You are on page 1of 10

BAB 1

PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang

Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun 1990 - 2025, tergolong tercepat
di dunia (Kompas, 25 Maret 2002:10). Meningkatnya jumlah lansia akan membutuhkan perawatan yang
serius karena secara alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi maupun
mentalnya (Nugroho, 2004). Demensia merupakan salah satu penyakit atau gangguan penurunan
kemampuan daya ingat & intelektual akibat penuaan, lebih dikenal dengan kepikunan. Seseorang dengan
demensia akan mengalami gangguan kognitif sehingga dia cenderung mengalami gangguan dalam
berpikir & bekerja. Hal tersebut menyebabkan penurunan kualitas hidup seseorang, terutama lansia yang
cenderung mengalami demensia. Oleh karena itu, demensia memerlukan penanganan yang serius karena
menyangkut kualitas hidup lansia. Sebelumnya telah diterapkan terapi antara lain: pembatasan diet,
kontrol hipertensi, olahraga serta psikofarmakologi sebagai pencegahan maupun penatalaksanaan
demensia(Caine & Lyness, 2000). Pemanfaatan terapi Brain gym bisa dijadikan solusi terapi
komplementer pada pencegahan demensia pada lansia disamping penatalaksanaan demensia yang ada.
Brain gym ini bisa dilakukan oleh semua kalangan, mudah dilakukan dimana & kapan saja serta tanpa
biaya. Namun, sampai saat ini pengaruh terapi Brain gym pada pencegahan demensia masih belum
dijelaskan.
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging
structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Jumlah
penduduk lansia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta dengan usia harapan hidup 66,2 tahun,
pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun, dan
pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun.
(Menkokesra, 2008). Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa dimensia seringkali
terjadi pada usia lanjut yang telah berumur kurang lebih 60 tahun. Sampai saat ini diperkirakan +/- 30 juta
penduduk dunia mengalami Demensia dengan berbagai sebab (Oelly Mardi Santoso, 2002).
Demensia merupakan kondisi gangguan fungsi intelektual & kemampuan ingatan. Demensia
dianggap sebagai penyakit penuaan, banyak anggapan masyarakat bahwa lansia itu cenderung akan pikun
dan terjadi gangguan dalam berpikir sehingga tidak bisa berproduktivitas lagi. Kondisi ini tentu saja
menarik untuk dikaji dalam kaitannya dengan masalah demensia. Betapa besar beban yang harus
ditanggung oleh negara atau keluarga jika masalah demensia tidak disikapi secara tepat dan serius,
sehubungan dengan dampak yang ditimbulkannya. Mengingat bahwa masalah demensia merupakan
masalah masa depan menyangkut kualitas hidup seseorang yang mau tidak mau akan dihadapi dan
memerlukan pendekatan holistik karena umumnya lanjut usia (lansia) mengalami gangguan berbagai
fungsi organ dan mental.
Masalah demensia atau gangguan intelektual dan daya ingat pada lansia
tentunya perlu segera diatasi. Salah satu cara atau metode untuk mengatasi
demensia adalah penggunan terapi brain gym atau lebih dikenal dengan senam otak. Brain gym
merupakan sejumlah gerakan sederhana yang dapat menyeimbangkan setiap bagian bagian otak dan
merupakan metode atau program pelatihan untuk melatih otak kanan & kiri sehingga dapat melatih otak
& sel saraf yang berkontribusi pada intelegensi dan memori seseorang. Awalnya brain gym banyak
digunakan sebagai metode pelatihan pada anak untuk meningkatkan daya ingat dalam belajar. Hal
tersebut berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh salah satu mahasiswi UIN mengenai
Efektivitas Brain Gym Dalam Meningkatkan Daya Ingat Siswa di TK & Playgroup Kreatif Primagama
Malang. Namun metode Brain gym ini bisa dilakukan oleh segala umur yaitu anak anak , lansia,
dewasa maupun remaja. Brain gym atau olahraga otak sama pentingnya seperti olahraga tubuh, tidak
hanya tubuh yang butuh latihan tetapi otak juga memerlukan latihan untuk menjaga kualitas kesehatan
otak yaitu salah satunya mencegah adanya gangguan dalam intelegensi dan daya ingat. Dengan demikian,

