Professional Documents
Culture Documents
Stimulus Kimiawi
Stimulus Thermal
Stimulus Neurologik
Stimulus Elektrik
Stimulus Psikologik
Nociceptor menerima
rangsangan
Nyeri
Nyeri Akut
Nyeri Kronis
E. Pemerikasaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium klinik
b. Sinar X (Rontgen)
c. CT-Scan
d. MRI
F. Penatalakasanaan Medis
a. Pemberian obat analgesik
Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu dan
memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara
mengurangi nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika dan bukan
narkotika. Jenis narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan
menimbulkan depresi pada fungsi vital,seperti respirasi. Jenis bukan
narkotika yang paling banyak ditemukan dimasyarakat adalah aspirin,
asetaminofen, dan bahan antiinflamasi nosteroid. Golongan aspirin
(asetysalicylic acid) digunakan untuk memblok rangsangan pada sentral
dan perifer,kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin yang
memiliki khasiat setelah 15-20 menit dengan efek puncak obat sekitar 1-2
jam. Aspirin juga menghambat agregasi trombosit dan antagonis lemah
terhadap vitamin K, sehingga dapat meningkatkan waktu peredaran darah
dan protombin bila diberikan dalam dosis yang tinggi. Golongan
asetaminofen sama seperti aspirin,akan tetapi tidak menimbulkan
perubahan kadar protombin dan jenis Nonsteroid Anti Inflammatory Drugs
(NSAID), juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis rendah dapat
berfungsi sebagai analgesi.Kelompok obat ini meliputi ibuprofen,
mefenamic acid, fenoprofen, naprofen, zomepirac, dan lain-lain.
Jenis Obat Analgesik
Nama Generik
Nama
Dosis
Dagang
Morphin
Cara
Serangan Puncak
Pemberi
5-20
an
SC, IM
mg per
Lama
Khasiat
5-10
60
menit
menit
5-30
30-60
menit
menit
4-6 jam
3-4
Codein sulfat
jam
15-60
mg per
3-4
jam
SC, PO
3-4 jam
Hydromorphone Dilaudid
2-4 mg IV,
hydrocloride
Meperidine
jam
50-150
Demeral
hydrocloride
IV,
IM, 5-15
4-6 jam
30-60
2-4 jam
menit
IM, 10-15
mg per SC, PO
1 jam
menit
menit
3-4
Methadone
jam
Dolophine 2,5-10
1-2 jam
mg per PO
3-4
Pentazocine
Talwin
jam
50-100
PO
mg per
3-4
jam
digunakan
untuk
G. Pengkajian Keperawatan
4-6 jam
3. Kualitas nyeri
Minta pasien untuk menjelaskan nyeri yang dirasakan, apakah seperti
dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk, dan sebagainya
4. Pola nyeri
Pola nyeri meliputi waktu, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri.
5. Faktor presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu timbulnya nyeri. Seperti
aktivitas fisik yang berat dapat memicu timbulnya nyeri dada. Selain
itu, lingkungan, stresor fisik, dan emosional juga dapat memicu
timbulnya nyeri.
6. Gejala yang menyertai
Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare. Gejala tersebut
dapat disebabkan oleh awitan nyeri atau nyeri itu sendiri.
7. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas klien
akan membantu memahami perspektif klien tentang nyeri. Beberapa
aspek kehidupan yang dikaji terkait nyeri adalah tidur, nafsu makan,
konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpersonal, hubungan pernikahan,
aktivitas di rumah, aktivitas di waktu senggang, serta status emosional.
8. Sumber koping
Setiap individu memiliki strstegi koping yang berbeda-beda dalam
menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman
nyeri sebelumnya atau pengaruh agama atau budaya.
9. Respons afektif
Respons afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situasi,
derajat dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri, dan banyak faktor
lainnya. Perlu dikaji adanya ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan
gagal pada diri klien.
b. Observasi respons prilaku dan fisiologis
Banyak respon nonverbal yang bisa dijadikan indikator nyeri. Salah
satu yang paling utama adalah ekspresi wajah. Perilaku seperti menutup
mata rapat-rapat atau membukanya lebar-lebar, menggigit bibir bawah, dan
seringai wajah dapat mengindikasikan nyeri. Selain ekspresi wajah respons
nyeri dapat berupa vokalisasi (mengerang, menangis, berteriak), mobilisasi
bagian tubuh yang mengalami nyeri, gerakan tubuh tanpa tujuan
(menendang-nendang, membolak-balikan tubuh di kasur), dll.
