You are on page 1of 83

BAB I

GAMBARAN UMUM
1.1

Gambaran Umum Desa Secara Geografis

1.1.1

Situasi Keadaan Umum

Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu Puskesmas yang terletak di wilayah
Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Kecamatan Teluknaga
Kabupaten Tangerang Propinsi Banten, mempunyai luas wilayah 4.763.198 Ha
(47,631 Km2), terdiri dari luas daratan 2.170.120 Ha dan sawah 2.593.078 Ha dengan
ketinggian dari permukaan laut 2-3 meter.
Topografi Kecamatan Teluknaga meliputi :
1.
2.
3.
4.

Daerah sawah
Daerah pantai
Dataran rendah dengan ketinggian antara 2-3 meter diatas permukaan laut
Daerah tambak
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah kecamatan Teluknaga
dipantai utara kabupaten Tangerang, dengan luas wilayah kerja 2.481. 599 Ha (30
km2) terdiri dari luas daratan1.085.060 Ha dan sawah 1.296.539 Ha dengan
ketinggian dari permukaan laut 2-3 meter. Temperatur wilayah Puskesmas Tegal
Angus cukup panas, yaitu rata rata antara 30C - 37 C.
Gambar 1.1 Peta dan Batas Wilayah Desa Pangkalan

Sumber : yarsi.ac.id
Wilayah kerja Puskesmas Tegalangus terdiri dari 6 Desa Binaan yaitu :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Desa Lemo
Desa Pangkalan
Desa Tanjung Burung
Desa Tanjung Pasir
Desa Tegal Angus
Desa Muara
Batas-batas wilayah Puskesmas Tegal Angus adalah sebagai berikut :

1. Batas Utara

:Laut jawa/ DKI Jakarta

2. Batas Selatan :Kota Tangerang/Bandara Soeta


3. Batas Timur

:Kecamatan Kosambi

4. Batas Barat:

:Desa Kali Baru Kec Pakuhaji

Puskesmas Tegal Angus terletak di kompleks kantor desa Tegal Angus di Jl. Raya
Tanjung Pasir. Jarak terjauh desa binaan adalah desa Tanjungburung dengan jarak
tempuh 6 km. Transportasi dari dan ke Puskesmas Tegal Angus dari desa Tegal
Angus, Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal Angus dan Tanjung Pasir dapat ditempuh
dengan angkutan umum baik sepeda motor maupun mobil. Akan tetapi dari desa
Lemo dan Muara hanya dapat ditempuh dengan angkutan umum sepeda motor atau
berjalan kaki. Perbaikan sistem transportasi seperti perbaikan jalan dan penyediaan
sarana angkutan umum akan mempermudah akses masyarakat ke pelayanan
kesehatan di Puskesmas Tegal Angus. Untuk mempermudah akses masyarakat ke
pelayanan kesehatan saat ini telah dibangun pustu (Puskesmas pembantu) di desa
Muara, yang dapat melayani masyarakat di desa Muara dan Lemo.

1.1.2

Batas Wilayah Desa Pangkalan

Gambar 1.2 Peta Desa Pangkalan

Sumber : wikipedia.com
Batas batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat pada gambar adalah
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tegal Angus


Sebelah barat berbatasan dengan Desa Lemo dan Kampung Besar
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kalibaru
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu Barat
1.2
1.2.1

Gambaran Umum Desa Secara Demografi


Situasi Kependudukan

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2014 jumlah penduduk
di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus adalah 53,822 jiwa yang tersebar di 6 desa
seperti yang tercantum di tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal
Angus, 2014
NO

DESA

LUAS
WILAY

JUMLAH JUML

RATA-

KEPADAT

PENDUD AH
RUMA

RATA
JIWA/RU

AN
PENDUD

AH
(km2)

1
2
3
4
5
6

PANGKALAN 7.54
TANJUNG
BURUNG
TEGAL
ANGUS
TANJUNG
PASIR
MUARA
LEMO

JUML

UK

H
TANG
GA

MAH

UK

TANGGA

per km2

16.871

5.362

4.08

2.24

5.24

7.754

2,685

4.5

1.48

2.83

9,378

2,900

4.6

3.31

5.64

9,738

1,823

4.6

1.73

5.14
3.61

3,524
6,557

492
655

4.4
4.4

6.86
1.82

4.6

10.364

30.00
53,822
13.917
AH
Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2014

Data penduduk dari BPS Kecamatan Teluk Naga menunjukkan fluktuasi jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus seperti yang terlihat pada grafik
di bawah ini.

Grafik 1.1 Fluktuasi Jumlah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus,
2009-2014

55000
54000
53000
52000
51000
50000
49000
48000
47000
2009

2010

2011

2012

2013

2014

Sumber : Kantor Statistik Kecamatan Teluk Naga,2014


Fluktuasi jumlah penduduk terlihat jelas pada tahun 2011 hingga 2012 dan cenderung
stabil setelah tahun 2012.
Jumlah penduduk yang berubah-ubah dikarenakan adanya kelahiran, kematian dan
migrasi penduduk. Migrasi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus
cenderung terjadi dengan cepat, mengingat letak wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus yang berbatasan dengan provinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang. Akses
jalan dan transportasi yang mudah dari dan keluar wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus memudahkan migrasi yang cepat tersebut.
Jumlah penduduk yang cukup besar dan adanya fluktuasi merupakan suatu tantangan
dalam pembangunan kesehatan karena adanya perubahan sasaran dari programprogram pembangunan kesehatan sekaligus menjadi faktor pendorong pembangunan
karena tersedia SDM (sumber daya manusia) yang cukup untuk menggerakkan
pembangunan. Akan tetapi SDM bidang kesehatan masih sangat kurang di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus sehingga diharapkan Puskesmas dapat terus
meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk menyesuaikan program Puskesmas
dengan keadaan penduduk di wilayah kerjanya.
Klasifikasi jumlah penduduk berdasar jenis kelamin di wilayah kerja Puskemas Tegal
Angus dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini :

Tabel 1.2 Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin


Jumlah Penduduk
NO

DESA/KEL

Laki-

Perempuan

JUMLAH

laki
1
Pangkalan
7.672
7.706
15.378
2
Tanjung Burung 3.379
3.343
6.722
3
Tegal Angus
4.313
4.428
8.741
4
Tanjung Pasir
4.436
4.413
8.849
5
Muara
1.740
1.776
2.516
6
Lemo
3.061
3.077
6.138
JUMLAH
27.412
26.160
53.444
Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2014
Isu gender menjadi penting saat ini karena arah pembangunan mulai diarahkan sesuai
dengan populasi jenis kelamin. Pembangunan kesehatan juga sudah kearah isu gender
dengan membuat laporan indikator kesehatan sesuai jenis kelamin. Data berdasarkan
jenis kelamin seperti yang termuat dalam laporan profil kesehatan ini diharapkan
dapat membantu membuat kebijakan sesuai kebutuhan gender. Seperti terlihat pada
tabel di atas jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan.
Kondisi ini menuntut perhatian khusus karena saat ini tingkat partisipasi terhadap
program kesehatan di Puskesmas lebih banyak perempuan baik sebagai sasaran
kesehatan seperti bumil,bulin maupun sebagai kader kesehatan. Program-program
seperti KIA-KB dan gizi identik dengan ibu-ibu (perempuan) padahal peran laki-laki
juga dibutuhkan. Di lain pihak, kesehatan pengembangan seperti usaha kesehatan
kerja mungkin perlu dikembangkan mengingat lebih banyak laki-laki yang bekerja
bandingkan perempuan.
1. 2.2 Kondisi Sosial Ekonomi
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari campuran budaya asli
Tangerang dan budaya Cina yang sudah lama menetap di daerah Tangerang dan

sekitarnya. Jumlah pemeluk agama di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dapat
dilihat pada tabel 1.3 di bawah ini :
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk menurut Agama yang dianut di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus 2014
No.

Agama

Jumlah Pemeluk

Islam

49232

Budha

3183

Kristen

771

Khatolik

203

Khonghucu

52

Hindu

Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2014


Seperti terlihat pada tabel diatas bahwa komposisi pemeluk di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus di dominasi oleh pemeluk agama Islam dan Budha.
Kehidupan agama di wilayah ini berjalan dengan harmonis. Hal ini dibuktikan
dengan adanya tempat ibadah agama lain selain Islam yaitu adanya klenteng di
pemukiman penduduk. Hari raya Imlek dan pertunjukkan barongsai yang merupakan
kebudayaan penduduk keturunan Cina pun dapat diterima dengan baik. Sehingga
kehidupan sosial penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berjalan dengan
baik. Kehidupan sosial yang harmonis merupakan salah satu kekuatan dalam
pembangunan kesehatan karena dapat melibatkan masyarakat dalam kegiatan
pembangunan kesehatan.
Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus cukup
beragam, hal ini berhubungan dengan geografis kecamatan Teluk Naga dimana
terdapat persawahan dan berbatasan dengan laut serta daerah kota Tangerang dan
akses ke daerah Jakarta.
Tabel 1.4 Lapangan pekerjaan penduduk wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus ,2014

No.
Lapangan Kerja Penduduk
Jumlah
1.
Petani pemilik
13316
2.
Petani penggarap
6063
3.
Buruh
4592
4.
Nelayan
386
5.
Pedagang
6373
6.
Industri rakyat
13536
7.
Buruh industri
13757
8.
Pertukangan
4109
9.
PNS
222
10.
TNI/POLRI
65
11.
Pensiunan PNS
45
12.
Pensiunan TNI/POLRI
43
13.
Perangkat Desa
141
14.
Pengangguran
4004
Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2014
Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus belum berkembang secara
ekonomi. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh nelayan, petani dan buruh
dengan pendapatan yang tidak tetap. Hampir separuh dari jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus mempunyai tingkat ekonomi yang rendah
seperti yang terlihat di grafik berikut ini.

Grafik 1.2 Persentase penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus,
2014

penduduk menengah keatas; 41%


penduduk miskin; 59%

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang & Data Jamkesmas Puskemas Tegal
Angus, 2014
Terlihat dari grafik jumlah penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus pada tahun 2014 adalah 31.898 jiwa yaitu 59,3 % dari jumlah penduduk
53.822 jiwa.
Grafik

1.3 Jumlah penduduk dan jumlah penduduk miskin di wilayah kerja

Puskesmas Tegal Angus tahun 2009 2014


Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Miskin

52851

51858

49344

53831

23403

23869

23403

23403

2009

2010

2011

2012

53444

53822

31918

31898

2013

2014
Su

mber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang & Data Jamkesmas Puskemas Tegal
Angus, 2014

Jumlah penduduk miskin yang masih cukup besar menunjukkan kondisi ekonomi
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus masih belum berubah seperti
tahun-tahun sebelumnya seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini.
Masih banyaknya penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dapat
menjadi hambatan dalam pembangunan kesehatan. Oleh karena itu kerjasama lintas
sektoral perlu terus di tingkatkan, dalam hal ini pembangunan ekonomi harus juga
ditingkatkan. Kesehatan masyarakat tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor
kesehatan tetapi berbagai faktor dimana salah satu faktor yaitu faktor ekonomi juga
berperan penting dalam pembangunan kesehatan.
1. 2.3 Pendidikan
Tingkat pendidikan

masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan

perilaku masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat


berperan dalam pembangunan kesehatan.
Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus seperti terlihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.5 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus

N
O

JUMLAH SEKOLAH
NAMA DESA
R

SM

MT

SM

SM

A
0

D
5

I
1

P
2

S
1

A
0

K
1

A
0

Burung
1
0
0
2
1
0
Tegal Angus
0
1
0
2
2
2
Tanjung Pasir 0
2
0
2
1
0
Muara
0
0
0
3
0
0
Lemo
0
0
0
3
0
0
PUSKESMAS 1
3
0
12 4
2
Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2014

0
1
1
0
0
2

0
1
0
0
0
1

0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0

1
2
3
4
5
6

PAU
Pangkalan
Tanjung

D
1

TK
2

10

Terlihat dari tabel jumlah sekolah yang terdapat dalam wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus sebanyak 25 sekolah, terdiri dari 1 PAUD , 3 TK, 12 SD, 4 MI , 2 SMP,
2 MTS, dan 1 SMA.
Tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus masih rendah, dari
jumlah 53.444 penduduk hanya sebagian kecil yang mengenyam pendidikan seperti
yang terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.6 Penduduk 10 tahun keatas menurut jenjang Pendidikan di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus ,2014
No. Jenjang Pendidikan
Jumlah
1.
Tidak / belum tamat SD
12598
Sumber : Data BPS
2.
SD/MI
15738
Kecamatan Teluk Naga
3.
SLTP/MTS
4060
4.
SLTA/MA
3601
Tahun 2014
5.
AK/Diploma
159
6.
Universitas
130
Jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD masih
cukup besar yaitu 12.598 jiwa atau 23.5 % dari jumlah penduduk. Hal ini merupakan
tantangan dalam pembangunan kesehatan, pelaksanaan program-program Puskesmas
harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan dari penduduk yang menjadi sasaran
agar lebih diterima. Kemampuan membaca dan menulis dapat dilihat dari angka
melek huruf, yang diukur dari persentase penduduk usia 10 th keatas yang bisa
membaca dan menulis. Berdasarkan data dari BPS Kecamatan Teluk Naga angka
melek huruf di wilayah kerja Puskesmas adalah 91,05% untuk laki-laki dan 87,10%
untuk perempuan. Angka melek huruf ini meningkat dari tahun 2013 sebelumnya
seperti terlihat dari diagram di bawah ini.

