Professional Documents
Culture Documents
2. AJARAN KEDUA
Ikutilah dengan ikhlas jalan yang telah ditempuh oleh Nabi Besar Muhammad SAW dan janganlah
merubah jalan itu. Patuhlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan jangan sekali-kali berbuat durhaka.
Bertauhidlah kepada Allah (meng-Esakan Allah), dan jangan menyekutukan-Nya. Allah itu Maha Suci dan
tidak memiliki sifat-sifat tercela atau kekurangan. Janganlah ragu-ragu terhadap kebenaran Allah. Bersabarlah
dan berpegang teguhlah kepada-Nya. Bermohonlah kepada-Nya dan tunggulah dengan sabar. Bersatu padulah
dalam mentaati Allah dan janganlah berpecah-belah. Saling mencintailah di antara sesama dan janganlah
saling mendengki. Hindarkanlah diri dari segala noda dan dosa. Hiasilah dirimu dengan ketaatan kepada
Allah. Janganlah menjauhkan diri kepada Allah dan janganlah lupa pada-Nya. Janganlah lalai untuk bertobat
kepada-Nya dan kembali kepada-Nya. Janganlah jemu untuk memohon ampun kepada Allah pada siang dan
malam hari. Mudah-mudahan kamu diberi rahmat dan dilindungi oleh-Nya dari marabahaya dan azab neraka,
diberi kehidupan yang berbahagia di dalam surga, bersatu dengan Allah dan diberi nikmat-nikmat oleh-Nya.
Kamu akan menikmati kebahagiaan dan kesentausaan yang abadi di surga beserta para Nabi, orang-orang
shiddiq, para syuhada’ dan orang-orang saleh. Kamu akan hidup kekal di dalam surga itu untuk selama-
lamanya.
3. AJARAN KETIGA
Manakala seorang hamba Allah diuji oleh Allah, maka mula-mula ia akan melepaskan dirinya dari
ujian atau cobaan yang menyusahkannya itu. Jika tidak berhasil, maka ia akan meminta pertolongan kepada
orang-orang lain seperti para raja, para penguasa, orang-orang dunia atau para hartawan. Jika ia sakit, maka ia
akan meminta pertolongan kepada dokter atau dukun. Jika hal inipun tidak berhasil, maka ia kembali
menghadapkan wajahnya kepada Allah SWT untuk memohon dan meratap kepada-Nya. Selagi ia masih bisa
menolong dirinya sendiri, ia tidak akan meminta pertolongan kepada orang lain. Dan selagi pertolongan orang
lain masih ia dapatkan, maka ia tidak akan meminta pertolongan kepada Allah.
Jika ia tidak mendapatkan pertolongan Allah, maka ia akan terus meratap, shalat, berdoa dan
menyerahkan dirinya dengan sepenuh harapan dan kecemasan terhadap Allah Ta’ala, Sekali-kali Allah tidak
akan menerima ratapannya, sebelum dia memutuskan diri dari keduniaan. Setelah ia terlepas dari hal-hal
keduniaan, maka akan tampaklah ketentuan dan keputusan Allah pada orang itu dan lepaslah ia dari hal-hal
keduniaan, selanjutnya hanya ruh sajalah yang tinggal padanya.
Dalam peringkat ini, yang tampak olehnya hanyalah kerja atau perbuatan Allah dan tertanamlah di
dalam hatinya kepercayaan yang sesungguhnya tentang Tauhid (ke-Esa-an Allah). Pada hakekatnya, tidak ada
pelaku atau penggerak atau yang mendiamkan, kecuali Allah saja. Tidak ada kebaikan dan tidak ada
keburukan, tidak ada kerugian dan tidak ada keuntungan, tidak ada faidah dan tidak pula ada anugerah, tidak
terbuka dan tidak pula tertutup, tidak mati dan tidak hidup, tidak kaya dan tidak pula papa, melainkan
semuanya di tangan Allah.
Hamba Allah itu tidak ubahnya seperti bayi yang berada di pangkuan ibunya, atau seperti orang mati
yang sedang dimandikan, atau seperti bola di kaki pemain bola; melambung, bergulir ke atas, ke tepi dan ke
tengah, senantiasa berubah tempat dan kedudukannya. Ia tidak mempunyai daya dan upaya. Maka hilanglah ia
keluar dari dirinya dan masuk ke dalam perbuatan Allah semata-mata.