terapi Brain gym tentu bisa meningkatkan kualitas kesehatan lansia sehingga kualitas hidup lansia pun
juga akan meningkat.
2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam Karya Tulis kami adalah Bagaimana
pengaruh terapi brain gym dalam mencegah demensia pada lansia?.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan pengaruh terapi Brain Gym sebagai upaya mencegah demensia pada lansia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan terapi alternative brain gym sebagai upaya pencegahan demensia pada lansia.
2. Menjelaskan pengaruh terapi brain gym dalam pencegahan demensia pada lansia.
1.4 Manfaat Penulisan
1. 4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai wacana bagi masyarakat maupun dunia keperawatan mengenai pemanfaatan terapi
Brain gym sebagai upaya pencegahan demensia atau kepikunan pada lansia.
1.4.2 Manfaat Praktik
Manfaat bagi tenaga kesehatan : Dapat menambah khasanah pengetahuan mengenai terapi Brain
gym dalam pencegahan demensia pada lansia.
Manfaat bagi keluarga & masyarakat : Mengetahui bahwa terapi brain gym yang digunakan untuk
mencegah demensia pada lansia.
Manfaat bagi lansia : Memanfaatkan terapi Brain gym sebagai upaya pencegahan demensia.
Mengetahui dan dapat melakukan gerakan-gerakan Brain gym dengan benar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.

Konsep Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia


Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan
(Pudjiasti & Utomo, 2003). Walaupun bukan merupan suatu penyakit, tetapi kondisi ini dapat
menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi kehidupan lansia.
2.1.2 Batasan Usia Lansia
Banyak pendapat mengenai batasan umur pada lansia. Berikut salah satu pendapat
mengenai batasan usia lansia menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), yaitu : 1) Middle Age /

usia pertengahan : 45-49 tahun, 2) Elderly Age / usia lanjut : 60-74 tahun, 3) Old Age / usia lanjut
tua: 72-90 tahun, 4) Very Old / usia sangat tua: 90 tahun.
2.1.3 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia antara lain perubahan-perubahan pada fisik, mental dan
psikososial (Nugroho,2000). Padas sel terjadi penurunan jumlah dan ukurannya lebih besar,
mekanisme perbaikan sel terganggu, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intrasel, jumlah sel otak menurun dan otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%. Pada sistem
persyarafan terjadi pengecilan syaraf panca indera sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi
panca indera. Selain itu terjadi penurunan fungsi juga pada system tubuh yang lain.

2.2.5 Penyakit yang sering dijumpai pada lansia


Macam-macam penyakit yang sering dijumpai pada lansia menurut The National Old
Peoples Welfare Council, terdapat dua belas gangguan umum pada lansia meliputi: 1) Depresi
mental, 2) Gangguan pendengaran, 3) Bronkitis kronis, 4) Gangguan pada tungkai Gangguan pada
koksa atau sendi panggul, 5) Anemia, 6) Demensia, 7) Gangguan penglihatan, 8) Ansietas, 7)
Dekompensasi kordis, 8) Diabetes Melitus, osteomalasia dan hipotiroidisme, 9) Gangguan pada
defekasi.
1.

Konsep Demensia

2.2.1 Pengertian Demensia


Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan Asosiasi Psikogeriatrik Amerika,
Demensia adalah kehilangan kemampuan intelektual, termasuk daya ingat yang cukup parah
sehingga mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan yang diakibatkan dari gangguan di otak.
2.2.2 Penyebab Demensia
Menurut Harianti (2008: 9), berdasarkan persepsi yang berkembang di masyarakat,
dengan bertambahnya usia, seseorang akan bertambah menjadi pelupa atau demensia, tidak kreatif
dan tidak bisa bekerja lagi. Hal ini tentu saja tidak benar. Demensia sebenarnya bukan karena faktor
usia orang menjadi pikun. Beberapa faktor penyebab demensia antara lain sering mengonsumsi
jenis obat tertentu, penyakit, gizi yang kurang baik dan memercayai anggapan yang beredar bahwa
usia yang menua akan membuat seseorang menjadi pelupa atau demensia.
Ahli saraf dari Jepang, Dr Nozomi Okamoto dalam penelitian terbarunya mengungkap
bahwa kondisi kesehatan gusi yang merupakan penyebab gigi tanggal berhubungan erat dengan
risiko kepikunan. Ia menyimpulkan hal itu setelah meneliti 6.000 lansia berusai 65 tahun ke atas.
Infeksi yang terjadi di gusi dapat menyebabkan senyawa tertentu yang memicu radang yang bisa
terbawa oleh aliran darah menuju tempat lain termasuk otak, kemudian menyebabkan radang di
jaringan tersebut. Radang yang terjadi di jaringan otak dapat menyebabkan kematian sel-sel saraf
yang hampir seluruhnya berpusat di sana. Kerusakan pada saraf-saraf memori dan kognitif adalah
penyebab utama terjadinya demensia pada orang dewasa maupun lansia.
1.

