You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era modern ini perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan
menyebabkan terjadinya berbagai pergeseran prilaku daen menimbulkan
fenomena penyakit yang mengalami pergeseran dan perubahan tidak
terkecuali penyakit flu Babi yang merupakan penyakit yang di timbulkan oleh
virus influenza tipe A yakni H1N1 dan merupakan strain Virus baru
Virus ini pertama kali menimbulkan kasus yang besar dan di temukan di
daerah Meksiko pada tahun 2009 kemudian menyebar dengan cepat di
seluruh dunia termasuk Inggris dan bahkan dilaporkan pada tahun 2007 virus
ini menyerang salah seorang masyarakat di pulau Luzon Filiphina, Asia
sebagai benua terbesar di dunia dan diisi oleh berbagai negara berkembang
tidak terlepas dari keganasan virus ini, benua Asia merupakan salah satu
wilayah yang terserang wabah flu babi pada tahun 2009. Data yang
dikumpulkan Badan Kesehatan Dunia, WHO, juga memperkirakan wabah
empat tahun lalu itu menewaskan 200.000 orang di seluruh dunia. Tidak
terkecuali di Indonesia.
Virus ini beresiko menyerang mereka pada risiko komplikasi yang hamil,
anak-anak dan orang tua serta orang-orang dengan kekebalan tertindas atau
dengan kondisi berpenyakit permanen seperti penyakit pernapasan kronis.
Melihat dari bahayanya dan penyebarannya yang cepat dikarenakan virus ini
tidak hanya menyebar dari hewan ke orang (zoonosis) tapi juga dari orang ke
orang serta frekuensi kasus kematian yang timbul dimana setiap 2 dari 10.000
penduduk meninggal akibat penyakit ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang terdapat
pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dari penyakit flu babi?
2. Bagaimana etiologi penyakit flu babi?
3. Apa tanda dan gejala penyakit flu babi?

4. Bagaimana klasifikasi penyakit flu babi?


5. Bagimana patologi penyakit flu babi?
6. Bagaimana WOC dari penyakit flu babi?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik penyakit flu babi?
8. Bagaimana penularan penyakit flu babi?
9. Bagaimana penatalkasanaa penyakit flu babi?
10. Bagaimana pencegahan penyakit flu babi?
11. Apa saja komplikasi dari penyakit flu babi?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi penyakit flu babi.
2. Untuk mengetahui etiologi penyakit flu babi.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit flu babi.
4. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit flu babi.
5. Untuk mengetahui patologi penyakit flu babi.
6. Untuk mengetahui WOC penyakit flu babi.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnositik penyakit flu babi.
8. Untuk mengetahui penularan penyakit flu babi.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit flu babi.
10.Untuk mengetahui pencegahan penyakit flu babi.
11. Untuk mengetahui komplikasi penyakit flu babi.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Flu babi adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan manusia
yang di sebabkan oleh virus influenza A. penyakit ini sering di sebut sebagai
flu baru H1N1 atau Flu meksiko di karenakan penyakit ini mulai memboming

dan menimbulkan gajala pandemik sejak tahun 2009 bersumber di daerah


Meksiko, penyakit ini kemudian menyerang dari manusia ke manusia yang
pada awalnya bersifat zoonosis.
Flu babi disebut pula swine flu, swine influenza, influenza A, H1N1, hog
fluataupun pig flu. Penyakit flu babi ini disebabkan oleh virus influenza yang
dikenal sebagai swine influenza virus (SIV), yang biasanya menyerang
binatang babi. Dan penyakit ini dengan sangat cepat menyebar ke dalam
kelompok ternak dalam waktu satu minggu. Virus ini banyak menginfeksi
babi di negara Amerika Serikat, Meksiko, Kanada, Amerika Selatan, Eropa,
Kenya, Cina, Taiwan, Jepang, dan sebagian Asia Timur.
B. Etiologi
Penyebab flu babi adalah virus influenza tipe A subtipe H1N1 dari
familia Orthomyxoviridae. Pada saat ini paling tidak ada empat subtipe dari
tipe A yang diidentifikasi pada babi yaitu H1N1, H1N2, H3N2, dan H3N1.
Namun, dari subtipe tersebut yang banyak menyebabkan flu babi adalah
H1N1. Virus tersebut terus-menerus mengalami perubahan dan bermutasi
untuk menghindari sistem imun hewan yang diinfeksi.
1. Triad Epidemiologi
a. Agent

Sumber : Wikipedia
Agent

penyakit

flu

babi

adalah

virus

Influenza

Tipe A

(H1N1). Seperti halnya virus influenza lainnya, virus flu babi dapat
berubah-ubah. Babi dapat ditulari oleh virus flu burung, flu babi,
maupun virus influenza yang berasal dari manusia. Apabila virus
influenza yang berasal dari beberapa spesies seperti unggas dan
manusia menginfeksi babi maka didalam tubuh babi virus-virus tersebut
dapat mengalami mutasi (antigen shift) dan membentuk subtipe baru.

Sumber : Google
Di tubuh babi, virus mengalami perubahan dengan dua pola. Pola
pertama berupa adaptasi. Jika ini terjadi dampaknya tidak terlalu
berbahaya karena tidak ada perubahan struktur virus. Pola kedua berupa
penyusunan ulang virus. Berdasarkan pola ini, virus bisa berkembang
menjadi gabungan flu babi, flu unggas, dan flu manusia. Pencampuran
material genetik bermula ketika virus itu masuk ke tubuh babi. Virus flu
manusia dan virus flu babi masuk ke sel selaput lendir atau epitel babi
melalui reseptor alfa 2,6 sialic acid, sedangkan virus flu unggas masuk
ke reptor alfa 2,3 sialic acid. Namun, babi memiliki kedua reseptor itu
sehingga virus dengan mudah masuk ke dalam sel babi. Di dalam sel
babi, virus-virus tersebut kemudian mengalami replikasi.

Sumber : Google
Pada saat bereplikasi, diantara virus-virus tersebut bisa terjadi
pertukaran material genetik atau antigenic drift. Masing-masing virus
memiliki material genetik berupa delapan fragmen. Delapan fragmen

itu adalah HA, NA, PA, PB1, PB2, M, NP, dan NS. Fragmen-fragmen
tersebut bisa bertukar antara atau dengan lainnya sehingga terbentuk
anak virus dengan sifat yang berbeda. Dalam kasus flu babi, penataan
ulang itu menghasilkan virus dengan struktur luar sama dengan
induknya, yaitu virus flu babi (karena itu virus ini tetap disebut
subtipe H1N1). Namun, material di dalamnya berasal dari fragmen
virus flu manusia dan flu unggas. Disamping terjadi pertukaran material
genetik, kemungkinan pula terjadi antigenetik shift, yaitu fragmenfragmen yang ada saling bermutasi. Bila ini yang terjadi,anak virus
memiliki material genetik yang lebih kompleks. Bila antigenetik shift
dan antigenetik drift terjadi di dalam kasus flu babi, ini merupakan
perubahan yang sempurna.
b. Host
Host (Penjamu) dari penyakit flu babi adalah manusia, babi, ataupun
hewan lainnya. Sub tipe H1N1 mempunyai kesanggupan menulari
antara

spesies

terutama

babi,

bebek,

kalkun

dan

manusia.