Sedangkan respon fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung pada
sumber dan durasi nyeri. Pada awal nyeri akut, respons fisiologis dapat
meliputi peningkatan tekanan darah, nadi dan pernafasan, diaphoresis serta
dilatasi pupil akibat terstimulasinya sistem saraf simpatis. Jika nyeri
berlangsung lama dan saraf simpatis telah beradaprasi, respon fisiologis
tersebut mungkin akan berkurang atau mungkin tidak ada.
H. Daftar Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Nyeri kronis
I. Intervensi Keperawatan
Hari/Tang
Diagnosis
gal/Jam
Keperawatan
Nyeri akut
Tujuan
Intervensi
Setelah
1. Kaji
dilakukan
nyeri
2. Berikan
tindakan
Rasional
tingkat 1. Dengan
informasi
mengetahui
tingkat
dapat
nyeri
diketahui
keperawatan
selama ... x 24
tentang nyeri
3. Ajarkan teknik
relaksasi
4. Tingkatkan
jam,
diharapakan
nyeri berkurang
dengan kriteria:
- Pasien
diberikan.
2. Klien
tidur/istirahat
yang cukup
5. Kolaborasi
mengatasinya.
3. Relaksasi dapat
mengurangi
mengenal
pemberian
reaksi
nyeri
- Pasien
nyeri.
dengan resep
6. Periksa
vital
melaporkan
sign
nyeri
dan
dapat
dikendalikan
- Frekuensi
perkembangan
kondisi klien.
tingkat 1. Dengan
dilakukan
nyeri
2. Kontrol faktor-
nyeri berkurang
dengan kriteria:
- Pasien
mengenal
faktor
penyebab
dan
mengetahui
1. Kaji
diharapakan
kecemasan
nyeri
6. Untuk
analgetik
Setelah
jam,
menurunkan
pemberian
ringan
selama ... x 24
dapat
mengurangi nyeri
5.
Analgetik dapat
sesudah
menurunkan rasa
menjadi
keperawatan
yang
sebelum
nyeri
tindakan
lebih
memahami
dalam
serangan
Nyeri kronis
mengetahui
tingkat
nyeri
faktor
dapat
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi
respon
pasien
terhadap
an
3. Ajarkan teknik
distraksi
diberikan.
2. Dengan
mengpntrol faktor
penyebab
dapat
mencegah
ketidaknyaman
relaksasi
diketahui
dan
timbulnya nyeri
3. Relaksasi dapat
mengurangi
nyeri.
4. Dengan
mengetahui
tipe
nyeri
- Pasien
4. Perhatikan tipe
dan
mengenal
reaksi
serangan
nyeri
- Pasien
melaporkan
dapat
dikendalikan
- Frekuensi
nyeri ringan
- Pasien
nyaman
atau
untuk
manajemen
menurunkan rasa
pemberian
analgetik
7. Periksa tandavital
dan
nyeri
7. Untuk
mengetahui
perkembangan
kondisi klien.
sesudah
pemberian
analgesik
J. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi.
K. Evaluasi
Evaluasi dapat dibedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi
proses dievaluasi setiap selesai melakukan perasat dan evaluasi hasil berdasarkan
rumusan tujuan terutama kriteria hasil. Hasil evaluasi memberikan acauan tentang
perencanaan lanjutan terhadap masalah nyeri yang dialami oleh pasien.
L. Referensi
Carpenito, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13.
Jakarta: EGC.
Herdman, T Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC.
dapat
mengurangi nyeri
6. Analgetik dapat
dalam
sebelum
dan
kecemasan
nyeri
6. Kolaborasi
tanda
dapat
dikurangi dengan
memfasilitasi
gejala nyeri
- Pasien
merasa
istirahat
nyeri
dicegah
nyeri
5. Tingkatkan
tidur
mengenali
nyeri
sumber
Mahasiswa
NIP. .
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
NIP. .