nilai rata-rata simpangan konsentrasi


sedimen tersuspensi hasil :

60

6.6 Estimasi Laju Angkutan dan Debit Sedimen Tersuspensi


Laju angkutan sedimen tersuspensi ( qZ ) menyatakan banyaknya massa sedimen
yang melewati suatu penampang setiap detik. Jika konsentrasi sedimen tersuspensi
dan kecepatan arus diketahui, maka laju angkutan sedimen dapat dihitung. Laju
angkutan sedimen tersuspensi di satu titik pengamatan ditentukan sebagai produk
(perkalian) antara konsentrasi sedimen tersuspensi dengan kecepatan arus di titik
tersebut.
qZ u(z).c(z) ........................................................(11)

Untuk laju angkutan rata-rata sedimen tersuspensi, yaitu:


qrata 2 crata 2 .u .......................................................(12)

1 n 1 1
u

h 2

ui ui 1 zi 1 zi .............................................(11)

i 1

dengan, h
z

merupakan kedalaman perairan


merupakan tinggi pengukuran

61

62

VII.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGRUHI KECEPATAN SUARA YANG


DIHASILKAN OLEH HYDROAKUSTIK

Gelombang suara dipancarkan melalui sebuah alat yang menghasilkan energi


suara pada kolom perairan ataupun dasar perairan, prinsipnya yaitu mengubah energi
elektrik menjadi energi mekanik. kecepatan suara yang berada di perairan mencapai
1500 m/s. Metode akustik merupakan proses-proses perambatan suara, karakteristik
suara (frekuensi, pulsa, intersitas), faktor lingkungan/medium, dan lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan suara di perairan laut, sebagai berikut:
1. Suhu, Pada prinsipnya semakin tinggi suhu suatu medium, maka semakin cepat
rambat bunyi dalam medium tersebut. Dikarena makin tinggi suhu, maka semakin
cepat getaran partikel-partikel dalam medium tersebut. Akibatnya, proses
perpindahan getaran makin cepat. Temperatur yang lebih panas atau lebih dingin
mempengaruhi kecepatan bunyi di udara.
2. Tekanan, setiap penambahan kedalaman maka tekanan akan semakin tinggi. Semakin
tinggi tekanan maka akan semakin tinggi cepat rambat bunyinya. Pengaruh tekan
akan lebih besar dari suhu dan salinitas pada lapisan Deep Layer. Hal tersebut karena
partikel-partikel zat yang bertekanan tinggi terkompresi sehingga cepat rambat yang
dihasilkan lebih besar. Pada kedalaman berdasarkan kecepatan suara dibagi dalam 3
zona, yaitu

Zona 1 (mix layer) : Kecepatan suara cenderung meningkat akibat faktor

perubahan tekanan mendominasi faktor perubahan suhu


Zona 2 (termochline) : Kecepatan suara menurun dan menjadi zona minimum
kecepatan suara akibat terjadinya perubahan suhu yang sangat drastis dan

mendominasi faktor perubahan tekanan.


Zona 3 (deep layer) : Kecepatan suara meningkat kembali akibat faktor

perubahan tekanan mendominasi kembali faktor perubahan suhu.


3. Salinitas, Kenaikan salinitas meningkatkan modulus axial (larutan menjadi kurang
kompres), sehingga tiap kenaikan salinitas akan meningkatkan cepat rambat bunyi.
Cepat rambat bunyi terhadap salinitas seharusnya berkurang seiring kenaikan
salinitas karena meningkatnya densitas.

63

4. Densitas, makin rapat medium umumnya semakin besar cepat rambat bunyi dalam
medium tersebut. Penyebabnya adalah makin rapat medium maka makin kuat gaya
kohesi antarpartikel. Akibatnya pengaruh suatu bagian medium kepada bagian yang
lain akan mengikuti getaran tersebut dengan segera sehingga perpindahan getaran
terjadi sangat cepat.
Kecepatan suara bergantung pada suhu, salinitas, tekanan, musim dan lokasinya.
Semakin jauh suara dari sumber suara, maka kegiatan echo akan mengalami
perubahan dan tergantung pada waktu tempuhnya. Kecepatan perambatan gelombang
suara ini sangat dipengaruhi oleh temperatur, salinitas dan kedalaman air laut, ada
juga persamaan yang menggambarkan dan membuktikan bahwa ada pengaruh, yaitu:
C = (1449.2 + 4.6T) (0.055 T2) + 0.00029T3 + (1.34 0.010T)(S-35) + 0.016z
Keterangan :
C = kecepatan suara [m/s]
T = suhu [oC]
Z = kedalaman [m]
S = salinitas [psu]
Kecepatan suara dalam perairan sangat di pengaruhi oleh faktor suhu, bila suhu naik
maka makin cepat pula rambat suaranya.
7.1

CONDUCTIVITY TEMPERATURE DEPTH (CTD)


CTD adalah alat yang digunakan dalam sampling oseanografi untuk mengukur

salinitas air laut, suhu serta kedalaman air laut pada tempat dan kedalaman yang
diinginkan. Alat ini terdiri dari 3 sensor utama, yaitu sensor tekanan untuk pengukuran
kedalaman, thermistor sebagai sensor suhu, dan sel induktif (conductivity) sebagai
sensor salinitas, juga dapat diberikan sensor tambahan seperti sensor klorofil, kekeruhan,
oksigen dsb. Umumnya ada 3 komponen utama dalam pengoperasian CTD yaitu : CTD,
perangkat komputer dengan software-nya, dan perangkat interface sebagai unit
penghubung antara CTD dan komputer.