Subtipe H1N1 lazim ditemukan di populasi babi.


c.

Environment
Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan penularan flu babi antara
lain lingkungan fisik seperti musim. Penyakit ini cenderung mewabah
di musim semi dan musim dingin tetapi siklusnya adalah sepanjang
tahun. Ada banyak jenis flu babi dan seperti flu pada manusia penyakit
ini secara konstan berubah.

C. Tanda dan Gejala

Penyakit ini menyebar sangat cepat hampir 100% babi yang rentan
terkena, dan ditandai dengan apatis, sangat lemah, enggan bergerak atau
bangun karena gangguan kekakuan otot dan nyeri otot, eritema pada kulit,
anoreksia, ngorok, batuk, serta diare namun kadang tanda-tanda tersebut tidak
nampak, demam sampai 41,80C. Batuk sangat sering terjadi apabila penyakit
cukup hebat, dibarengi dengan muntah eksudat lendir, bersin, dispnu diikuti
kemerahan pada mata dan terlihat adanya cairan mata. Biasanya sembuh
secara tiba-tiba pada hari ke 5-7 setelah gejala klinis.
Tanda klinis pada manusia yaitu, mirip flu biasa pada manusia, demam,
lesu, sakit kepala, batuk, pilek, tenggorokan sakit, iritasi pada mata, sesak
nafas tapi tidak separah flu burung, mual, muntah dan diare.
a. Gejala pada anak-anak.
1) Napas cepat atau kesulitan bernapas
2) Kulit berwarna kebiruan dan tidak cukup minum
3) Susah bangun dan tidak berinteraksi
4) Sangat rewel dan tidak mau disentuh
5) Flu-like sympstoms membaik tapi muncul lagi dengan gejala demam
dan batuk hebat
6) Demam dengan kemerahan
b. Gejala pada orang dewasa.
1) Kesulitan bernapas atau sesak napas
2) Nyeri atau rasa tertekan di dada dan perut
6

3) Rasa pusing atau dizziness yang tiba-tiba


4) Hilang kesadaran
5) Muntah yang hebat
D. Klasifikasi
1. Ringan
a. ILI (influenza like illness)
b. Tidak Sesak
c. Tidak nyeri dada
d. Tidak ada pneumonia
e. Tidak termasuk kelompok risiko tinggi (Asma, DM, PPOK, Obesitas,
kurang
f. Gizi, Penyakit kronis lainnya)
g. Usia muda
2. Sedang
a. ILI (influenza like illness) dengan komorbid
b. Sesak napas
c. Pneumonia
d. Usia tua
e. Hamil
f. Keluhan mengganggu: diare, muntah-muntah
3. Berat
a.Pneumonia luas
b.
Gagal napas
c.Sepsis
d.
Syok
e.Kesadaran menurun
f. ARDS
g.
Gagal multiorgan
(Sudoyo, 2006)
Klasifikasi virus influenza A:
Klasifikasi flu babi berdasarkan derajat keparahannya flu babi dibedakan
menjadi yaitu: Virus influenza A disubklasifikasikan berdasarkan antigenisitas
dari hemagglutinins (HA) dan neuraminidase (NA). Saat ini, ada 16 subtipe
HA (H1-H16) dan 9 subtipe NA (N1-N9).
E. Patologi Penyakit Flu Babi
Pada penyakit influenza babi klasik, virus masuk melalui saluran
pernafasan atas kemungkinan lewat udara. Virus menempel pada trachea dan
bronchi dan berkembang secara cepat yaitu dari 2 jam dalam sel epithel
bronchial hingga 24 jam pos infeksi. Hampir seluruh sel terinfeksi virus dan

menimbulkan eksudat pada bronchiol. Infeksi dengan cepat menghilang pada


hari ke 9. Lesi akibat infeksi sekunder dapat terjadi pada paru-paru karena
aliran eksudat yang berlebihan dari bronkhi. Lesi ini akan hilang secara cepat
tanpa meninggalkan adanya kerusakan. Kontradiksi ini berbeda dengan
lesi pneumonia enzootica babi yang dapat bertahan lama. Pneumonia
sekunder biasanya karena serbuan Pasteurella multocida, terjadi pada
beberapa kasus dan merupakan penyebab kematian.
Jika dilakukan pemeriksaan bedah bangkai lesi yang paling jelas terlihat
pada bagian atas dari saluran pernafasan. Lesi terlihat meliputi kongesti pada
mukosa farings, larings, trakhea dan bronkhus, pada saluran udara terdapa
cairan tidak berwarna, berbusa, eksudat kental yang banyak sekali pada
bronkhi diikuti dengan kolapsnya bagian paru-paru. Terlihat adanya lesi paru
dengan tanda merah keunguan pada bagian lobus apikal dan lobus jantung,
yang juga bisa terjadi pada lobus lainnya. Lesi lama biasanya terdepresi,
merah muda keabu-abuan dan keras pada pemotongan. Pada sekitar atalektase
paru-paru sering terjadi emphysema dan hemorhagis ptekhi. Lesi paru
tersebut sama dengan lesi pada Enzootic pneumonia yang hanya bisa
dibedakan dengan histopatologi. Pada pemeriksaan mikroskopik influenza
babi, akan terdeteksi adanya necrotizing bronkhitis dan bronkhiolitis dengan
eksudat yang dipenuhi netrofil seluler. Terjadi penebalan septa alveolar dan
perubahan

epithel

bronchial. Bronchi

dipenuhi

dengan

neutrophil

yang kemudian dipenuhi sel mononukleal, pada akhirnya terjadi pneumonia


intersisial lalu terjadi hiperplasia pada epithel bronchial. Pada beberapa kasus
hanya terlihat kongesti. Adanya pembesaran dan edema pada limfoglandula
dibagian servik dan mediastinal. Pada limpa sering terlihat pembesaran dan
hiperemi yang hebat terlihat pada mukosa perut. Usus besar mengalami
kongesti, bercak dan adanya eksudatkathar yang ringan.