Angka kejadian Demensia pada lansia

Bertambahnya usia memang membawa akibat menurunnya kemampuan memori secara


wajar dan dianggap tidak ada kaitannya dengan demensia. Berbagai penelitian menemukan angka
kejadian demensia sebesar 35 persen pada usia di atas 65 tahun. Ada pula studi yang menemukan
angka kejadian 39 persen pada usia 50-59 tahun, dan 85 persen pada usia di atas 80 tahun (Suara
Merdeka, 30-06-2010).
2.2.4 Gejala Demensia
Gejala Demensia menurut American Academy Family Physicians (2001):
Hilang ingatan baru-baru ini, tidak hanya sekedar lupa
Lupa kata-kata atau tata bahasa yang tepat
Perasaan berubah-ubah (moody), kepribadian mendadak berubah, atau mendadak tidak
berminat untuk melakukan suatu aktivitas
4. Tersesat atau tidak ingat jalan pulang ke rumah
5. Tidak ingat cara mengerjakan tugas sehari-hari
1.
2.
3.

2.

Pencegahan Demensia

Beberapa cara untuk mencegah pikun adalah: berolahraga fisik, makan makanan yang sehat
untuk tubuh dan otak, selalu aktif berpikir dengan cara membaca, menulis, melukis atau kegiatan
berpikir lainnya, tidur teratur dan cukup, melindungi otak dari ancaman cedera atau yang lainnya.
2.2.5 Penatalaksanaan Demensia
Dalam penanganan menurut A. Tjahyanto dan Surilena (2009), Tujuan utama penanganan
demensia adalah agar penderita dapat mengoptimalkan kemampuan yang masih ada serta
memperbaiki kualitas hidupnya,terapi farmakologis dan terapi non farmakologis yang diterapkan
dapat menghambat progresivitas demensia . Terapi farmakologis berupa asetilkolinesterase
inhibitor (AChE-inhibitor atau penghambat asetilkolinesterase), yang memperbaiki sistem
kolinergik kerja otak melalui peningkatan konsentrasi ACh. Telah terbukti bahwa pasien demensia
mengalami penurunan ACh (asetilkolin) di korteks otak secara progresif. Di balik kehebatan ACh-E
inhibitor itu, tentunya terdapat pula kelemahan. Di samping, efek samping yang sering terjadi
akibat mengkonsumsi obat seperti mual, muntah, diare, penurunan berat badan, dan
ketidakmampuan menjaga keseimbangan tubuhnya, AChE-inhhibitor tidak dapat menghentikan
progresivitas perburukan demensia di tingkat selular. Selain itu, AChE inhibitor tidak mampu
memperbaiki degenerasi saraf kolinergik otak, yang terus berlangsung selama pasien mengalami
demensia. Obat ini hanya mampu memperlambat di samping meningkatkan perangsangan motorik
melalui peningkatan neurotransmitter ACh dalam darah. Hingga saat ini, terapi farmakologis telah
dijelaskan di atas belum mampu memperbaiki NFTs dan SPs dalam sel otak demensia. Sedangkan
terapi non-farmakologis. Tiga bentuk terapi non-farmakologis pasien-pasien demensia adalah: 1)
managing the family, 2) managing the environment, 3) mananging the patient. Tujuan
penatalaksaan non-farmakologis dimaksudkan untuk memperbaiki orientasi realitas pasien,
memodifikasi perilaku, membantu keluarga dalam pembuatan program aktivitas harian.
2.