11

120
100
80
Axis Title

60
40
20
0
2009

2010

2011

2012

2013

2014

Grafik 1.4 Angka Melek Huruf penduduk usia 10 th keatas di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus 2009 2014
Sumber : Kantor Statistik Kecamatan Teluk Naga, 2014
Terlihat peningkatan angka melek huruf pada tahun 2013 yaitu sebanyak 0.95 % dari
tahun 2012. Penurunan angka melek huruf baik pada laki-laki maupun perempuan di
tahun 2014 merupakan suatu hambatan dalam pembangunan kesehatan terutama
program Puskesmas yang memerlukan partisipasi masyarakat seperti UKBM , desa
siaga maupun perekrutan kader-kader kesehatan.
1.2.4

Kesehatan

1.2.4.1 Sepuluh Besar Penyakit


Berdasarkan hasil laporan bulanan Penyakit (LB1) Puskesmas Tegal Angus
didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada
tahun 2014 menurut golongan semua umur seperti grafik berikut ini :

12

Grafik 1.5 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus , 2014


Jumlah

MYALGIA

519

DIARE

587

SAKIT KEPALA

2107

GASTRITIS

956

HIPERTENSI

1074

BATUK

1431

DEMAM

2573

DERMATITIS
LAIN LAIN

1598
213

ISPA

3341

Sumber : Data surveillance Puskesmas Tegal Angus,2014


Penyakit terbanyak adalah penyakit-penyakit menular seperti ISPA,disusul dengan
penyakit batuk dan demam. Penyakit tidak menular (PTM) yang masuk dalam
sepuluh besar penyakit adalah myalgia. Masih banyaknya penyakit dalam sepuluh
besar penyakit tahun 2014 dikarenakan kurang spesifiknya diagnose pada saat
pemeriksaan dan kurangnya komunikasi antara petugas pemeriksa dengan petugas
yang menginput data. Usaha perbaikan yang dilakukan antara lain memasang kode
diagnosis ICD X di setiap tempat pemeriksaan dan koordinasi antara petugas
pemeriksa dan petugas penginput data.
1.2.4.1.1

Demam Berdarah Dengue (DBD)


Penyakit DBD masih sulit diberantas di Indonesia. Hal ini karena penyebarannya
yang melalui vector nyamuk Aedes Aegypti sehingga penangananya tidak hanya
mengobati pasien DBD tetapi juga memberantas sarang nyamuk dan menjaga
lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk.
Jumlah pasien DBD yang tercatat di Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 adalah
ada 20 pasien. Jumlah pasien ini semua pasien DBD yang dirujuk. Setelah ada surat
keterangan dari rumah sakit pasien positif DBD maka petugas DBD dan surveillance

13

Puskesmas Tegal Angus akan melakukan PE (penyelidikan epidemiologi) untuk


memeriksa lingkungan tempat tinggal pasien kemudian dilakukan fogging untuk
memberantas nyamuk Aedes Aegypti sehingga dapat mencegah penularan DBD.
Semua pasien yang tercatat ditangani sesuai prosedur sehingga prosentase pasien
DBD ditangani 100%.
Penemuan kasus DBD berdasarkan laporan kader, bidan desa dan masyarakat dengan
surat keterangan dari rumah sakit. Untuk meningkatkan penemuan kasus perlu
dilakukan sosialisasi tentang penanganan DBD agar setiap pasien DBD dapat
ditangani sesuai prosedur termasuk fogging. Untuk mencegah terjadi dan penularan
DBD juga dilakukan pembinaan lingkungan seperti pemeriksaan rumah bebas jentik
dan pembentukan kader jumantik (juru pantau jentik).
1.2.4.2 Sarana Kesehatan
Berikut sarana kesehatan yang ada di Wilayah Puskesmas Tegal Angus pada tahun
2013 :
Tabel 1.7. Sarana Kesehatan Yang ada di Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013
No Jenis Sarana Kesehatan
1. a. Puskesmas
b. Puskesmas Pembantu
c. Poskesdes
2. Rumah Sakit Pemerintah
3. Rumah Sakit Swasta
4. Rumah Bersalin Swasta
5. Balai Pengobatan Swasta
6. Praktek Dokter Umum Swasta
7. Praktek Bidan Swasta
8. Dokter Gigi praktek swasta
9. Laboratorium Klinik Swasta
10

Jumlah
1
1
1
0
0
0
2
5
8
0
0
0

.
Apotik
11. Optikal
12

0
0

.
13

45

Gudang Farmasi
Posyandu

14

Jumlah

No Jenis Sarana Kesehatan


.
14
.
15

Toko Obat
0

.
Pos UKK
16 Polindes
Sumber : Puskesmas Tegal Angus, 2014

Dari tabel diatas sarana kesehatan dan faktor pendukung yang ada di Puskesmas
Tegal Angus masih kurang.
1.2.4.3 Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan
pembanguan kesehatan karena merupakan penggerak dari program-program
kesehatan.
Tabel 1.8 Tenaga Kesehatan yang ada di Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
NO

KATEGORI TENAGA

STATUS
PNS
PTT/TKK LAIN-

1
Dokter Gigi
1
0
2
Dokter Umum
0
1
3
AKBID
0
0
4
AKPER
0
0
5
D3 Gizi
1
0
6
D3 Kesling
0
0
7
Bidan
8
6
8
Perawat
3
2
9
Pekarya
1
0
10
Honor
0
0
Sumber :Data Puskesmas Tegal Angus, 2014

LAIN
0
0
0
0
0
0
1
0
0
6

JUMLAH
1
1
0
0
1
0
15
5
1
6

Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Tegal Angus berjumlah 33 orang yang terdiri
dari dokter umum,dokter gigi, perawat, bidan dan tenaga gizi .

15

1.2.4.4 Perilaku Masyarakat


Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan sehat di Puskesamas dilakukan melalui
program promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat
dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut hal ini dapat disajikan
dengan indikator PHBS, adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah Puskesmas Tegal
angus pada Tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 1.9. Indikator PHBS Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
No
1
2
3
4
5
6
7

PHBS
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Rumah yang bebas jentik
Penimbangan bayi dan balita
Memberikan ASI eksklusif
Menggunakan air bersih
Menggunakan jamban sehat
Olahraga atau melakukan aktifitas fisik setiap

hari
8
Mengkonsumsi makanan seimbang
9
Tidak merokok dalam rumah
10
Penduduk misikin yang dicakup JPKM
Sumber : Data Puskesmas Tegal Angus, 2014

Pencapaian (%)
103.42
75.10
100
15.19
99.45
17.15
12.05
25.20
25.15
98.10

Berdasar kajian PHBS diatas didapat ada beberapa cakupannya masih rendah hal ini
dikarenakan :
1. Penduduk miskin masih banyak, sehingga yang mepunyai akses air bersih dan
jamban sehat sedikit
2. Tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga kurangnya kesadaran tentang ASI
Eksklusif, aktifitas fisik, merokok dalam rumah
3. Kurangnya kader jumantik sehingga kegiatan pemeriksaan jentik berkala kurang
optimal
4. Untuk meningkatkan pencapaian rumah tangga ber PHBS dilakukan penyuluhan
tentang PHBS yang terus menerus,meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas
sektor.

16

1.2.4.4 Upaya Kesehatan


Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan instansi terkait, dalam hal ini, antara
lain :
1

Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang

ada di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.


Pencegahan penyakit, vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi Polio bagi balita,

pemberian vitamin A.
Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah Dengue, Flu

Burung, Chikungunya, dan sejenisnya.


Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan makanan

yang bernutrisi.
Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan

dengan membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.


Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayur dan Tanaman Obat Keluarga

(TOGA), Tabulapot dan Tabulakar.


Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan diadakannya program senam
LANSIA dan POSBINDU

1.3

Gambaran Keluarga Binaan


1.3.1

Gambaran Umum Keluarga Binaan

Keluarga binaan kelompok III terdiri dari 5 keluarga yaitu :


1.
2.
3.
4.

Keluarga Ny.Reni
Keluarga Tn.Anton
Keluarga Tn.Mustain
Keluarga Tn. Mairin
Keluarga binaan ini bertempat di Kampung Suka Sari RT 02 RW 04 Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Diagnosis komunitas dilaksanakan
dari tanggal 11-22 Agustus 2015. Keempat keluarga binaan tersebut tinggal
berdekatan satu sama lain. Adapun lokasi pemukiman keluarga binaan kami adalah
sebagai berikut:
Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Binaan

17

1.3.2 Gambaran Keluarga Binaan


Pada Gambar 1.4 terdapat 4 rumah, dimana rumah pertama merupakan rumah
keluarga Ny.Reni ,Tn.Anton kemudian, Tn. Mustain dan terakhir rumah Tn. Mairin.
1.3.2.1. Keluarga Ny. Reni
Data Dasar Keluarga Ny. Reni
Keluarga binaan pertama adalah keluarga Ny. Reni. Terdapat tujuh orang anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Ketujuh anggota keluarga tersebut adalah:
Tabel 1.10.Keluarga Ny.Reni
No Nama

Status

Jenis

Usia

Pendidikan

Pekerjaan

keluarga
Kepala

kelamin
Wanita

58

SD

Ibu

Ny. Reni

Ny. Wina

keluarga

Rumah

Anak

Tangga
Ibu

Wanita

21

SD

Rumah
3

Ny. Lia

Anak

Wanita

20

SD

Tangga
Ibu

18

Rumah
4
5
6
7

Tn. Mustafa
Tn. Aceng
Alif
Musdalifah

Menantu
Menantu
Cucu
Cucu

Laki-Laki
Laki-Laki
Laki-Laki

30
25
3

Perempuan 2

SMP
SD
Belum

Tangga
Buruh
Buruh

Sekolah
Belum
Sekolah

Keluarga Ny. Reni tinggal di Kampung Suka Sari RT 02 RW 04 Desa Pangkalan,


Kecamatan Teluk Naga. Keluarga ini terdiri dari Ibu, kedua orang anak, kedua orang
menantu dan kedua orang cucu. Ny. Reni sebagai kepala keluarga, berusia 58 tahun
dan bekerja sebagai ibu rumah tangga, Ny. Wina berusia 21 tahun dan Ny. Lia berusia
20 tahun sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga dengan latar belakang pendidikan
terakhir sekolah dasar. Tn. Mustafa dan Ny. Wina memiliki seorang anak bernama
An. Musdalifah, sedangkan Tn. Aceng dan Ny. Lia memiliki seorang anak bernama
An. Alif.
Tn. Mustafa dan Tn. Aceng bekerja sebagai buruh pabrik. Tn. Mustafa mendapat
penghasilan dalam sebulan sebesar Rp. 1.200.000,00. Sedangkan Tn. Aceng Rp.
1.100.000,00. Pendapatan Tn. Mustafa dan Tn. Aceng digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, seperti makanan, minuman, pengobatan dan lain-lain.
Tn. Mustafa dan Tn. Aceng dapat membaca dan menulis. Tn. Mustafa menikah saat
berumur 27

tahun dan Ny. Wina berusia 20

tahun. Saat hamil,Ny. Wina

memeriksakan kehamilannya di posyandu sebanyak 2 kali dan saat melahirkan Ny.