F. WOC
Lingkungan semusim
Babi yang terinfeksi virus H1N1
Masuk melalui droplet infection
Masuk membrane mukosa saluran napas atas & alveoli
Replikasi RNA dalam sel
Transkripsi menjadi RNAm
Translasi menjadi bagian tubuh virus
Virus mengandung protein neuraminidase
Berpisah dari
sel host

inflamasi
Pirogen endogen terbentuk

Merangsang
reseptor nyeri

Tonsil bengkak

Merangsang hipotalamus anterior

Masuk ke lambung

Sulit menelan

Asam lambung

Nyeri sendi

Suhu tubuh meningkat

MK. Gg.keb. nutrisi


kurang dari kebutuhan
MK. Hipertermi
tubuh
G. Pemeriksaan Diagnostik
No

Pemeriksaan

eksudat
Temuan

O2 menrun,
MK.Oklusi
Gg.pertukaran
CO2parsial
meningkat
gas

Normal
Suplai O2

Diagnostik
Radang
membran paru
RBC,WBC cairan masuk ke alveoli

Iritasi lambung

MK. Intoleransi
aktivitas

Peristatik usus
> 30 kali/menit

Kerja napas

Diare

MK. Bersihan jalan


napas tidak efktif

MK.kekurangan
volume cairan

Pemeriksaan Apusan

Ditemukan virus / bakteri Tidak


yang

menyebabkan

flu ditemukan virus

burung

/ bakteri yang
menyebabkan

flu burung
Pemeriksaan toraks dapat Paru-paru bersih

Rontgen

dilihat yaitu bagi penderita (tidak


H5N1 dan H1N1 terdapat ditemukan
pneumonia
membrane

(radang pneumonia)
paru)

akibat

eksudat pada rongga pleura


3

Pemeriksaan

yang berlebihan
darah Leukosit

rutin

Pada

pasien

Leukosit normal
H5N1

dan baik

laki-laki

H1N1 ditemukan leukosit maupun


meningkat.

perempuan
yaitu 5 10.000
Hb
Hb normal lakilaki yaitu 13,5
18 g/dl
Hb

normal

wanita
4

Pemeriksaan
Lab.virologi

11,5 16 g/dl
Tidak

PCR
Pemeriksaan
mendeteksi

CT-Scan dan MRI

yaitu

dapat ditemukan virus


adanya

influenza
Memeberikan

virus influenza

gambaran Tidak

khas yang terletak di pons ditemukan


dan

thalamus.

Kelainan gambaran khas

yang khas yang terletak di kelainan

10

otak

pons dan thalamus yang pada thalamus,


tampak

dalam

CT

otak pons,

dan

adalah gambaran densitas batang otak.


rendah simetris di thalamus,
pons dan batang otak. Pada
pemeriksaan MRI dengan
kontras

didapatkan

gambaran

kelainan

berbentuk

outcome

ensefalitis/ensefalopati
berhubungan

dg

usia

penderita & temuan CT /


MRI.
H. Penularan Penyakit Flu Babi
Penularan penyakit flu babi yaitu secara kontak langsung (bersentuhan,
terkena lendir penderita) dan tidak langsung (virus ini menyebar lewat udara,
peralatan kandang, alat transportasi dll). Virus ini sangat sangat mudah
menular bisa lewat bersin dan batuk penderita. Virus ini tidak menular lewat
daging babi jika telah dimasak dengan suhu minimal 710C atau lebih dari
800C.
a. Penularan pada hewan
Penyebaran virus influenza dari babi ke babi dapat melalui kontak
moncong babi, melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan
mempercepat penularan. Virus tidak akan tahan lama di udara terbuka.
Penyakit bisa saja bertahan lama pada babi breeder atau babi anakan.
Kekebalan maternal dapat terlihat sampai 4 bulan tetapi mungkin tidak
dapat mencegah infeksi, kekebalan tersebut dapat menghalangi timbulnya
kekebalan aktif. Transmisi inter spesies dapat terjadi, sub tipe H1N1
mempunyai kesanggupan menulari antara spesies terutama babi, bebek,
kalkun dan manusia, demikian juga sub tipe H3N2 yang merupakan sub
tipe lain dari influenza A. H1N1, H1N2 dan H3N2 merupakan ke 3 subtipe

11

virus influenza yang umum ditemukan pada babi yang mewabah di


Amerika Utara, tetapi pernah juga sub tipe H4N6 diisolasi dari babi yang
terkena pneumonia di Canada.
Rute utama penularan adalah melalui kontak langsung antara hewan
yang terinfeksi dan tidak terinfeksi Ini kontak dekat sangat umum selama
transportasi hewan. Pertanian intensif juga dapat meningkatkan resiko
penularan, karena babi yang dibesarkan dalam jarak yang sangat dekat satu
sama lain. Para transfer langsung dari virus mungkin terjadi baik oleh babi,
menyentuh hidung, atau melalui lendir kering. Transmisi udara melalui
aerosol yang dihasilkan oleh babi batuk atau bersin juga merupakan sarana
penting infeksi. Virus ini biasanya menyebar dengan cepat melalui
kawanan, menginfeksi semua babi hanya dalam beberapa hari.
b. Penularan pada manusia
Manusia dapat terkena penyakit influenza secara klinis dan
menularkannya pada babi. Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di
kandang babi di Eropa dan di Amerika Beberapa kasus infeksi juga
terbukti disebabkan oleh sero tipe asal manusia. Penyakit pada manusia
umumnya terjadi pada kondisi musim dingin.
I. Penatalaksanaan
1.Terapi
a. Pasien dengan flu babi akan dievaluasi apakah termasuk kelompok
dengan gejala klinis ringan, sedang / berat.
b. Kelompok dengan gejala klinis ringan dipulangkan dengan diberi obat
simptomatis dan KIE untuk waktu istirahat dirumah.
c. Kelompok gejala klinis sedang, dirawat di ruang isolasi dan mendapat
oseltamivir 2 x 75 mg.
d. Untuk kelompok dengan gejala klinis berat dirawat di ICU.
e. Pemeriksaan laboratorium sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
f. Di ruang rawat inap : dilakukan evaluasi keadaan umum, kesadaran
umum, tanda vital, pantau saturasi oksigen.
2.

Medis
Ada 4 macam obat antivirus berbeda yang diizinkan di Amerika
Serikat untuk terapi flu babi: amantadine, rimantadine, oseltamivir dan
zanamivir. Umumnya virus flu babi rentan terhadap ke empat obat
12