Hamba Allah semacam ini, hanya melihat Allah dan perbuatan-Nya. Yang didengar dan
diketahuinya hanyalah Allah. Jika ia melihat sesuatu, maka yang dilihatnya itu adalah perbuatan Allah. Jika ia
mendengar atau mengetahui sesuatu, maka yang didengar dan diketahuinya itu hanyalah firman Allah. Dan
jika ia mengetahui sesuatu, maka ia mengetahuinya itu melalui pengetahuan Allah. Ia akan diberi anugerah
Allah. Beruntunglah ia karena dekat dengan Allah. Ia akan dihiasi dan dimuliakan. Ridhalah ia kepada Allah.
Bertambah dekatlah ia kepada Tuhannya. Bertambah cintalah ia kepada Allah. Bertambah khusyu’lah ia
mengingat Allah. Bersemayamlah ia ‘di dalam Allah’. Allah akan memimpinnya dan menghiasinya dengan
kekayaan cahaya ilmu Allah. Maka terbukalah tabir yang menghalanginya dari rahasia-rahasia Allah Yang
Maha Agung. Ia hanya mendengar dan mengingat Allah Yang Maha Tinggi. Maka ia senantiasa bersyukur
dan shalat di hadapan Allah SWT.
4. AJARAN KEEMPAT
Apabila kamu ‘mati’ dari mahluk, maka akan dikatakan kepada kamu, “Semoga Allah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kamu”. Kemudian Allah akan mematikan kamu dari nafsu-nafsu badanniyah. Apabila
kamu telah ‘mati’ dari nafsu badanniyah, maka akan dikatakan kepada kamu, “Semoga Allah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kamu”. Kemudian Allah akan mematikan kamu dari kehendak-kehendak dan nafsu. Dan
apabila kamu telah ‘mati’ dari kehendak dan nafsu, maka akan dikatakan kepada kamu, “Semoga Allah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu”. Kemudian Allah akan menghidupkan kamu di dalam suatu
‘kehidupan’ yang baru.
Setelah itu, kamu akan diberi ‘hidup’ yang tidak ada ‘mati’ lagi. Kamu akan dikayakan dan tidak
akan pernah papa lagi. Kamu akan diberkati dan tidak akan dimurkai. Kamu akan diberi ilmu, sehingga kamu
tidak akan pernah bodoh lagi. Kamu akan diberi kesentausaan dan kamu tidak akan merasa ketakutan lagi.
Kamu akan maju dan tidak akan pernah mundur lagi. Nasib kamu akan baik, tidak akan pernah buruk. Kamu
akan dimuliakan dan tidak akan dihinakan. Kamu akan didekati oleh Allah dan tidak akan dijauhi oleh-Nya.
Martabat kamu akan menjadi tinggi dan tidak akan pernah rendah lagi. Kamu akan dibersihkan, sehingga
kamu tidak lagi merasa kotor. Ringkasnya, jadilah kamu seorang yang tinggi dan memiliki kepribadian yang
mandiri. Dengan demikian, kamu boleh dikatakan sebagai manusia super atau orang yang luar biasa.
Jadilah kamu ahli waris para Rasul, para Nabi dan orang-orang yang shiddiq. Dengan demikian,
kamu akan menjadi titik akhir bagi segala kewalian, dan wali-wali yang masih hidup akan datang menemui
kamu. Melalui kamu, segala kesulitan dapat diselesaikan, dan melalui shalatmu, tanaman-tanaman dapat
ditumbuhkan, hujan dapat diturunkan, dan malapetaka yang akan menimpa umat manusia dari seluruh
tingkatan dan lapisan dapat dihindarkan. Boleh dikatakan kamu adalah polisi yang menjaga kota dan rakyat.
Orang-orang akan berdatangan menemui kamu dari tempat-tempat yang dekat dan jauh dengan
membawa hadiah dan oleh-oleh dan memberikan khidmat (penghormatan) mereka kepadamu. Semua ini
hanyalah karena idzin Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa jua. Lisan manusia tak henti-hentinya
menghormati dan memuji kamu. Tidak ada dua orang yang beriman yang bertingkah kepadamu. Wahai
mereka yang baik-baik, yang tinggal di tempat-tempat ramai dan mereka yang mengembara, inilah karunia
Allah. Dan Allah mempunyai kekuasaan yang tiada batas.
