Professional Documents
Culture Documents
DIKTAT
Oleh
Michelle Calista Carina
270110120179
GEOLOGI A
KATA PENGANTAR
Diktat Analisis Cekungan ini disusun dengan tujuan memenuhi syarat dan ketentuan
Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Analisis Cekungan. Penyusunannya disesuaikan
dengan silabus mata kuliah Analisis Cekungan yang telah dipaparkan di awal masuk
perkuliahan. Dalam menyusun diktat ini, banyak sumber yang digunakan selain slide
perkuliahan, antara lain : buku, jurnal, dll.
Dengan selesainya diktat ini, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.
Ir. Edy Sunardi, M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis Cekungan yang telah
membuka wawasan saya beserta rekan rekan mengenai analisis cekungan.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Cekungan Fisiografi adalah muka bumi yang cekung atau depresi yang
dikelilingi pegunungan di sekitarnya dan pada umumnya merupakan sistem
pengeringan suatu daerah yang memusat pada daerah yang relatif rendah.
Cekungan Struktural adalah struktur batuan di mana bagian tengah atau
menurun dari sekitarnya. Cekungan tektonik pada permukaannya dapat
berbentuk dataran atau bahkan pegunungan.
Cekungan Sedimen adalah bagian yang rendah dari kerak bumi akibat proses
tektonik dan berperan sebagai tempat akumulasi lapisan sedimen yang relatif
tebal dibanding daerah sekitarnya.
Dalam diktat ini, secara khusus akan dibahas mengenai cekungan sedimen.
Sebagaimana tertera di atas mengenai definisi cekungan sedimen. Cekungan sedimen
sendiri memiliki peran penting dalam akumulasi minyakbumi dan gas. Di dunia terdapat 600
cekungan sedimen, dan seperempatnya telah terbukti menghasilkan minyakbumi dan gas.
Di Indonesia sendiri berdasarkan evaluasi Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) di tahun 2008
terdapat 60 cekungan sedimen. Ada dua hal yang menjadi garis besar dalam pembahasan
mengenai analisis cekungan, yaitu :
1. The History of Sedimentary Basin (Sejarah dari Cekungan Sedimen)
Dimulai dari menganalisis isian sedimen itu sendiri berupa komposisi, struktur
primer, dan internal architecture. Semuanya dapat saling dihubungkan menjadi
sebuah runtutan sejarah dari basin fill tersebut. Dari karakteristik butiran sampai
fasies sedimen. Lalu, tentang bagaimana sediment fill ter transportasi atau ter
presipitasi dan mencari tahu sumber dari sedimen tersebut.
2. Basin Formation Mechanism (Mekanisme Pembentukan Cekungan)
Bentuk dari suatu cekungan tergantung dari proses tektonik (tectonic processes)
yang bekerja atau pernah bekerja. Basinal Environment diantaranya backarc, forearc,
passive margin, epicontinental, dan extensional basin.
Penebalan mantel
litosfer (mantlelithospheric thickening):
Pembebanan batuan
Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan perenggangan
sedimen dan gunungapi litosfer regional, bergantung tingkat kegetasan litosfer,
(sedimentary and volcanic selama sedimentasi dan kegiatan gunungapi
loading)
Pembenan tektonik
(tectonic loading)
Pembenan subkerak
(subcrustal loading)
Aliran astenosfer
(asthenospheric flow)
Gambar 1.3 Mekanisme subsidence di semua tipe cekungan (Ingersoll, R. V., dan C.J. Busby, 1995,
Tectonic of Sedimentary Basin, dalam Busby, C.J, dan R.V. Ingersoll(eds.), Tectonic of sedimentary
basin: Blackwell Science, Cambridge, Mass., Gambar 1.1, p.8)
10
BAB II
KETERBENTUKAN CEKUNGAN SEDIMEN
Keterbentukan suatu cekungan sedimen tidak dapat dipisahkan dari proses tektonik.
Ingerson dan Busby (1995) menyatakan bahwa cekungan sedimen dapat terbentuk dalam
empat tatanan tektonik, yakni : divergen, intraplate, konvergen dan transform. Dickinson
(1974) dan Miall (1999) mengklasifikasikan cekungan sedimen berdasarkan poin poin
penting, yakni : tipe kerak dari lokasi cekungan, posisi cekungan terhadap tepi lempeng,
tipe interaksi lempeng selama proses sedimentasi, waktu pembentukan dan isian
cekungan terhadap tektonik yang berlangsung, dan bentuk cekungan.