tersebut, sedangkan virus H1N1 resisten (tidak mempan) pada terapi


amantadine dan rimantadine.
Terapi suportif dasar (misal, terapi cairan, analgesik, penekan batuk)
perlu diberikan. Pengobatan antivirus secara empiris perlu diperhatikan
untuk kasus flu babi, baik yang sudah pasti, masih dalam kemungkinan,
ataupun kecurigaan terhadap kasus ini. Pengobatan pasien rawat inap dan
pasien dengan resiko tinggi untuk komplikasi influenza perlu sebagai
prioritas.
Penggunaan antivirus dalam 48 jam sejak onset gejala sangat penting
dalam hubungannya dengan efektivitas melawan virus influenza. Pada
penelitian mengenai flu musiman, bukti akan manfaat pengobatan lebih
baik jika pengobatan dimulai sebelum 48 jam sejak onset penyakit. Walau
begitu, beberapa penelitian mengenai pengobatan flu mengindikasikan
banyak manfaat, termasuk mengurangi kematian atau durasi rawat inap,
bahkan pada pasien yang mendapat pengobatan lebih dari 48 jam setelah
onset penyakit. Lama pengobatan yang direkomendasikan adalah selama 5
hari.
Oseltamivir (Taminflu) dan Zanamivir (Relenza) bekerja dengan
menghambat neuraminidase, suatu glikoprotein pada permukaan virus
influenza yang merusak reseptor sel terinfeksi untuk hemagglutinin virus.
Dengan menghambat neuraminidase virus, pelepasan virus dari sel
terinfeksi dan penyebaran virus akan berkurang. Oseltamivir dan
Zanamivir merupakan terapi yang efektif untuk influenzavirus A atau B
dan diminum dalam 48 jam sejak onset gejala. Oseltamivir merupakan pro
drug dari metabolit aktif Oseltamivir Karboksilat. Metabolit aktif ini
merupakan penghambat selektif enzim neuramidase virus influenza yang
glycoproteinnya ditemukan di permukaan virion. Oseltamivir karboksilat
menghambat neuramidase influenza A dan B secara in vitro. Oseltamivir
yang diberikan secara oral menghambat replikasi dan pathogenicity virus
influenza A dan B secara in vivo pada binatang percobaan yang terinfeksi
influenza yang sama bila terjadi pada manusia dengan pemberian dosis 75
mg dua kali sehari. Dewasa dan dewasa muda 13 tahun ke atas: 75 mg
oseltamivir 2 kali sehari selama 5 hari.

13

J.

Pencegahan Penyakit
Flu Babi
Upaya pencegahan penularan dilakukan dengan cara menghindari bahan
yang terkontaminasi tinja atau kontak langsung dengan babi atau unggas yang
terinfeksi flu babi. Badan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS
atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memberikan
beberapa tips yaitu:
1. Cuci tangan terutama setelah batuk atau bersin meng- gunakan sabun
dan air; akan lebih baik bila menggunakan pencuci tangan yang
mengandung alkohol
2. Hindari menyentuh

mata,

hidung,

dan

mulut,

karena

dapat

menyebarkan virus
3. Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran
pencernaan babi harus menggunakan pelindung (masker, kaos tangan,
kaca mata renang, dll).
4. Jangan berdekatan dengan orang yang sedang sakit flu
5. Bila menderita flu, anda harus tinggal di rumah selama 1 minggu setelah
gejala mulai muncul atau sampai 24 jam atau lebih sesudah gejala
menghilang agar tidak me- nularkan penyakit kepada orang lain
6. Bahan yang berasal dari saluran cerna babi seperti kotoran harus
diletakkan dengan baik (ditanam/dibakar) agar tidak menjadi sumber
penularan bagi orang disekitarnya.
7. Alat-alat yang digunakan dalam peternakan harus dicuci dengan
desinfektan.
8. Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan.
9. Menyemprotkan cairan desinfektan pada kandang dan area peternakan.
10. Melakukan dan menjaga kebersihan lingkungan.
11. Melakukan dan menjaga kebersihan diri.

14

12. Tutup mulut dan hidung bila batuk dan bersin; tisu yang digunakan
dibuang ke bak sampah
13. Dalam keadaan pandemi, sebaiknya sekolah ditutup agar penyebaran tidak
terjadi dengan cepat. Hindari bepergian ke tempat banyak orang
berkumpul.
K. Komlikasi
1. Meningitis
2. Encephalitis
3. Myocarditis
4. Paralisis akut

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FLU BABI (H1N1)
A. Pengkajian
1. Identitas:
Umur (Anak berumur dibawah 5 tahun dan mempunyai resiko paling
tinggi adalah anak yang berumur kurang dari 2 tahun, sedangkan orang
dewasa yang berumur lebih dari 65 tahun), jenis kelamin , ras/ suku,
pekerjaan (orang yang bekerja di rumah perawatan dan fasilitas perawatan
penyakit kronis lain).
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: Biasanya keluhan utama klien dengan flu babi adalah
demam, batuk dan sakit tenggorokan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami biasanya klien dengan flu
babi seperti demam, batuk dan sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit
kepala, tidak nafsu makan.
c. Riwayat Kesehatan masa lalu:
1) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit yang pernah diderita. Pernah kah pasien
mengalami penyakit penyakit paru kronis (termasuk asma), penyakit

15

kardiovaskular (kecuali hipertensi), penyakit neurologis, penyakit


ginjal, hepar, hematologis (termasuk penyakit sel sickle ),
neuromuskuler, penyakit metabolik ( diabetes ).
2) Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit serupa atau penyakit lain yang diderita oleh
keluarga.
3) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan aspirin jangka
panjang

3. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
1) Kepala
a) Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris
Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
b) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna
rambut hitam, rambut lurus tidak rontok.
c) Mata
Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil:
Normal isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada
sekret pada mata, kelopak mata normal warna merah muda,
pergerakan mata klien normal, serta lapang pandang normal.
Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar
mata.
d) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping
hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip atau benjolan
didalam hidung, fungsi penciuman baik, kedua lubang hidung
simetris dan tidak terjadi pendarahan pada lubang hidung
(epistaksis).
e) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa
mulut pucat, membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak
terdapat benjolan pada lidah, tidak ada karies pada gigi.
16

f) Telinga
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga,
tidak ada serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika
diperiksa dengan otoskop tidak adanya peradangan, dan tidak
terdapat cairan pada membran timpani.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran
timpani normal.
Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).
2) Leher
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh,
tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan
pada leher, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
3) Dada
a) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan,
pola napas pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi
napas pasien reguler, pergerakan otot bantu pernafasan
normal.
b) Jantung
TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
Inspeksi: denyutan jantung normal
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran
jantung atau tidak ada kardiomegali.
Perkusi: pekak
4) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit
disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak
terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit
Perkusi: timpani
Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada
pembesaran lien (ginjal)
5) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
6) Integumen
Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka
(terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema,

17

papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan),

a)
b)

c)

skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).