5. AJARAN KELIMA
Apabila kamu melihat dunia dikuasai oleh ahli-ahli dunia dengan perhiasan dan kekosongannya,
dengan penipuan dan perangkapnya dan dengan racunnya yang membunuh yang diluarnya nampak lembut
tetapi di dalamnya sangat membahayakan, cepat merusak dan membunuh siapa saja yang memegangnya,
yang menipu mereka dan yang menyebabkan mereka lengah terhadap dosa dan maksiat; apabila kamu lihat
semua itu, maka hendaklah kamu bersikap sebagai seorang yang melihat seseorang yang sedang buang air
besar yang membuka auratnya dan mengeluarkan bau busuk. Dalam keadaan seperti itu, hendaklah kamu
memalingkan padanganmu dari ketelanjangannya dan menutup hidungmu supaya tidak mencium baunya yang
busuk. Demikian pulalah hendaknya kamu bersikap kepada dunia. Apabila kamu melihatnya, maka hendaklah
kamu memalingkan pandanganmu dari pakaiannya dan tutuplah hidungmu supaya tidak mencium bau busuk
gemerlapannya yang tidak kekal. Semoga dengan demikian kamu dapat selamat dari bahaya dan cobaannya.
Apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, pasti akan kamu rasakan. Allah telah berfirman kepada Nabi
Muhammad SAW :
“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-
golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia
Tuhan kamu adalah yang lebih baik dan lebih kekal.” (QS 20:131)
6. AJARAN KEENAM
Hindarkanlah dirimu dari orang ramai dengan perintah Allah, dari nafsumu dengan perintah-Nya dan
dari kehendakmu dengan perbuatan-Nya agar kamu pantas untuk menerima ilmu Allah. Tanda bahwa kamu
telah menghindarkan diri dari orang ramai adalah secara keseluruhannya kamu telah memutuskan segala
hubungan kamu dengan orang ramai dan telah membebaskan seluruh pikiranmu dengan segala hal yang
bersangkutan dengan mereka.
Tanda bahwa kamu telah putus dari nafsumu adalah apabila kamu telah membuang segala usaha dan
upaya untuk mencapai kepentingan keduniaan dan segala hubungan dengan cara-cara duniawi untuk
mendapatkan suatu keuntungan dan menghindarkan bahaya. Janganlah kamu bergerak untuk kepentinganmu
sendiri. Janganlah kamu bergantung kepada dirimu sendiri di dalam hal-hal yang bersangkutan dengan
dirimu. Janganlah kamu melindungi dan menolong dirimu dengan dirimu sendiri. Serahkanlah segalanya
kepada Allah, karena Dia-lah yang memelihara dan menjaga segalanya, sejak dari awalnya hingga kekal
selamanya. Dia-lah yang menjaga dirimu di dalam rahim ibumu sebelum kamu dilahirkan dan Dia pulalah
yang memelihara kamu semasa kamu masih bayi.
Tanda bahwa kamu telah menghindarkan dirimu dari kehendakmu dengan perbuatan Allah adalah
apabila kamu tidak lagi melayani kebutuhan-kebutuhanmu, tidak lagi mempunyai tujuan apa-apa dan tidak
lagi mempunyai kebutuhan atau maksud lain, karena kamu tidak mempunyai tujuan atau kebutuhan selain
kepada Allah semata-mata. Perbuatan Allah tampak pada kamu dan pada masa kehendak dan perbuatan Allah
itu bergerak. Badanmu pasif, hatimu tenang, pikiranmu luas, mukamu berseri dan jiwamu bertambah subur.
Dengan demikian kamu akan terlepas dari kebutuhan terhadap kebendaan, karena kamu telah berhubungan
dengan Al-Khaliq. Tangan Yang Maha Kuasa akan menggerakkanmu. Lidah Yang Maha Abadi akan
memanggilmu. Tuhan semesta alam akan mengajar kamu dan memberimu pakaian cahaya-Nya dan pakaian
kerohanian serta akan mendudukkan kamu pada peringkat orang-orang alim terdahulu.
