You are on page 1of 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

TITRASI ASAM BASA


17 Oktober 2014
MULYAWATI (11140162000043)
KIMIA 1B
KLOTER 1
KELOMPOK IV

ABSTRAK
Titrasi merupakan salah satu prosedur dalam ilmu kimia yang digunakan untuk
menentukan molaritas dari suatu asam dan basa. Objek penelitian yang digunakan adalah
larutan Asam Oksalat, Asam Asetat yang dititrasi dengan larutan NaOH. Tujuan diadakannya
praktikum ini, untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa dengan
menggunakan titrasi asam basa dan menentukan pH setelah titrasi. Konsentrasi pada Asam
Asetat(CH3COOH) adalah 1,05 M dan Konsentrasi pada Asam Oksalat(H2C2O4) adalah 0,11
M. Dalam praktikum titrasi asam lemah dan basa kuat ini ternyata asam lemah mempunyai
pH yang lebih rendah pada awalnya dibanding pH setelah titrasi yaitu lebih dari 7.
1. PENDAHULUAN
Dasar Teori
Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+)
kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu
basa). Asam umumnya berasa masam, tapi cairan asam pekat sangat berbahaya dapat
merusak kulit dan hati-hati jika terpercik asam pekat bisa berakibat kebutaan. Jika kena asam
pekat

harus

langsung

dicuci

dengan

air

mengalir

sampai

benar-benar

bersih.

Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa
adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang
memiliki pH lebih dari 7.( http://id.wikipedia.org/wiki/asam-basa)
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu

yang

akan

dianalisis

(Charles

Keenan.1980:422).

Titrasi merupakan

metode

analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan
konsentrasi dari reaktan (http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi). Titrasi merupakan salah satu
prosedur dalam ilmu kimia yang digunakan untuk menentukan molaritas dari suatu asam dan
basa. Reaksi kimia pada titrasi dikenakan pada "larutan yang sudah diketahui volumenya,
namun tidak diketahui konsentrasinya" dan "larutan yang sudah diketahui volume dan
konsentrasinya". Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam
proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi
asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain
sebagainya. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut
sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya
berupa larutan. Ketika larutan yang sudah diketahui konsentrasinya direaksikan dengan
larutan yang tidak diketahui konsentrasinya, maka akan dicapai titik dimana jumlah asam
sama dengan jumlah basa, yang disebut dengan titik ekivalen. Titik ekivalen dari asam kuat
dan basa kuat mempunyai pH 7. Untuk asam lemah dan basa lemah, titik ekivalen tidak
terjadi pada pH 7. (http://www.ilmukimia.org/2013/01/dasar-titrasi-asam-basa.html?m=1)
a. Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa adalah titrasi yang bertujuan menentukan kadar larutan asam atau
kadar larutan basa. Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum
merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air
akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa
sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan
reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai
mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri
titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut
sebagai titik ekuivalen.

Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
b. Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :
1) Asam kuat - Basa kuat
2) Asam kuat - Basa lemah
3) Asam lemah - Basa kuat
4) Asam kuat - Garam dari asam lemah
5) Basa kuat - Garam dari basa lemah
(Raymond Chang.2005: 136)
c. Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent
basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
Mol ekuivalen asam = Mol ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan Volume maka
rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
N.V asam = N.V basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
V.M.n asam = V.M.n basa
Keterangan:

N =

Normalitas

V =

Volume

M=

Molaritas

n =

Jumlah ion H+ (pada asam) atau OH (pada basa)

d. Cara Mengetahui Titik Ekuivalen


Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1) Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.
2) Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada
saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan
alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak jelas dalam rentang
PH yang sempit. Indikator yang baik mempunyai intensitas warna sedemikian rupa sehingga
hanya beberapa tetes larutan indikator encer yang harus ditambahkan ke dalam larutan yang
sedang diuji (Oxtoby.2001:303)
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Perubahan warna

Pelarut

Indikator

Asam

Basa

Thimol biru

Merah

Kuning

Air

Metil kuning

Merah

Kuning

Etanol 90%

Metil jingga

Merah

Kuning-jingga

Air

Metil merah

Merah

Kuning

Air

Bromtimol biru

Kuning

Biru

Air

Fenolftalein

Tak berwarna

Merah-ungu

Etanol 70%

Thimolftalein

Tak berwarna

Biru

Etanol 90%

Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam basa yaitu indikator fenolftalein.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang tepat

dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara
melihat perubahan warna indikator disebut sebagai titik akhir titrasi.

2. METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Percobaan ini berlangsung pada tanggal 17 Oktober 2014 bertempat di Laboratorium
Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Erlenmeyer, Buret, Corong, Statif,
Klem, Pipet tetes, Botol penyemprot, Gelas ukur.
Bahan yang digunakan adalah 0,5 N NaOH, Asam Oksalat 10 ml, Asam Asetat 10 ml,
dan Indikator Fenolftalein.
Langkah Kerja 1 : Titrasi Asam Basa : Asam Lemah dengan Basa Kuat
Asam lemah yang digunakan dalam praktikum ini adalah CH3COOH(l)(asam asetat)
yang dititrasi dengan NaOH(l)(natrium hidroksida).
Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut :
CH3COOH(l) + NaOH(l)

CH3COONa(l) + H2O(l)

Titrasi ke-1
CH3COOH 10 ml dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2
tetes fenoftalein. NaOH 33 ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan menetes
setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan
didapatkan volume titrasinya 21 ml dan warnanya merah muda. Dan didapatkan
konsentrasi CH3COOH adalah 1,05 M.
Langkah Kerja 2 : Titrasi Asam Basa : Asam Lemah dengan Basa Kuat
Asam lemah yang digunakan dalam praktikum ini adalah H2C2O4 (l)(asam oksalat) yang
dititrasi dengan NaOH(l)(natrium hidroksida).

Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut :


H2C2O4 (l) + NaOH(l)

HC2O3Na(l) + H2O(l)

Titrasi ke-2
H2C2O4 10 ml dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2 tetes
fenoftalein. NaOH

25 ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan menetes

setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan
didapatkan volume titrasinya 21ml dan warnanya pink. Dan didapat konsentrasi H2C2O4
adalah 0.11 M.

3. PEMBAHASAN
Analisis Data
a. Persamaan Reaksi
Natrium hidroksida (NaOH)
Na+ + OH-

NaOH
Asam oksalat (H2C2O4)
H2C2O4

H+ + C2O42-

Asam asetat (CH3COOH)


CH3COOH

H+ + CH3COO-

b. Tabel Pengamatan

0,5 M NaOH dengan asam oksalat (H2C2O4)


Pengamatan

Konsentrasi NaOH

0,5 M

Volume awal NaOH

25 ml

Volume akhir NaOH

20, 6 ml

Volume NaOH yang digunakan

4,4 ml

Volume H2C2O4

10 ml

Konsentrasi H2C2O4

0,11 M

Normalitas H2C2O4

0,2 N

0,5 M NaOH dengan asam asetat (CH3COOH)


Pengamatan

Konsentrasi NaOH

0,5 M

Volume awal NaOH

33 ml

Volume akhir NaOH

12 ml

Volume NaOH yang digunakan

21 ml

Volume CH3COOH

10 ml

Konsentrasi CH3COOH

1,05 M

Normalitas CH3COOH

1,05 N

c. Penghitungan
Menentukan Konsentrasi
1) Konsentrasi asam oksalat (H2C2O4)
(V x M xn)NaOH

(V x M x n)H2C2O4

4,4 x 0,5 x 1

10 x M x 2

2,2

20 M (H2C2O4)

M(H2C2O4)

0,11 M

2) Konsentrasi asam asetat (CH3COOH)


(V x M x n)NaOH

(V x M x n)CH3COOH

21 x 0,5 x 1

10 x M x 1

10 M (CH3COOH)

1,05 M

10,5
M(H3COOH)
Keterangan :

V = volume
M = molaritas (konsentrasi)
n = valensi
Menentukan Normalitas
1) Normalitas asam oksalat (H2C2O4)
(V x N)NaOH

(V x N)H2C2O4

4,4 x 0,5

10 x N (H2C2O4)

2,2

10 N

N (H2C2O4)

0,22 N

2) Normalitas asam asetat (H3COOH)


(V x N)NaOH

(V x N)CH3COOH

21 x 0,5

10 x N (CH3COOH)

10,5

10 N

N (H3COOH)

