Professional Documents
Culture Documents
01/SKRIP/07/2012
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program
Studi Teknik Sipil
ii
Nama
NPM
: 0806329691
Tanda Tangan :
Tanggal
: 25 Juni 2012
iii
HALAMAN PENGESAHAN
:
:
:
:
:
Penguji I
Penguji II
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 25 Juni 2012
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan berkat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil kekhususan Struktur pada
Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Selain itu tentunya, dengan skripsi,
banyak pelajaran yang dapat diambil baik itu pelajaran teknis maupun non-teknis.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari awal perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus karena atas rahmat-Nya lah yang begitu besar, saya bisa
diberikan kesempatan untuk menjalani dan menyelesaikan pembuatan skripsi
ini.
2. Ayah, ibu dan kakak adik saya yang telah memberikan doa, perhatian, dan
kasih sayangnya serta bantuan biaya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Yuskar Lase, DEA, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi selama satu tahun ini.
4. Bapak Ir. Syahril A Rahim, M.Eng, selaku dosen penguji serta dosen penulis
dalam beberapa mata kuliah, yang telah begitu banyak memberikan ilmu
praktis dan teoritis tentang keindahan dunia teknik sipil. Totalitas beliau
dalam mengajar telah menjadi inspirasi bagi penulis untuk terus bersemangat.
5. Seluruh tim dosen departemen teknik sipil FTUI khususnya dosen peminatan
struktur, Pak Josia, Ibu Elly, Ibu Cece, Ibu Essy, Pak Heru, dan lain-lain.
6. Seluruh teman-teman satu bimbingan dengan Pak Yuskar, terima kasih untuk
sharing ilmu yang telah diberikan.
7. Seluruh keluarga besar Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan
2008.
8. Emiliana, teman baik penulis yang selalu mengingatkan untuk terus
bersemangat dalam menjalankan sekaligus menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis
vi
vii
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
viii
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
The need of vertical expansion in cities especially Jakarta sometimes has obstacle
from the existence of heritage building which should be kept. Therefore the new
building intended to be built above the heritage building must use particular
transfer system, in this research it would be a prestress beam and its supporting
column. Located in seismic region, later a seismic load including its vertical and
horizontal component and gravity force will be assigned to the multi-story
building. In addition, to guarantee the transfer system doesnt fail before the other
structural components do, seismic forces for transfer system will be scaled up
with excessive strength factor based on SNI 03-1726-2002.
This research shows that the performance of transfer system will be better with
the increase of transfer beam dimension. Furthermore, the performance of transfer
system also will be better with the increase of number of stories. Displacements at
transfer beam mid-span will be less with increasing amount of stories held with
different transfer beam dimensions and different prestress loads, also will be less
with the increase of prestress beam dimension. It is observable since the existence
of prestress system at transfer beam, the need of non-prestress longitudinal
reinforcement will be reduced.
Key word: heritage building, transfer system building, transfer beam, prestress
beam, supporting column, vertical seismic loads, excessive strength factor,
dynamic response, reinforcement.
ix
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kurva Respon Seismik Wilayah Gempa 4 ....................................... 10
Gambar 2.2 Dinding Geser Berangkai .................................................................. 13
Gambar 2.3 Bangunan Sistem Ganda ................................................................... 14
Gambar 2.4 Keruntuhan Diagonal Splitting Failure pada Balok Beton................ 15
Gambar 2.5 Shear Compression Failure .............................................................. 16
Gambar 2.6 Shear Flexure Failure ....................................................................... 16
Gambar 2.7 Retak Lentur Awal ............................................................................ 17
Gambar 2.8 Retak Miring ..................................................................................... 17
Gambar 2.9 Retak Sebelum Kegagalan ................................................................ 17
Gambar 2.10 (a) Sebuah Bagian dari Penampang Balok Prategang, (b) Bagian dari
Balok Beton Bertulang .......................................................................................... 18
Gambar 2.11 Balok prategang diatas dua tumpuan .............................................. 19
Gambar 2.12 Kurva Beban-Defleksi Balok Prategang ......................................... 25
Gambar 2.13 Penampang Balok Prestress Simple Span ....................................... 27
Gambar 2.14 (a) Balok Prategang Menerus ; (b) Lendutan yang Terjadi apabila
Reaksi di Tengah Bentang Diabaikan ; (c) Reaksi Perletakkan di Tengah Bentang
akibat Prestressing ; (d) Defleksi Balok yang Sebenarnya Akibat Prestressing.. 28
Gambar 2.15 (a) Momen Primer Sebagai Hasil Perkalian Gaya Prategang Dengan
Eksentrisitas terhadap cgc ; (b) Momen Sekunder Akibat Reaksi di Tengah
Bentang ; (c) Momen Total ................................................................................... 29
Gambar 2.16 Lokasi C-line dan cgs line pada Balok Menerus............................. 29
Gambar 3.1 Denah Struktur Lantai Dasar............................................................. 32
Gambar 3.2 Denah struktur lantai 3 ...................................................................... 32
Gambar 3.3 Denah struktur lantai 4 ...................................................................... 33
Gambar 3.4 Tampak Depan Portal Bangunan....................................................... 33
Gambar 3.5 Bentuk 3D Bangunan ........................................................................ 34
Gambar 3.6 Variasi Jumlah Lantai (4,6, dan 8 lantai) .......................................... 35
Gambar 3.7 Spektrum Respons Gempa Rencana Wilayah 3 ................................ 38
Gambar 3.8 Skema Penelitian ............................................................................... 39
Gambar 3.9 Skema Analisa Struktur..................................................................... 40
Gambar 4.1 Periode Getar Bangunan Variasi I..................................................... 42
Gambar 4.2 Gaya Geser Tingkat Bangunan Variasi I........................................... 44
Gambar 4.3 Perbandingan Jumlah Beban Vertikal akibat Beban Gravitasi yang
Ditransfer TB untuk Ketiga Bangunan ................................................................. 44
Gambar 4.4 Perbandingan Jumlah Beban Vertikal akibat Beban Gempa yang
Ditransfer TB untuk Ketiga Bangunan ................................................................. 46
Gambar 4.5 Gaya Geser yang Ditransfer TB untuk Ketiga Jenis Bangunan ........ 47
Gambar 4.6 Displacement uz di Tengah Bentang TB Akibat Beban Gravitasi.... 48
Gambar 4.7 Displacement ux dan uy di Tengah Bentang TB Akibat Beban Gempa
............................................................................................................................... 48
Gambar 4.8 Displacement uz di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 49
xii
xiii
Gambar 4.38 Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 dan C6 Lantai 3 pada Ketiga
Jenis Bangunan ..................................................................................................... 74
Gambar 4.39 Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 75
Gambar 4.40 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 75
Gambar 4.41 Gaya Geser Kolom Pendukung C4 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 76
Gambar 4.42 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 76
Gambar 4.43 Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 dan C6 Lantai 1 pada Ketiga
Jenis Bangunan ..................................................................................................... 77
Gambar 4.44 Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 77
Gambar 4.45 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 78
Gambar 4.46 Gaya Geser Kolom Pendukung C4 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 78
Gambar 4.47 Gaya Geser Kolom Pendukung C6 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 79
Gambar 4.48 Gaya Vertikal yang Ditransfer TB .................................................. 81
Gambar 4.49 Perbandingan Tulangan Longitudinal Balok arah x dan arah y Untuk
Ketiga Jenis Bangunan .......................................................................................... 83
Gambar 4.50 Perbandingan Tulangan Longitudinal Balok arah x dan arah y Untuk
Ketiga Jenis Bangunan .......................................................................................... 84
Gambar 4.51 Perbandingan Tulangan Longitudinal Kolom Untuk Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 84
Gambar 4.52 Perbandingan Tulangan Geser Kolom Untuk Ketiga Jenis Bangunan
............................................................................................................................... 85
Gambar 4.53 Perbandingan Tulangan Longitudinal SW Untuk Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 85
Gambar 4.54 Perbandingan Tulangan Geser SW Untuk Ketiga Jenis Bangunan 86
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Presentase Total Kehilangan Gaya Prategang ...................................... 23
Tabel 2-2 Tegangan yang Diizinkan pada Komponen Balok Prategang .............. 24
Tabel 3-1 Faktor Keutamaan I pada Bangunan..................................................... 37
Tabel 3-2 Besarnya koefisien untuk menghitung Cv ........................................ 38
Tabel 4-1 Perbandingan Periode Getar Bangunan ................................................ 42
Tabel 4-2 Gaya Geser Dasar Bangunan Variasi I ................................................. 43
Tabel 4-3Rasio Beban Vertikal yang Ditransfer TB terhadap Beban Vertikal Total
Seluruh Bangunan ................................................................................................. 45
Tabel 4-4 Rasio Gaya Geser yang Ditransfer dengan Gaya Geser Dasar Bangunan
............................................................................................................................... 47
Tabel 4-5 Rasio Gaya Aksial dan Geser yang Ditransfer Sistem Transfer Terhadap
Gaya Geser dan Aksial Total Bangunan ............................................................... 57
Tabel 4-6 Rasio Beban Vertikal yang Ditransfer TB Terhadap Beban Vertikal
Seluruh Bangunan ................................................................................................. 58
Tabel 4-7 Tabel Perbandingan Periode Getar Bangunan dengan Variasi
Ketinggian TB ....................................................................................................... 65
Tabel 4-8 Perbandingan Gaya Geser Dasar Ketiga Jenis Bangunan .................... 67
Tabel 4-9 Perbandingan Rasio Beban Vertikal yang Ditransfer TB dengan Beban
Vertikal Keseluruhan Bangunan ........................................................................... 69
Tabel 4-10 Rasio Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem Transfer dengan Gaya
Geser Dasar Bangunan .......................................................................................... 70
Tabel 4-11 Displacement ux di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 72
Tabel 4-12 Displacement uy di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 73
Tabel 4-13 Rasio Perbandingan Gaya Aksial dan Geser pada Sistem Transfer
terhadap Gaya Aksial dan Geser Seluruh Bangunan ............................................ 80
Tabel 4-14 Rasio Beban Vertikal yang Ditransfer TB Terhadap Beban Vertikal
Seluruh Bangunan ................................................................................................. 81
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
bangunan
bertingkat
diatas
bangunan
purbakala
tergantikan
perannya
oleh
balok
transfer
ini.