Setelah mengalami semua ini, hati kamu akan bertambah lebur, sehingga nafsu dan kehendakmu
akan hancur bagaikan sebuah tempayan yang pecah yang tidak lagi berisikan air walau setetespun. Kosonglah
dirimu dari seluruh perilaku kemanusiaan dan dari keadaan tidak menerima suatu kehendak selain kehendak
Allah. Pada peringkat ini, kamu akan dikaruniai keramat-keramat dan perkara-perkara yang luar biasa. Pada
zhahirnya, perkara-perkara itu datang darimu, tapi yang sebenarnya adalah perbuatan dan kehendak Allah
semata.
Oleh karena itu, masuklah kamu ke dalam golongan orang-orang yang telah luluh hatinya dan telah
hilang nafsu-nafsu kebinatangannya. Setelah itu kamu akan menerima sifat-sifat ke-Tuhan-an yang maha
tinggi. Berkenaan dengan hal inilah maka Nabi besar Muhammad SAW bersabda, “Aku menyukai tiga
perkara dari dunia ini: bau-bauan yang harum, wanita dan shalat yang apabila aku melakukannya, maka
mataku akan merasa sejuk di dalamnya”. Semua ini diberikan kepadanya setelah seluruh kehendak dan nafsu
sebagaimana disebutkan di atas terlepas dari dirinya. Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku bersama mereka
yang telah luluh hatinya karena Aku”.
Allah Ta’ala tidak akan menyertai kamu, sekiranya semua nafsu dan kehendakmu itu tidak
diluluhkan. Apabila semua itu telah hancur dan luluh, dan tidak ada lagi yang tersisa pada dirimu, maka telah
pantaslah kamu untuk ‘diisi’ oleh Allah dan Allah akan menjadikan kamu sebagai orang baru yang dilengkapi
dengan tenaga dan kehendak yang baru pula. Jika egomu tampil kembali, walaupun hanya sedikit, maka Allah
akan menghancurkannya lagi, sehingga kamu akan kosong kembali seperti semula, dan untuk selamanya
kamu akan tetap luluh hati. Allah akan menjadikan kehendak-kehendak baru di dalam diri kamu dan jika
dalam pada itu masih juga terdapat diri (ego) kamu, maka Allah-pun akan terus menghancurkannya.
Demikianlah terus terjadi hingga kamu menemui Tuhanmu di akhir hayatmu nanti. Inilah maksud firman
Tuhan, “Sesungguhnya Aku bersama mereka yang telah luluh hatinya karena Aku.” Kamu akan mendapatkan
dirimu ‘kosong’, yang sebenarnya ada hanyalah Allah.
Di dalam hadits Qudsi, Allah berfirman, “Hamba-Ku yang ta’at senantiasa memohon untuk dekat
dengan-Ku melalui shalat-shalat sunatnya. Sehingga aku menjadikannya sebagai rekan-Ku, dan apabila Aku
menjadikan dia sebagai rekan-Ku, maka aku menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar, menjadi
matanya yang dengannya dia melihat, menjadi tangannya yang dengannya ia
memegang dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan, yakni ia mendengar melalui Aku,
memegang melalui Aku, dan mengetahui melalui Aku.”
Sebenarnya, ini adalah keadaan ‘fana’ (hapusnya diri). Apabila kamu sudah melepaskan dirimu dan
mahluk, karena mahluk itu bisa baik dan bisa juga jahat dan karena diri kamu itu bisa baik dan juga bisa jahat,
maka menurut pandanganmu tidak ada suatu kebaikan yang datang dari diri kamu atau dari mahluk itu dan
kamu tidak akan merasa takut kepada datangnya kejahatan dari mahluk. Semua itu terletak di tangan Allah
semata. Karenanya, datangnya buruk dan baik itu, Dia-lah yang menentukannya semenjak awalnya.
Dengan demikian, Dia akan menyelamatkan kamu dari segala kejahatan mahluk-Nya dan
menenggelamkanmu di dalam lautan kebaikan-Nya. Sehingga kamu menjadi titik tumpuan segala kebaikan,
sumber keberkatan, kebahagiaan, kesentausaan, nur (cahaya) keselamatan dan keamanan. Oleh karena itu,
‘Fana’ adalah tujuan, sasaran, ujung dan dasar perjalanan wali Allah. Semua wali Allah, dengan tingkat
kemajuan mereka, telah memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah untuk menggantikan kehendak
atau kemauan mereka dengan kehendak atau kemauan Allah. Mereka semuanya menggantikan kemauan atau
kehendak mereka dengan kemauan atau kehendak Allah. Pendek kata, mereka itu mem-fana-kan diri mereka
dan me-wujud-kan Allah. Karena itu mereka dijuluki ‘Abdal’ (perkataan yang diambil dari kata ‘Badal’ yang
berarti ‘pertukaran’). Menurut mereka, menyekutukan kehendak mereka dengan kehendak Allah adalah suatu
perbuatan dosa.