Tabel 1.2 Klasifikasi Cekungan (Boggs, 2001)
TATAAN
TIPE CEKUNGAN
TEKTONIK
Divergen
Antar lempeng paparan benua, sembulan benua (continental rises) dan undak, pematang
benua.
Cekungan beralaskan kerak samodra: cekungan samudera aktif,
kepulauan samudera, dataran tinggi dan bukit aseismik (aseismic rigde
and plateau)
Konvergen
Transform
Cekungan
akibat
sesar
mendatar:
cekungan
transextensional,
transpressional, transrotational
Hybrid
11
Gambar 2.1 Evolusi Rift Basin dan Passive Margins (Selveson, 1978)
Cekungan akibat perenggangan ini umumnya sempit tetapi memanjang, dibatasi oleh
lembah patahan. Ukuran berkisar dari beberapa kilometer sampai sangat lebar seperti pada
Sistem Renggangan Afrika Timur, di mana mempunyai lebar 30 - 40 km dan panjang hampir
300 km. Cekungan ini dapat terbentuk oleh berbagai tataan tektonik, namun yang paling
umum oleh divergen. Perenggangan lempeng benua seperti antara Amerika Utara dan
Eropa terjadi pada Trias menghasilkan Punggungan Tengah Atlantik (Mid-Atlantic Ridge).
Sistem renggangan pada Afrika Timur merupakan contoh sistem renggangan modern.
2.2 Cekungan Intrakraton
Cekungan intrakraton umumnya berukuran cukup besar dan terletak di tengah suatu
benua yang jauh dari tepian lempeng. Proses subsidence pada cekungan jenis ini umumnya
disebabkan oleh penebalan mantel litosfer dan pembebanan oleh batuan sedimen atau
gunungapi (Boggs, 2001). Beberapa cekungan intrakraton ini diisi oleh endapan klastika laut,
karbonat, atau sedimen evaporit yang diendapkan mulai dari laut epikontinental sampai
12
darat. Cekungan tua jenis ini di antaranya adalah Cekungan Amadeus dan Carpentaria di
Australia, Cekungan Parana di Amerika Latin, dan Cekungan Paris di Perancis. Sedangkan
contoh cekungan modern jenis ini adalah Cekungan Chad di Afrika.
2.3 Cekungan Busur Belakang (Back-arc Basin)
Cekungan belakang busur (Gambar 2.2) adalah cekungan sedimen yang terletak di
belakang busur volkanik, yaitu di sisi dekat kerak benua. Cekungan tipe ini penting untuk
Indonesia sebab cekungan - cekungan penghasil hidrokarbon terbesar di Indonesia adalah
dari tipe ini. Dari berbagai literatur, cekungan belakang busur ada tiga tipe: kontraksi,
ekstensi, stabil. Pada
1. Tipe kontraksi, cekungan tak jelas terbentuk sebab terkompresi menjadi jalur lipatan
dan sesar (fold-thrust belt) atau tinggian batuan dasar. Ini suka disebut Andean-type
backarc. Tipe ini terbentuk bila arah gerakan lempeng benua menuju zona subduksi
dan kecepatannya lebih tinggi daripada kecepatan rollback subducted plate. Pada
kondisi ini cekungan akan mengalami kompresi
2. Tipe ekstensi, cekungan belakang busur jelas terlihat. Bila ekstensi hanya membuat
kerak benua retak-retak sebagai horst dan graben, maka cekungan ini berbatuan
dasar kerak benua, tetapi bila ekstensi berhasil membuat kerak benua retak sampai
memisah kemudian terjadi pemekaran dasar samudera, maka dasar cekungan ini
adalah kerak samudera. Tipe ini terbentuk terutama bila kecepatan rollback
subducted plate lebih tinggi kecepatan gerakan lempeng di atasnya. Pada kondisi ini,
cekungan aktif membuka. Ini suka disebut Mariana-type backarc.
3. Tipe stabil, bisa berasal dari tipe kontraksi atau ekstensi, tetapi kemudian berhenti
menjadi stabil karena terjadi perubahan gerakan lempeng di sekitarnya. Terbentuk
bila kecepatan rollback subducted plate sama dengan kecepatan gerak lempeng di
atasnya. Pada kondisi ini cekungan belakang busur berhenti membuka. Ini suka
disebut Japan-type backarc.
Satu cekungan belakang busur dapat berubah-ubah tipenya sepanjang evolusinya,
bergantung kepada pola konvergensi lempeng di sekitarnya.
13
Sedimen yang berada pada prisma akresi umumnya tersusun oleh sedimen-sedimen
yang over compacted sehingga mereduksi porositas sebagai batuan reservoar.