64

Gambar 24. Conductivity Temperature Depth (CTD)


7.1.1

Prinsip Pengukuran CTD :


Pada Prinsipnya teknik pengukuran pada CTD ini adalah untuk mengarahkan

sinyal dan mendapatkan sinyal dari sensor yang menditeksi suatu besaran, kemudian
mendapatkan data dari metode multiplexer dan pengkodean (decode), kemudian
memecah data dengan metode enkoder untuk di transfer ke serial data stream dengan
dikirimkan ke kontrolunit via cabel.
CTD diturunkan ke kolom perairan dengan menggunakan winch disertai
seperangkat kabel elektrik secara perlahan hingga ke lapisan dekat dasar kemudian
ditarik kembali ke permukaan. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan,
sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut
(konduktivitas). Pengukuran tekanan pada CTD menggunakan strain gauge pressure
monitor atau quartz crystal.
Tekanan akan dicatat dalam desibar kemudian tekanan dikonversi menjadi
kedalaman dalam meter. Sensor temperatur yang terdapat pada CTD menggunakan
thermistor, termometer platinum atau kombinasi keduanya. Sel induktif yang terdapat
dalam CTD digunakan sebagai sensor salinitas. Pengukuran data tercatat dalam bentuk
data digital. Data tersebut tersimpan dalam CTD dan ditransfer ke komputer setelah
CTD diangkat dari perairan atau transfer data dapat dilakukan secara kontinu selama
perangkat perantara (interface) dari CTD ke komputer tersambung.
65

PENUTUP
Teknologi akustik bawah air (underwater acoustics) merupakan salah satu teknologi
canggih yang dapat menunjang kegiatan eksplorasi dan eksploitasi laut dengan
memberikan data yang rinci dan akurat. Dalam survey/penelitian akustik untuk
pendugaan kelimpahan/stock ikan, teknologi ini memberikan hasil yang lebih akurat
karena tidak tergantung kepada data statistik yang ada, data pendaratan ikan di
pelabuhan (fish landing data) dan tidak memerlukan enumartor yang terlalu banyak. Hal
lain yang menjadi pertimbangan penting bahwa teknologi ini dapat menyajikan data
yang relatif lebih cepat dan tidak merusak lingkungan wilayah penelitian.
Penggunaan metode akustik untuk mendeteksi kepadatan ikan diperairan di
gunakan sistem akustik BIM (Split beam acoustic system), SIMRAD EK60, BI500,
EY500 dan EK500 dengan perangkat lunak EP500, EX500 dan EX60, EK500 dengan
DFO/NHP/DAT CHI, SIMRAD EX60, telegram EK500 dengan perangkat lunak
SIMRAD ER60, SM2000 FR, ME70, SH80. Dalam mengetahui estimasi plankton
dengan akustik yaitu digunakan echoview 4,0 dengan echogram. Selain itu, metode
akustik juga dapat digunakan untuk mengetahui arus laut dengan menggunakan ACDP
(Acoustic Dopple Current Profiler). Kecepatan suara yang dihasilkan oleh objek untuk
dapat sampai ke transducer dan diteruskan kedata tentunya ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti suhu,salinitas,densitas dan sebagainya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan suara tersebut dapat diketahui dengan menggunakan CTD
(Conductivity Temperature Depth). Pada CTD ini terdapat sensor masih-masing untuk
dapat mengetahui suhu, salinitas dan densitas.

66

DAFTAR PUSTAKA

Arinardi OH., Sutomo AB., Yusuf SA., Triaminingsih, Asnaryanti E., Riyono SH. 1997.
Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan Kawasan
Timur Indonesia. LIPI. Jakarta. 140 h.
Gartner, J. W. 2002. Estimation of Suspended Solids Concentrations Based
onAcoustic Backscatter Intensity: Theoretical Background. Turbidity and
Other Sediment Surrogates Workshop.
Nybaken JW. 1992. Marine Biology: an Ecosystem Approach. The 2nd edition. Pearson
Inc.
Odum, EP. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sounders Company Ltd. Philadelphia
Poerbandono. 2006. Teknik dan Keterandalan Alat Ukur Arus Akustik
Berfrekuensi Tinggi serta Penggunaan Datanya untuk Estimasi Parameter
Dinamika Pesisir. Jurnal ITENAS No. 1 Vol. 10.
Paterson, M. 2007. Ecological Monitoring Assessment Network (EMAN) Protocols For
Measuring Biodiversity : Zooplankton In Fresh Waters. Departement of Fisheries
and Oceans. Freshwater Institute. Winnipeg, Manitoba.
RD Instruments. 1996. Acoustic Doppler Current Doppler Profiler, Principles of
Operation, A practical primer. San Diego.
SIMRAD. 1993. http://www.simrad.com [12 Agustus 2012]
Simpson, R. M. 2001. Discharge Measurement Using a Broad-Band Acoustic
Doppler Current Profiler. Open File Report 01-1. USGS. USA.
Vivian J. 2010. Pemanfaatan Metode Akustik untuk Melihat Hubungan antara Plankton
dan Ikan Pelagis di Perairan Arafura tahun 2006. Skripsi (Tidak dipublikasikan).
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Wiadnyana. N.N. 1998. Kesuburan dan Komunitas Plankton di Perairan Pesisir Dugul,
Irian Jaya. Balitbang Sumberdaya Laut, Puslitbang Oseanologi LIPI Guru-guru,
Poka. Ambon.
Wardhana, W. 2003. Penggolongan Plankton. Departemen Biologi FMIPA. Skripsi.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Wall, G. R., Nystrom, E.A., and Litten, S. 2006. Use of an ADCP to compute
SuspendedSediment Discharge in the Tidal Hudson River, New York.
Geological Survey Scientific Investigations Report 2006-5055, 16 p.
Xie. J dan Jones. I. S. F. 2009. A Sounding Scattering Layer in a Freshwater Reservoir.
Marine Study Center University of Sydney. Australia.

67

You might also like