7) Persyarafan
Tingkat kesadaran: composmentis
GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Verbal: Orientasi baik, nilai 5
(3) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
Total GCS: Nilai 15
(1) Reflek: Normal
(2) Tidak ada riwayat kejang
(3) Koordinasi gerak normal

4. ADL (Activitas Daily Living)


a. Aktivitas / Istirahat
Gejala

: Kelelahan umum & kelemahan


Nafas pendek saat bekerja
Kesulitan tidur pada malam / demam malam hari,
mengigil dan berkeringat
Mimpi buruk

Tanda

: Dipsnea pada saat kerja


Kelelahan otot, nyeri, dan sesak ( tahap lanjut)

b. Integritas Ego
Gejala

: Adanya / faktor stress


Masalah keuangan
Perasaan tak berdaya

Tanda

: Menyangkal ( khususnya selama tahap dini)


Ansietas, ketakutan, mudah terangsang

c. Makanan / Cairan
Gejala

: Kehilangan nafsu makan


Anoreksia
Tak dapat mencerna
Penurunan berat badan

Tanda

: Turgor kulit buruk, kering / kulit berisisik


Kehilangan otot / hilang lemak subkutan

d. Nyeri / Kenyamanan
Gejala

: Nyeri dada meningkat karena batuk berulang


18

Tanda

: Berhati-hati pada area yang sakit


Perilaku distraksi, gelisah

e. Pernapasan
Gejala

: Batuk produktif / tak produktif


Napas pendek
Riwayat H5N1 & H1N1 / terpajan pada individu
terinfeksi

Tanda

: Peningkatan frekuensi pernapasan


Perkusi pekak dan penurunan fremitus. Bunyi napas:
menurun / tak ada secara bilateral /unilateral. Bunyi
napas tubuler. Karakteristik sputum : hijau / purulen,
mukoid kuning.
Tak perhatian, mudah terangsang, dan perubahan
mental ( tahap lanjut)

f. Kenyamanan
Gejala

: Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker


Tes HIV positif

Tanda

: Demam tinggi / sakit panas akut

g. Interaksi Sosial
Gejala

: Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular


Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab /
perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

h. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala

: Riwayat keluarga H5N1 / H1N1


Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk
Gagal untuk membaik / kambuhnya penyakit
Tidak berpartisipasi dalam terapi ( Marlyn E. Dongoes ,
2001)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan suhu tubuh meningkat.

19

2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


3.
4.
5.
6.

dengan sulit menelan.


Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri sendi.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan O2 dan Co2
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan kerja eningkat.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare.

C. Perencanaan
1. Hipertermi berhubungan dengan suhu tubuh meningkat.
Ds: Klien mengeluh8suhu tubuh tinggi, menggigil pada malam hari.
Do: Suhu tubuh > 38 C
8
Mata cekung, bibir pucat
Tujuan : : dalam waktu 4x24 jam setelah diberikan intervensi suhu
kembali normal
Kriteria hasil:
a. Suhu tetap normal,
b. Keseimbangan cairan tetap stabil (asupan sebanding dengan atau lebih
c.
d.
e.
f.

banyak dari haluaran),


Pasien menyatakan peningkatan kenyamanannya,
Komplikasi, seperti kejang dapat dihindari,
Pasien mengidentifikasi faktor risiko yang memperburuk masalah,
Pasien menyatakan tindakan untuk mencegah dehidrasi

INTERVENSI
RASIONAL
Ukur suhu tubuh pasien setiap 4 Untuk meyakinkan perbandingan
jam,

atau

lebih

sering

bila data yang akurat

diindikasikan, untuk mengevaluasi


keefektifan intevensi.
Berikan antiperiutik, sesuai anjuran Untuk menurunkan demam
Turunkan panas yang berlebihan Tindakan tersebut meningkatkan
dengan melepas selimut dan pasang kenyamanan

dan

menurunkan

kain sebatas pinggang pada pasien, temperatur tubuh


berikan kompres dingin pada aksila
dan lipatan paha, seka dengan air
hangat,

dan

gunakan

selimut

hipotermia dengan suhu tinggi


Pantau dan catat denyut dan irama Peningkatan

denyut

nadi,

nadi, tekanan vena sentral, tekanan penurunan tekanan vena sentral,


darah, frekuensi napas, tingkat dan penurunan tekanan darah dapat
responsivitas,

dan

suhu

kulit menginduikasikan

20

hipovolemia,

minimal setiap 4 jam

yang mengarah pada penurunan


perfusi jaringan. Kulit yang dingin,
pucat

dan

buruk

dapat

mengindikasikan
perfusi

juga

penurunan

jaringan

frekuensi

pernapasan berkompensasi pada


Observasi

adanya

hipoksia jaringan
konfusi Perubahan tingkat kesadaran dapat

disorientasi. Laporkan perubahan merupakan akibat dari hipoksia


mentasi pada dokter.
Tentukan
minuman

jaringan.
kesukaan Penggunaan

cara

tersebut

pasien (sebutkan).
memfasilitasi hidrasi yang adekuat.
Letakkan cairan disisi tempat tidur Untuk memungkinkan kemudahan
pasien dan mudah dijangkau.
akses pasien.
Anjurkan pasien untuk minum Asupan cairan yang berlebihan
sebanyak mungkin air jika tidak dapat
dikontraindikasikan.

mengakibatkan

kelebihan

cairan atau dikompensasi jantung


yang dapat memperburuk kondisi
pasien.
Tindakan

Atasi dehidrasi pasien:

itu

menghindari

a. Pantau dan catat asupan dan kehilangan air, natrium klorida dan
haluaran secara akurat.
kalium yang berlebihan.
b. Berikan cairan IV sesuai yang
dianjurkan.
Diskusikan faktor-faktor presipitasi Guna menjaga suhu dingin dan
pada pasien bila diketahui untuk menghindari panas yang berkaitan
menyusun rekomendasi.
dengan penyakit.
Beri dorongan untuk menaati aspek Untuk membantu
penatalaksanaan

perawatan demam.

Pasien

mengurangi
harus

minum

kesehatan lain, meliputi kebiasaan banyak cairan untuk mengganti


diet.

kehilangan cairan melalui keringat.


Air, jus buah-buahan, jus sayuran,
es teh direkomendasikan.

21

2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan sulit menelan.
Ds: Klien mengeluh mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri tenggorokan,
anoreksia, lemah, lemas, tidak dapat beristirahat pada malam hari.
Do: Berat badan menurun, tonsil bengkak.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam diharapkan
diharapkan nutrisi kembali adekuat atau tidak terjadi gangguan nutrisi.
Kriteria hasil :
menunjukan bb yang stabil disertai dengan nilai laboraterium yang
normal dan terbebas dari tanda-tanda malnutrisi.