Source rock di bagian barat cekungan kurang berperan sebagai batuan sumber sebab
banyak diendapkan endapan turbidit dan trench fill deposit sehingga bukan
merupakan batuan reservoar yang baik.
Sedimen pengisi cekungan busur muka dominan berasal dari kontinen dan umurnya
relatif muda (Miosen) sehingga kurang memungkinkan berperan sebagai batuan
sumber (source rock) terbentuknya hidrokarbon. Tingkat kematangan (maturitas)
batuan reservoir juga relatif rendah karena sumber thermal berada jauh dari letak
cekungan itu sendiri.
Diskontinuitas batuan reservoar tinggi karena ketidak-stabilan tektonik dan
pergeseran sedimentasi selama pengendapan, sehingga tidak memungkinkan
terbentuk batuan sumber dalam lamparan yang luas.
14
Gambar 2.3 Tatanan tektonik fore-arc basin dan arc-trench gap pada Busur Sunda (Curry et al.,
1977)
15
Gambar 2.4 Sejarah tektonik subsidence berbagai tipe cekungan (Heller et.,al)
16
17
Gambar 2.6 Aulakogen yang terletak di utara Laut Hitam dan Laut Kaspia pada Platform Rusia
(Burke, K. 1977)
18
Gambar 2.7 Ilustrasi skematik dari elemen fundamental suatu sistem cekungan foreland-orogen
19
20
21
BAB III
TEKNIK ANALISIS CEKUNGAN
Melakukan analisa terhadap karakteristik dari sedimen dan batuan sedimen yang
mengisi suatu cekungan, dan mengintrepertasi karakteristik dalam sejarah perkembangan
cekungan, membutuhkan bermacam-macam teknik stratigrafi dan sedimentologi. Teknikteknik ini membutuhkan akuisisi data melalui studi terhadap singkapan dan metode analisa
bawah permukaan yang mencakup pemboran dalam, studi polaritas magnetik, dan
eksplorasi geofisika. Berikut merupakan langkah langkah penting dalam melakukan teknik
analisis cekungan, yakni :
Penampang
Stratigrafi
Terukur
Penampang
Sayatan
Stratigrafi
22
Peta
Struktur dan
Peta
Isopach
24
25
26
BAB IV
APLIKASI ANALISIS CEKUNGAN
Salah satu tujuan utama dari analisis cekungan adalah untuk mengembangkan
pemahaman utuh mengenai sejarah bumi yang terekam di dalam suatu cekungan sedimen.
Melalui analisis terhadap tekstur, struktur, susunan partikel dan komposisi kimia,
kandungan fosil, serta karakteristik stratigrafi dari suatu batuan sedimen (yang ditunjukkan
antara lain oleh kenampakan fisik, biologi, paleomagnetik, dan karakteristik seismik),
geologist dapat mengintrepertasikan signifikansi dari suatu even sedimentologikal atau
tektonik yang mengakibatkan terjadinya proses pengisian cekungan tertentu. Oleh karena
itu, jenis dari studi analisis cekungan ini, pada umumnya melibatkan persiapan peta jenis
tertentu dan penampang-penampang stratigrafi, yang dapat membantu geologist untuk
mengintrepertasi even tektonik di masa lampau, paleoklimatik, dan sedimentologi yang
berujung pada pemaparan rekonstruksi paleogeografi dan paleogeologi dari bumi pada
periode waktu tertentu di masa lalu.
Tujuan lain dari analisis cekungan adalah menggunakan prinsip-prinsip dan teknik
yang telah dijelaskan sebelumnya untuk mengevaluasi signifikansi ekonomis dari batuan
sedimen dan mengidentifikasikan endapan mineral ekonomis yang dapat dieksploitasi atau
keterdapatan bahan bakar fosil. Analisis cekungan mendapatkan porsi yang cukup besar
dalam aplikasi geologi petroleum, dan dalam skala yang lebih besar pada hidrogeologi.
Meskipun petroleum geologist telah berusaha beberapa tahun belakangan untuk
menentukan lokasi akumulasi hidrokarbon melalui analisis geokimia terhadap batuan di
permukaan dan soil yang melapisi endapan-endapan tertentu, belum bisa didapatkan
metode langsung yang dapat mendeteksi keberadaan endapan hidrokarbon secara pasti.
Untuk menemukan endapan minyak bumi atau gas alam, seorang geologist harus bisa :
1. Mengeksplorasi cekungan yang memiliki kondisi tepat untuk pembentukan
dan migrasi hidrokarbon
2. Memetakan perangkap yang memungkinkan, sepeti antiklin struktural, yang
di mana hidrokarbon dapat terakumulasi.
27
DAFTAR PUSTAKA
28