Metode
Untuk mengetahui kinerja sistem transfer yang terdiri dari balok prategang
serta kolom pendukung pada struktur.
d.
a.
b. Variasi yang dilakukan ialah variasi jumlah lantai total dan variasi
ketinggian balok transfer.
c.
Denah bangunan dibuat simetris dan terdiri dari dua buah persegi berukuran
18 m x 18 m. Kolom terdapat di setiap jarak 6 m pada gedung.
d. Ukuran kolom :
-
e.
f.
Ukuran balok :
-
Tebar dinding geser yang digunakan yakni 250 mm. Sistem penahan beban
lateral berupa sistem ganda.
g.
h.
i.
BAB 2
DASAR TEORI
jenis portal seperti ini mampu menahan pembebanan gravitasi sekaligus memiliki
ketahanan yang cukup terhadap beban lateral ke segala arah.
Sistem Dinding Geser : bangunan dengan dinding geser biasanya lebih
kaku dibanding bangunan dengan struktur portal. Lendutan akibat gaya lateral
biasanya bernilai kecil kecuali rasio tinggi-lebar dari dinding cukup besar
sehingga menyebabkan masalah guling. Guling (overturning) ini terjadi ketika
terdapat bukaan yang melebar pada dinding geser atau ketika rasio tinggi-lebar
dari dinding melebihi nilai 5. Pada beberapa kasus, jika kebutuhan fungsional
mengijinkan, gaya lateral yang bekerja pada gedung dapat ditahan seluruhnya oleh
dinding geser. Efek pembebanan gravitasi pada dinding tidaklah signifikan dan
tidak berpengaruh dalam desain.
Sistem Kombinasi / sistem ganda : sistem portal dan sistem dinding
geser dapat digunakan secara bersama-sama dan membentuk sistem kombinasi.
Ketika portal dan dinding geser berinteraksi, sistem dapat dikatakan sistem
kombinasi bila portal sendiri mampu menahan 25% gaya geser nominal yang
terjadi. Sistem kombinasi juga biasa disebut sebagai dual, hybrid, atau sistem
dinding-portal.
Sistem penahan gaya lateral akan dibahas pada bagian lain dari bab ini.
2.1.2 Modelisasi Dinamik Struktur (MDOF)
Eksitasi dinamik adalah gaya dinamik, berubah terhadap waktu yang
bekerja pada struktur. Eksitasi dinamik dibagi menjadi dua, yakni eksitasi
deterministik dan eksitasi non-deterministik. Eksitasi deterministik adalah eksitasi
yang dapat dideterminasi, beban yang terjadi terus menerus dengan urutan waktu
tertentu. Berupa gerakan harmonik atau periodik, contohnya getaran akibat mesin
dan getaran pada jembatan akibat kendaraan yang lewat. Eksitas nondeterministik adalah eksitasi yang bebannya terjadi secara acak dan besarannya
diperoleh dari data riwayat waktu (time history). Contoh eksitasi nondeterministik adalah beban gempa.
Beban gempa yang terjadi pada struktur berupa percepatan tanah Ug(t)
yang arah dan besarnya tidak beraturan. Persamaan keseimbangan dinamik
struktur MDOF akibat beban gempa ialah
(2.1)
[K]
(2.2)
(2.3)
qn(t) adalah fungsi waktu dari displacement dan n adalah variabel yang
konstan (tidak berubah terhadap waktu). Fungsi waktu dari displacement
merupakan fungsi gerakan harmonik sederhana
qn(t) = An cos n t + Bn sin n t
(2.4)
(2.6)
(2.7)
(2.8)
dimana n adalah pola ragam getar dan merupakan nilai eigen dari persamaan,
adalah frekuensi alami dan vektor eigen dari persamaan. Persamaan diatas
memiliki solusi trivial jika n = 0 dan tidak akan terjadi karena n = 0 tidak akan
menghasilkan gerakan. Solusi non-trivial terjadi jika
det [k-2m] = 0
(2.9)
Kn
dan
Mn
masing-masing
(2.11)
adalah
kekakuan
dan
massa tergeneralisasi untuk mode ke-n. Kn dan Mn digunakan pada analisa pola
ragam getar untuk struktur MDOF yang terkena getaran paksa.
2.1.3.2 Getaran Paksa
Persamaan keseimbangan
dinamik untuk
struktur MDOF
yang
(2.12)
; sn = n m n
(2.13)
An(t) = 2 Dn(t)
(2.15)
Dimana un adalah displacement pada DOF ke-n, fn(t) adalah gaya statik
ekivalen yang bekerja pada DOF ke-n, dan An(t) adalah respons pseudoacceleration akibat percepatan tanah ug(t), Dn(t) adalah respons pseudodisplacement akibat percepatan tanah u g(t). Total displacement yang terjadi ialah
u(t) =
u (t) =
n n Dn(t)
(2.16)
Suatu struktur MDOF memiliki jumlah pola getar sebanyak DOF yang
ada pada struktur bersangkutan. Setiap pola getar dikatakan memiliki massa
masing-masing atau effective modal mass (M n*) yang bearti massa yang
digerakkan oleh pola ragam getar ke-n. Effective modal mass dapat dihitung
dengan rumus :
Mn* =
(2.17)
(2.18)
(2.19)
(2.20)
(2.21)
10
respon struktur maksimum serta periode getarnya, yang diambil dari analisa
riwayat waktu (time-history analysis). Kekurangan dari analisa respon spektrum
ialah kurva respons spektrum tidak menunjukkan kapan terjadinya respons
maksimum struktur, kurva hanya menunjukkan nilai maksimum respons tersebut.
Namun analisa respons spektrum lebih banyak digunakan karena ilmu teknik sipil
lebih concern ke nilai maksimum. Berikut diberikan contoh kurva respon seismik
bangunan sesuai dengan SNI 03-1726-2002 untuk wilayah gempa 4 :
Dari persamaan (2.16) diketahui bahwa nilai lendutan yang terjadi adalah
:
u(t) =
u (t) =
n n Dn(t)
(2.22)
u =
n n SD
(2.23)
(2.24)
11
Nilai gaya geser pola ragam getar ke-n menurut analisa respon spektrum
menjadi
Vbn = Mn* . SAn
(2.25)
(2.26)
Lendutan (u), gaya geser dasar (Vb n), dan momen guling (Mb n) yang
dihitung pada persamaan (2.23), (2.25), dan (2.26) adalah respons maksimum
struktur pada pola ragam getar ke-n yang dihitung dengan analisa spektrum
respons (r). Untuk mendapatkan respons maksimum total dari struktur, respons
maksimum dari tiap pola ragam getar ini dijumlahkan dengan beberapa metode
yang berbeda. Metode yang lazim digunakan ialah Sum of The Root of Sum
Squares (SRSS) dan Complete Quadratic Combination (CQC).
a.