Sekiranya mereka lupa, sehingga mereka dikuasai oleh emosi dan rasa takut, maka Allah Yang Maha
Kuasa akan menolong dan menyadarkan mereka. Dengan demikian mereka akan kembali sadar dan memohon
perlindungan kepada Allah. Tidak ada manusia yang benar-benar bebas dari pengaruh kehendak egonya
(dirinya) sendiri, kecuali malaikat. Para malaikat dipelihara oleh Allah dalam kesucian kehendak mereka dan
para Nabi dipelihara dari nafsu badaniah mereka. Sedangkan jin dan manusia telah diberi tanggung jawab
untuk berakhlak baik, tetapi mereka tidak terpelihara dari dipengaruhi oleh dosa dan maksiat. Para wali
dipelihara dari nafsu-nafsu badaniah dan ‘abdal’ dipelihara dari kekotoran kehendak datu niat. Walaupun
demikian, mereka tidak bebas mutlak, karena merekapun mungkin mempunyai kelemahan untuk melakukan
dosa. Tapi, dengan kasih saying-Nya, Allah akan menolong dan menyadarkan mereka.
7. AJARAN KETUJUH
Keluarlah dari dirimu sendiri dan serahkanlah segalanya kepada Allah. Penuhi hatimu dengan Allah.
Patuhlah kepada perintah-Nya dan larikanlah dirimu dari larangan-Nya, agar nafsu badaniahmu tidak
memasuki hatimu setelah ia keluar. Untuk membuang nafsu-nafsu badaniah dari hatimu, kamu harus berjuang
melawannya dan jangan menyerah kepadanya dalam keadaan bagaimanapun juga dan dalam tempo kapanpun
juga. Oleh karena itu, janganlah menghendaki sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Allah. Kehendakmu yang
tidak sesuai dengan kehendak Allah adalah kehendak nafsu badaniah. Jika kehendak ini kamu turuti, maka ia
akan merusak dirimu dan menjauhkanmu dari Allah. Patuhilah perintah Allah, jauhilah larangan-Nya,
bertawakallah kepada-Nya dan jangan sekali-kali kamu menyekutukan-Nya. Dia-lah yang telah menjadikan
nafsu dan kehendakmu. Oleh karena itu, janganlah kamu berkehendak, berkebutuhan atau bercita-cita untuk
mendapatkan sesuatu, agar kamu tidak tercebur ke lembah syirik. Allah berfirman :
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal
saleh, dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS 18:110)
Syirik itu bukan melulu menyembah berhala, tetapi termasuk juga di dalamnya adalah menuruti
hawa nafsu dan menyekutukan apa saja yang ada di dunia dan di akhirat dengan Allah, karena apa saja selain
Allah bukanlah Tuhan. Oleh karena itu, jika kamu tumpukan hatimu kepada sesuatu selain Allah, berarti
kamu telah berbuat syirik. Maka, janganlah kamu menyekutukan Allah dengan jalan apapun juga, baik
dengan jalan kasar maupun dengan jalan halus. Berjaga-jagalah selalu dan jangan berdiam diri, berhati-hatilah
selalu dan waspadalah, semoga kamu beroleh keselamatan. Segala kedudukan dan kebaikan yang kamu
peroleh, jangan kamu katakan bahwa ia datang dari kamu sendiri atau kepunyaan kamu yang sebenarnya. Jika
kamu diberi sesuatu atau kenaikan pangkat kedudukan, janganlah kamu hebohkan kepada siapapun. Sebab, ia
dalam pertukaran suasana dari hari ke hari itu, Allah selalu menampakkan keagungan-Nya dalam aspek-aspek
yang senantiasa baru, dan Allah berada di antara hamba-hamba-Nya dengan hati-hati mereka. Boleh jadi apa
yang dikatakan sebagai milik kamu itu akan dilepaskan-Nya dari kamu, dan boleh jadi apa yang kamu anggap
kekal itu akan berubah keadaannya. Sehingga, jika hal itu terjadi kamu akan merasa malu kepada mereka