Wina dibantu oleh paraji. Tn. Aceng menikah saat berumur 23 tahun dan Ny. Lia saat
berumur 19 tahun. Saat hamil Ny. Lia memeriksakan kehamilannya di Puskesmas
sebanyak 3 kali dan saat melahirkan Ny. Lia dibantu oleh seorang bidan yang
dipanggil ke rumah.
a. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Ny. Reni tinggal di lingkungan padat penduduk, jarak antar rumah kurang
lebih setengah meter. Keluarga Ny. Reni menempati sebuah rumah bangunan
permanen diatas tanah seluas 60 m2 dengan luas bangunan 9m x 6 m. Rumah ini

19

merupakan rumah peninggalan suami Ny. Reni yang sudah meninggal sejak 15 tahun
yang lalu. Bangunan rumah ini tidak bertingkat, dinding rumah terbuat dari batu bata,
dengan pembatas setiap ruangan dengan menggunakan papan, lantai menggunakan
semen dan keramik. Atap rumah menggunakan genteng

dangan rangka atap

menggunkan kayu dan tanpa plafon. Rumah Ny. Reni terdiri dari tiga buah kamar
tidur, satu ruang keluarga, satu dapur yang terhubung dengan tempat mencuci yang
juga digunakan untuk mandi dan buang air kecil. Ny. Reni tidak memiliki kamar
mandi khusus dan tidak memiliki jamban. Tempat mencuci tersebut disertai dengan
keran air dan pembuangannya di alirkan ke kali.
Ruang keluarga berukuran 2 x 3 m2 beralaskan semen dan keramik, terdapat TV dan
lemari penyimpanan alat rumah tangga, jendela diruangan tersebut kurang baik,
ventilasi udara kurang, dan rumah Ny. Reni terasa lembab. Pada ruang tidur Ny.
Reni , ventilasi udara kurang baik dan lembab berukuran 30 cm x 40 cm. Kamar Ny.
Wina dan Ny. Lia tidak dilengkapi dengan ventilasi atau jendela. Dapur terlihat
padat dan kurang rapih. Tempat cuci yang juga digunakan untuk mandi tanpa disertai
dengan jamban dan keran, kurang bersih. Sumber air bersih menggunakan air tanah,
air jernih namun berbau. Keluarga Ny. Reni memiliki satu buah motor, satu buah
televisi, dua buah kipas angin.
Gambar 1.11 Denah rumah keluarga Ny.Reni

20

b. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Reni terletak dipemukiman yang padat penduduk. Dibagian

depan

terdapat jalan setapak, di depan dan belakang rumah berbatasan dengan rumah
tetangga.
c. Pola Makan
Keluarga Ny. Reni memiliki pola makan sebanyak 2 kali dalam sehari. Biasanya
menu yang biasa dimakan adalah tahu, tempe, sayur, dan ikan. Ny. Raisah mencuci
bahan makanan serta peralatan memasak dengan air keran dan ia memasak
masakannya sampai matang.
d. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Ny. Reni memiliki tujuh orang anak, seluruh anak Ny. Reni sudah berkeluarga. Saat
Ny. Reni mengandung Ny. Reni tidak pernah memeriksakan kandungannya, saat
persalinan Ny. Reni dibantu oleh seorang paraji, ke tujuh anak Ny. Reni tidak
mendapatkan imunisasi.
Ny. Wina merupakan anak ke enam dari tujug bersaudara, Ny. Wina memiliki seorang
anak dan selama kehamilannya, Ny. Wina melakukan pemeriksaan ANC sebanyak 2
kali di posyandu desanya. Saat persalinan berlangsung Ny. Wina dibantu oleh seorang
bidan. Anak Ny. Wina hingga saat ini rutin di imunisasi di posyandu. Ny. Reni, Ny.
Wina dan Ny. Lia tidak pernah menggunakan KB.
e. Kebiasaan Berobat

21

Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya memilih berobat ke
bidan.
f. Riwayat Penyakit
Penyakit yang sering diderita anggota keluarga Ny. Reni adalah batuk pilek dan
pegal-pegal.
g. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Ny. Reni setiap harinya melakukan kegiatan membersihkan rumah dibantu oleh
anaknya yaitu Ny. Wina dan Ny. Lia. Saat melakukan aktifitas diluar rumah keluarga
Ny. Wina sering kali tidak menggunakan alas kaki, cucu Ny. Reni dibiarkan membeli
jajanan di warung dekat rumahnya. Menantu Ny. Reni merokok 2-3 bungkus setiap
hari, dan tidak jarang menantu Ny. Reni merokok di dalam rumah.
Ny. Reni terbiasa mencuci pakaian seluruh anggota keluarganya di tempat cuci di
rumahnya menggunakan air pompa dari sumur milik pribadinya. Keluarga Ny. Reni
tidak memiliki jamban sendiri, dan jika akan buang air besar, biasanya Ny. Reni
buang air besar di rumah anaknya yang lain atau di kali dekat rumahnya. Ny. Reni
dan keluarga terbiasa mencuci tangan sebelum makan .
Keluarga Ny. Reni memiliki kebiasaan membiarkan sampah rumah tangga tertumpuk
di samping rumahnya, dan saat sudah penuh biasanya Ny. Wina membuang sampah
ke kali atau membakarnya.
1.3.2.1. Keluarga Tn. Anton
Data Dasar Keluarga Tn. Anton
Keluarga binaan pertama adalah keluarga Tn. Anton. Terdapat enam orang anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keenam anggota keluarga tersebut adalah:
Tabel 1.13. Tabel Keluarga Tn. Anton
N

Nama

Status

Jenis

Usia

Pendidikan

Pekerjaan

Tn. Anton

keluarga
Kepala

kelamin
Laki-Laki

63

SD

Tukang

Ny. Rami

Keluarga
Istri
Wanita

57

SD

Becak
Buruh

Ny. D

Anak

24

SD

Cuci
Ibu

o
1

Wanita

Rumah

22

4
5
6

Tn. X
Husna
Alif

Menantu
Cucu
Cucu

Laki-Laki
Wanita
Laki-Laki

26
9
3.5

SD

Tangga
Buruh

SD
-

Pabrik
Pelajar
-

Keluarga Tn. Anton tinggal di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga RT 02 RW


04. Keluarga ini terdiri dari ayah, ibu, satu orang anak perempuan, satu orang
menantu laki-laki, dan dua orang cucu. Tn. Anton sebagai kepala keluarga, berusia 63
tahun dan bekerja sebagai tukang becak, sedangkan Ny. Rami sebagai istri sekaligus
ibu rumah tangga berusia 57 tahun bekerja sebagai buruh cuci di perumahan dengan
latar belakang pendidikan terakhir Sekolah Dasar.
Tn. Anton dan Ny. Rami memiliki empat orang anak, yang pertama bernama Tn. A
telah meninggal pada usia 21 tahun dikarenakan sakit. Anak kedua bernama Ny. B
usia 40 tahun yang telah menikah dan dikaruniai 1 orang anak perempuan. Anak
ketiga adalah Tn. C berusia 35 tahun yang telah menikah dan dikaruniai seorang anak
laki-laki. Anak keempatnya adalah Ny. D yang tinggal bersama Tn. Anton dan Ny.
Rami serta suaminya, berusia 24 tahun dan memiliki 1 orang anak perempuan dan 1
orang anak laki-laki.
Tn. Dedi bekerja sebagai tukang becak dengan penghasilan dalam sebulan sebesar
Rp. 1.500.000,00. Pendapatan Tn. Anton digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari, seperti makanan, minuman, pengobatan dan lain-lain. Tn. Anton
dapat membaca dan menulis. Istrinya, Ny. Rami bekerja sebagai buruh cuci di daerah
perumahan sekitar tempat tinggal mereka. Pasangan ini menikah 40 tahun yang lalu
dan selama mengalami 4 kali kehamilan tidak pernah memeriksakan kandungannya
ke tenaga kesehatan, dan saat persalinan dibantu oleh dukun beranak setempat.
h. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Anton tinggal di lingkungan padat penduduk, jarak antar rumah kurang
lebih 1-2 meter dan menempati sebuah rumah bangunan permanen diatas tanah seluas
70 m2 dengan luas bangunan 6 m x 10 m. Rumah ini merupakan rumah hasil kerja Tn.
Anton dan Ny. Rami puluhan tahun sebagai tukang becak dan buruh cuci. Bangunan

23

rumah ini tidak bertingkat, dinding rumah terbuat dari batu bata, lantai menggunakan
semen dan keramik. Atap rumah menggunakan genteng dan tanpa plafon. Rumah Tn.
Dedi terdiri dari dua buah kamar tidur, satu ruang keluarga, satu dapur, memiliki
kamar mandi dengan jamban. Tn. Anton membuat jamban didalam rumahnya yang
disertai dengan pompa air dan pembuangannya di alirkan ke kali.
Ruang keluarga berukuran 1.5 x 3 m2 beralaskan semen dan keramik, terdapat TV dan
lemari dan meja untuk penyimpanan buku, jendela diruangan tersebut cukup baik,
ventilasi udara cukup, dan dapat dilewati cahaya matahari. Pada ruang tidur, ventilasi
udara berukuran 10 cm x 40 cm kurang baik, lembab, dan pencahayaan juga kurang.
Dapur terlihat padat dan rapih. Kamar mandi yang disertai jamban dan keran, cukup
bersih. Sumber air bersih menggunakan pompa air yang dibuat sendiri, air berwarna
sedikit keruh dan berbau. Tn. Anton memiliki dua buah motor, satu buah becak, satu
buah televisi, dan dua buah kipas angin.

Gambar 1.12 Denah rumah keluarga Tn. Anton


DAPUR

TOILET

KAMAR ANAK

Jendela

RUANG KELUARGA

KAMAR
UTAMA

TERAS

i. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Anton terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan
terdapat jalan setapak, di samping dan belakang rumah berbatasan dengan rumah
tetangga.
j. Pola Makan

24

Keluarga Tn. Anton memiliki pola makan sebanyak 2 kali dalam sehari. Biasanya
menu yang biasa dimakan adalah tahu, tempe, sayur, dan ikan. Ny. Rami mencuci
bahan makanan serta peralatan memasak dengan air keran dan ia memasak
masakannya sampai matang.
k. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Tn. Anton dan Ny. Rami memiliki 4 orang anak. Anak yang pertama, seorang
perempuan bernama Tn. Arif yang telah meninggal saat umur 21 tahun dikarenakan
sakit. Proses kelahirannya ditolong oleh dukun beranak setempat. Sejak lahir Tn. Arif
tidak dibawa ke posyandu dan tidak mendapatkan imunisasi.
Anak kedua seorang perempuan bernama Ny. Bella yang sekarang berusia 40 tahun,
telah menikah dan memiliki 1 orang anak perempuan. Proses kelahiran juga dibantu
oleh dukun beranak. Ny. Bella juga mendapatkan imunisasi tidak lengkap.
Anak ketiga dan keempat bernama Tn.Cecep dan Ny.Dahlia sekarang berusia 35
tahun dan 24 tahun. Tn.Cecep telah menikah dan memiliki 1 orang anak laki-laki,
Ny.Dahlia juga telah menikah dan memiliki 1 orang anak laki-laki dan 1 orang anak
perempuan.
Dari kedua anak Tn. Anton dan Ny. Rami semua nya mendapatkan ASI eksklusif
selama 6 bulan tanpa makanan dan minuman tambahan.
Ny. Rami tidak pernah menggunakan KB.
l. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya memilih hanya
didiamkan saja hingga penyakitnya sembuh sendiri, membeli obat di warung atau
sesekali berobat ke bidan.
m. Riwayat Penyakit
Penyakit yang sering diderita anggota keluarga Tn. Anton adalah nyeri pinggang yang
sering dialami oleh Tn. Anton dan hanya meminum obat atau pengobatan dari bidan
desa.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Tn.Anton dapat menghabiskan dua bungkus rokok dalam sehari, ia juga sering
merokok di dalam rumah. Keluarga Tn. Anton terbiasa melakukan cuci tangan
sebelum makan dengan air mengalir dan sabun. Air yang digunakan keluarga Tn.
Dedi adalah pompa air yang dibuat sendiri dengan warna air keruh dan sedikit berbau
alumunium. Keluarga Tn. Anton melakukan aktivitas mandi di kamar mandi miliknya
dengan air tersebut, mencuci alat makan dan sayuran, mencuci pakaian seluruh

25

anggota keluarganya di belakang rumahnya, tetapi keperluan air untuk makan dan
minum menggunakan air isi ulang yang dibeli didekat rumah.
Keluarga Tn. Anton memiliki kebiasaan membuang sampah rumah tangga di kali
dekat rumahnya atau sesekali dibakar. Di dekat rumah Tn. Anton terdapat selokan
tempat pembuangan limbah rumah tangga dan dialirkan ke kali.

Tabel 1. Faktor Internal Keluarga Tn. Anton


No
1
2

Faktor Internal
Kebiasaan Merokok
Olah raga

Permasalahan
Tn. Mustain merokok sejak usia 13 tahun.
Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan

Pola Makan

berolahraga.
Ny. Rami memasak makanan sendiri untuk keluarganya.
Ia sering memasak makanan dengan menu seperti nasi
telur, tahu, tempe, ikan dan daging sapi setahun sekali..

Pola

Sehari- harinya mereka makan 2 kali.


Pencarian Apabila sakit, mereka sering mendiamkan penyakitnya

Pengobatan

hingga sembuh sendiri, atau membeli obat di warung,

Menabung

serta terkadang pergi ke bidan.


