You are on page 1of 6

Konsumsi Daging Dunia

Minggu, 10 Febuari 2013. Konsumsi Daging Dunia Mengejutkan: RataRata 42,5 Kg / Orang / Tahun
Macro economic/market analysis/market situation
The report said, according to projections of the World Food Programme - FAO, in 2012, the
world has consumed more than 300 million tons of meat, per capita is 42.5 kg. Although
there are clear differences between poor and rich countries, but poor countries are catching
up rapidly. In 2006, per capita meat consumption of developing countries is 30.7 kg, but had
reached 32.7 kg in 2012, has increased by about 7%. Yet in the same period, per capita
meat consumption in industrialized countries, has dropped from 81 kg to 79 kg
Today where can eat steak with low may be quickly ended. The world population is growing
rapidly, meat consumption in developing countries more and more alone. Experts have long
estimated that meat will once again become a luxury food in the future.
(Sumber: http://www.epochtimes.co.id/kesehatan.php?id=1090) *
On 12 May 2012. The consumption of beef per capita Indonesia today reached 1.87 kg. This
figure is low compared to other countries in Southeast Asia. Low consumption that was,
Indonesia needs at least 448,000 tonnes of beef per year. Of these, only about 85% that can
be met by domestic beef production and the rest is coming from another country imports.
This is very worrying given the state of our dependence on imported supplies, then our
bargaining position in world politics becoming weaker. Moreover, imports from other
countries are also opportunities for the entry of livestock diseases that have never existed
before in Indonesia. Therefore, to prevent this, the Ministry of Agriculture of Indonesia
launched a program PSDSK (Self-Sufficiency Program Beef and Buffalo). Previously, the
program was announced for 2010, but for one reason or another it was revised to 2014.
APFINDO also highlighted local beef supply highly dependent on the region of Central Java
and East Java. Besides, there are many businesses cattle in Indonesia, particularly smallscale livestock enterprises that have not implemented an effective way to raise productivity
and reproduction is not maximized. APFINDO most emphasized, as the private sector who
deal directly with the problem of meat in Indonesia, that the success of self-sufficiency in
meat industry in 2014 depending on the success of breeding cattle, feedlots and feedlot
industry, industrial slaughterhouses and beef-based processing industry. The real challenge
now facing include the availability of feed, livestock farming, marketing, distribution and
transportation.
As an influential private sector nationally, APFINDO strongly support self-sufficiency
programs of meat in 2014, covers an import business fattened cattle for at least 60 days as
a delay program supporting local beef bulls and reduction of local productive female cutting
rate, doubling the resources of cattle up to 40% in the form of fresh meat in order to
overcome the shortage of domestic meat production, absorption of local cattle, slaughter
integration with the production and processing of meat, efforts to produce fresh meat meets
the rules FOSTER (safe, healthy, whole, halal) meat import substitution, development of
nurseries and breeding, import productive cows to be bred in order to increase the cattle

population in the country, especially breeders to be developed further, as well as the


absorption and rescue cuts local productive cows
http://fkh.ipb.ac.id/index.php/component/content/article/7-berita/1264-stadium-generalpeluang-dan-tantangan-swasembada-daging-2014
Bandung market analysis
nutrition observers considered that the level of nutrition bandung citizens in crisis, because
many of the duo rarely consume protein source ini.ini still visible because of social inequality
in the region as a whole bandung
Ridwan Kamil as the mayor and to support local government programs in improving nutrition
then held a culinary night. It is intended to improve their economy so that if the level of
economic Bandung Bandung increased purchasing power of citizens duo expected to meat
will increase as well.
In addition Ridwan Kamil will also fix the traditional market is becoming more modern and
elegant, so it can be more attractive to a buyer for the meat in traditional markets. And the
need for nutritional improvement duo will be fulfilled.
http://www.bimbingan.org/konsumsi-daging-kota-bandung.htm

http://pratamasandra.wordpress.com/2011/05/11/permintaan-daging-sapi/
permintaan daging sapi
Posted: Mei 11, 2011 in materi kuliah
Tag:daging sapi, daging sapi bandung, permintaan daging, permintaan daging
sapi
0
Permintaan daging sapi akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan meningkatnya kesejahteran masyarakat. Kesadaran masyarakat
akan pentingnya kebutuhan protein hewani juga menjadi penyebab
meningkatnya permintaan daging sapi. Namun peningkatan tersebut tidak
sebanding dengan perkembangan populasi sapi potong. Saat ini terdapat
kecenderungan yang menunjukkan semakin lebarnya kesenjangan antara laju
permintaan dan laju penawarannya, terutama daging sapi, permasalahan utama
di dalam upaya pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional adalah
ketidakmampuan sektor produksi domestik untuk mengimbangi laju
pertumbuhan konsumsi.
opportunity
Indikator kesenjangan antara permintaan dan penawaran tersebut berdasarkan
fakta menunjukkan bahwa Indonesia hanya mampu menyediaan daging sapi
dalam negeri pada tahun 2008 hanya 60 % dari kebutuhan dan 40 % sisanya
dipenuhi dari impor berupa, sapi bakalan (453.000 ekor) dan daging sapi (70.000
ton). Dari impor tersebut, hampir 40 % masuk ke Jawa Barat untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi. Saat ini, kebutuhan konsumsi daging Jawa Barat