Konsep Terapi Brain Gym


2.3.1 Pengertian Terapi Brain Gym
Terapi Brain Gym adalah senam otak yang bertujuan untuk memicu otak agar tidak
kehilangan daya intelektualnya dan awareness-nya. Senam otak adalah senam ringan yang

dilakukan dengan gerakan menyilang, agar terjadi harmonisasi dan optimalisasi kinerja otak kanan
dan otak kiri. (Budhi, 2010). sedangkan Brain gym menurut Dennison (2008) adalah program
pelatihan otak yang dikembangkan oleh Paul E. Dennison dan Gail E. Dennison sejak tahun 1970.
Program ini awalnya dirancang untuk mengatasi gangguan belajar pada anak-anak dan orang
dewasa.
2.3.2 Mekanisme Kerja Brain Gym
Brain gym dapat dilakukan oleh orang lanjut usia (lansia). Pada umumnya, lansia
mengalami penurunan kemampuan otak dan tubuh. Penurunan inilah yang membuat lansia mudah
sakit, tidak kreatif, tidak bisa bekerja lagi dan mundurnya fungsi intelektual berupa mudah lupa
atau sampai pada kemunduran yang ditandai dengan kepikunan. Meski demikian, penurunan ini
bisa diperbaiki dengan brain gym. Brain gym dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni
lateralitas-komunikasi, pemfokusan-pemahaman dan pemusatan-pengaturan. Brain gym tidak saja
akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga gerakan-gerakan yang bisa
merangsang kerja dan berfungsinya otak secara optimal. Pada Brain gym akan didapatkan
kebugaran otak yang ditandai dengan aliran darah menuju otak lancar atau pasokan Volume O
maksima memadai. Volume O maksimal merupakan kemampuan pengambilan oksigen oleh
jantung dan paru-paru, sehingga aliran darah ke semua jaringan tubuh termasuk otak lebih banyak
dan mempengaruhi otak untuk bekerja maksimal. Dengan melakukan brain gym kualitas hidup
lansia pun akan semakin meningkat (Ag Masykur & Fathani, 2008: 124).
2

2.3.3 Waktu yang Dibutuhkan dalam Brain Gym


Brain gym juga sangat praktis, karena bisa dilakukan di mana saja, kapan saja oleh siapa
saja khususnya lansia. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam
sehari.

1.

Batasan Usia dalam Brain Gym

Brain gym tidak saja berguna untuk lansia, tetapi juga segala umur. (Ag Masykur &
Fathani, 2008: 124).
2.3.5 Aturan dalam Brain Gym
Menurut Ag Masykur & Fathani (2008:132) sebelum lansia memulai brain gym, ia harus
menjalani PACE. PACE adalah empat keadaan yang diperlukan, untuk dapat belajar dan berpikir
dengan menggunakan seluruh otak. PACE merupakan singkatan dari positif, aktif, clear (jelas) dan
energetis. Untuk menjalankan PACE ini, harus memulainya dengan energetis (minum air), clear
(melakukan pijat saklar otak), aktif (melakukan gerakan silang), positif (melakukan kiat rileks) dan
dilanjutkan dengan gerakan-gerakan senam yang lain.
2.2.5 Macam-macam Gerakan Brain Gym
Denisson (2008:1) mengatakan bahwa otak dibagi ke dalam 3 ( tiga ) fungsi yakni
Dimensi Lateralis
Gerakan Silang (Cross Crawl)
Cara melakukan gerakan : Menggerakkan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan kaki
kiri dengan tangan kanan. Bergerak ke depan, ke samping, ke belakang, atau jalan di tempat.
1.

a.