Keluarga Tn. Anton memiliki kebiasaan menyisihkan
uang setiap minggunya dan ditabung ke sebuah Yayasan

(sejenis Koperasi).
Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai tukang becak, bekerja setiap hari
dari jam 7 pagi sampai jam 1 siang.
b. Ibu bekerja sebagai buruh cuci di 2 rumah di Kompleks
Perumahan dekat tempat mereka tinggal .
c. Anak pertama telah meninggal sejak umur 21 tahun..
d. Anak kedua telah menikah dan memiliki 1 orang anak.
e. Anak ketiga telah menikah dan memiliki 1 orang anak
f. Anak ketiga telah menikah dan memiliki 2 orang anak.

26

Tabel 1.. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Anton


No
1.

Kriteria
Luas Bangunan

Permasalahan
Luas rumah 10 x 6 m2

2.

Ruangan dalam rumah

Didalam Rumah terdapat dua kamar tidur masingmasing berukuran 3x2 m2 dan 2,5x1,5 m2. Di dalam
kamarnya terdapat kasur tipis dan lemari pakaian.
Dapur Tn. Anton berukuran 1,5 x 3 m2 yang menjadi
satu dengan ruang cuci, tempat cuci piring dan kamar

3.

Jamban

mandi.
Keluarga Tn. Anton tmemiliki jamban di rumahnya

4.

Ventilasi

Terdapat ventilasi udara hanya pada ruang tamu,


kamar tidur utama dan dapur .

5.

Pencahayaan

Terdapat lampu pencahayaan yang kurang baik di


tiap ruangan.

6.

MCK

Keluarga

Tn.

Anton

memiliki

MCK

sendiri

7.

Sumber Air

dirumahnya.
Dalam kesehariannya Tn. Anton menggunakan air
dari pompa yang digunakan untuk mandi dan
mencuci pakaian. Serta membeli air galon isi ulang

8.

Saluran
limbah

9.

Tempat
sampah

untuk kebutuhan air minum sehari-hari.


pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah, air
limbah dialirkan ke selokan yang berukuran 20 cm.
pembuangan Keluarga

Tn.

Anton

tidak

memiliki

tempat

pembuangan sampah dirumahnya, kemudian mereka


membuang sampahnya di kali dekat rumahnya

10.

Lingkungan
rumah

ataupun terkadang membakarnya.


sekitar Di samping kanan, kiri , dan belakang, rumah
terdapat rumah tetangga yang berdempetan.jarak

27

No

Kriteria

Permasalahan
depan rumah ke rumah tetangga 2 m. Delapan meter
dari rumah tersebut terdapat kali yang kotor penuh
tumpukan sampah.

b. Keluarga Tn. Anton


Masalah Medis
Tidak terdapat permasalahan medis.
Masalah Non Medis
1. Kurangnya pencahayaan dan ventilasi udara di dalam rumah.
2. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah .
3. Kurangnya pengetahuan keluarga binaan terhadap pentingnya buang air besar di
jamban yang sehat .
4. Perilaku Merokok .
5. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya kebersihan lingkungan .
6. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah, sehingga keluarga
menumpuknya dibelakang rumah dan membakarnya pada hari berikutnya.
7. Kurangnya pengetahuan tentang pemberantasan jentik di lingkungan rumah.
8. Kurangnya kebiasaan berolahraga .
1.3.2.2 Keluarga Tn. Mustain
a. Data Dasar Keluarga Tn. Mustain
Keluarga binaan Tn. Mustain terdiri dari 4 anggota keluarga, yaitu Tn. Mustain
sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Ening, 1 anak perempuan bernama
Nia Damayanti dan 1 anak laki-laki bernama Dede Mustakin.
Tabel. 1.. Data dasar Keluarga Tn. Mustain
Nama

Status

Jenis

Usia

Pendidikan

Pekerjaan Penghasilan

Tn.

Keluarga
Suami

Kelamin
Laki-laki

38 th

SD

Buruh

Mustain

Ny. Ening

Rp.

Pabrik Tali 2.200.000,-/b

Istri

Perempuan

37 th

SD

Tambang

ulan

Plastik
Pedagang

Rp.

Nasi Uduk

1.500.000,-/b
ulan
28

Nn.Nia

Anak I

Perempuan

17 th

SMK

Pelajar

Damayanti
An.Dede

Anak II

Laki-laki

14 th

SMP

Pelajar

Mustakin
Keluarga Tn. Mustain tinggal di RT 02/RW 04. Di rumah ini Tn. Mustakin tinggal
dengan istri dan kedua anaknya. Tn. Mustain yang saat ini berusia 38 tahun bekerja
sebagai Buruh Pabrik Tali Tambang Plastik dengan penghasilan sekitar Rp. Rp.
2.200.000,-/bulan, dengan latar belakang pendidikan Tn. Mustain adalah SD. Tn.
Mustain memiliki 2 orang anak. Anak pertama, Nia Damayanti berumur 17 tahun
sedang dalam pendidikan SMK kelas 2 ,dan anak keduanya Dede Mustakin berusia
14 tahun sedang dalam pendidikan SMP kelas 3 .
b. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Mustain tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah seluas 9x6 m2.
Rumah terdiri dari 3 kamar tidur masing-masing berukuran 3x2 m2 , 2.5x1.5 m2 dan
2.5 x 1 m2. Terdapat sebuah ruang tamu berukuran 3x2.5 m 2 yang juga digunakan
untuk menaruh motor .Terdapat ruang keluarga berukuran 3 x 3.5 m 2 yang digunakan
untuk menonton TV dan makan bersama tidak terdapat kursi maupun meja yang
digunakan untuk menaruh makanan. Di sebelah ruang keluarga terdapat dapur yang
menjadi satu dengan sumur dan tempat mencuci piring berukuran 1,5 x 6 m 2 di
sebelah sumur terdapat tumpukan dirigen bekas dan perabot dapur yang tergenang air
serta ember tanpa tutup untuk menampung air. Keluarga tuan Mustain tidak memiliki
jamban . Di sebelah dapur terdapat halaman belakang yang digunakan untuk
menjemur pakaian,membakar sampah dan menaruh botol-botol bekas, terdapat
saluran air yang tergenang di tepi sepanjang halaman. Ventilasi di rumah tersebut
tidak baik karena hanya memiliki dua pintu untuk ventilasi dan hanya satu pintu yang
dapat dilewati cahaya bila terbuka yaitu pada pintu belakang menuju ke dapur, dan
memiliki dua jendela yaitu satu jendela di kamar tidur utama dan satu jendela di
ruang tamu namun kedua jendela tidak pernah dibuka dan tidak terdapat cahaya
matahari yang masuk melalui jendela karena rumahnya tidak menghadap ke matahari.
Di dalam ketiga kamar tidur tidak terdapat ventilasi yang baik hanya terdapat lubang
29

kecil berukuran 25 x 10 cm2. Didalam kamar tidur tidak terdapat dipan untuk kasur
hanya terdapat kasur tipis setebal 4cm dan tidak dilapisi sprei . di dalam kamar
tidur tidak terdapat lemari pakaian ,pakain dilipat

dan diletakkan diatas

lantai,pakaian habis pakai digantung dibelakang pintu.Seluruh ruang di rumah ini


berlantai ubin kecuali bagian dapur yang bagian lantainya berlapis semen,tembok
rumah terbuat dari batu bata dan atap rumah terbuat dari kayu yang langsung
terhubung dengan genteng.
Keluarga Tn. Mustain menggunakan air sumur sebagai sumber air untuk keperluan
sehari-hari. Keluarga Tn. Mustain menggunakan air galon isi ulang untuk memenuhi
kebutuhan air minum. Dalam 1 bulan keluarga Tn. Mustain memerlukan 5 galon
untuk memenuhi kebutuhan air minum. Keluarga Tn. Mustain mengaku selalu
mencuci tangan hanya saat akan makan dan setelah makan menggunakan sabun.

Gambar 1.. Denah Rumah Tn. Mustain

30

c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Mustain terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan
terdapat teras dan halaman milik Tn. Mustain berukuran 2.5x 6 m, di depan teras
terdapat rumah tetangga, bagian belakang terdapat rumah tetangga, dan di bagian
kanan dan kiri juga terdapat rumah tetangga. Limbah cair dialirkan ke selokan yang
hanya berukuran kurang lebih 20 cm di halaman belakang rumahnya.
d. Pola Makan
Ny. Ening memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering memasak makanan
dengan menu seperti nasi, tahu, tempe,ikan dan sesekali daging. Sehari-harinya
mereka makan besar 2 kali. Mereka juga mengatakan bahwa mereka mencuci
tangannya sebelum dan sesudah makan menggunakan sabun.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Anak pertama dan kedua Tn. Mustain lahir di rumah dibantu paraji .Selama hamil Ny.
Ening mengaku tidak pernah mengontrol kandungannya ke bidan. Untuk imunisasi,
keluarga Tn. Mustain hanya 3 kali membawa anaknya untuk dilakukan imunisasi di
bidan. Ny. Ening mengaku anaknya diberikan ASI eksklusif sampai usia anak usia 6
bulan, kemudian setelah 6 bulan anaknya diberikan makanan tambahan selain ASI.

31

Kemudian Ny. Ening menggunakan KB suntik untuk mengontrol jumlah anak dalam
keluarganya .
f. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, anak kedua Tn. Mustain pernah mengalami demam berdarah
dan berobat ke rumah sakit, selain itu jarang mengalami sakit. Gangguan kesehatan
yang sering dialami seluruh anggota keluarganya antara lain batuk pilek, dan demam.
Menurut penuturan Ny. Ening, mereka biasanya meminum obat warung terlebih
dahulu, jika tidak membaik baru dibawa ke bidan, keluarga Ny. Ening jarang
memeriksakan ke Puskesmas karena sehari-hari mereka bekerja.
g. Riwayat Penyakit
Anak kedua Tn. Mustain pernah sakit demam namun tidak diketahui penyebabnya
dan tidak dirawat di rumah sakit. Anggota keluarga lainnya sering mengalami batuk,
pilek dan demam, belum pernah mengalami sakit yang berat sampai dirawat dirumah
sakit.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Di keluarga Tn. Mustain, Tn. Mustain merokok dan menghabiskan kira-kira 2
bungkus rokok dalam sehari. Keluarga Tn. Mustain mengaku mencuci tangan
sebelum makan, jika tangan tampak kotor, dan jika selesai melakukan aktivitas
menggunakan sabun. Kebiasaan berolahraga tidak dilakukan anggota keluarga.
i. Perilaku Membuang Sampah
Rumah keluarga Tn. Mustain berada di lingkungan perumahan yang padat. Di
lingkungan rumah tidak terdapat saluran untuk aliran limbah cair rumah tangga,
keluarga membuang limbah cair diselokan yang hanya berukuran kurang lebih 20 cm.
Didalam rumah dan diluar rumah Tn. Mustain tidak memiliki tempat pembuangan
sampah, pengakuan istri Tn. Mustain keluarga mereka membuang sampah setiap hari
di halaman belakang rumah dan kemudian dibakar pada hari berikutnya.
Tabel 1.. Faktor Internal Keluarga Tn. Mustain
No
1
2

Faktor Internal
Kebiasaan Merokok
Olah raga

Permasalahan
Tn. Mustain merokok sejak usia 15 tahun
Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan

Pola Makan

berolahraga.
Ny. Ening

memasak

makanan

sendiri

untuk

32

No

Faktor Internal

Permasalahan
keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan menu
seperti nasi, tahu, tempe, ikan dan sesekali daging.

Sehari- harinya mereka makan 2 kali.


Pencarian Apabila sakit, mereka membeli obat di warung,

Pola

Pengobatan
Menabung

pas untuk kebutuhan sehari-hari


Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai buruh pabrik tali tambang plastik,

terkadang pergi ke bidan.


Mereka tidak pernah menabung karena uangnya hanya

bekerja setiap hari dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore.


b. Ibu berjualan nasi uduk .
c. Anak pertama pelajar SMK kelas 2.
d. Anak kedua pelajar SMP kelas 3.
Tabel 1.. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Mustain
No
1.

Kriteria
Luas Bangunan

Permasalahan
Luas rumah 9 x 6 m2

2.

Ruangan dalam rumah

Didalam Rumah terdapat tiga kamar tidur masingmasing berukuran 3x2 m2 , 2,5x1,5 m2 , 2,5x1 m2. Di
dalam kamarnya terdapat kasur tipis dan lemari
pakaian. Dapur Tn. Mustain berukuran 1,5 x 6 m2
yang menjadi satu dengan sumur dan tempat cuci

3.

Jamban

piring. Tidak ada kamar mandi maupun jamban.


Keluarga Tn. Mustain tidak memiliki jamban di

4.

Ventilasi

rumahnya
Terdapat ventilasi udara hanya pada ruang tamu,
kamar tidur utama dan dapur .

5.

Pencahayaan

Terdapat lampu pencahayaan yang kurang baik di


tiap ruangan.

6.

MCK

Tidak memiliki MCK di rumah, MCK berada di kali

33

No

7.