tampaknya belum dapat dipenuhi oleh produksi domestik. Berdasarkan data
terakhir, kemampuan domestik Jawa Barat dalam menyediakan daging sapi baru
mencapai sekitar 20 % dari total kebutuhan, sementara sisanya disediakan
melalui impor ternak hidup dan daging antar propinsi atau antar negara. Antar
propinsi, Jawa Barat masih harus mengimpor sapi potong rata-rata sebanyak
245.000 ekor setiap tahunnya, sementara rata-rata 180.000 ekor pada impor
antar negara. Populasi sapi potong di Jawa Barat pada tahun 2009 adalah
302.943 ekor (Direktorat Jendral Peternakan, 2009).
Besarnya pangsa konsumsi daging serta tingkat impor tidak lain merupakan
alasan utama yang menunjukkan bahwa Jawa Barat akan tetap memiliki peranan
yang sangat strategis di masa depan. Sebagai salah satu wilayah konsumen
daging yang terbesar, kontribusi Jawa Barat di dalam upaya untuk meningkatkan
pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional diperkirakan dapat secara signifikan
mengurangi ketergantungan nasional kepada komoditas impor, sekaligus
memperlambat arus devisa yang harus dikeluarkan oleh sistem perekonomian
nasional ke pasar global. Sejalan dengan semangat tersebut, program
pemenuhan kebutuhan daging sapi yang digagas secara nasional melalui
program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi 2014 P2SDS-2014
akan sangat ditentukan oleh kemampuan Jawa Barat di dalam meningkatkan
populasi sapi potongnya.
Salah satu upaya Jawa Barat untuk menciptakan kondisi di atas adalah dengan
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki terutama lahan, baik lahan untuk
beternak maupun lahan untuk pakan. Pada saat ini wilayah yang berpotensi
untuk dijadikan daerah pengembangan sapi potong adalah wilayah Jawa Barat
bagian selatan. Jawa Barat bagian selatan berpotensi untuk dijadikan wilayah
pengembangan sapi potong karena sebagian besar wilayahnya merupakan
perkebunan sehingga pemeliharaan sapi potong dengan pola ekstensif cocok
dilakukan di wilayah tersebut. Salah satu wilayah di Jawa Barat bagian selatan
yang memiliki kriteria tersebut adalah Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur.
Lahan perkebunan yang ada memberikan banyak manfaat dan kemudahan bagi
peternak sapi potong yang menggunakan pola ekstensif, terutama dalam hal
pakan yang merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi. Dengan adanya
perkebunan, maka pakan ternak dapat diperoleh dari perkebunan tersebut
dengan bebas tanpa harus mencari lagi sehingga peternak tidak perlu
memikirkan tentang masalah pakan. Manfaat dan keuntungan yang lain adalah
pola kepemilikan. Adanya perkebunan yang luas dan pola ekstensif sebagai
sistem pemeliharaan, maka pola kepemilikan dapat dimaksimalkan, peternak
dapat memelihara sapi potong dengan jumlah yang banyak karena tidak perlu
memikirkan lahan yang dimiliki.
Pengembangan sapi potong tidak akan terlepas dari teknologi. Teknologi yang
biasa digunakan dalam peternakan sapi potong adalah teknologi Inseminasi
Buatan (IB). IB dibutuhkan untuk menunjang pengembangan populasi. Sulitnya
mengontrol reproduksi atau perkawinan merupakan alasan yang dihadapi oleh
peternak yang menggunakan pola ekstensif, karena biasanya sapi-sapi yang
dimiliki oleh peternak sebagian besar adalah sapi betina sehingga peternak

memiliki kesulitan dalam hal perkawinan. Oleh karena itu penggunaan


Inseminasi Buatan (IB) merupakan solusi teknologi yang tepat guna untuk
masalah tersebut.
Peternak yang menggunakan IB sebagai cara untuk meningkatkan produktivitas
ternak sapi potong mampu meningkatkan efisiensi usaha, karena anak sapi
(pedet) hasil IB dapat tumbuh dan berkembang lebih baik sehingga memberikan
waktu jual sapi yang lebih pendek dari pada usaha ternak yang tidak
menggunakan IB. Selain itu dengan menggunakan IB ada kecenderungan
kualitas sapi potong hasil silangan lebih baik dari pada sapi lokal. Fenomena
seperti ini, memungkinkan peternak memelihara betina yang lebih banyak
dengan demikian dapat diharapkan terjadi peningkatan pendapatan peternak
secara nyata dan pada akhirnya tujuan pengembangan populasi sapi potong
Jawa Barat dapat tercapai dengan baik.
7p/marketing mix
Product
Place and Time
Price
Promotion and Education
Process
Physical Environment

Design servicescape and provide tangible evidence of


service performances

Create and maintain physical appearances

People

Buildings/landscaping

Interior design/furnishings

Vehicles/equipment

Staff grooming/clothing

Sounds and smells

Other tangibles

Manage physical cues carefully can have profound impact


on customer impressions

SEGMENTATION

The process by which customers in markets with some


heterogenity can be grouped into smaller, more similar or
homogeneous segments
Hold a great position and be competitive
Able to design products that match the market demand
Easier to analyze the market
Opens the way to find a niche market Opportunity)
More effective and efficient communication strategy

Targeting:

The decision about which segment (s) a business decides to


priorities for its sales and marketing efforts

marketers evaluate the attractiveness of each potential


segment, and

decide which of these groups they will try to turn into


customers.

Target market:

group or groups selected by a firm to be turned into


customers as a result of segmentation and targeting.

POSITIONING
The process of creating an image for a product in the mind of target customers

Positioning (Ries & Trout): starts with a product but positioning is not what you do
with a product. Positioning is what you do in the mind of the prospect. That is,
you position the product in the mind of the prospect.
the act of designing the companys offering and image to occupy a distinctive
place in the the target markets mind. - Kotler
Adalah pertempuran untuk merebut sebuah kapling di benak konsumen (Renald
Khasali

You might also like