yang kamu hebohkan itu. Maka, lebih baik kamu berdiam diri, simpan pemberian itu di dalam pengetahuan
kamu saja dan tidak usah kamu sampaikan kepada siapapun. Jika kamu miliki sesuatu, ketahuilah bahwa itu
adalah karunia Allah, bersyukurlah kepada-Nya dan mohonlah kepada-Nya supaya Dia menambahkan
nikmat-nikmat-Nya kepadamu. Jika sesuatu itu lepas darimu, maka Dia akan menambah ilmumu,
kesadaranmu dan kewaspadaanmu. Allah berfirman :
“Apa saja ayat yang Kami nashkhkan atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan
yang lebih baik dari padanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa
sesungguhnya Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu ?” (QS 2:106)
Oleh karena itu, janganlah kamu mengira bahwa Allah tidak berkuasa atas segala sesuatu, janganlah
kamu menduga bahwa ketentuan dan peraturan-Nya mempunyai kekurangan dan janganlah kamu merasa ragu
akan janji-Nya. Contohlah Nabi besar Muhammad SAW, ayat-ayat yang diwahyukan kepadanya
dipraktekkan, dibaca di dalam masjid, ditulis di dalam buku, diambil dan ditukar dengan yang lainnya, dan
perhatian Nabi diarahkan kepada wahyu-wahyu yang baru diterimanya yang menggantikan ayat-ayat yang
telah lama. Ini terjadi dalam masalah-masalah hukum yang zhahir.
Berkenaan dengan masalah-masalah kebathinan, ilmu dan kondisi kerohanian yang didapatinya dari
Tuhan, beliau senantiasa berkata bahwa hatinya selalu diliputi, dan beliau memohon perlindungan kepada
Allah sebanyak tujuhpuluh kali didalam satu hari. Juga diceritakan bahwa sebanyak seratus kali dalam sehari
Nabi dibawa dari satu keadaan kepada satu keadaan yang lainnya yang dengan itu beliau dibawa menuju
peringkat yang paling dekat kepada Allah. Beliau mengembara ke alam yang maha tinggi sambil diselubungi
oleh ‘nur’, dari satu peringkat kepada peringkat lainnya yang lebih tinggi. Tiap-tiap beliau menaiki satu
peringkat, maka peringkat yang di bawahnya itu tampak gelap jika dibandingkan dengan peringkat atas itu.
Semakin tinggi beliau naik, semakin bersinarlah nur Allah meliputi hati sanubarinya. Beliau senantiasa
menerima pengarahan supaya memohon ampunan dan perlindungan Tuhan, karena sebaik-baiknya hamba
Allah itu adalah mereka yang senantiasa memohon ampunan dan perlindungan Allah dan senantiasa pula
kembali kepada-Nya. Ini dimaksudkan untuk menyadarkan kita bahwa kita ini mempunyai dosa dan
kesalahan yang
keduanya terdapat pada hamba-hamba Allah di dalam seluruh aspek kehidupannya, sebagai ahli
waris Adam as, bapak seluruh manusia dan hamba pilihan Allah. Manakala kelalaian terhadap perintah Allah
telah mengaburkan cahaya kerohanian Adam dan beliaupun menampakkan keinginannya untuk kekal hidup di
surga berada di samping Tuhan, dan Tuhanpun berkehendak mengantarkan malaikat Jibril kepada beliau,
maka ketika itulah kehendak diri (ego) beliau nampak, kehendak Adam bercampur dengan kehendak Allah.
Oleh karena itu, kehendak beliau dihancurkan, keadaan pertama itu dihilangkan, kedekatan kepada Tuhan di
masa itu dihilangkan, cahaya keimanan yang bersinar terang itu berubah menjadi pudar dan kesucian rohani
beliau telah menjadi sedikit kotor. Kemudian Allah hendak memberikan peringatan kepada beliau,
menyadarkan beliau akan dosa dan kesalahannya, memerintahkannya untuk mengakui kesalahan dan dosanya
serta meminta ampun kepada Allah.