SRSS
SRSS adalah metode penjumlahan yang tidak mempertimbangkan
hubungan antara pola ragam getar dari suatu struktur bangunan MDOF. SRSS
cocok digunakan untuk bangunan yang memiliki keberaturan, yang periode getar
dari tiap pola getarnya terpisah cukup jauh. Ketika dipakai untuk menganalisis
bangunan tidak beraturan, akurasi metode SRSS jauh berkurang sehingga tidak
pantas digunakan. Kombinasi metode SRSS dirumuskan dengan
ro =
!"
(2.27)
dimana ro = jumlah respons maksimum total tiap pola getar dan rno =
respons maksimum pola getar ke-n.
b. CQC
CQC adalah metode penjumlahan yang mempertimbangkan hubungan
antara pola ragam getar dari suatu struktur bangunan MDOF. CQC cocok
digunakan pada bangunan beraturan maupun bangunan tidak beraturan dengan
rentang periode getar yang bervariasi. Kombinasi metode CQC dirumuskan
dengan
ro = #
%
$% !% !
(2.28)
'( ( )+, )(
- . )( )/'( .
(2.29)
12
(2.30)
13
balok dan kolom. Deformasi ditahan sedemikian rupa pada sistem ini dengan
membuat koneksi rigid antara balok dan kolom. Bangunan tinggi dengan sistem
portal penahan momen dapat meningkatkan gaya tarik dan gaya tekan secara
signifikan pada kolom. Agar kolom terlindungi, ACI 318-05 mensyaratkan bahwa
kekuatan lentur kolom harus 20% lebih besar daripada kekuatan lentur balok pada
lantai yang sama. Hal ini bertujuan agar ketika struktur telah menjadi plastis,
sendi plastis terjadi di balok bukan kolom.
Sistem Ganda
Pada sistem ini, portal beton bertulang berinteraksi dengan dinding geser
dan bersama-sama menahan gaya lateral yang terjadi. Oleh karena bentuk
lendutan pada dinding berbeda dengan lendutan pada portal, dinding akan
berperilaku seperti kantilever. Portal yang daktail, berinteraksi dengan dinding
yang kaku dapat menghasilkan besaran disipasi energi yang signifikan dan
kemampuan mengontrol story drift selama terjadi gempa.
14
15
sudah tidak berlaku lagi. Selain itu, untuk balok tanpa tulangan web, penambahan
ukuran penampang justru akan memperkecil kuat geser penampang. Hal ini
dikenali sebagai size effects.
Dalam perencanaan balok transfer (transfer beam), sangat penting
diketahui pula pola keruntuhan (modes of failure) dari balok transfer yang
digunakan. Pola / mekanisme keruntuhan ini sangat bergantung dari berbagai
faktor antara lain : rasio tulangan longitudinal, rasio tulangan transversal, rasio
a/d, dan kuat tekan beton. Beberapa pola keruntuhan balok transfer akibat
kegagalan geser yang mungkin terjadi ialah :
ke titik perletakkan. Retak ini akan menganggu aliran gaya geser horizontal dari
tulangan longitudinal ke daerah kompresi beton dan perilaku balok akan berubah
dari beam action menjadi arch action. Pola keruntuhan paling umum ketika
mekanisme ini terjadi ialah gagalnya pengangkuran diujung tension tie balok.
Kegagalan ini biasa dialami oleh balok dengan rasio a/d sangat kecil (0-1).
Shear-compression Failure
Kegagalan jenis ini ditandai dengan terjadinya retak miring dan bila tidak
disediakan tulangan web, maka retak ini akan mengurangi kekuatan zona
kompresi beton dan kemudian beton akan mengalami kegagalan crushing pada
zona kompresi di atas retak. Oleh karena retak miring lebih cepat berkembang
dibanding retak lentur, kegagalan dicapai ketika nilai momen lentur maksimum
16
belum tercapai. Kegagalan jenis ini biasa dialami oleh balok dengan nilai rasio a/d
1 2,5.
Shear-flexure Failure
Kegagalan jenis ini diawali dengan terbentuknya retak lentur di tengah
17
18
tertentu. Beton prategang adalah beton yang diberikan tegangan sebelum dibebani
oleh beban kerja. Pada elemen beton bertulang, tegangan ini diberikan dengan
menarik tulangan atau untaian kawat baja yang terdapat pada tendon yang
dipasang. Prinsip-prinsip dasar dari beton prategang yakni :
Konsep kedua : sistem prategang dengan kombinasi baja mutu tinggi dan
beton.
Konsep yang mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi baja
mutu tinggi dengan beton dimana baja menahan tarik dan beton menahan
tekan. Kedua gaya tersebut membentuk kopel untuk melawan momen
eksternal. Kelebihan pada balok prategang ialah, baja ditarik terlebih dahulu
sehingga mencapai suatu nilai tertentu di bawah kekuatan maksimalnya.
Pada beton bertulang biasa, seringkali beton sudah retak terlebih dahulu
pada saat baja belum mencapai kekuatan penuh. Inilah yang membedakan
balok prategang dan balok beton bertulang biasa.
Gambar 2.10 (a) Sebuah Bagian dari Penampang Balok Prategang, (b)
Bagian dari Balok Beton Bertulang
Sumber : Design of Prestressed Concrete Structures, T.Y Lin Ned H Burns
19
menyeimbangkan gaya-gaya yang bekerja pada suatu batang sehingga elemenelemen yang dikenai bending seperti balok dan pelat tidak akan mengalami
tegangan akibat momen lentur. Konsep ini dikembangkan oleh T.Y Lin dalam
bukunya yang berjudul Design of Prestressed Concrete Structures. Anggap ada
sebuah balok diatas dua tumpuan seperti pada gambar berikut :
(2.31)
pelaksanaan
struktur
balok
prategang,
tentunya
harus
20
dilakukan. Karena tendon yang melekat pada beton di sekitarnya secara simultan
juga memendek maka tendon akan kehilangan sebagian dari gaya prategang yang
dipikulnya. Perlu diketahui bahwa jika hanya ada satu tendon atau jika semua
tendon ditarik secara bersamaan maka kehilangan gaya prategang akibat
perpendekan elastis ini tidak akan terjadi. Besarnya kehilangan prategang akibat
perpendekan elastik beton untuk balok pratarik ialah :
fp ES = n fcs
n = Es / Ec ; fcs =
(2.32)
-3%
45
9(
61 + : ( ; +
<9
=
(2.33)
dimana :
fp ES = kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis beton
(Mpa)
n = rasio modulus elastis baja dan beton
fcs = tegangan beton pada level titik berat tendon.
Untuk balok pasca-tarik, nilai kehilangan prategang yang terjadi ialah
50% dari yang terhitung pada balok pra-tarik.
diantara tendon dan bahan-bahan di sekelilingnya. Kehilangan ini terdiri dari dua
komponen yakni length effect (untuk segmen tendon lurus) dan curvature effect
(untuk segmen tendon melengkung). Curvature effect terjadi akibat gesekan
antara tendon dan duct yang mengelilinya, ketika tendon ditarik pada ujung balok.
Besarnya kehilangan tegangan dapat dihitung dengan rumus :
f2 = f1 e-
dimana :
f2 = tegangan akhir (Mpa)
f1 = tegangan awal (Mpa)
= koefisien gesek antara strand dengan tendon
(2.34)
21
(2.35)
dimana :
f2 = tegangan akhir (Mpa)
f1 = tegangan awal (Mpa)
K = koefisien wooble
L = panjang segmen tendon (m).
Kehilangan total akibat kedua efek tersebut dapat
digabungkan menjadi :
f = - f1 ( + K L)
(2.36)
?