Kriteria

Sumber Air

Permasalahan
dekat rumahnya dan digunakan bersamaan dengan
tetangganya.
Dalam kesehariannya Tn. Mustain menggunakan air
sumur yang digunakan untuk mandi dan mencuci
pakaian. Serta membeli air galon isi ulang untuk

8.

Saluran
limbah

9.

kebutuhan air minum sehari-hari.


pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah, air
limbah dialirkan ke selokan yang berukuran 20 cm.

Tempat

pembuangan Keluarga Tn. Mustain tidak memiliki tempat

sampah

pembuangan sampah dirumahnya, kemudian mereka


membuang sampahnya di halaman belakang rumah

10.

Lingkungan
rumah

kemudian membakarnya pada hari berikutnya.


sekitar Di samping kanan, kiri , dan belakang, rumah
terdapat rumah tetangga yang berdempetan.jarak
depan rumah ke rumah tetangga 2 m. Delapan meter
dari rumah tersebut terdapat kali yang kotor penuh
tumpukan sampah.

1.
2.
3.
4.

b. Keluarga Tn. Mustain


Masalah Medis
Penyakit ISPA
Masalah Non Medis
Kurangnya pencahayaan dan ventilasi udara di dalam rumah.
Ketidaktersediaan jamban keluarga .
Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah .
Kurangnya pengetahuan keluarga binaan terhadap pentingnya buang air besar di

jamban yang sehat .


5. Perilaku Merokok .
6. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya kebersihan lingkungan .
7. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah, sehingga keluarga
menumpuknya dibelakang rumah dan membakarnya pada hari berikutnya.
8. Kurangnya pengetahuan tentang pemberantasan jentik di lingkungan rumah.
9. Kurangnya kebiasaan berolahraga .

34

1.3.5 Keluarga Tn. Mairin


a. Data Dasar Keluarga Tn. Mairin
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Mairin yang memiliki 4 orang anggota keluarga
yang tinggal dalam satu rumah. Anggota keluarga tersebut adalah:
Tabel 1.10. Keluarga Tn. Mairin
No Nama

Status

Jenis

keluarga

kelamin

Tn.

Kepala

Laki-laki

Mairin

keluarga

Ny.

3
4

Usia

Pendidika

Pekerjaan

n terakhir
47

SD

Wiraswasta

Istri

Perempuan 40

SD

Buruh pabrik

Tarsih
Nn.

Anak

Perempuan 19

SMP

Buruh pabrik

Riska
Tn.

Anak

Laki-laki

SD

Pelajar

13

Ahmad
Sopyan
Keluarga Tn. Mairin tinggal di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga RT 02/04.
Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri dengan dua orang anak, laki laki- dan
perempuan. Anak pertamanya sudah berkeluarga dan tinggal bersama suaminya di
rumah yang berbeda.
Tn. Mairin sebagai pemilik rumah, berusia 47 tahun dan bekerja dalam bidang
wiraswasta, lebih tepatnya sebagai tukang ojek. Sedangkan Ny. Tarsih istrinya,
berusia 40 tahun, dengan latar belakang pendidikan terakhir keduanya adalah sekolah
dasar.
Nn. Riska sebagai anak kedua yang berusia 17 tahun saat ini sudah duduk dikelas III
SMP, belum menikah, dan tidak mempunyai pekerjaan sampingan. Anak kedua yaitu
Tn. Ahmad Sopyan sekarang duduk di kelas I SMP, belum menikah, dan sama seperti
kakaknya Tn Ahmad Sopyan tidak bekerja sampingan.
Gambar 1.8 Denah keluarga Tn. Mairin

TERAS DEPAN
35

Depan
D
A
P
U
R

RUANG
KELUARG
A
R.
MAKAN
K. MANDI

K.
TIDUR
1
K.
TIDUR
2

Belakang

b. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Mairin tinggal disebuah rumah bangunan permanen diatas tanah seluas
80 m2, sedangkan ukuran rumah sebesar 4x6 m. Dinding rumah terbuat dari batu bata,
lantai menggunakan keramik. Atap rumah menggunakan genteng dari tanah liat dan
tanpa disertai plafon. Rumah Tn. Mairin terdiri dari teras keramik yang terdapat
dihalaman depan yang berlantaikan tanah, salah satu sudut halaman depan terdapat
kandang ayam yang jarang terisi. Dihalaman depan juga dikelilingi oleh pagar
bambu.
Ketika masuk ke dalam rumah langsung menuju ke ruang keluarga, didalamnya
terdapat TV dan karpet yang sering digunakan untuk tempat berkumpul keluarga.
Tidak ada kursi atau sofa didalamnya. Diruangan ini terdapat 2 buat jendela yang
mengarah ke teras depan. Ventilasi juga terdapat diatas jendelanya.
Sejajar dengan ruang keluarga, terdapat 2 kamar tidur beukuran sama. Kamar depan
terdapat jendela namun jarang dibuka. Kamar lainnya tidak terdapat jendela maupun
ventilasi, pertukaran udara hanya melalui celah antara genteng dan rangka atap.
Kamar kedua tidak dapat dilewati cahaya matahari serta terkesan lembab.
Berhadapan dengan kamar tidur 2 yaitu ruang makan, yang disampingnya terdapat
pintu langsung menuju dapur yang panjang, namun lebarnya hanya bisa untuk 1
orang.
Diujung dapur terdapat suatu ruangan yang tidak beratap sebesar 1x1 m, digunakan
untuk menyimpan barang-barang yang tidak terpakai membentuk wadah. Disebelah

36

kanan dari ruangan ini terdapat kamar mandi yang tidak ada jambannya. Didalamnya
kamar mandi terdapat sumur milik pribadi yang digunakan untuk memnuhi
kebutuhan air sehari-hari.
Limbah air dialirkan ke. Sedangkan untuk pembuangan sampah dikumpulkan di luar
pagar halaman depan, untuk selanjutnya dibakar setelah menumpuk banyak.
c. Lingkungan Pemukiman
Rumah keluarga Tn. Mairin terletak di daerah yang padat penduduk, jarak antar satu
rumah dengan rumahnya hanya berbatas tembok. terdapat sungai yang berjarak 10
meter dari rumahnya.
d. Pola Makan
Keluarga Tn. Mairin memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Makan pagi
dan malam dirumah, makan siang di tempat kerja, sedangkan anak-anaknya
disekolah. Biasanya menu yang biasa dimakan adalah nasi, tahu, tempe, serta sayursayuran. Lauknya jarang menggunakan daging hanya bertepatan saat hari-hari besar
keagamaan. Ikan bisa sebanyak 2 kali seminggu. Hampir tidak pernah membeli buah
untuk dikonsumsi sendiri. Keluarga mereka juga tidak pernah meneyediakan susu
dirumah untuk dikonsumsi rutin.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Anak
Ny. Tarsih melahirkan ketiga anaknya secara normal. Anak pertama hingga terakhir
lahir dengan dibantu oleh paraji.
f. Kebiasaan Berobat
Menurut penuturan Tn. Mairin, ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini
biasanya langsung membeli obat warung kemudian dibawa ke Puskesmas
g. Riwayat Penyakit
Menurut penuturan Tn. Mairin, tidak memiliki masalah kesehatan dalam sebulan
terakhir ini. Penyakit tersering pada keluarga Tn. Mairin adalah batuk dan pegalpegal, serta khusu Ny. Tarsih yang bekerja di pabrik yang selalu bersentuhan dengan
lem kayu sehingga beliau sering terluka jari-jarinya.
h. Perilaku dan Aktifitas Sehari- Hari
Tn. Mairin memiliki kebiasaan merokok. Seluruh anggota keluarga mengaku jarang
melakukan olahraga. Sumber air bersih menggunakan air sumur pribadi, air berwarna

37

keruh dan berbau. Keluarga Tn. Mairin terbiasa melakukan cuci tangan sebelum
makan, tetapi tidak menggunakan sabun, kemudian apabila selesai makan, keluarga
Tn. Mairin terbiasa mencuci tangan menggunakan air cuci tangan dari bak tempat
penampungan air dikamar mandi rumahnya.
Keluarga Tn. Mairin mandi di kamar mandi miliknya dengan air tersebut. Ny. Tarsih
terbiasa mencuci pakaian seluruh anggota keluarga juga di kamar mandi. Karena
keluarga ini tidak mempunyai jamban dirumahnya, pada saat membuang air besar
mereka menumpang dirumah tetangganya yang mempunyai jamban dirumahnya.

Tabel 1.11. Faktor Internal Keluarga Tn, Mairin


No
1

Faktor Internal
Kebiasaan merokok

Permasalahan
Tn. Mairin memiliki kebiasaan merokok
sebanyak paling banyak 2 bungkus sehari,
dilakukan saat sedang didalam atau diluar

Olahraga

rumah, juga saat sedang bekerja


Tn. Mairin selalu bekerja hingga sore hari
meskipun pada hari libur, sehingga tidak

Pola makan

mempunyai waktu untuk berolahraga


Keluarga Tn. Mairin memiliki pola makan
sebanyak 3 kali dalam sehari. Biasanya menu
yang biasa dimakan adalah nasi, tahu, tempe,
serta

sayur-sayuran.

Lauknya

jarang

menggunakan daging hanya bertepatan saat


hari-hari

besar

keagamaan.

Ikan

bisa

sebanyak 2 kali seminggu. Hampir tidak


pernah membeli buah untuk dikonsumsi
sendiri. Keluarga mereka juga tidak pernah
meneyediakan

susu

dirumah

untuk

dikonsumsi rutin.
38

Pola pencarian makan ketika ada anggota keluarga yang sakit,


keluarga ini biasanya langsung membeli obat

5
6

warung kemudian dibawa ke Puskesmas


Keluarga Tn. Mairin tidak memiliki kebiasaan

Menabung
Aktivitas sehari-hari

menabung
Tn. Mairin bekerja sebagai tukang ojek,

terkadang juga sebagai pedangan ayam hidup


Ny. Tarsih bekerja sebagai buruh pabrik di

perusahaan triplek
Anak kedua bernama Nn. Riska saat ini

sedang duduk di kelas 3 SMP


Anak ketiga bernama Tn. Ahmad Sopyan
sekarang duduk dikelas 1 SMP

Tabel 1.12. Faktor Eksternal Keluarga Tn, Mairin


No

Kriteria

Permasalahan

.
1
2

Luas bangunan
Luas rumah 4x6 m
Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat teras dihalaman depan,
ruang keluarga, dua kamar tidur, ruang
makan, dapur, ruang penyimpanan, kamar

3
4

Ventilasi

mandi tanpa jamban


Ventilasi hanya terdapat di ruang keluarga dan

Pencahayaan

kamar tidur depan


Terdapat jendela pada kamar tidur depan,
serta ruang keluarga. Dapur mendapatkan
cahaya disiang hari lewat ruang penyimpanan
yang tidak beratap.
Terdapat 6 buah lampu didalam rumah, 2

MCK

berwarna putih, 3 lainnya berwarna kuning


Tidak terdapat jamban didalam rumah

39

Sumber air

Dalam

sehari-hari

keluarga

Tn.

Mairin

menggunakan air bersih yang berasal dari


7

sumur pribadi miliknya


Saluran pembuangan Tidak ada saluran pembuangan

limbah
Tempat

khusus,
pembuangan Sampah

sampah

rumah

tangga

limbah

dikumpulkan

dihalaman depan, dengan tidak memilahmilah botol atau wadah yang terbuang,
sampah tersebut tidak langsung dibakar, tetapi
menunggu hingga menumpuk dan menjadi

Lingkungan
rumah

banyak setelah itu dibakar.


sekitar Disamping kanan dan kiri rumah terdapat
rumah tetangga. Dilingkungan sekitar rumah
keluarga Tn Mairin masih banyak genangan
genangan air, baik langsung diatas tanah, di
dalam botol bekas, serta di limbah batok
kelapa.

1.4. PENENTUAN AREA MASALAH KESEHATAN


1.4.1. Alasan Pemilihan Area Masalah
Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan menganalisis
laporan tahunan Puskesmas mengenai data-data penderita 10 penyakit terbesar yang
ada di wilayah Puskesmas Tegal Angus.
Kemudian informasi tersebut dibandingkan dengan laporan kader desa setempat.
Setelah mengamati, mewawancarai, dan melakukan observasi masing-masing
keluarga binaan di Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan terdapat berbagai area
permasalahan pada keluarga binaan tersebut, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ditemukan banyak jentik nyamuk di tempat penampungan air


Tidak tersedianya jamban di rumah masing-masing keluarga binaan
Perilaku merokok di sekitar rumah
Kurangnya ventilasi pada rumah keluarga binaan
Banyaknya angka kejadian ISPA pada keluarga binaan
Kurangnya pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat

40

7. Kurangnya kesadaran berobat di tenaga kesehatan


8. Kebiasaan melahirkan bukan dengan tenaga kesehatan melainkan paraji
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, atas pertimbangan 1).
Ditemukan jentik nyamuk di semua rumah keluarga binaan, 2). Tingginya angka
penyakit demam dari data yang ada di Puskesmas Tegal Angus, 3). Tidak adanya
kader jumantik dari Puskesmas Tegal Angus, 4). Belum tercapainya angka indikator
PHBS tentang pemberantasan jentik nyamuk di Puskesmas Tegal Angus, maka
diputuskan untuk mengangkat permasalahan PENGETAHUAN MENGENAI
PEMBERANTASAN

JENTIK

NYAMUK

PADA

KELUARGA

BINAAN

KAMPUNG SUKA SARI RT 002 / RW 04, DESA PANGKALAN KECAMATAN


TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN.