Untuk menyeberang garis tengah sebaiknya tangan menyentuh lutut yang berlawanan.
Fungsinya : Meningkatkan koordinasi kiri/kanan, memperbaiki pernafasan dan stamina,
memperbaiki koordinasi dan kesadaran tentang ruang dan gerak, dan memperbaiki
pendengaran dan penglihatan.
b. Delapan Tidur (Lazy 8)
Cara melakukan gerakan : Gerakan dengan membuat angka delapan tidur di udara, tangan
mengepal dan jari jempol ke atas, dimulai dengan menggerakkan kepalan ke sebelah kiri atas
dan membentuk angka delapan tidur. Diikuti dengan gerakan mata melihat ke ujung jari
jempol. Buatlah angka 8 tidur 3 kali setiap tangan dan dilanjutkan 3 kali dengan kedua
tangan. Fungsinya : melepaskan ketegangan mata, tengkuk, dan bahu pada waktu
memusatkan perhatian dan meningkatkan kedalaman persepsi, meningkatkan pemusatan,
keseimbangan dan koordinasi.
c. Coretan Ganda (Double doodle)
Cara melakukan gerakan : Menggambar dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke
dalam, ke luar, ke atas dan ke bawah. Coretan ganda dalam bentuk nyata seperti : lingkaran,
segitiga, bintang, hati, dan sebagainya. Lakukan dengan kedua tangan.
Fungsinya : kesadaran akan kiri dan kanan, memperbaiki penglihatan perifer, kesadaran akan
tubuh, koordinasi, serta keterampilan khusus tangan dan mata, memperbaiki kemampuan
olahraga dan keterampilan gerakan.
2.

Dimensi Pemfokusan
a.
Burung Hantu (The Owl)
Cara melakukan gerakan : Urutlah otot bahu kiri dan kanan. Tarik napas saat kepala berada
di posisi tengah, kemudian embuskan napas ke samping atau ke otot yang tegang sambil
relaks. Ulangi gerakan dengan tangan kiri.
Fungsinya : melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu yang timbul karena stress,
menyeimbangkan otot leher dan tengkuk (Mengurangi sikap tubuh yang terlalu condong ke
depan), dan menegakkan kepala (Membantu mengurangi kebiasaan memiringkan kepala atau
bersandar pada siku).
b. Mengaktifkan Tangan (The Active Arm)
Cara melakukan gerakan : luruskan satu tangan ke atas, tangan yang lain ke samping kuping
memegang tangan yang ke atas. Buang napas pelan, sementara otot-otot diaktifkan dengan
mendorong tangan keempat jurusan (depan, belakang, dalam dan luar), sementara tangan
yang satu menahan dorongan tersebut. Fungsinya : peningkatan fokus dan konsentrasi tanpa
fokus berlebihan, pernafasan lebih lancar dan sikap lebih santai, dan peningkatan energi pada
tangan dan jari
c. Lambaian Kaki (The Footflex)
Cara melakukan gerakan : cengkeram tempat-tempat yang terasa sakit di pergelangan kaki,
betis dan belakang lutut, satu persatu, sambil pelan-pelan kaki dilambaikan atau digerakkan
ke atas dan ke bawah. Fungsinya : sikap tubuh yang lebih tegak dan relaks, lutut tidak kaku
lagi,dan kemampuan berkomunikasi dan memberi respon meningkat.
d. Luncuran Gravitasi (The Gravitational glider)
Cara melakukan gerakan :Duduk di kursi dan silangkan kaki. Tundukkan badan dengan
tangan ke depan bawah, buang nafas waktu turun dan ambil nafas waktu naik. Ulangi 3 x,
kemudian ganti kaki. Fungsinya : merelaksasikan daerah pinggang, pinggul dan sekitarnya,
tubuh atas dan bawah bergerak sebagai satu kesatuan.

e.

Pasang kuda-Kuda (Grounder)

Cara melakukan gerakan : Mulai dengan kaki terbuka. Arahkan kaki kanan ke kanan, dan
kaki kiri tetap lurus ke depan. Tekuk lutut kanan sambil buang napas, lalu ambil napas waktu
lutut kanan diluruskan kembali. Pinggul ditarik ke atas. Gerakan ini untuk menguatkan otot
pinggul (bisa dirasakan di kaki yang lurus) dan membantu kestabilan punggung. Ulangi 3x,
kemudian ganti dengan kaki kiri. Fungsinya : keseimbangan dan kestabilan lebih besar,
konsentrasi dan perhatian meningkat, dan sikap lebih mantap dan relaks.
3.

a.