@
A$
dimana :
fpA = kehilangan prategang akibat slip angkur (Mpa)
A = besarnya defleksi angkur (mm)
L = panjang segmen tendon (mm)
Eps = modulus elastis baja (Mpa)
(2.37)
22
BCD; 6 FGH%
FGI
E
0,55; N$P
(2.38)
dimana :
fpRel = kehilangan prategang akibat relaksasi tegangan baja (Mpa)
t = waktu (jam)
fpi = tegangan inisial tendon (Mpa)
fpy = tegangan leleh tendon (Mpa)
Kehilangan tegangan seperti ini disebut relaksasi tegangan. ACI 318-09
membatasi tegangan tarik pada tendon prategang adalah sebagai berikut :
Untuk tegangan akibat gaya pendongkrak tendon, fpj = 0,94 fpy tapi
lebih kecil daripada yang terkecil antara 0,8 fpu dan nilai maksimum yang
disarankan pembuat tendon.
Sesaat setelah transfer gaya prategang, fpi = 0,82 fpy tetapi tidak lebih
besar dari 0,74 fp u.
Pada tendon post-tensioned gaya tarik prategang di pengangkuran dan
perangkai sesaat setelah transfer gaya ialah 0,7 fpu.
Creep Losses
Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa terjadi aliran dalam material
yang dikenai gaya atau tegangan. Aliran lateral atau deformasi ini dinamakan
rangkak (creep). Kehilangan tegangan akibat rangkak terjadi jika dan hanya jika
material dikenai sustain loads atau beban tetap. Kehilangan tegangan akibat
rangkak dapat dicari dengan rumus :
fpCR = n Kcr (fcs - fcsd)
(2.39)
dimana :
fpCR = kehilangan prategang akibat creep (Mpa)
n = rasio antara modulus elastis baja dan beton
Kcr = 2 untuk balok pratarik dan 1,6 untuk balok pasca-tarik
23
fcs = tegangan beton pada elevasi titik berat tendon sesaat setelah transfer
(Mpa)
fcsd = tegangan beton pada elevasi titik berat tendon akibat beban mati
tambahan (Mpa).
Shrinkage Losses
Seperti halnya rangkak, susut (shrinkage) juga terjadi pada beton oleh
karena beberapa faktor antara lain proporsi campuran, tipe aggregat, tipe semen,
waktu curing, dan lain-lain. Pada umumnya, 80% susut terjadi pada tahun pertama
dari waktu bekerja struktur. Dalam balok prategang pasca-tarik, kehilangan akibat
susut menjadi sedikit berkurang oleh karena sedikit susut telah terjadi sebelum
dilakukan penarikan pada tendon. Kehilangan tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut :
fpCR = 8,2 x 10 -6 KSH EPS (1 0,06 V/S) (100 RH) (2.39)
dimana :
fpCR = kehilangan prategang akibat susut (Psi)
KSH = koefisien yang bergantung pada lamanya waktu perendaman
EPS = modulus elastic baja prategang (Psi)
V = volume (in3) ; S = keliling (in)
RH = relative humidity.
Jumlah kehilangan gaya prategang secara total dalam presentase
prategang dapat dinyatakan pada tabel berikut.
Tabel 2-1 Presentase Total Kehilangan Gaya Prategang
Pre-tensioned (%)
Post-tensioned(%)
Susut beton
Relaksasi tendon
TOTAL
25
20
24
akan dipaparkan adalah analisis penampang untuk menahan lentur. Andaikan ada
sebuah balok prategang dikenai gaya prategang sebesar F bekerja sejauh
eksentrisitas e dari titik berat, maka tegangan f yang terjadi di serat atas dan
bawah penampang ialah :
Q
f=
Q9I
(2.40)
f=
(2.41)
f= 4
Q9I
=
(2.42)
dimana
f = tegangan pada serat yang ingin ditinjau (Mpa)
F = gaya prategang yang terjadi (kN)
A = luas penampang netto beton (mm2)
e = eksentrisitas gaya F dari titik berat penampang (mm)
y = jarak titik yang ingin ditinjau dari titik berat penampang (mm)
I = momen inersia penampang netto (mm4)
Dalam analisis, dapat juga dicari solusi pendekatan dengan menggunakan
penampang bruto beton. Selain itu, analisis dapat dilakukan pada kondisi awal :
gaya prategang penuh dan gaya-gaya luar belum seluruhnya bekerja balok dan
kondisi akhir : gaya prategang sudah mengalami kehilangan dan gaya-gaya luar
sudah bekerja sepenuhnya pada balok.
Tegangan-tegangan yang terjadi pada komponen struktur prategang
dibatasi berdasarkan ACI 318M-08 :
Tabel 2-2 Tegangan yang Diizinkan pada Komponen Balok Prategang
Baja
Beton
Tarik
Tekan
Tarik
Tekan
-0,25 fci
-0,6 fci'
-0,5 fc
-0,45 fc'
25
Q 9I
fr =
Q=
Mcr = T U +
5S
(2.43)
=
F: =
(2.44)
+
4V
dimana :
Mcr = momen yang mengakibatkan retak pertama pada serat bawah
struktur (kN m)
fr = modulus keruntuhan beton (0,7
NW)
(2.45)
26
dimana :
Mn = momen nominal balok prategang (kN m)
Ap = luas tendon (mm2)
Fps = tegangan tendon pada sesaat sebelum gagal (Mpa) ; dapat dicari
dengan iterasi, cara grafis, dan persamaan ACI.
Desain pendahuluan penampang beton prategang untuk menahan lentur
dapat dibentuk dengan prosedur yang sederhana (Lin:1982). Dalam praktek,
tinggi penampang balok (h) biasanya sudah diketahui atau dasumsikan demikian
juga momen total MT pada penampang. Pada beban kerja (serviceability), lengan
momen untuk gaya-gaya dalam dapat bervariasi antara 0,3 h 0,8 h dengan ratarata 0,65 h. oleh karena itu, gaya prategang yang efektif ialah :
F = T = MT / 0,65 h
(2.46)
Jika tegangan efektif untuk baja adalah fse, maka luas baja yang
diperlukan yakni:
Aps =
FQ
XY
(2.47)
E,Z[ \ FXY
Gaya prategang total Aps fse sama dengan gaya C pada penampang beton.
Gaya ini akan menimbulkan tegangan satuan rata-rata pada beton yakni
]
4V
^
4V
4_XFXY
(2.48)
4V
Tegangan serat rata-rata untuk desain pendahuluan dapat diambil kirakira 50% tegangan maksimum fc, dibawah beban kerja. Hal ini menghasilkan
4_XFXY
4V
= 0,5 NW H ; aW =
4 _XFXY
E,[ FVH
(2.49)
cukup,
27
beberapa kerugian antara lain desain yang tercipta tidak ekonomis karena momen
sangat bervariasi sepanjang bentang dan terjadinya kehilangan akibat geser yang
besar karena perbedaan kelengkungan tendon.
Namun demikian, struktur balok menerus memberikan beberapa
keuntungan juga antara lain momen pada struktur menerus (struktur statis tak
tentu) akan lebih kecil dibanding pada struktur satu bentang. Selain itu, alat
pengangkuran yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit dan hal ini mengakibatkan
pengurangan biaya penarikan secara signifikan. Defleksi pada struktur juga lebih
kecil karena nilai momennya yang kecil dan menimbulkan ketahanan terhadap
beban lateral yang baik pada frame yang kaku.
Perbedaan paling mendasar dari balok prategang satu bentang dengan
balok prategang menerus ialah keberadaan reaksi yang menahan defleksi akibat
prategang (camber) pada struktur menerus. Reaksi ini kemudian menimbulkan
secondary moment atau momen sekunder pada struktur prategang.
Jika pada balok satu bentang, beban akibat berat sendiri balok prategang
tidak diperhitungkan, dan bila balok dikenai gaya prategang eksentrik, maka
resultan tegangan tekan (C-line) pada potongan penampang akan berhimpit
dengan titik berat baja prategang seperti ditunjukkan pada gambar berikut :
28
defleksi ini ditahan oleh redundant perletakkan, dan reaksi perletakkan dari
redundant tersebut akan menimbulkan momen sekunder (secondary moment)
pada balok. Nilai momen total bisa didapatkan dengan menjumlahkan nilai
momen primer dan momen sekunder.