Intervensi
Rasional
Pantau masukan makanan setiap Penurunan berat badan terus menerus
hari. Dan timbang BB setiap hari dalam keadaan masukan kalori yang
serta laporkan adanya penurunan BB cukup merupakan indikasi kegagalan
terhadap terapi antitiroid.
Letakkan posisi kepala lebih tinggi Agar klien lebih mudah

untuk

pada waktu, selama dan sesudah menelan karena gaya gravitasi


makan
Berikan

makanan

yang

mudah memudahkan pasien dalam menerima

ditelan seperti bubur dan hidangan makanan ,makanan yang hangat dapat
dalam keadaan hangat .
meningkatkan nafsu makan
Berikan makan dengan perlahan Klien dapat berkonsentrasi
makan

tanpa

pada

pada lingkungan yag tenang

mekanisme

adanya

Lakukan dan ajarkan perawat mulut

distraksi/gangguan dari luar


Menurunkan rasa tak enak karena sisa

sebelum dan sesudah makan, serta

makanan dan bau obat yang dapat

sebelum dan sesudah

merangsang pusat muntah.

intervesi/pemeriksaan peroral.
Anjurkan
klien
menggunakan Menguatkan otot fasial dan otot
sedotan meminum cairan.

menelan

dan

menurunkan

resiko

terjadinya tersedak
Hindari pemberian makanan yang Peningkatan mortilitas saluran cerna
dapat meningkatkan peristaltik usus dapat mengakibatkan diare dan
(teh,

kopi

dan

makanan

yang gangguan absorbsi nutrisi yang

22

berserat lainnya) dan cairan yang diperlukan


menyebabkan diare
Kolaborasi dengan tim dokter untuk Mungkin
memberikan cairan melalui IV.

diperlukan

untuk

memberika cairan pengganti dan juga


makanan jka klien tidak mampu
untuk memasukkan segala sesuatu

melalui mulut
Konsul dengan ahli gizi untuk Mungkin memerlukan bantuan untuk
memberikan

diet

tinggi

kalori, menjamin pemasukan zat-zat

protein, karbohidrat dan vitamin

makanan yang adekuat dan


mengidentifikasi makanan pengganti
yang sesuai

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri sendi.


Ds: Klien mengeluh lemah, lemas, nyeri pada sendi, otot, dan
tulang,prilaku distraksi,tidak bisa bangun.
Do: Gelisah, tidak bisa bangun dan berinteraksi dg baik, tidak mau
disentuh, sensitive, berhati-hati pada area yang sakit, myalgia, kelelahan
otot,hasil lab. menunjukan adanya infeksi oleh virus pada sendi dan
tulang.
Tujuan : dalam waktu 1x12 jam setelah diberikan inervensi aktivitasnya
kembali normal
Kriteria Hasil:
a. Pasien mempertahankan kekuatan otot dan ROM sendi.
b. Pasien memahami alasan untuk program latihan isometris.
c. Pasien memahami alasan untuk mempertahankan ringkat aktivitas dan
menghindari faktor resiko yang dapat mengakibatkan intoleransi
aktivitas.
d. Pasien melakukan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang dapat
ditoleransi.
e. Tekanan darah dan kecepatan nadi dalam batas normal (TD: 120/80
mmHg, Nadi: 60-100 kali/menit).
INTERVENSI
Posisikan
pasien

untuk Untuk

RASIONAL
mempertahankan

fungsi

mempertahankan sikap tubuh yang sendi untuk mencegah deformitas


tepat. Gunakan alat bantu sesuai muskuloskaletal.
keperluan.
23

Balik

dan

atur

posisi

pasien Pembalikan posisi dapat membantu

minimal setiap 2 jam. Pertahankan mencegah kerusakan kulit dengan


jadwal pembalikan posisi pasien mengurangi penekanan.
yang

memiliki

Catat

pada

tempat

ketergantungan.

catatan

tidur

disamping

dan

pantau

frekuensinya.
Observasi tingkat berfungsi pasien Komunikasi di antara anggota staf
dengan

menggunakan

mobilitas

skala dapat

meyakinkan

kontinuitas

fungsional. perawatan dan mempertahankan

Komunikasikan tingkat ini pada kemandirian.


semua staf.
Kecuali

dikontraindikasikan, Latihan ROM dapat mencegah

lakukan latihan ROM setiap 2 kontraktur sendidan atrofi otot.


sampai 4 jam. Tingkatkan dari pasif
ke aktif, sesuai dengan toleransi
pasien.
Dorong pasien untuk melakukan Untuk meningkatkan tonus otot
pergerakan aktif dengan membantu dan harga diri.
pasien

menggunakan

rekstok

gantung atau alat lainnya.


Ajarkan kepada pasien

cara Untuk

melakukan latihan isometrik.

mempertahankan

meningkatkan

tonus

otot

dan
serta

mobilitas sendi.
Bantu pasien dalam melakukan Untuk menumbuhkan kemandirian
aktivitas perawatan diri. Sesuai dan meningkatkan mobilitas.
toleransi.
Dorong pasien untuk berpartisipasi Untuk meningkatkan kepatuhan.
dalam perencanaan perawatan dan
pembuatan keputusan.
Ajarkan pasien, anggota keluarga, Pemberi
atau

pasangannya

asuhan

yang

diberi

metode informasi dapat mendorong pasien

memaksimalkan partisipasi pasien untuk menjadi lebih mandiri.


dalam perawatan diri.
Observasi respons fisiologis pasien Pemantau tanda-tanda vital dapat
24

terhadap

peningkatan

aktivitas membantu

pengkajian

toleransi

(tekanan darah, respirasi, denyut, terhadap peningkatan latihan dan


dan irama jantung). Ajarkan pasien aktivitas.
gejala-gejala akibat latihan yang
berlebihan seperti pusing, nyeri
dada, dan dispne.
Jelaskan alasan mempertahankan Pendidikan dapat membantu pasien
atau

meningkatkan

Diskusikan

aktivitas. dalam

faktor-faktor

menghindari

intoleransi

yang aktivitas.

dapat meningkatkan risiko terhadap


toleransi aktivitas.
Dorong pasien untuk melakukan Tindakan

tersebut

aktivitas hidup sehari-hari dengan meningkatkan

harga

akan
diri

dan

memberikan dukungan emosional motivasi pasien.


dan umpan balik positif.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan O2 dan Co2
DS : sakit kepala ketika bangun, dispneu, gangguan penglihatan
DO : penurunan CO2, takikardi, hiperkapnia, keletihan, iritabilitas,
hipoksia, kebingungan, sianosis, warna kulit abnormal (pucat kehitaman),
hipoksemia, hiperkarbia, pH abnormal frekuensi dan kedalaman napas
abnormal.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam
diharapkan gangguan pertukaran gas pasien teratasi.
Kriteria hasil:
a. Mendemostrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat.
b. Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distress
pernapasan.
c. Mendemostrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dispneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernapas dengan mudah)
d. TTV dalam rentang normal (TD: 120/80 mmHg, Nadi: 60100x/menit, RR: 16-24x/menit, Suhu: 36,5-37,5oC)
INTERVENSI
Kaji keefektifan jalan napas

RASIONAL
Bronkhospame dideteksi

ketika

terdengar mengi saat diauskultasi


25

dengan

stetoskop.

pembentukan
dengan

Peningkatan

mukus

sejalan

penurunan

aksi

mukosiliaris menunjang penurunan


aliran

udara

serta

penurunan

pertukaran gas, yang diperburuk


oleh kehilangan daya elastisitas
paru.
Setelah

Lakukan fisioterafi dada

inhalasi

bronkodilator

nebuliser, klien disarankan untuk


meminum air putih untuk lebih
mengencerkan sekresi.
Kemudian membatukkan dengan
ekspulsif atau postural drainase
akan membantu dalam pengeluaran
sekresi.