BAB II
41

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas


Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau
masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan
kemudian melakukan intervensi komunitas perlu disadari bahwa
yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang
sehingga

dalam

ditunjang

oleh

(epidemiologi,

melaksanakan

diagnosis

pengetahuan
biostatistik,

komunitas

sangat

ilmu

kesehatan

masyarakat

metode

penelitian,

manajemen

kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan,


kesehatan kerja dan gizi).
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi
Ahli pengetahuan mengatakan bahwa tidak mudah untuk
membuat

definisi

mengelompokkan
pengertian

atau

tentang
atau
batasan

pengetahuan,

lebih

menggolongkannya.
tentang

mudah

Beberapa

pengetahuan

adalah

sebagai berikut :
Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng.
Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung
lama ( Notoatmodjo, 2003, p.121).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu

seseorang

terhadap

objek

melalui

indera

yang

42

dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan


sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan

tersebut

sangat

dipengaruhi

intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar


pengetahuan
pendengaran

seseorang
(telinga),

diperoleh

dan

indera

melalui
penglihatan

indera
(mata)

(Notoatmodjo, 2005 p.50)


Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu, pengetahuan terjadi melalui pancaindera manusia,
yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007 p.143)
Menurut Bloom yang dikutip oleh Sri Rusmini, dkk (1995:47),
pengetahuan disamaartikan dengan aspek kognitif. Secara
garis besar aspek kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Mengetahui yaitu mengenali hal-hal yang umum dan
khusus,

mengenali

kembali

metode

dan

proses,

mengenali kembali pada struktur dan perangkat


b) Mengerti dapat diartikan sebagai memahami
c) Mengaplikasikan,
merupakan
kemampuan
menggunakan abstrak di dalam situasi konkrit
d) Menganalisis yaitu menjabarkan sesuatu kedalam unsur
bagian-bagian atau komponen sederhana atau hirarki
yang dinyatakan dalam suatu komunikasi
e) Mensintesiskan,
merupakan
kemampuan
menyatukan

unsur-unsur

atau

untuk

bagian-bagian

sedemikian rupa sehingga membentuk suatu kesatuan


yang utuh.

43

f) Mengevaluasi yaitu kemampuan untuk menetapkan nilai


atau harga dari suatu bahan dan metode komunikasi
untuk tujuan-tujuan tertentu.
2.2.2

Proses Perilaku TAHU


Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2003),

perilaku

adalah

semua

kegiatan

atau

aktifitas

manusia baik yang dapat diamati langsung maupun tidak


dapat diamati oleh pihak luar (Dewi & Wawan, 2010, p.15).
sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1) Awareness (kesadaran)
Subjek tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu
2) Interest (tertarik)
Dimana subjek mulai tertarik terhadap stimulus yang
sudah diketahui dan dipahami terlebih dahulu
3) Evaluation
Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus yang
sudah dilakukan serta pengaruh terhadap dirinya
4) Trial
Dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan
perilaku

baru

yang

sudah

diketahuidan

dipahami

terlebih dahulu
5) Adoption
Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan,

kesadaran

dan

sikapnya

terhadap

stimulus.
Pada penelitian selanjutnya Rogers (1974) yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2003), menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku
yang melalui proses seperti diatas dan didasari oelh pengetahuan,
kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan berlangsung

44

langgeng (long lasting). Namun sebaliknya jika perilaku tersebut


tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku
tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama.
Perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek, yaitu aspek fisik,
psikis, dan sosial yang secara terperinci merupakan refleksi dari
berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi,
sikap, dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor
pengalaman, keyakinan, sarana fisik, dan sosial budaya.
2.2.3

Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut :

1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan,

menguraikan,

mendefinisikan,

(Notoatmodjo, 2003 p.122)


2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai

suatu

menyatakan

kemampuan

untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan


dapat

menginterpretasikan

benar

tentang

objek

yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut


secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi

harus

dapat

menjelaskan

menyebutkan

contoh

menyimpulkan, meramalkan, dan sebaginya terhadap objek

45

yang dipelajari, misalnya dapat menjelaskan mengapa harus


datang ke Posyandu (Notoatmodjo, 2003 p: 122)
3) Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
didalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan

kata-kata

(membuat

bagan),

kerja,

dapat

menggambarkan

membedakan,

memisahkan,

mengelompokkan (Notoatmodjo, 2003 p:123)


4) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan

hukum-hukum,

rumus,metode,

dan

prinsip

(Notoatmodjo, 2003 p:123)


5) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian

ini

berdasarkan

suatu

kriteria

yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada


(Notoatmodjo, 2003 p:123)
2.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 p:10-18)
dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk
memperoleh

kebenaran

pengetahuan

sepanjang

sejarah

dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :


A. Cara memperoleh kebenaran pengetahuan nonilmiah
1) Cara coba salah (Trial and Error), cara memperoleh
kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan oleh
manusia

dalam

memperoleh

pengetahuan

adalah

46

melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih


dikenal (trial and error). Metode ini telah digunakan oleh
orang dalam waktu cukup lama untuk memecahkan
berbagai

masalah.

Bahkan

sampai

sekarang

pun

metode ini masih sering digunakan, terutama oleh


mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara
tertentu dalam memecahkan suatu masalah yang
dihadapi. Metode ini telah banyak jasanya, terutama
dalam meletakkan dasar-dasar menemukan teori-teori
dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan.
2) Secara kebetulan. Penemuan secara kebetulan terjadi
karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.
Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh
Summers pada tahun 1926.
3) Cara kekuasaan atau Otoritas.

Dalam

kehidupan

manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan


dan tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau
tidak.

Kebiasaan

ini

tidak

hanya

terjadi

pada

masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi


pada masyarakat modern. Para pemegang otoritas, baik
pemimpin pemerintah, tokoh agama, maupun ahli
pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme
yang sama di dalam penemuan pnegetahuan.
4) Berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman adalah
guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini
mengandung

maksud

bahwa

pengalaman

itu

merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu


merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

47

pengetahuan. Oleh karena itu pengalaman pribadi pun


dapat

digunakan

sebagai

upaya

memperoleh

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang


kembali

pengalaman

yang

diperoleh

dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa


yang lalu.
5) Cara akal sehat. Akal sehat atau common sense
kadang-kadang

dapat

menemukan

teori

atau

kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang,


para

orangtua

zaman

dahulu

agar

anaknya

mau

menuruti nasihat orangtuanya, atau agar anak disiplin


menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat
salah,

misalnya

dijewer

telinganya

atau

dicubit.

Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang


berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa
hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan
yang paling baik) bagi pendidikan anak. Pemberian
hadiah

dan

hukuman

(reward

and

punishment)

merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang


untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
6) Kebenaran melalui wahyu. Ajaran dan dogma agama
adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan
melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan
diyakini

oleh

pengikut

agama-agama

yang

bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut


rasional atu tidak.
7) Kebenaran secara intuitif. Kebenaran intuitif diperoleh
manusia cepat sekali melalui proses diluar kesadaran
dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir.
Kebenaran

yang

diperoleh

secara

intuitif

sukar

48

dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan


cara-cara rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini
diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau
suara hati atau bisikan hati saja.
8) Melalui jalan pikiran. Sejalan dengan perkembangan
kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun
itku berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan

penalarannya

dalam

memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh


kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan
jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun dedukasi.
9) Induksi. Induksi adalah proses proses penarikan
kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan
khusus ke pertanyaan uyang bersifat umum. Proses
berpikir induksi berasal dari hasil pengamatan indra
atau hal-hal yang nyata, maka dapat diakatakan bahwa
induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada halhal yang abstrak.
10)
Deduksi. Deduksi adalah pembuatan kesimpulan
dari pernyataan-pernyataan umum yang ke khusus.
Aristoteles (384-322SM). Mengembangkan cara berpikir
deduksi

ini

kedalam

suatu

cara

yang

disebut

silogisme. Silogisme merupakan suatu bentuk deduksi


berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara
umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya
pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang
termasuk dalam kelas itu.
B. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
Cara
baru
atau
modern
dalam
memeproleh
pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan

49

ilmiah. Cara ini disebut metode peneliitian ilmiah,


atau

lebih

(research

popular

disebut

methodology).

metodologi
Cara

ini

penelitian
mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia


mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan
membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta
sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini
mencakup tiga hal pokok yakni :
1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu
yang muncul pada saat dilakukan pengamatan
2) Segala sesuatu yang negative, yakni gejala
tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan
pengamatan
3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu
gejala-gejala yang berubah-berubah pada kondisikondisi tertentu
2.2.5

Faktor

Faktor

yang

Mempengaruhi

Pengetahuan
Sukmadinata

(2007,

p:41)

mengemukakan

bahwa

pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktorfaktor berikut ini :


1) Faktor internal
Faktor internal meliputi jasmani dan rohani. Faktor
jasmani adalah tubuh orang itu sendiri, sedangkan
faktor rohani adalah psikis, intelektual, psikomotor,
serta kondisi afektif dan kognitifnya.
2) Faktor eksternal
a. Tingkat pendidikan
Pendidikan
merupakan

proses

menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan

50

perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga


dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur
(proses

perkembangan

klien)

dan

hubungan

dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga


merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang atau lebih mudah menerima
ide-ide

dan

peranan

teknologi.

penting

dalam

Pendidikan

meliputi

menentukan

kualitas

manusia. Dengan pendidikan, manusia dianggap


akan

memperoleh

pengetahuan

implikasinya.

Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan


semakin

berkualitas

karena

pendidikan

yang

tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik


yang

menjadikan

hidup

yang

berkualitas.

Pendidikan berpengaruh dalam memberi respon


yang datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi
akan memberi respon lebih rasional terhadap
informasi yang datang.
b. Paparan media massa
Melalui berbagai media massa baik cetak maupun
elektronik maka berbagai ini berbagai informasi
dapat

diterima

oleh

masyarakat,

sehingga

seseorang yang lebih sering terpapar media masa


akan memperoleh informasi lebih banyak dan
dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang
dimiliki diabndingkan dengan orang yang tidak
pernah mendapat informasi dari media massa.
c. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun
sekunder keluarga, status ekonomi yang baik
akan lebih mudah tercukupi dibanding orang
51

dengan status ekonomi rendah, semakin tinggi


status sosial ekonomi seseorang semakin mudah
dalam

mendapatkan

pengetahuan,

sehingga

menjadikan hidup lebih berkualitas


d. Hubungan sosial
Faktor
hubungan
sosial
memepengaruhi
kemampuan individu sebagai komunikan untuk
menerima

pesan

menurut

model

komunikasi

media. Manusia adalah makhluk sosial, dimana


dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu
dengan yang lain. Individu yang berinteraksi
secara

kontinyu

informasi.

Faktor

mempengaruhi
komunikan
model

akan

kemampuan

untuk

besar

hubungan

dengan

Apabila

terpapar

sosial

juga

individu

sebagai

pesan

menurut

menerima

komunikasi.

seseorang

lebih

hubungan

individu

baik

sosial
maka

pengetahuan yang dimiliki juga akan bertambah.


e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan
atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperolah
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa yang lalu. Orang yang berpengalaman
mudah

menerima

informasi

dari

lingkungan

sekitar sehingga lebih baik dalam mengambil


keputusan. Pengalaman seorang individu tentang
berbagai hal biasanya diperoleh dari lingkungan

52

kehidupan dalam proses pengembangan misalnya


sering mengikuti organisasi.
Pengetahuan yang dipengaruhi oleh faktor tersebut diatas
merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan

seseorang.

Pengaruh

dari

intelektual,

afektif,

kognitif, dan pengalaman manusia sebagai subjek akan


mempengaruhi pengetahuannya terhadap suatu objek yang
terjadi melalui penginderaan.
2.3 Pemberantasan dan Pencegahan Jentik Nyamuk
Jentik (atau jentik-jentik)

adalah

tahap larva dari nyamuk.