Gambar 2.14 (a) Balok Prategang Menerus ; (b) Lendutan yang Terjadi
apabila Reaksi di Tengah Bentang Diabaikan ; (c) Reaksi Perletakkan di Tengah
Bentang akibat Prestressing ; (d) Defleksi Balok yang Sebenarnya Akibat
Prestressing
Sumber : Design of Prestressed Concrete, Arthur H Nilson
29
Gambar 2.15 (a) Momen Primer Sebagai Hasil Perkalian Gaya Prategang
Dengan Eksentrisitas terhadap cgc ; (b) Momen Sekunder Akibat Reaksi
di Tengah Bentang ; (c) Momen Total
Sumber : Design of Prestressed Concrete, Arthur H Nilson
Pada balok menerus, letak C-line tidak akan berhimpit dengan cgs line
oleh karena keberadaan momen sekunder dan jarak antara kedua lokasi ini
ditentukan dengan rumus :
y = M2 / P
(2.50)
dimana
y = jarak antara C-line dan cgs line (m)
M2 = momen sekunder (kN m)
P = besarnya gaya prategang (kN)
Gambar 2.16 Lokasi C-line dan cgs line pada Balok Menerus
Sumber : Design of Prestressed Concrete, Arthur H Nilson
30
e* = MTOTAL / P
(2.51)
dimana
y = jarak antara C-line dan cgc line (m)
MTOTAL = momen sekunder (kN m)
P = besarnya gaya prategang (kN),
dan tegangan yang terjadi pada serat atas dan bawah potongan pada
kondisi service ialah (murni akibat prestressing) :
fatas =
39
4
fbawah =
(1
39
4
9 Vb
:(
(1 +
9 V(
:(
(2.52)
)
(2.52)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Luas : 648 m2
Tinggi : bervariasi antara 4, 6, dan 8 lantai (tiga lantai pertama masingmasing berjarak 4 m, lantai-lantai berikutnya 3,6 m)
Ukuran kolom : 1200 x 1200 mm2 untuk kolom baris pertama dan 800 x 800
mm2 pada baris-baris berikutnya.
Ukuran balok induk : 400 x 600 mm2 (bentang 6 m) dan 400 x 900 mm2
(bentang 12 m)
Ukuran transfer beam : 1000 x 2500 mm2 dan terletak pada lantai 3 baris
pertama bangunan.
Berikut
dapat
dilihat
denah
31
dari
struktur
lantai
dasar.
32
33
34
Beton
Kuat tekan fc
: 33 Mpa
Modulus Elastis
: 2400 kg/m3
: 33 Mpa
Modulus Elastis
: 2400 kg/m3
Baja tulangan
Tegangan Leleh
: 400 Mpa
Diameter nominal
: 12,7 mm
Berat nominal
: 1,1 kg/m
UTS
: 183,7 Kn
35
Kuat leleh
: 1670 Mpa
Tegangan maks
: 1860 Mpa
Luas nominal
: 98,71 mm2
Modulus Elastis
: 190.000 Mpa
36
mm, 1800 mm, dan 1600 mm. Perbedaan tinggi balok prategang (transfer beam)
diprediksi akan menimbulkan perbedaan pada respon struktur yang ditimbulkan:
Beban Mati
Berat sendiri struktur beton ( = 24 Kn/m3)
Mortar dan penutup pelat lantai : 1,1 Kn/m2
MEP : 0,3 Kn/m2
Dinding bata : 2,5 Kn/m3
Partisi dalam : 1 Kn/m2
Beban hidup
Lantai perkantoran : 2,5 Kn/m2
Lantai atap : 1 Kn/m2
Wilayah gempa
Gedung perkantoran yang diteliti diasumsikan berada di wilayah Jakarta.
Jenis tanah
Daya dukung tanah yang ada : tanah lunak.
keruntuhan struktur gedung selama umur gedung dan umur gedung tersebut yang
diharapkan, pengaruh Gempa Rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu
Faktor Keutamaan I menurut persamaan :
I = I1 I2
(3.1)
37
Kategori Gedung
I1
I2
1,0
1,0
1,0
1,0
1,6
1,6
1,4
1,0
1,4
1,6
1,0
1,6
1,5
1,0
1,5
Faktor reduksi R
Faktor reduksi beban gempa merupakan nilai rasio antara beban gempa
maksimum akibat pengaruh gempa rencana pada struktur bangunan dengan beban
gempa nominal pada struktur bangunan daktail. Faktor reduksi gempa bergantung
pada sistem penahan beban lateral yang digunakan pada bangunan. Untuk gedung
dalam penelitian, sistem penahan gaya lateral menggunakan sistem ganda shear
wall dengan dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) +
balok prategang diambil nilai R sebesar 5,5 pada arah memanjang. Untuk
arah memendek digunakan sistem tunggal Dinding Geser Daktail Parsial
dengan R = 5,5.
Respon Spektrum
38
tinggi terhadap beban gravitasi sekaligus memiliki bentang yang relatif panjang
dibanding dengan komponen lainnya. Oleh karena itu balok transfer harus
diperhitungkan terhadap komponen vertikal gerakan tanah akibat gempa yang
terjadi. Pergerakan vertikal ini dapat ditinjau sebagai beban vertikal statik
ekuivalen yang arahnya bisa ke atas maupun ke bawah. Faktor respons gempa
vertical Cv dapat dihitung dengan rumus :
Cv = Ao I
(3.4)
Dimana :
= koefisien yang bergantung pada wilayah gempa
Ao = percepatan puncak batuan dasar
I = faktor keutamaan bangunan gedung
Besarnya dapat dilihat pada tabel di bawah
Tabel 3-2 Besarnya koefisien untuk menghitung Cv
Wilayah Gempa
0,5
0,5
39
0,5
0,6
0,7
0,8
40
START
Preliminary Design
------------------------------Estimasi Dimensi Komponen
Properti material
Variasi 1 variasi
jumlah lantai
Variasi 2 variasi
tinggi transfer beam
Modelisasi Struktur
dengan beban
Modelisasi Struktur
dengan beban
Analisis Struktur
Pengecekan
Preliminary Design
OK
FINISH
NOT OK
BAB 4
HASIL DAN ANALISA
Bab berikut berisi tentang permodelan bangunan pada setiap variasi, hasil
analisanya, serta perbandingan antara hasil-hasil yang didapat dalam setiap
variasi. Analisa terhadap hasil yang bersangkutan akan diberikan kemudian.
Klarifikasi tentang hipotesis yang pada awalnya dibuat akan diberikan pada akhir
dari bab ini.
4.1 Variasi I : Variasi Jumlah Lantai Bangunan
Untuk mengetahui karakteristik dinamik bangunan serta kinerja sistem
transfer secara lebih jelas, dilakukan dua macam variasi dalam penelitian ini.
Variasi pertama ialah variasi jumlah lantai, dimana digunakan bangunan dengan
jumlah lantai masing-masing 8 lantai, 6 lantai, dan 4 lantai. Output yang
dikeluarkan dari permodelan berupa periode getar, pola ragam getar dan
partisipasi massa, gaya geser dasar, gaya geser tingkat, kinerja sistem transfer, dan
penulangan.
Dalam bab ini akan ditunjukkan hanya hasil perbandingan dari ketiga
jenis model yang ada serta analisanya. Seluruh tahapan permodelan dimulai dari
bentuk bangunan, properti material, pembebanan, dan hasil output masing-masing
model dapat dilihat pada lampiran I-V.
4.2 Perbandingan Hasil dan Analisa dari Variasi I
Setelah mendapatkan hasil dari ketiga buah model dalam variasi pertama,
keseluruhan hasil tersebut dibandingkan untuk mengetahui pengaruh dari
ketinggian lantai terhadap output penelitian yang ada. Hasil-hasil perbandingan
yakni :
4.2.1 Periode Getar
Periode getar merupakan waktu yang dibutuhkan oleh struktur untuk
melakukan satu kali pergerakan getaran sesuai dengan pola ragam getar yang
dimilikinya.
Periode
getar
dari
41
ketiga
bangunan
yakni
42
8 Lantai
6 Lantai
4 Lantai
T (s)
1,064
0,783
0,688
0,483
0,304
0,490
8 Lantai
6 Lantai
Tx
Ty
0,484
0,330
0,197
4 Lantai
Trz
43
kN
kN
kN
kN
kN
kN
Rasio (%)
10,890
11,638
11,965
12,182
12,290
12,737
%
%
%
%
%
%
44
Lantai
5
4
1
0
2000
4000
6000
8000
V (kN)
Live Load
SuperDead Load
Total
5244,95
3171,77
3444,23
2077,81
1440,18
987,27
201,73251,18
Bangunan 4 Lantai
476,29617,67
Bangunan 6 Lantai
1021,39
779,33
Bangunan 8 Lantai
45
18,21%
16,19%
12,92%
46
EQy
Ev1
Bangunan 4 Lantai
Ev2
Bangunan 6 Lantai
710,93
194,84 276,09
68,0513,2
-185,76 -104,51
283,4 333,1
94,43
689,03 704,79
311,98
292,67
66,15
-311,68
-669,72
kolom pendukung) untuk ketiga jenis bangunan dapat dilihat pada gambar berikut:
47
1679,39
627,22
539,48
245,2
150,1 85,71
EQy
29,509%
8,870%
14,891%
5,717%
Vx
6,272%
Vy
3,456%
Bangunan 4 Lantai
48
pada bangunan lainnya sehingga gaya geser yang ditransfer oleh sistem
transfernya pun semakin besar.