Klien

dibantu

untuk

melakukan hal ini dengan cara


Kolaborasi

untuk

yang tidak membuatnya keletihan.


pemantauan Sebagai bahan evaluasi setelah

analisis gas arteri.


melakukan intervensi.
Kolaborasi pemberian oksigen via Oksigen diberikan ketika terjadi
nasal.

terjadi hipoksemia. Perawat harus


memantau

kemanjuran

terapi

oksigen dan memastikan bahwa


klien patuh dalam menggunakan
alat

pemberi

oksigen.

Klien

diinstruksikan tentang penggunaan


oksigen yang tepat dan tentang
bahaya peningkatan laju aliran
oksigen tanpa ada arahan yang
esplisit dari perawat.
5. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan kerja napas
meningkat.

26

Ds: Klien mengeluh batuk, napas pendek saat kerja, sesak(wheezing),


nyeri dada karna batuk berulang.
Do: Frek.napas meningkat, eksudat pada bronkus, dipsneu, sekresi hidung
meningkat, napas terengah2, ronkhi.
Tujuan : : dalam waktu 1x12 jam setelah diberikan intervensi bersihan
jalan nafas kembali efektif
Kriteria Hasil:
a. Pasien batuk secara efektif,
b. Pasien mengeluarkan sputum,
c. Tidak ada suara napas yang tidak biasa,
d. Foto sinar X dada memperlihatkan tidak ada ketidak normalan,
e. Pasien minum 3 sampai 4 liter cairan setiap harinya,
f. Kadar gas darah arteri
INTERVENSI
Observasi
status
pernapasan Untuk

RASIONAL
mendeteksi tanda

awal

sekurangnya setiap 4 jam atau bahaya


menurut standar yang ditetapkan
Gunakan posisi fowler dan sangga Untuk membantu bernapas dan
lengan pasien
Bantu

pasien

ekspansi
untuk

dada

serta

ventilasi

lapangan paru basilar


mengubah Untuk membantu mengeluarkan

posisi batuk dan bernapas dalam sekresi


setiap 2 sampai 4 jam
Isap sekresi sesuai keperluan

dan

mempertahankan

patensi jalan napas


Untuk menstimulasi batuk dan

membersihkan jalan napas


Berikan kelembapan yang adekuat
Untuk mencairkan sekresi
Berikan
cairan
(sekurang Untuk memastikan hidrasi yang
kurangnya 3 liter setiap hari).

adekuat dan mencairkan sekresi,

kecuali dikontraindikasikan.
Lakukan drainase postural, perkusi, Untuk meningkatkan mobilisasi
dan vibrasi setiap 4 jam atau sesuai sekresi
program
Hindari posisi

terlentang

yang

mengganggu

oksigenasi
pada Untuk meningkatkan ekspansi dada

periode yang lama. Beri dorongan dan ventilasi


untuk

memilih

posisi

lateral,

duduk, telungkup, dan tegak lurus


Sediakan tisu dan kantong kertas Untuk
sebagai

tempat

pembuangan infeksi

27

mencegah

penyebaran

sputum yang higienis


Sediakan tisu dan kantong kertas Untuk
sebagai

tempat

mencegah

penyebaran

pembuangan infeksi

sputum yang higienis


Pantau
dan
dokumentasikan Untuk mengukur keefektifan terapi
karakteristik

sputum

setiap dan mendeteksi infeksi respirasi

pergantian jaga
Ajarkan kepada pasien tentang :
a. Upaya

yang mungkin terjadi


Langkah-langkah ini melibatkan

mempertahankan pasien dalam perawatannya.

hidrasi yang adekuat


b. Pemantuan sputus setiap hari
dan melaporkan perubahannya
c. Mengonsumsi obat yang telah
diresepkan dan menghindari
memberi obat-obat pernafasan
yang dijual bebas
d. Pentingnya pasien untuk tetap
aktif.
6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare.
Ds: Klien mengeluh mual, muntah, klien mengatakan tidak nafsu makan,
sakit kepala, sakit tenggorokan.
Do: Frek.BAB lebih dari 3x sehari, feses encer, bibir kering, mata cekung,
kulit kering, tek.darah menurun (>110/65 mmHg)
Tujuan : setelah dilakukan keperawatan selama 4x24 jam tanda vital
stabil, turgor kulit baik, haluaran urin normal, kadar elektrolit dalam batas
normal.
Kriteria hasil : tanda vital stabil (Tekanan darah: 120/80 mmHg, Suhu:
36,5-37,5C, RR: 16-24, Nadi: 60-100 kali/menit), turgor kulit baik,
haluaran urin normal, kadar elektrolit dalam batas normal.
INTERVENSI
Observasi:
1. Observasi
kelelahan
edema,

adanya
yang

RASIONAL
perasaan Pemberian cairan untuk perbaikan

meningkat, yang

peningkatan

cepat

mungkin

sangat

berat berpotensi menimbulkan kelebihan

badan, nadi tidak teratur, dan beban cairan dan GJK.

28

adanya distensi pada veskuler.


Mandiri:
1. Dapatkan riwayat pasien/orang Membantu dalam memperkirakan
terdekat

sehubungan

dengan kekurangan volume total. Tanda

lamanya /intensitas dari gejala dan gejala mungkin sudah ada pada
seperti

muntah,

pengeluaran beberapa

urine yang sangat berlebihan.

waktu

sebelumnya

(beberapa jam sampai beberapa


hari).

Adanya

proses

mengakibatkan
keadaan

infeksi

demam

dan

hipermetabolik

yang

meningkatkan kehilangan air tidak


kasat mata.
2. Pantau tanda-tanda vital, catat Hipovolemia
adperubahan TD ortostatik.

dapat

dimanifestakikan

oleh

hipotensi

dan takikardia. Perkirakan berat


ringannya

hipovelemia

dapat

dibuat ketika tekanan darah sistolik


pasien turun lebih dari 10 mmHg
dari posisi berbaring ke posisi
duduk. Catatan: Neuropati jantung
3. Pola

napas

pernapasan

seperti

adanya

Kussmaul

atau

pernapasan yang berbau keton.

dapat

memutuskan

reflek-reflek

yang secara normal meningkatkan


denyut jantung.
Paru-paru

mengeluarkan

asam

karbonat melalui pernapasan yang


menghasilkan kompensasi alkalosis
respirotoris

terhadap

ketoasidosis.
berbau
4. Frekuensi

dan

kualitas

pernapasan, penggunaan otot


bantu

napas,

dan

adanyya

periode apnea dan munculnya

29

keadaan

Pernapasan

aseton

yang

berhubungan

pemecahan asam aseto-asetat dan


harus berkurang bila ketosis harus
terkoreksi.
Koreksi hiperglikemia dan asidosis

sianosis.