Jentik

hidup di air dan memiliki perilaku mendekat atau "menggantung"


pada permukaan air untuk bernapas. Nama "jentik" berasal dari
gerakannya ketika bergerak di air. Ia dikenal pula dalam bahasa
lokal sebagai(en)cuk atau uget-uget (Jw.).
Jika nyamuk betina bertelur, telur nyamuk menetas menjadi jentikjentik.

Jentik-jentik

berubah

menjadi

kepompong.

Kepompong

berubah bentuk menjadi nyamuk muda, dan kemudian menjadi


nyamuk dewasa. Karena perubahan bentuknya mengalami tahap
kepompong, maka nyamuk dikatakan mengalami metamorfosis
sempurna.

53

Pemberantasan

jentik

nyamuk adalah

suatu

tindakan

yang

dilakukan untuk membasmi atau memberantas telur, jentik, dan


kepompong nyamuk dengan berbagai cara dengan tujuan untuk
menekan laju pertumbuhan nyamuk di lingkungan. Adapun manfaat
dari dilakukannya pemberantasan jentik nyamuk adalah sebagai
berikut :
1. Terbebas dari gigitan nyamuk
2. Tercegah dari berbagai macam penyakit yang ditularkan
melalui nyamuk
3. Menekan laju pertumbuhan nyamuk di lingkungan
Cara memberantas jentik nyamuk yaitu 3M Plus. 3M yaitu :
1) Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan
tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat
penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain
2)

Menutup,

penampungan

yaitu
air

menutup

seperti

drum,

rapat-rapat

tempat-tempat

kendi,

air,

toren

dan

lain

sebagainya
3) Mengubur, memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang
bekas
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan
pencegahan seperti:
1. Mengganti air vas bunga dan tempat minum burung minimal
seminggu sekali.
2. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
3. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon dengan
tanah dan mengeringkan air yang ada di penampungan alami
seperti air diantara pelepah pisang.

54

4. Bubuhkan bubuk pembunuh jentik nyamuk (Abate) di tempattempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air.
5. Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan kepala
timah, ikan cupang dan ikan nila.
6. Memasang kawat kasa dan tidur menggunakan kelambu.
7. Pencahayaan dan ventilasi di dalam ruangan harus memadai
karena nyamuk ini senang hinggap di kamar yang gelap.
8. Jangan biasakan menggantung pakaian karena nyamuk aedes
aegypti senang hinggap di benda-benda yang tergantung di
dalam rumah seperti gordyn, baju/pakaian dll.
9. Menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan obat
nyamuk (bakar,oles, elektrik dll) untuk mencegah gigitan
nyamuk. Aktifitas menggigit nyamuk aedes aegypty biasanya
dari pagi sampai petang (siang hari) dengan puncak aktifitas
antara jam 09.00-10.00 dan jam 16.00-17.00. Karena itu jika
anda bepergian terutama ke tempat yang tinggi kasus DBD
sebaiknya memakai celana dan baju lengan panjang dan
memakai lotion anti nyamuk.
10.

Pengasapan/fogging dengan menggunakanmal athion

danf enthion yang berguna untuk mengurangi kemungkinan


penularan aides aegypti sampai batas tertentu.
11.

Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-

tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga,


kolam dan lain-lain.
2.4 Kerangka Teori
Konsep kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini merujuk
pada teori pengetahuan yang dikemukakan oleh Sukmadinata

55

(2007, p:41) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki


seseorang dipengaruhi oleh faktor- faktor berikut ini :

JASMANI
ROHANI

FAKTOR
INTERNAL

PENDIDIKAN
PENGETAHUAN
PAPARAN MEDIA MASSA
EKONOMI

FAKTOR
EKSTERNAL

HUBUNGAN SOSIAL
PENGALAMAN

2.5 Kerangka Konsep


Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep
yang sehubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada
keluarga binaan Kampung Sukasari RT 02/04, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Kerangka konsep ini terdiri dari variabel independen dari kerangka
teori yang dihubungkan dengan area permasalahan.
PENDIDIKAN
PAPARAN MEDIA MASSA
56

PENGETAHUAN
EKONOMI
PENGALAMAN

2.6 Definisi Operasional


N

Variabel

o
1

Pengetahua

Segala

tentang sesuatu

pemberanta
san

Definisi

yang

Cara

Hasil

Skala

Kuesion

Wawanc

Setiap

Ordin

er

ara

jawaba

al

n benar

jentik menjabark

nyamuk

Alat

dari

an

masing

tentang

cara

masing

pemberan

pertany

tasan

aan

jentik

diberi

nyamuk

nilai

yang

dan jika

sesuai

salah

dengan

diberi

lembaga

nilai 0.

kesehatan

Penilaia

. Yaitu 3M

Plus

dilakuk

3M

yaitu

an
57

Menguras

dengan

bak

cara

mandi,

memba

Menutup

ndingk

tempat

an

penampun

jumlah

gan

skor

air,

Mengubur

jawaba

barang

bekas

dengan

yang

skor

dapat

yang

menjadi

diharap

sarang

kan

nyamuk

(terting

Plus

gi)

yaitu :

kemudi

1.Mengga

an

nti air vas

dikalika

bunga dan

n 100%

tempat

dan

minum

hasilny

burung

minimal

prosent

seminggu

ase

sekali.

dengan

2.Memper

rumus

baiki

yang

saluran

diguna

58

dan talang

kan

air yang

sebagai

tidak

berikut:

lancar/rus

N=SP/

ak.

NM x

3.Menutup

100%

lubang-

Ket:

lubang

N: Nilai

pada

penget

potongan

ahuan

bambu/po

SP: Sk

hon

or yang

dengan

di

tanah dan

dapat

mengerin

NM: Sk

gkan air

or

yang ada

terting

di

gi

penampun

maksim

gan alami

um

seperti air

Selanju

diantara

tnya

pelepah

prosent

pisang.

ase

4.Bubuhka

jawaba

n bubuk

n yang

pembunuh

di

jentik

interpr

nyamuk

etsikan

59

(Abate) di

dalam

tempat-

kalimat

tempat

kualitat

yang sulit

if

dikuras

dengan

atau di

cara

daerah

sebagai

yang sulit

berikut:

air.

Baik

5.Pelihara

: Nilai :

ikan

76-

pemakan

100%

jentik

Cukup :

nyamuk

Nilai :

seperti

56-75%

ikan

Kurang:

kepala

Nilai :

timah,

55%

ikan

(Arikun

cupang

to,

dan ikan

2010).

nila.
6.Memasa
ng kawat
kasa dan
tidur
mengguna
kan
kelambu.

60

7.Pencaha
yaan dan
ventilasi
di dalam
ruangan
harus
memadai
karena
nyamuk
ini senang
hinggap di
kamar
yang
gelap.
8.Jangan
biasakan
menggant
ung
pakaian
karena
nyamuk
aedes
aegypti
senang
hinggap di
bendabenda
yang
tergantun

61

g di dalam
rumah
seperti
gordyn,
baju/pakai
an dll.
9.Menghin
dari
gigitan
nyamuk
dengan
mengguna
kan obat
nyamuk
(bakar,ole
s, elektrik
dll) untuk
mencegah
gigitan
nyamuk.
Aktifitas
menggigit
nyamuk
aedes
aegypty
biasanya
dari pagi
sampai
petang

62

(siang
hari)
dengan
puncak
aktifitas
antara
jam
09.0010.00 dan
jam
16.0017.00.
Karena itu
jika anda
bepergian
terutama
ke tempat
yang
tinggi
kasus DBD
sebaiknya
memakai
celana
dan baju
lengan
panjang
dan
memakai
lotion anti

63

nyamuk.
10.
Pengasap
an/fogging
dengan
mengguna
kanmal
athion
danf
enthion
yang
berguna
untuk
menguran
gi
kemungki
nan
penularan
aides
aegypti
sampai
batas
tertentu.
11.Membe
rikan
bubuk
abate
(temephos
)

pada

64

tempattempat
penampun
gan

air

seperti
gentong
air,

vas

bunga,
kolam dan
2

Pendidikan

lain-lain.
Pengetahu Kuesion

Wawanc

Pendidik

Ordin

an

ara

an

al

yang er

didapat

tinggi : >

pada

SMA,

pendidika

Pendidik

an

formal

yang telah

cukup :

ditamatka

SMP -

n terakhir

SMA
Pendidik
an
kurang :
< SMP

Paparan

Terpapar

Kuesion

Wawanc

0=tida

Ordin

media

atau

er

ara

al

massa

tidaknya

terpapa

responden

dan

1-2=

mengerti

terpapa

65

terhadap

r media

informasi

massa

yang
disampaik
an melalui
media
cetak dan
media
4
.

Ekonomi

elektronik
Penghasila Kuesion

Wawanc

Pengha

Ordin

n rata-rata er

ara

silan

al

berdasark

perbula

an

n >Rp

upah

minimum

2.400.

regional

000

kabupaten

Tangerang

>Rp

2.400.

yaitu

Rp

000

2.400.000

,Anggar
an
kesehat
an
Rp 0,=0
Rp
<300.0
00 = 1
c.Rp

66

>300.0
00 = 2

5
.

Pengalaman

Sesuatu

Kuesion

Wawanc

ekono
mi
tinggi
jika
skor 3
sedang
jika
skor 12
rendah
jika
skor 0
0=tida Ordin

yang

er

ara

pernah

pernah

dilihat,

1-2=

dan

pernah

al

didengar
oleh
responden
mengenai
informasi
pemberan
tasan
jentik
nyamuk

67

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.

Desain Penelitian

Dalam penelitian ini sebelumnya telah dilakukan pre survey dengan tekhnik
wawancara dan kuesioner sebagai instrumennya, yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan, sikap, ataupun perilaku keluarga binaan mengenai masalah
kesehatan. Langkah selanjutnya, data dikumpulkan dan diangkatlah area masalah.
Setelah menetapkan area masalah, dilakukan survey dengan tekhnik wawancara dan
menjadikan kuesioner sebagai instrumen untuk mengumpulkan data. Disamping itu,
dilakukan juga observasi langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang lebih
lengkap.
3.2.

Populasi

Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu
dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi adalah
keseluruhan objek pengumpulan data (Arikunto, 2002). Dalam hal ini, yang menjadi
populasi adalah 4 keluarga binaan.
3.3.

Sampel

68

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Dalam hal
ini yang menjadi sampel adalah anggota keluarga dari keluarga binaan yang
memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi mencakup usia >12 tahun, sehat mental,
dan tidak cacat fisik.
3.4.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu :
1
2
3
4

Bersedia untuk menjadi informan


Merupakan anggota keluarga binaan
Usia 12 tahun ke atas
Sehat jasmani dan rohani
Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili

sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, yaitu :


Tidak bersedia menjadi informan
Berusia dibawah 12 tahun
Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
Memiliki gangguan mental
3.5.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah :


1

Data primer
Data yang langsung didapatkan dari wawancara semua anggota warga binaan di RT
02/RW 04, Kampung Sukasari, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten melalui wawancara terpimpin serta observasi


Data sekunder
Data sekunder didapat dalam bentuk laporan yang sudah ada di Puskesmas Tegal
Angus. Data tersebut merupakan laporan mengenai 10 besar penyakit, status gizi, dan
keadaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terutama mengenai rendahnya angka

konsumsi makanan yang seimbang.


Data tersier
Data yang didapat dari buku teks, jurnal ilmiah, dan internet mengenai makanan yang
seimbang.

69

3.6.

Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan di RT 02 RW 04, Kampung Sukasari, Desa


Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Pengumpulan data ini dilakukan selama 12 hari, dimulai dari tanggal 10-22 Agustus
2015.
3.7.