Live Load
13,234
10,8397
8,4457
3,
2
3,
2
Bangunan 4 Lantai
9
4
Bangunan 6 Lantai
2,
42
5
Bangunan 8 Lantai
Eqy
25,3026
20,3642
11,8345
11,7087
8,4755
5
Bangunan 4 Lantai
Bangunan 6 Lantai
Bangunan 8 Lantai
49
6,28
5,00
5,58
PE
0,00
PE + DL +SDL
-15,00
-8
-10,9
-12,56
-10,579961
-14
-12,8
PE + DL + SDL + LL
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
-16
5,1
75
9
-20,00
26,
21,1
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
12,35
3
4,
7,35
6
9,02
3
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Bangunan 4
Lantai
Bangunan 6
Lantai
Bangunan 8
Lantai
50
12,
8,9
5,3
2,0
3,32
5
PE+DL+SDL+LL+E1
4,
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Bangunan 4
Lantai
Bangunan 6
Lantai
Bangunan 8
Lantai
Dari gambar hasil displacement pada titik tengah bentang TB, dapat
dilihat bahwa besarnya displacement uz pada titik tengah bentang TB akibat
beban gravitasi menjadi semakin kecil seiring dengan bertambahnya lantai
bangunan. Sebaliknya, akibat beban gempa dan kombinasi pembebanan service,
displacement ux dan uy semakin bertambah seiring bertambahnya lantai. Hal ini
tentu berkaitan dengan gaya-gaya dalam pada TB dan pada portal depan, serta
perbandingan dari matriks gaya luar dan matriks kekakuan dari komponenkomponen tesebut.
51
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Bangunan 4 Lantai
PE+DL+SDL+LL+E1
Bangunan 6 Lantai
Bangunan 8 Lantai
-52,87
-109,8
-149,73
-893-1,90704,841,1 -967-,95492,61
-122-4 9919,93
-2015,73
-2295,53 -250-82,43057,96
-296-02,83589,99
-3324,29
-3784,4
-437-54,11788,84
-538-541,251,91
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Bangunan 4 Lantai
Bangunan 6 Lantai
-23,9
-42,75
PE+DL+SDL+LL+E1
Bangunan 8 Lantai
-52,85
-222-215,384,66 -2264-2,42486,3
-294-02,90611,87
-4951,87
-5335-5,65679,7
-5861
-654-637,787,74
-7985,96
-8505-9,20679,5
-9449,02
-10951,03
-11525,27
52
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Bangunan 4 Lantai
PE+DL+SDL+LL+E1
Bangunan 6 Lantai
39,28
14,02
-51,2
-642,2
-1307-,4895,-3867,-4625,29
Bangunan 8 Lantai
70,46
-113-,15461,65
-227,78 -191,68
-346,58 -310,48
-202-,27592,66
-490,71
-813,5
-406,49
-728,83
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
660,9 660,91
236,82 236,82
45,56 45,56
15,21 15,21
Bangunan 4 Lantai
221,46 221,46
78,41 78,41
0
Bangunan 6 Lantai
0 0
Bangunan 8 Lantai
53
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
813,07
728,85
490,71
107,49
65,25
51,2642,23 85,3827,42
-14,02
406,48
346,59 310,49
227,77 191,67
113,15471,65
-39,28
Bangunan 4 Lantai
252,67
202,79
-70,47
Bangunan 6 Lantai
Bangunan 8 Lantai
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Bangunan 4 Lantai
Bangunan 6 Lantai
PE+DL+SDL+LL+E1
Bangunan 8 Lantai
-52,31
-108,71
-148,43
-108-71,1097,97 -114-21,1340,15
-145-71,45475,57
-227-82,53558,19
-2,46185,2
-2757
-327-73,26035,42
-3671,83
-4131,99
-470-24,50590,12
-577-95,68217,85
54
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Bangunan 4 Lantai
PE+DL+SDL+LL+E1
Bangunan 6 Lantai
-23,9
Bangunan 8 Lantai
-42,75
-52,85
-234-42,71087,54 -236-82,38980,75
-308-13,13023,18
-5143,87
-5548
-5,87642,9
-6053
-67-6649,58,54
-8262,44
-8240,27
-9314,51
-9725,5
-112-6161,89483,22
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Bangunan 4 Lantai
Bangunan 6 Lantai
36,53
12,09
-44,-5514,05 -81,39 -63,98
-110,81 -93,41
-106-1
,2342,49
-221,52 -187,8
-344,91-310,28
PE+DL+SDL+LL+E1
Bangunan 8 Lantai
67,76
-195-2
,8463,98
-401,19
-482,44
-723,91
-805,16
55
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Bangunan 4 Lantai
PE+DL+SDL+LL+E1
Bangunan 6 Lantai
Bangunan 8 Lantai
675,08 675,08
250,33 250,33
57,59 57,59
18,81 18,81
225,71 225,71
82,47 82,47
0
0 0
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Bangunan 4 Lantai
Bangunan 6 Lantai
PE+DL+SDL+LL+E1
Bangunan 8 Lantai
805,18
723,92
482,43
110,
93,4
44,5514,05 81,36 63,95
-12,09
344,02 310,29
221,52 187,79
106,21432,5
-36,53
401,18
244
195,87
-67,76
56
lantai satu, bangunan 8 lantai menghasilkan gaya-gaya dalam yang lebih besar
dibandingkan dengan bangunan 6 dan 4 lantai. Gaya aksial pada kolom
merepresentasikan beban vertikal yang ditanggung oleh sistem transfer akibat
kombinasi pembebanan service. Pada bangunan 8 lantai, gaya-gaya aksial kolom
menjadi lebih besar karena beban gravitasi pada bangunan tersebut juga lebih
besar dibanding model bangunan-bangunan lainnya.
Gaya geser pada kolom pendukung merepresentasikan gaya lateral
struktur akibat kombinasi pembebanan service yang ditransfer oleh sistem
transfer. Sekali lagi, kolom-kolom pendukung pada bangunan 8 lantai mengalami
gaya dalam yang lebih besar oleh karena gaya gempa pada bangunan ini juga
lebih besar.
Selain memang karena gaya luar lebih besar, perlu diperhatikan bahwa
dimensi sistem transfer yang terdiri dari TB dan kolom pendukung, mempunyai
nilai berbeda-beda untuk tiap model bangunan. Dimensi terbesar terdapat pada
dimensi sistem transfer bangunan 8 lantai. Tak heran jika sistem transfer pada
bangunan ini mampu memikul gaya-gaya yang lebih besar dibanding dengan
sistem transfer pada kedua model lainnya.
Selain itu perlu diperhatikan bahwa gaya geser pada kolom pendukung
C2 dan C6 memiliki besaran yang sama namun berbeda tanda. Hal ini disebabkan
oleh karena kedua kolom mengalami gaya lintang ke arah yang sama pada suatu
goyangan dan gaya lintang yang diambil ialah yang terbesar antara akibat
goyangan ke kiri maupun goyangan ke kanan. Juga perlu diperhatikan, pada
kolom C4, gaya-gaya geser akibat beban gravitasi = 0 oleh karena kehadiran
gaya-gaya geser akibat pembebanan gravitasi yang saling menghilangkan terjadi
pada kolom C4.