Dimensi Pemusatan
Air (Water)
Air merupakan pembawa energi listrik yang sangat baik. Dua per tiga tubuh manusia
terdiri dari air. Air dapat mengaktifkan otak untuk hubungan elektro kimiawi yang efisien
antara otak dan sistem saraf, menyimpan dan menggunakan kembali informasi secara efisien.
Minum air yang cukup sangat bermanfaat sebelum menghadapi test atau kegiatan lain yang
menimbulkan stress. Kebutuhan air adalah kira-kira 2 % dari berat badan per hari. Fungsinya
: konsentrasi meningkat (mengurangi kelelahan mental), melepaskan stres, meningkatkan
konsentrasi dan keterampilan sosial, kemampuan bergerak dan berpartisipasi meningkat,
koordinasi mental dan fisik meningkat (Mengurangi berbagai kesulitan yang berhubungan
dengan perubahan neurologis).
b. Sakelar Otak (Brain Buttons)
Cara melakukan gerakan :Sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang selangka di kiri dan
kanan tulang dada), dipijat dengan satu tangan, sementara tangan yang lain memegang pusar.
Fungsinya: keseimbangan tubuh kanan dan kiri, tingkat energi lebih baik, memperbaiki
kerjasama kedua mata (bisa meringankan stres visual, juling atau panoangan yang terusmenerus), dan otot tengkuk dan bahu lebih relaks.
c. Tombol Bumi (Earth Buttons)
Cara melakukan gerakan : Letakkan dua jari dibawah bibir dan tangan yang lain di pusar
dengan jari menunjuk ke ba-wah.Ikutilah dengan mata satu garis dari lantai ke loteng dan
kembali sambil bernapas dalam-dalam. Napaskan energi ke atas, ke tengah-tengah badan.
Fungsinya : kesiagaan mental (Mengurangi kelelahan mental), kepala tegak (tidak
membungkuk), dan pasang kuda-kuda dan koordinasi seluruh tubuh.
d. Tombol imbang (Balance Buttons)
Cara melakukan gerakan : Sentuhkan 2 jari ke belakang telinga, di lekukan tulang bawah
tengkorak dan letakkan tangan satunya di pusar. Kepala sebaiknya lurus ke depan, sambil
nafas dengan baik selama 1 menit. Kemudian sentuh belakang kuping yang lain. Fungsinya :
perasaan enak dan nyaman, mata, telinga dan kepala lebih tegak lurus pada bahu, dan
mengurangi fokus berlebihan pada sikap tubuh
e. Tombol Angkasa (Space Buttons)
Cara melakukan gerakan : Letakkan 2 jari di atas bibir dan tangan lain pada tulang ekor
selama 1 menit, nafaskan energi ke arah atas tulang punggung. Fungsinya : kemampuan
untuk relaks, kemampuan untuk duduk dengan nyaman, lamanya perhatian meningkat.
f. Pasang Telinga (The Tinking Cap)
Cara melakukan gerakan: Pijit daun telinga pelan-pelan, dari atas sampai ke bawah 3x
sampai dengan 5x.

Fungsinya : energi dan nafas lebih baik, otot wajah, lidah dan rahang relaks, fokus perhatian
meningkat, dankeseimbangan lebih baik.
g. Kait relaks (Hook-Ups)
Cara melakukan gerakan : Pertama, letakkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan tangan kiri di
atas tangan kanan dengan posisi jempol ke bawa, jari-jari kedua tangan saling
menggenggam, kemudian tarik kedua tangan ke arah pusat dan terus ke depan dada.
Tutuplah mata dan pada saat menarik napas lidah ditempelkan di langit-langit mulut dan
dilepaskan lagi pada saat menghembuskan napas. Tahap kedua, buka silangan kaki, dan
ujung-ujung jari kedua tangan saling bersentuhan secara halus, di dada atau dipangkuan,
sambil bernapas dalam 1 menit lagi. Fungsinya : keseimbangan dan koordinasi meningkat,
perasaan nyaman terhadap lingkungan sekitar (Mengurangi kepekaan yang berlebihan), dan
pernafasan lebih dalam.
h. Titik Positif (Positive Point)
Cara melakukan gerakan: Sentuhlah titik positif dengan kedua ujung jari tangan selama 30
detik sampai dengan 30 menit. Fungsinya : mengaktifkan bagian depan otak guna
menyeimbangkan stres yang berhubungan dengan ingatan tertentu, situasi, orang, tempat dan
ketrampilan, menghilangkan refleks.
1.