Adam as berkata, “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah berbuat aniaya terhadap diri kami
sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan mengasihani kami, sudah barang tentu kami termasuk
dalam golongan orang-orang yang merugi”. Kemudian datanglah petunjuk kepada Beliau, kesadaran untuk
bertobat, pengetahuan tentang hakekat akibatnya dan ilmu hikmah yang tersembunyi di dalam peristiwa
inipun tersingkaplah. Dengan kasih saying-Nya, Allah menyuruh mereka supaya tobat. Setelah itu, kehendak
yang timbul dari Adam diganti dan keadaannya yang semulapun dirubah, maka diberikanlah kepadanya
jabatan “Wilayah” yang lebih tinggi serta diberi kedudukan di dalam dunia ini dan di akhirat kelak. Maka
jadilah dunia ini sebagai tempat tinggalnya dan tempat keturunannya, dan akhirat kelak adalah tempat
kembalinya yang kekal abadi.
Jadikanlah Nabi besar Muhammad SAW ; seorang Rasul dan kekasih Allah, hamba-Nya yang
pilihan itu; dan Adam, yaitu bapak seluruh manusia dan hamba pilihan Allah, sebagai contoh dan tauladan.
Contohlah mereka berdua di dalam hal mengakui kesalahan dan dosanya sendiri, di dalam meminta ampun
kepada-Nya dan di dalam memohon pertolongan-Nya dari segala noda dan dosa. Dan contohlah mereka di
dalam hal merendahkan diri kepada Allah, karena manusia adalah mahluk yang lemah dalam segala halnya
8. AJARAN KEDELAPAN
Apabila kamu berada pada suatu keadaan tertentu, janganlah kamu meminta suatu keadaan yang
lebih tinggi atau yang lebih rendah. Apabila kamu berada di pintu istana, janganlah kamu masuk sebelum
kamu disuruh masuk. Janganlah kamu menganggap cukup dengan kebenaran masuk itu saja, karena boleh
jadi itu adalah suatu dalih atau tipuan dari raja itu. Hendaklah kamu bersabar, sampai kamu dipaksam masuk
ke dalam istana itu atas perintah raja itu sendiri. Karena, dengan demikian kamu tidak akan dimintai
pertanggungjawaban tentang perbuatan kamu masuk ke dalam istana itu. Sekiranya kamu masih dihukum
juga, maka hal itu adalah lantaran kamu bersalah, tamak, tidak sabar, tidak bersopan santun dan hendak
menikmati kepuasan keadaan hidup yang sedang kamu hadapi itu. Jika kamu dipaksa masuk dan kamupun
masuk, maka hendaklah kamu memasukinya dengan penuh sopan santun, penuh hormat dan memperhatikan
apa yang diperintahkan kepada kamu, tanpa meminta kenikan taraf hidup. Allah berfirman kepada Rasul-Nya,
“Dan janganlah pandanganmu dipengaruhi oleh apa yang kami karuniakan kepadasegolongan manusia dari
kemegahan hidup di dunia ini, karena Kami menguji mereka dengan itu. Adalah rizki yang diberikan oleh
Tuhanmu itu lebih baik dan lebih kekal”.
Allah menasehati Nabi-Nya supaya berhati-hati terhadap keadaan yang ada itu dan supaya ridho
dengan karunia Allah. Dengan kata lain, firman ini menyatakan, “Apa saja yang Aku berikan kepadamu
berupa perkara-perkara yang baik-baik, kenabian, ilmu, keridhaan, kesabaran, kekuasaan agama dan berjihad
di jalan Allah, semua itu adalah lebih baik dan lebih berharga daripada apa yang Aku berikan kepada orang-
orang lain”. Kebaikan itu terletak pada menjaga keadaan yang telah ada, merasa puas dengannya dan
menjauhkan segala keinginan kepada yang lain. Karena perkara-perkara itu telah dikhususkan untuk kamu,
atau untuk orang lain atau bukan untuk siapa-siapa, tetapi oleh Allah telah dijadikan sebagai suatu ujian, Jika
sesuatu perkara itu telah dikhususkan untuk kamu, maka pasti kamu akan mendapatkannya, baik kamu
menyukainya maupun tidak menyukainya. Tidaklah wajar kamu menunjukkan ketidak sopananmu atau
ketamakanmu, karena hal itu bertentangan dengan akal dan ilmu yang sempurna. Apakah gunanya kamu
mengharapkan apa yang telah ditentukan untuk orang lain, karena kamu tidak akan mendapatkannya.