Untuk kolom-kolom pendukung di lantai 1, dicaritahu pula rasio gayagaya dalam aksial dan gesernya dengan gaya aksial dan geser lantai 1 akibat
pembebanan dari keseluruhan bangunan, agar kita dapat mengetahui gambaran
seberapa banyak gaya-gaya yang ditransfer oleh sistem transfer. Rasio tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
57
Tabel 4-5 Rasio Gaya Aksial dan Geser yang Ditransfer Sistem Transfer
Terhadap Gaya Geser dan Aksial Total Bangunan
58
PE+DL+SDL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
62876,29877,97
5786,71
4935,05
4865,87
4433,8
34473,648403,49456,11
30472,86192,86
2971,15
1666
1,53977,65
135185,460,15
12901,29252,22
401,07
275,67
119,97
Bangunan 4 Lantai
Bangunan 6 Lantai
Bangunan 8 Lantai
Bangunan 8 lantai
Bangunan 6 lantai
PE
PE+DL+SDL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Kombinasi service
401,07
kN
4865,87
kN
5645,19
kN
6287,97
kN
5786,71
kN
4935,05
kN
4433,8
kN
Gaya Vertikal yang
Ditransfer
Aksial
Total
Seluruh
Bangunan
Rasio (%)
54783,55
64125,55
72763,44
72763,44
55908,05
55908,05
17,764
17,607
17,283
15,906
17,654
15,861
Aksial
59
TB
PE
PE+DL+SDL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
275,67
kN
2971,15
kN
3447,44
kN
3680,95
kN
3446,11
kN
3047,69
kN
2812,86
kN
Gaya Vertikal yang
Ditransfer
Kombinasi service
TB
Bangunan 4 lantai
PE
PE+DL+SDL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
119,97
1358,4
1560,15
1666,37
1597,65
1290,95
1222,22
kN
kN
kN
kN
kN
kN
kN
Total
Seluruh
Bangunan
Rasio (%)
37287,86
43605,86
48101,5
48101,5
39394,53
39394,53
15,936
15,812
15,305
14,328
15,473
14,280
Aksial
Total
Seluruh
Bangunan
Rasio (%)
21309,48
24567,48
27910,5
27910,5
21371,07
21371,07
12,749
12,701
11,941
11,448
12,081
11,438
Dapat dilihat bahwa rasio beban vertikal yang ditransfer terhadap beban
vertikal keseluruhan bangunan yang paling besar terjadi pada bangunan 8 lantai.
Hal ini terjadi oleh karena profil TB bangunan 8 lantai merupakan profil terbesar
di antara profil pada bangunan lainnya dan baik pembebanan gempa dan
pembebanan gravitasi terjadi paling besar pada bangunan 8 lantai.
4.2.6 Penulangan
Perbandingan rasio penulangan untuk ketiga jenis bangunan dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
4.2.6.1 Tulangan Longitudinal Balok
60
Lantai
4
3
1
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
Rasio (kg/m3)
Dari grafik diatas, secara umum kita dapat melihat bahwa untuk ketiga
jenis model bangunan pada variasi I, tulangan longitudinal balok arah x berkurang
pada saat di lantai 3 bangunan. Hal ini terjadi karena tulangan longitudinal balok
arah x di lantai 3 sangat dipengaruhi oleh TB yang mana menggunakan gaya
prategang sehingga hanya sedikit tulangan non-prategang yang dibutuhkan.
4.2.6.2 Tulangan Geser Balok
Dalam melakukan penghitungan tulangan geser balok SRPMM, ada dua
cara yang dapat ditempuh yakni menggunakan momen probable dari balok yang
bersangkutan dengan = 1 dan = 1 atau dengan menggunakan kombinasi
pembebanan seperti yang tertera pada peraturan, namun untuk gaya gempa,
koefisiennya dikalikan 2 lagi. Dalam penelitian ini, perhitungan tulangan geser
mengacu pada program dengan mengasumsikan bahwa program sudah mengambil
nilai maksimum dari kedua cara tersebut. Perbandingan kebutuhan tulangan geser
untuk bangunan variasi I ialah :
61
Lantai
6
5
4
3
1
0,000
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
Rasio (kg/m3)
Penulangan Longitudinal
Kolom Bangunan 8
Lantai
Lantai
6
5
4
Penulangan Longitudinal
Kolom Bangunan 6
Lantai
3
2
1
0,00
50,00
100,00
150,00
Penulangan Longitudinal
Kolom Bangunan 4
Lantai
Rasio (kg/m3)
62
Lantai
4
3
1
0,00
2,00
4,00
6,00
Rasio (kg/m3)
Lantai
6
Penulangan Longitudinal
SW Bangunan 8 Lantai
5
4
Penulangan Longitudinal
SW Bangunan 6 Lantai
Penulangan Longitudinal
SW Bangunan 4 Lantai
2
1
0,00
50,00
100,00 150,00
200,00 250,00
Rasio (kg/m3)
63
Lantai
6
Penulangan Geser SW
Bangunan 8 Lantai
5
4
Penulangan Geser SW
Bangunan 6 Lantai
Penulangan Geser SW
Bangunan 4 Lantai
2
1
0,00
Pola ragam getar ketiga jenis bangunan tipikal. Partisipasi massa rotasi z
untuk bangunan 4 lantai membutuhkan lebih banyak pola ragam getar oleh
karena kekakuan yang berlebihan.
Gaya geser dasar bangunan 8 lantai lebih besar dibanding bangunan 6 dan 4
lantai.
Gaya geser per tingkat bangunan 8 lantai lebih besar dibanding bangunan 6
dan 4 lantai.
64
yang dialami lebih besar serta kapasitas pemikulan TB yang memang lebih
besar.
Pada bangunan 4 lantai, kinerja sistem transfer terjadi secara cukup baik
ketika mentransfer beban-beban vertikal bangunan. Namum ketika
mentransfer beban geser, kinerja kurang optimal, terlihat dari gaya geser
yang ditransfer oleh sistem transfer tidak sampai 10% dari gaya geser total
pada kombinasi pembebanan service. Hal ini terjadi karena pada bangunan 4
lantai beban geser banyak masuk ke dinding geser.
Displacement uz, ux, dan uy pada titik tengah TB terjadi paling besar di
bangunan 4 lantai. Hal ini disebabkan oleh karena perbandingan beban yang
dialami TB dan kekakuan TB yang tidak linear antara ketiga jenis model
tersebut.
Kebutuhan tulangan geser kolom cukup sulit untuk dianalisa oleh karena
pola dari kebutuhan tulangan sangat random. Keadaan ini terjadi
kemungkinan besar karena besaran tulangan geser yang diambil ialah eksak
dari hasil program.
65
Tx
0,783
0,786
0,789
Ty
0,483
0,483
0,483
Trz
0,330
0,330
0,330
66
T (s)
0,8
0,6
0,4
0,783
0,789
0,786
0,483
0,483
0,330
0,483
0,330
0,330
0,2
0,0
TB 800x2000
TB 800x1800
Tx
Ty
TB 800x1600
Trz
67
gempa yang dimiliki bangunan. Nilai gaya geser dasar bangunan melalui analisa
dinamik beserta rasio terhadap berat total bangunan yakni yakni :
Tabel 4-8 Perbandingan Gaya Geser Dasar Ketiga Jenis Bangunan
Gaya Geser Dasar Dinamik
TB 800x2000
Vx
4212,11
Vy
4288,62
TB 800x1800
Vx
4193,83
Vy
4271,38
TB 800x1600
Vx
4175,26
Vy
4253,98
Rasio (%)
11,965
12,182
11,957
12,178
11,949
12,174
kN
kN
kN
kN
kN
kN
%
%
%
%
%
%
1000
2000
3000
4000
5000
V (kN)
Gambar 4.29 Gaya Geser Tingkat Ketiga Jenis Bangunan Pada Variasi II
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
68
Dengan perbedaan massa dan kekakuan yang tidak terlalu jauh diantara
ketiga jenis bangunan, dapat dilihat bahwa gaya geser tingkatnya (story shears)
juga tidak begitu berbeda. Dari grafik bahkan terlihat nilai gaya geser tingkat
ketiga jenis bangunan ini berhimpit satu sama lain.