Kelebihan Terapi Brain Gym

Banyak kelebihan dari terapi Brain gym, beberapa antara lain : Memungkinkan belajar dan
bekerja tanpa stress, dapat dipakai dalam waktu singkat (kurang dari 5 menit), tidak memerlukan
bahan atau tempat khusus, dapat dipakai dalam semua situasi, meningkatkan kepercayaan diri,
menunjukkan hasil dengan segera.
BAB 4
PEMBAHASAN
Proses menua adalah proses alamiah yang akan dialami oleh semua makhluk hidup. Fenomena
menua juga terjadi pada sel sel otak karena usia yang makin bertambah maka membuat sel-sel otak juga
mulai menua. Pada usia lanjut usia, bagian otak yang rusak bisa mencapai 5-10 persen pertahun (Jumraini
,2010). Akibatnya. Proses proses berpikir menjadi lamban, sulit berkonsentrasi dan kemampuan daya
ingat menurun. Banyak anggapan bahwaorang yang telah lanjut usia akan menjadi pikun atau mudah
lupa, sulit berkonsentrasi, tidak kreatif lagi & tidak bisa bekerja.
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi
aktifitas sehari-hari. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi mengalami gangguan bila
mengalami demensia. Gangguan memori merupakan gejala awal yang mencolok pada demensia.
Demensia sebenarnya dapat terjadi pada semua usia dan latar belakang pendididikan maupun budaya,
tergantung penyebabnya. Demensia sebenarnya merupakan penyakit akibat penuaan, karena sekitar 5%
dari seseorang yang mencapai usia 65 tahun mengalami demensia. Masalah demensia tentunya perlu
dikaji, dicegah & ditatalaksanai segera karena terkait masalah masa depan pada seseorang. Meskipun
demensia dianggap sebagai penyakit penuaan, namun sebisa mungkin demensia bisa dicegah sedini
mungkin. Demensia terkait dengan gangguan ingatan & itelektual yang melibatkan otak & sel-sel saraf.
Otak yang mengatur proses ingatan manusia. Otak mengatur stimulus stimulus ingatan yang berasal dari
luar tubuh manusia. Informasi tersebut berjalan melalui saraf-saraf yang terdapat pada tubuh manusia.
Saraf-saraf tersebut mengirim informasi ke otak. Otak menjadi pusat belajar sehingga belahan otak harus
diseimbangkan dan dilatih secara optimal.
Cara untuk mengoptimalkan fungsi otak dalam hal ini alternatif solusi yang ditawarkan adalah
konsep senam otak (brain gym). Brain gym merupakan metode atau pelatihan untuk menstimulasi otak

kanan & kiri dengan melakukan serangkaian gerakan sederhana. Senam otak sebenarnya dapat dilakukan
oleh segala umur baik lansia, dewasa, remaja maupun anak-anak. Selain itu juga bisa dilakukan dimana
saja dan kapan saja. Berikut akan kami jelaskan mengenai pengaruh terapi Brain gym sebagai upaya
pencegahan demensia pada lansia.
4.1 Mekanisme Terapi Brain gym
Pada lansia, demensia menyebabkan penurunan kemampuan otak terutama ingatan. Meskipun
demikian, penurunan tersebut bisa diperbaiki dengan senam otak (Brain gym). Gerakan brain gym tidak
saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga merangsang kedua belahan otak.
Selain itu, bisa membantu menyeimbangkan kedua belahan otak untuk bekerja, mempertajam konsentrasi,
bahkan meningkatkan kreatifitas & percaya diri. Otak merupakan organ vital pada manusia yang sering
digunakan, oleh karena itu perlu direlaksasi dengan menyuplai oksigen ke otak dengan dilakukannya
gerakan senam otak.
Senam otak dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi yakni lateralis-komunikasi, pemfokusanpemahaman dan pemusatan-pengaturan. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan gerakan
Brain gym. Gerakan gerakan ringan melalui olah tangan & kaki dapatmemberikan rangsangan atau
stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kognitif
(konsentrasi, memori, persepsi, kreativitas & pemecahan masalah), meningkatkan keseimbangan antara
emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi pancaindera. Selain itu, senam otak juga meningkatkan daya
ingat & pengulangan kembali, meningkatkan ketajaman pendengaran & peningkatan kualitas memori.
Dengan melakukan senam otak, kepikunan atau demensia yang sering menyerang pada lansia akan bisa
dicegah secara dini. Dengan demikian, kualitas hidup lansia akan semakin meningkat.