akan

menyebabkan

pola

dan

frekuensi, pernapasan mendekati


normal. Tetapi peningkatan kerja
pernafasan
cepat,

dangkal,

dan

pernafasan

muncunya

sianosis

mungkin merupakan indikai dari


kelelaha. Pernapasan dan/mungkin
5. Suhu,

warna

kulit,

atau pasien

kelembabanya.

itu

kehilangan

kemampuannya untuk melakukan


kompensasi pada asidosis.
Meskipun demam, menggigil dan
diaforensi merupakan hal umum
terjadi pada proses infeksi, demam,

6. Kaji riwayat klien sehubungan dengan

kulit

yang kemerahan,

dengan lamanya atau intensitas kering mungkin sebagai cerminan


dari gejala seperti muntah dan dari dehidrasi.
pengeluaran

urine

yang Membantu

berlebihan.

kekurangan volume total. Adanya

7. Kaji nadi perifer, pengisian


kapiler,

memperkirakan

turgor

kulit,

dan

proses

infeksi

demam

dan

mengakibatkan
keadaan

hipermetabolik yang meningkatkan

membrane mukosa.
8. Ukur berat badan setiap hari.

kehilangan air.
Merupakan indikator dari tingkat
dehidrasi, atau volume sirkulasi
yang adekuat.
Memberikan hasil pengkajian

9. Pertahankan untuk memberikan yang terbaik dari status cairan


cairan

paling

sedikit

2500 yanfg sedang berlangsung dan

ml/hari dalam batas yang dapat selanjutnya


ditoleransi

jantung

dalam

memberikan

jika cairan pengganti.

pemasukan cairan melalui oral Mempertahankan


sudah dapat diberikan.
sirkulasi.
10. Kaji
adanya
perubahan
30

hidrasi/volume

mental/sensori.

Perubahan

mental

dapat

berhubungan dengan glukosa yang


tinggi
11. Catat hal-hal yang dilaporkan
seperti mual, nyeri abdomen,
muntah dan distensi lambung.

atau

yang

rendah

(hiperglikemia atau hipoglikimia),


elektrolit yang abnormal, asidosis,
penurunan perfusi serebral, dan
berkembangnya

hipoksia.

Penyebab yang tidak tertangani,


gangguan kesadaran dapat menjadi
prediposisi (pencetus) aspirasi pada
pasien.
Kekurangan cairan dan elektrolit
mengubah

mortalitas

lambung,

yang seringkali akan menimbulkan


muntah dan cara potensial akan
menimbulkan kekurangan cairan
atau elektrolit.
Kolaborasi:
1. Berikan terapi cairan sesuai
dengan indikasi:
a. Normal salin atau setengah
normal salin dengan atau
tanpa dektrosa.
b. Albumin,

plasma

Tipe

dan

jumlah

dari

cairan

tergantung pada derajat kekurangan


cairan dan respon pasien secara

atau individu.

dekstran

Plasma
kadang

ekspander

(pengganti)

dibutuhkan

jika

kekurangan tersebut mengancam


kehidupan

atau

tekanan

darah

sudah tidak dapat kembali normal


31

dengan usaha-usaha rehidrasi yang


2. Pasang/pertahankan

kateter telah dilakukan.

urine tetap terpasang.

Memberikan

pengukuran

yang

tepat/akurat terhadap pengukuran


haluran

urine

terutama

jika

neuropati otonom menimbulkan


gangguan kantung kemih (retensi
3. Pantau

pemiksaan

urine/inkontinesia). Dapat dilepas


jika pasien berada dalam keadaan

laboratorium seperti:
a. Hematokrin (Ht)

stabil untuk menurunkan resiko


terjadinya infeksi.

b. BUN/keratin

Mengkaji

tingkat

seringkali

meningkat

hemokonsentrasi
c. Osmolalitas darah

hidrasi

dan
akibat

yang

terjadi

setelah deuresis osmotik.

d. Natrium

Peningkatan

nilai

dapat

mencerminkan

kerusakan

sel

karena dehidrasi atau tanda awitan


kegagalan ginjal.
Meningkat

sehubungan

dengan

adanya hiperglikemi dan dehidrasi.


Mungkin menurun yang dapat
mencerminkan perpindahan cairan
dari intrasel (deuresis osmotik).
e. Kalium

Kadar

natrium

mencerminkan
cairan/dehidrasi

yang

tinggi

kehilangan
berat

atau

reabsorpsi natrium dalam berespon


natrium dalam berespons terhadap
sekresi aldosteron.
Awalan akan terjadi hiperkalemia

32

dalam
4. Berikan kalium atau elekroit asidosis,

berespon
namun,

diganti

dan

selanjutnya

yang lain melalui IV dan/atau kalium ini akan hilang melalui


melalui oral sesuai indikasi.

urine.

Kadar

kalium

absolute

dalam tubuh brkurang.Bila insulin


diganti dengan asidosis teratasi,
5. Berikan bikarbonat jika pH

kekurangan kalium serum justru


akan terlihat.

kurang dari 7,0.

Kalium harus ditambahkan pada IV


6. Pasang selang NGT dan lakukan
penghisapan

sesuai

dengan

indikasi

(segera aliran urine adekuat) untuk


mencegah hipokalemia. Catatan:
Kalium fosfat dapat diberikan jika
cairan IV mengandung natrium
klorida untuk mencegah kelebihan
beban klorida.
Diberikan dengan hati-hati untuk
memperbaiki asidosis pada adanya
hipotensi atau syok.
Mendekompresikan lambung dan
dapat mengilangkan muntah

33

BAB IV
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Flu babi (Swine Influenza) merupakan penyakit saluran pernafasan akut
yang sangat menular, disebabkan oleh virus influenza tipe A yang termasuk
dalam orthomyxovirus. Virus ini berasal dari Mexico dan telah menjadi
pandemic di berbagai negara di dunia. Virus ini merupakan perpaduan antara
virus flu burung dan virus flu manusia. Penyakit ini dapat menyebabkan
kematian jika tidak ditangani dengan tepat.

B.

Saran
Untuk terhindar dari penyakit flu babi maka sebaiknya kita tidak kontak
langsung dengan babi yang terjangkit, dan apabila kita mendapatkan kasus
ataupun babi yang mengalami ciri-ciri terjangkit virus ini maka sebaiknya
kita segera mensterilkan babi tersebut.

34

DAFTAR PUSTAKA
Herlina Lindah. 2012. Bahaya Flu Babi, (Online). (http:// linda herlina.
wordpress. com, diakses 7 April 2014)
Phac. 2014. Influenza, (Online). (http:// www. phac-aspc.gc.ca, diakses 7 April
2014)
Wikipedia. 2014. Flu Babi, (Online). (http://id.wikipedia.org, diakses 7 April
2014)

35

You might also like