Sekiranya suatu perkara itu tidak ditentukan untuk siapa-siapa, maka itu adalah satu ujian belaka. Orang yang
berakal tidak akan bersahaja untuk mencari suatu ujian. Karenanya, kebaikan itu adalah menjaga dan ridho
dengan keadaan yang ada sekarang. Setelah kamu dibawa ke tingkat atas lalu dari situ kamu menuju puncak
istana, kamu harus berhati-hati seperti yang telah kami nyatakan mengenai penghormatan, berperangai baik
dan tidak banyak bicara. Berhati-hatilah, dan hendaknya kamu berbuat yang lebih dari ini, karena sekarang
kamu sudah dekat dengan raja dan juga sudah dekat dengan bahaya. Oleh karena itu, janganlah kamu
meminta perubahan keadaan, dari keadaan yang sekarang kepada keadaan yang lain, baik keadaan itu lebih
tinggi maupun lebih rendah, dan jangan pula kamu meminta supaya keadaan itu tetap atau diganti. Kamu
tidak mempunyai hak memilih di dalam perkara ini. Jika kamu meminta, maka hal itu adalah tanda bahwa
kamu kurang sopan, akan merendahkan derajat kamu dan merugikan kamu juga. Karenanya, teruslah berbuat
sebagaimana yang kami tunjukkan, sehingga kamu dinaikkan ke suatu tingkatan dan ditetapkan di dalam
tingkatan itu. Maka ketika itu kamu akan mengetahui bahwa semua itu adalah karunia Allah yang
menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya. Tetaplah kamu berada pada tempat itu dan janganlah berubah-
rubah lagi. Ahwal (keadaan perubahan kerohanian) adalah milik Aulia (wali Allah yang biasa), sedangkan
maqamah (perhatian kerohanian) adalah kepunyaan Abdal (wali Allah yang derajatnya lebih tinggi).
9. AJARAN KESEMBILAN
Perbuatan Allah itu ditampakkan kepada Aulia dan Abdal di dalam pandangan dan pengalaman
kerohanian. Ini berada di luar jangkauan akal manusia dan keluar dari adat kebiasaan. Penampakkan atau
pemanifestasian ini ada dua jenis : yang pertama dinamakan “Jalal” (kebesaran dan keagungan) dan yang
kedua dinamakan “Jamal” (keindahan). Jalal ini menimbulkan kehebatan dan mempengaruhi hati sedemikian
rupa, sehingga tanda-tandanya tampak pada badan kasar. Diceritakan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW
tengah melakukan shalat, terdengarlah oleh orang bunyi seperti air mendidih dari hati beliau, karena hebatnya
dan gentarnya hati beliau ketika menghadap Allah SWT, ini adalah suatu pengalaman yang beliau rasakan
apabila Allah menunjukkan keagungan dan kebesaran-Nya. Peristiwa seperti ini juga terjadi pada Nabi
Ibrahim a.s. dan Khalifah Umar r.a.
Pengalaman yang akan dirasakan oleh seorang hamba apabila Allah memanifestasikan sifat Jamal-
Nya adalah hati si hamba itu akan merasa gembira, tenang, sentosa dan selamat, ia akan mengucapkan kata-
kata yang penuh kasih mesra, dan akan tampak tanda-tanda yang menggembirakan tentang karunia-karunia
yang besar, kedudukan yang tinggi dan kedekatan kepada-Nya yang kepada-Nya-lah segala perkara mereka
itu akan kembali. Inilah karunia karunia dan rahmat Allah yang diberikan kepada mereka di dunia ini. Hati
mereka yang cinta kepada-Nya akan dipuaskan oleh-Nya, sehingga mereka akan merasa senang. Allah
mengasihi dan menyayangi mereka. Nabi pernah bersabda kepada Bilal, “Hai Bilal, hiburlah hati kami”. Apa
yang Nabi maksudkan adalah agar Bilal mengumandangkan adzan, supaya nabi memasuki shalat dengan
merasakan manifestasi sifat Jamal Allah itu. Karena itu, Nabi bersabda, “Dan kesejukan mataku, telah
kurasakan di dalam shalatku”.