BAB 5
PENUTUP
5.1

Kesimpulan
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiasti &
Utomo, 2003). Salah satu masalah yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia adalah demensia yang
lebih dikenal dengan kepikunan. Untuk mencegah demensia pada lansia tersebut, solusi yang dapat
ditawarkan adalah dengan melakukan brain gym. Brain gym bisa dilakukan kapan pun, dimana pun dan
gerakan brain gym sederhana dan mudah untuk dilakukan. Macam-macam gerakan brain gym adalah 1)
dimensi lateralis (gerakan silang, 8 tidur (lazy 8), coretan ganda, 2) dimensi pemfokusan ( burung hantu,
mengaktifkan tangan, lambaian kaki ), 3) dimensi pemusatan ( Air (water), sakelar otak, tombol imbang,
tombol angkasa, pasang telinga, kait relaks.
Brain gym berpengaruh terhadap pencegahan demensia pada lansia karena gerakan brain gym
tidak saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga merangsang kedua belahan
otak. Selain itu, bisa membantu menyeimbangkan kedua belahan otak untuk bekerja, mempertajam
konsentrasi, bahkan meningkatkan kreatifitas & percaya diri para lansia. Dengan demikian, brain gym
akan meningkatkan kualitas hidup pada lansia.

5.2

Saran
1.
Lansia
Untuk mencegah demensia bisa dilakukan dengan mengaplikasikan brain gym. Gerakangerakan brain gym yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan lansia dan saat
melakukan brain gym lansia tidak dalam keadaan terpaksa.
2. Panti Wredha
Sebaiknya pihak panti wredha mengaplikasikan brain gym kepada para lansia sebagai kegiatan
yang dapat diterapkan ke dalam jadwal kegiatan rutin dalam rangka meningkatkan kualitas hidup lansia
khususnya mencegah demensia.
DAFTAR PUSTAKA
Author.2001.Sympton of Dementia. American Family Physician. http://www.aafp.
org/afp/2001/0215/p717.html. (3 Mei 2011)
Ag Masykur & Fathani A.B. 2008. Mathematical Intellegince. Jogjakarta: Ar-ruz Media Group.
Dennison, Gail E. & Dennison, Paul E.. 2004. Brain gym (Senam Otak). Jakarta: Gramedia.
Harvey, Robinson & Rossor. 2003. The prevalence and causes of dementia in people under the age of 65
years. Journal Neurosurgery Psychiatry, 74: 1206-1209.
Mace, N. L. & Rabins, P. V. (2006). The 36-hour day: a family guide to caring for people with Alzheimer
disease, other dementias, and memory loss in later life.4th Ed. Baltimore, USA: The Johns Hopkins
University Press.
Markam, S. Latihan Vitalisasi Otak (Senam untuk Kebugaran Fisik Dan Otak). Jakarta: Grasindo.
Nugroho. 2000.Keperawatan Gerontik.Edisi 2. Jakarta: EGC, hal.13, 19-28, 42-43.
Pudjiastuti & Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC, hal 2-8
Santoso, H dan A. Ismail. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: Gunung Mulia, hal.50.
Suara Merdeka. 30 Juni, 2010. Demensia Pada Lansia. Suara Merdeka.
Tjahyanto, A. dan Surilena .Januari, 2009. Penatalaksanaan non-farmakologis demensia. Majalah
Kedokteran Damianus,Vol.8 No.1.
Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998. Behavioral symptom of dementia.
New York: Springer Publishing Company.
Yatim, F. 2003. Pikun (Demensia), Penyakit Alzheimer, dan Sejenisnya: Bagaimana
Menghindarinya.Edisi 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor

You might also like