1,05 N

Keterangan :
V = volume
N = normalitas
Pembahasan
Pada reaksi antara asam dan basa, titrasi sangat berguna untuk mengukur pH pada
berbagai pada berbagai variasi titik melalui reaksi kimia. Hasilnya adalah sebuah titrasi.
Titrasi 1 :
Dik : 10 ml(diubah ke liter) CH3COOH 1,05 M dititrasi dengan 21 ml(diubah ke liter)
NAOH 0,5 M
Pertama menghitung pH awal CH3COOH yaitu,
[H+] = ka . M = 10-5 x 1,05 = 10-6 x 10,5 = 3,24 x 10-3
pH = -log H+ = -log 3,24 x 10-3 = 3 0,5 = 2,5
Menghitung pH setelah titrasi yaitu,
CH3COOH(l) + NaOH(l)

CH3COONa(l) + H2O(l)

Mula-mula : 0,015 mol

0,015 mol

Reaksi

: 0,015 mol

0,0105 mol

0,0105 mol

Setimbang

:-

0.0105 mol

[OH-] =

10 14 0.0105
10 5

= 10-5 x 0,32

POH = -log [OH-] = -log 10-5 x 0,32 = 5 - (-0,5) = 5,5


PH = 14 5,5 = 8,5

Titrasi 2 :
Dik : 10 ml(diubah ke liter) H2C2O4 0,11 M dititrasi dengan 4,4 ml(diubah ke liter)
NAOH 0,5 M
Pertama menghitung pH awal H2C2O4 yaitu,
[H+] = ka . M = 10-5 x 0,11 = 10-6 x 1,1 = 1,05 x 10-3
pH = -log H+ = -log 1,05 x 10-3 = 3 0,02 = 2,98
Menghitung pH setelah titrasi yaitu,
CH3COOH(l) + NaOH(l)

CH3COONa(l) + H2O(l)

Mula-mula : 0,0011 mol

0,0022 mol

Reaksi

: 0,0011 mol

0,0011 mol

0,0011 mol

Setimbang

:-

0,0011 mol

0.0011 mol

[OH ] =

10 14 0.0011
10 5

= 10-6 x 1,05

POH = -log [OH-] = -log 10-6 x 1,05 = 6 0,02 = 5,98


PH = 14 5,98 = 8,02
Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Asam lemah mempunyai pH yang rendah pada awalnya.
2) pH naik lebih cepat pada awalnya, tetapi kurang kurang cepat saat mendekati titik
ekivalen.
3) pH titik ekuivalen tidak tepat 7.
PH yang dihasilkan oleh titrasi asam lemah dan basa kuat adalah lebih dari 7. Pada
titrasi asam lemah dan basa kuat, pH akan berubah agak cepat pada awalnya, naik sedikit
demi sedikit sampai mendekati titik ekuivalen. oleh karena terjadi hidrolisis pada garam yang
terbentuk, pH pada titik ekuivalen lebih besar dari pada 7.

4. KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1) Titrasi merupakan salah satu prosedur dalam ilmu kimia yang digunakan untuk
menentukan molaritas dari suatu asam dan basa.
2) Konsentrasi pada Asam Asetat(CH3COOH) adalah 1,05 M dan Konsentrasi pada
Asam Oksalat(H2C2O4) adalah 0,11 M.
3) Titik ekuivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa
(habis bereaksi) atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah
asam yang dinetralkan yang disertai perubahan warna indikator.
4) Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indikator
5) Indikator PP perlu ditambahkan kedalam larutan karena supaya mengetahui
perubahan warna yang terjadi pada titik ekuivalen
6) PH dari titrasi Asam Asetat dengan NaOH adalah 8,5, dan pH dari titrasi Asam
Oksalat dengan NaOH adalah 8,02. Dan ternyata Asam lemah mempunyai pH yang
rendah pada awalnya.

5. DAFTAR PUSTAKA
Keenan, Charles W, dkk.1980.Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid 1.Jakarta:Erlangga
Oxtoby, David W, dkk.2001.Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid 1.Jakarta:Erlangga
JR, R.A. Day, dkk.2001.Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.Jakarta:Erlangga
Chang, Raymond.2005.Kimia Dasar 1 Jilid 2.Jakarta:Erlangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi diakses pada tanggal 22 Oktober 2014 pukul 13:00
WIB
http://www.ilmukimia.org/2013/01/dasar-titrasi-asam-basa.html diakses pada tanggal 22
Oktober 2014 pukul 14:00 WIB

10

LAMPIRAN LAMPIRAN

11

You might also like