Pengolahan dan Analisis Data

Wawancara dengan kuesioner dilakukan terhadap empat keluarga binaan yang telah
ditentukan oleh kader setempat. Dari empat keluarga binaan ini 8 orang sebagai
responden untuk menjawab kuesioner. Dengan kriteria responden sebagai berikut :
1
2
3

Yang bersedia diwawancarai 8 orang


Kedelapannya merupakan keluarga binaan
Usia diatas 12 tahun
Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel
NO
1
2

TANGGAL
KEGIATAN
10-08-2015 Perkenalan dengan keluarga binaan
11-08-2015 Mengumpulkan data dari puskesmas

untuk

mengetahui gambaran umum area masalah pada


3

12-08-2015

keluarga binaan
Mengumpulkan data dari masing-masing keluarga

13-08-2015

binaan dan dokumentasi rumah


Dilakukan wawancara singkat presurvey dengan
anggota keluarga pada masing-masing keluarga

14-08-2015

binaan
Mengambil data dari puskesmas untuk melengkapi
data sebelumnya yang lebih khusus menunjang area

6
7

15-08-2015

masalah
Mengumpulkan data dari masing-masing keluarga

16-08-2015

binaan dan menentukan area masalahnya


Menentukan area masalah, lalu menentukan dan
70

17-08-2015

membuat instrumen
Pembagian dan pengambilan kuesioner kepada

18-08-2015

masing-masing responden dari keluarga binaan


Menganalisis dan mengolah data yang diperoleh

10

19-08-2015

dari keluarga binaan


Menganalisis dan mengolah data yang diperoleh

20-08-2015

dari keluarga binaan


Menganalisis dan mengolah data yang diperoleh

12

21-08-2015

dari keluarga binaan


Menganalisis dan mengolah data yang diperoleh

13

22-08-2015

dari keluarga binaan


Menganalisis dan mengolah data yang diperoleh

11

dari keluarga binaan


3.7

Pengolahan dan Analisis Data

Kuesioner terdiri dari empat variabel dengan jumlah pertanyaan sebanyak bauh
pertanyaan. Masing-masing variabel memiliki penilaian yang berbeda-beda. Semua
jawaban pada variabel ini disajikan dalam bentuk pilihan ganda
Untuk pengolahan data tentang Pengetahuan tentang Makanan Seimbang pada
Keluarga Binaan di RT 02 RW 04, Kampung Sukasari, Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, dilakukan dengan cara manual dan bantuan
software pengolahan data menggunakan Microsoft Word. Untuk menganalisis datadata yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa univariate.
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variabel dari
hasil penelitian. Analisa univariate berfungsi untuk meringkas kumpulan data
sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut dapat berupa ukuran statistic, tabel,
dan grafik. Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah :
a
b
c
d
e

Pengetahuan tentang pemberantasan jentik nyamuk


Pendidikan
Paparan media massa
Ekonomi
Pengalaman
BAB IV
71

HASIL
4.1.

Analisis Univariat

4.1.1. Karakteristik Keluarga Binaan


Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data
karakteristik responden yang terdiri dari empat keluarga binaan di kampung Sukasari
RT 02/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten yakni keluarga Tn. Mairin
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung Sukasari
RT02/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Agustus 2015
Usia
Jumlah
0-16 tahun
7
17-40 tahun
8
>40 tahun
5
Tabel data diatas disajikan dalam bentuk grafik seperti dibawah ini :
Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung Sukasari RT
02/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Agustus 2015

Frekuensi Usia
10
8
6
4
2
0

7
0-16

frekuensi usia
8

17-40

5
>40

72

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa frekuensi usia keluarga binaan yang paling
banyak berusia di antara 17-40 tahun, dimana usia ini merupakan usia produktif.
Grafik 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Keluarga Binaan, Kampung
Sukasari RT 02/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang,Provinsi Banten, Agustus 2015
Tingkat Pe ndidikan

15%

5% 15%

Belum sekolah
Rendah
Sedang
Tinggi

65%

Dari grafik diatas dapat terlihat sebanyak 65% dari 20 anggota keluarga binaan
berpendidikan rendah. Pendidikan disini dikelompokkan berdasarkan : 1. Rendah
(Tidak tamat SD dan tamat SD), 2.Sedang (SMP), 3.Tinggi (SMA dan Perguruan
Tinggi).

73

Pekerjaan
Lain-lain; 16%
Tidak bekerja
IRT
Buruh
Pelajar
Lain-lain

Tidak bekerja; 16%

IRT; 16%
Pelajar; 21%

Buruh; 32%
Grafik 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Keluarga Binaan, Kampung Sukasari RT
02/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Agustus 2015
Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa 31% dari 20 anggota keluarga binaan
merupakan buruh pabrik. Hal ini tidak dapat dipungkiri mengingat kabupaten
Tangerang banyak memiliki pabrik di wilayahnya.
4.1.2. Analisis Univariat Keluarga Binaan
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-variabel dalam
kuesioner yang dijawab 8 responden pada bulan Agustus 2015.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Pengetahuan Tentang
Pemberantasan Jentik Nyamuk di Keluarga Binaan, Kampung Sukasari RT02/RW04,
Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Bulan Agustus 2015
Pengetahuan

Jumlah Responden

Kurang

60%

Cukup

40%

74

Baik

0%

Total

100%

Berdasarkan dari tabel 4.1 terlihat bahwa lebih banyak responden memiliki
pengetahuan yang kurang mengenai pemberantasan jentik nyamuk yaitu sebanyak
(60%)
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Pendidikan di Keluarga Binaan,
Kampung Sukasari RT02/RW04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Bulan Agustus 2015
Pendidikan

Jumlah Responden

Rendah

62.5%

Sedang

25%

Tinggi

12.5%

Berdasarkan dari tabel 4.2 terlihat bahwa sebagian besar responden termasuk ke
dalam tingkat pendidikan yang rendah
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Terpapar Media Massa Tentang
Pemberanasan Jentik Nyamuk di Keluarga Binaan, Kampung Sukasari RT02/RW04,
Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Bulan Agustus 2015
Paparan
Pernah
Tidak Pernah
Total

Jumlah Responden

6
2
8

75%
25%
100 %

Berdasarkan dari tabel 4.3 Terlihat bahwa lebih banyak responden yang terpapar
media massa (80%) tentang pemberantasan jentik nyamuk

75

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Ekonomi di Keluarga Binaan,


Kampung Sukasari RT02/RW04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Bulan Agustus 2015
Ekonomi

Jumlah Responden

Rendah

75%

Tinggi

25%

Total

100%

Berdasarkan dari tabel 4.4 mayoritas responden memiliki tingkat ekonomi yang
rendah.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Pengalaman Kegiatan
Pemberantasan Jentik Nyamuk di Keluarga Binaan, Kampung Sukasari RT02/RW04,
Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Bulan Agustus 2015
Pengalaman

Jumlah Responden

Pernah

0%

Tidak pernah

100%

Total

100%

Berdasarkan dari tabel 4.5 terlihat bahwa semua responden tidak pernah melihat atau
melakukan kegiatan pemberantasan jentik nyamuk.
4.2.

Rencana Intervensi

Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana intervensi
pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram
fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar-akar
penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah
tersebut. Adapun diagram fishbone dapat dilihat sebagai berikut :

76

Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, akar-akar penyebab masalah yang


ditemukan adalah sebagai berikut :
1

Dalam keluarga percaya bahwa pendidikan tidak harus tinggi yang penting ada
penghasilan

77

2
3
4

Tidak punya keahlian di bidang lain


Iklan layanan kesehatan di media massa kurang menarik perhatian
Kekurangan tenaga kesehatan yang dapat memberi penyuluhan
Tabel 4.4 Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi pada Keluarga Binaan,
Kampung Sukasari RT02/RW04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Bulan Agustus 2015
N
o
1

Akar Penyebab
Masalah
Dalam
keluarga
percaya
bahwa
pendidikan
tidak
harus tinggi yang
penting
ada
penghasilan

Alternatif Pemecahan
Masalah
Mengubah pemikiran
keluarga
bahwa
semakin
tinggi
tingkat
pendidikan
semakin
layak
penghasilan
yang
didapatkan
demi
taraf
kesejahteraan
hidup yang lebih baik

Tidak punya keahlian Meningkatkan

Rencana
Intervensi
Jangka Pendek:
Melakukan
penyuluhan
tentang
pentingnya
tingkat
pendidikan dalam
dunia kerja dan
strata
sosial
seseorang
ataupun keluarga.

Jangka Panjang:
Memberikan
motivasi kepada
keluarga binaan
agar
mengikuti
jenjang
pendidikan
setinggi mungkin,
untuk
mendapatkan
pekerjaan
yang
baik
serta
penghidupan
yang layak
minat Jangka Pendek:

78

di bidang lain

Iklan
layanan
kesehatan di media
massa
kurang
menarik perhatian

untuk
menciptakan Melakukan
kreatifitas
dan penyuluhan
kemandirian
tentang pelatihan
keterampilan

Meningkatkan minat
serta
kepedulian
masyarakat
untuk
melihat, mempelajari,
serta melakukan apa
yang ada di iklan
layanan kesehatan di
media massa.

Jangka Panjang:
Menciptakan unit
kemandirian dan
kreatifitas
masyarakat yang
bisa menambah
pendapatan
masyarakat.
Jangka
Pendek:
Membuat
iklan
layanan
kesehatan
di
media lain seperti
pamflet,
leaflet
dan poster yang
menarik
perhatian
keluarga binaan
dan
mudah
dimengerti.
Jangka Panjang:
Memberikan
saran dan usulan
kepada
pemerintah
terkait
dengan
pembuatan iklan
layanan
kesehatan
masyarakat
di
berbagai
media
agar
menarik

79

Kekurangan tenaga Menambah


tenaga
kesehatan
yang kesehatan
ataupun
dapat
memberi kader yang dapat
penyuluhan
membantu kegiatan
penyuluhan
dimasyarakat

perhatian
dan
mudah dipahami.
Jangka
Pendek:
Menambah
tenaga pemberi
penyuluhan yang
berasal
dari
masyarakat
daerah binaan itu
sendiri yang telah
dipersiapkan dan
dilatih
sebelumnya
Jangka Panjang:
Mempersiapkan
kader-kader yang
berasal
dari
masyarakat
keluarga binaan
itu sendiri berupa
pendidikan
dan
pelatihan, bekerja
sama
dengan
pihak Puskesmas
setempat.

Intervensi Pemecahan Masalah yang Terpilih:


Intervensi yang terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a) Memberikan penyuluhan tentang pentingnya pemberantasan
jentik nyamuk terkait dengan pencegahan penyakit Demam
Berdarah di daerah keluarga binaan.
b) Memberikan motivasi kepada keluarga binaan agar mengikuti
jenjang pendidikan setinggi mungkin, untuk mendapatkan
pekerjaan yang baik serta penghidupan yang layak

80

c) Membuat iklan layanan kesehatan di media lain seperti


pamflet, leaflet dan poster yang menarik perhatian keluarga
binaan dan mudah dimengerti.
Terpilihnya intervensi tersebut diatas dikarenakan penyuluhan
dan sosialisasi tidak memakan waktu, biaya, atau tempat yang
banyak, selain itu diharapkan dengan adanya poster/leaflet, lebih
dapat menarik minat para responden menyimak penyuluhan dan
mudah untuk dimengerti.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data dari Puskesmas Tegal Angus
dan dari kunjungan ke keluarga binaan yang bertempat tinggal di Desa Pangkalan,
maka dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area

81

masalah, yaitu Pengetahuan Tentang Pemberantasan Jentik Nyamuk di Keluarga


Binaan.
5.1.2 Akar Penyebab Masalah
a. Dalam keluarga binaan percaya bahwa pendidikan tidak harus tinggi yang
penting adalah penghasilan
b. Anggota keluarga binaan tidak memiliki keahlian di bidang lain
c. Iklan layanan kesehatan di media massa kurang menarik perhatian
d. Kurangnya tenaga kesehatan yang dapat memberi penyuluhan
5.1.3 Area Pemecahan Masalah
a. Mengubah pemikiran keluarga bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
semakin layak penghasilan yang didapatkan demi taraf kesejah teraan hidup
yang lebih baik
b. Meningkatkan minat untuk menciptakan kreatifitas dan kemandirian
c. Meningkatkan minat serta kepedulian masyarakat untuk melihat,
mempelajari, serta melakukan apa yang ada di iklan layanan kesehatan di
media massa.
d. Menambah tenaga kesehatan ataupun kader yang dapat membantu kegiatan
penyuluhan dimasyarakat
5.1.4 Intervensi Yang Dilakukan
a. Dalam keluarga binaan percaya bahwa pendidikan tidak harus tinggi yang
penting adalah penghasilan
Memberikan motivasi kepada keluarga binaan agar mengikuti jenjang
pendidikan setinggi mungkin, untuk mendapatkan pekerjaan yang baik serta
penghidupan yang layak
b. Meningkatkan minat serta kepedulian masyarakat untuk melihat,
mempelajari, serta melakukan apa yang ada di iklan layanan kesehatan di
media massa.
Membuat iklan layanan kesehatan di media lain seperti pamflet, leaflet dan
poster yang menarik perhatian keluarga binaan dan mudah dimengerti.
c. Kurangnya tenaga kesehatan yang dapat memberi penyuluhan

82

Memberikan penyuluhan tentang pentingnya pemberantasan jentik nyamuk


terkait dengan pencegahan penyakit Demam Berdarah di daerah keluarga
binaan.

5.2 SARAN
A. Menyarankan kepada keluarga binaan untuk senantiasa belajar
agar membuka wawasan terhadap pentingnya memberantas
jentik nyamuk
B. Menyarankan keluarga untuk melakukan tindakan menguras
bak mandi satu minggu seklai, mengubur barang-barang bekas
yang dapat menampung air hujan dan menjadi sarang nyamuk,
menutup tempat penampungan air
C. Menyarankan keluarga untuk menggunakan bubuk abate,
menggunakan kelambu, menggunakan obat nyamuk, menanam
pohon anti nyamuk, memelihara ikan yang dapat memangsa
jentik nyamuk pada tempat penampungan air, mengatur
ventilasi yang baik

83

You might also like