4.4.5 Kinerja Sistem Transfer
4.4.5.1 Beban Vertikal akibat Beban Gravitasi yang Ditransfer oleh TB
Perbandingan beban vertikal akibat beban gravitasi yang ditransfer oleh
TB pada ketiga jenis bangunan dapat dilihat pada gambar berikut :
Beban Vertikal yang Ditransfer TB (kN)
Dead Load
Live Load
3171,77
2077,81
SuperDead Load
Total
2976,1
1932,67
2748,84
1769,17
476,29617,67
454,4 588,98
426,91552,76
Bangunan 6 Lantai TB
800x2000
Bangunan 6 Lantai TB
800x1800
Bangunan 6 Lantai TB
800x1600
69
16,19%
15,24%
14,13%
EQy
Ev1
Ev2
710,93
283,4 333,1
94,43
66,15
666,62
267,71 310,35
88,56
66,37
617,13
250,82 284,59
81,72
-265,38
-289,9
-311,68
Bangunan 6 Lantai TB
800x2000
Bangunan 6 Lantai TB
800x1800
67,16
Bangunan 6 Lantai TB
800x1600
70
627,2
EQy
553,09
245,2
505,53
243,56
Bangunan 6 Lantai TB
800x2000
Bangunan 6 Lantai TB
800x1800
241,95
Bangunan 6 Lantai TB
800x1600
Gaya geser yang ditransfer oleh sistem transfer semakin besar pada
bangunan dengan TB 2000x800. Selain itu rasio gaya geser yang ditransfer oleh
sistem transfer terhadap gaya geser dasar bangunan ialah :
Tabel 4-10 Rasio Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem Transfer
dengan Gaya Geser Dasar Bangunan
Rasio (%)
Vx
TB 2000x800
Vy
Vx
TB 1800x800
Vy
14,891%
5,717%
13,19%
5,7%
Vx
12,11%
Vy
5,69%
TB 1600x800
71
Besarnya displacement pada titik tengah TB dapat dilihat pada gambargambar berikut :
Displacement uz di Tengah TB akibat Beban Gravitasi (mm)
Dead Load
Live Load
12,5019
8,4457
4,1255
3,1275
2,9942
2,165
Bangunan 6 Lantai TB
800x2000
Bangunan 6 Lantai TB
800x1800
4,9158
3,7286
Bangunan 6 Lantai TB
800x1600
Eqy
20,36
20,47
20,58
8,48
8,45
8,43
Bangunan 6 Lantai TB
800x2000
Bangunan 6 Lantai TB
800x1800
Bangunan 6 Lantai TB
800x1600
72
6,77
7,17
Bangunan 6
Lantai TB
800x20-040,56
Bangunan 6
Lantai TB
800x1800
Bangunan 6
Lantai TB
800x1600
5,00
0,00
-5,00
PE
PE + DL+ SDL
PE + DL + SDL + LL
PE+DL+SDL+LL+E1
-10,00
-10,795916
-12,31
-1232,908970
-13,
4
-15,00
PE+DL+SDL+LL+E2
-9,86
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
-165,087497
-16,
-20,00
-20,
-25,00
Bangunan 6 Lantai
TB 800x2000
Bangunan 6 Lantai
TB 800x1800
Bangunan 6 Lantai
TB 800x1600
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
21,11
7,35
21,13
7,36
21,27
7,44
21,28
7,45
21,44
7,54
21,46
7,56
73
21,27
8
21,11
3
20,00
15,00
PE+DL+SDL+LL+E1
10,00
PE+DL+SDL+LL+E2
7,54
6
7,44
5
7,35
6
PE+DL+SDL+LL+E3
5,00
PE+DL+SDL+LL+E4
0,00
Bangunan 6 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 6 Lantai
TB 800x2000
TB 800x1800
TB 800x1600
Bangunan 6 Lantai
TB 800x2000
3,32
8,91
3,35
8,94
Bangunan 6 Lantai
TB 800x1800
3,35
8,91
3,38
8,95
Bangunan 6 Lantai
TB 800x1600
3,39
8,93
3,43
8,96
8,91
4
8,95
1
8,936
PE+DL+SDL+LL+E1
3,32
5
3,35
8
Bangunan 6
Lantai TB
800x2000
Bangunan 6
Lantai TB
800x1800
3,
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
Bangunan 6
Lantai TB
800x1600
PE+DL+SDL+LL+E4
74
Dari gambar hasil displacement pada titik tengah bentang TB, dapat
dilihat bahwa besarnya displacement arah uz, ux , dan uy rata-rata akan semakin
besar seiring dengan menurunnya ketinggian TB. Hal ini disebabkan oleh karena
menurunnya momen inersia pada TB dengan ketinggian penampang yang lebih
rendah, sehingga displacement yang terjadi menjadi lebih besar. Namun dalam
beberapa kasus, perbedaan displacement yang terjadi tidak terlalu signifikan
sehingga grafik terlihat sedikit berhimpit. Hal ini terjadi karena memang profil TB
hanya berbeda sedikit saja.
4.4.5.5
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Bangunan 6 Lt TB 800x1600
-110,17
Bangunan 6 Lt TB 800x1800
-109,69
-1951,59
-2229,83
-241-62,93138,7
-285-02,71721,91
PE+DL+SDL+LL+E1
Bangunan 6 Lt TB 800x2000
-109,8
-1986,92
-2266,61
-246-72,31767,45
-291-02,68120,9
-2015,73
-2295,53
-250-82,43057,96
-296-02,83589,99
75
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Bangunan 6 Lt TB 800x1600
Bangunan 6 Lt TB 800x1800
-62,85
-79,18
-4635,23
-5069,29
-5254,15
-5503,63
-613-56,63420,5
PE+DL+SDL+LL+E1
Bangunan 6 Lt TB 800x2000
-42,75
-4799,51
-4951,87
-5324,27
-5432,92
-5689,41
-634
7
,3
-6586,95
-5335,66
-5579,7
-5861
-654
-637,787,74
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
296,5
38,22
38,62
-109-,19358,06
-179,18
-213,86
-277,59
-312,27
39,28
-114-,10432,52
-223,86
-187,96
-332,39
Bangunan 6 Lt TB 800x1600
Bangunan 6 Lt TB 800x1800
-113-,15461,65
-191,68
-227,78
-310,48
-346,58
Bangunan 6 Lt TB 800x2000
76
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
236,82 236,82
220,29 220,29
202,4 202,4
Bangunan 6 Lt TB 800x1600
78,41 78,41
73,01 73,01
67,15 67,15
0 0
Bangunan 6 Lt TB 800x1800
Bangunan 6 Lt TB 800x2000
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
346,59
332,41
312,29
213,86
310,49
296,51
277,6
227,77
223,85
191,67
179,17
142,53
114,03
138,07
109,95
-38,22
87,96
-38,62
Bangunan 6 Lt TB 800x1600
Bangunan 6 Lt TB 800x1800
141,65
113,57
-39,28
Bangunan 6 Lt TB 800x2000
77
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
-108,97
-108,54
-2215,01
-2493,45
-266-62,65126,45
-316-83,1148,07
Bangunan 6 Lt TB 800x1600
-2249,89
-2529,68
PE+DL+SDL+LL+E1
-108,71
-2278,35
-2558,19
-271-62,64534,88
-322-83,1676,61
Bangunan 6 Lt TB 800x1800
-275-72,46185,2
-327-73,26035,42
Bangunan 6 Lt TB 800x2000
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
-79,18
-62,85
-4827,23
-523-25,44197,35
-5695,63
-635-66,4541,3
Bangunan 6 Lt TB 800x1600
-4991,51
-5397,47
-5587,12
-5881,41
-65-5687,157,75
Bangunan 6 Lt TB 800x1800
PE+DL+SDL+LL+E1
-42,75
-5143,87
-5548
-5,87642,9
-6053
-67-6649,58,54
Bangunan 6 Lt TB 800x2000
78
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
38,62
35,5
-102,73
-128,97
36,53
-106,61
-133,22
-208,08
-310,9
-175,72
-106,24
-132,49
-184,13
-217,64
-278,54
-330,22
Bangunan 6 Lt TB 800x1600
PE+DL+SDL+LL+E1
-221,52
-296,7
Bangunan 6 Lt TB 800x1800
-187,8
-310,28
-344,91
Bangunan 6 Lt TB 800x2000
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Bangunan 6 Lt TB 800x1600
82,47 82,47
76,94 76,94
70,94 70,94
0
250,33 250,33
233,38 233,38
215,03 215,03
PE+DL+SDL+LL+E1
Bangunan 6 Lt TB 800x1800
0 0
Bangunan 6 Lt TB 800x2000
79
PE+DL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
310,92
330,23
278,55
208,07
344,02
296,72
217,63
175,71
-35,5
221,52
-38,62
Bangunan 6 Lt TB 800x1600
310,29
184,12
133,23
106,61
128,98
102,74
PE+DL+SDL+LL+E1
Bangunan 6 Lt TB 800x1800
187,79
132,5
106,24
-36,53
Bangunan 6 Lt TB 800x2000
80
goyangan dan gaya lintang yang diambil ialah yang terbesar antara akibat
goyangan ke kiri maupun goyangan ke kanan. Juga perlu diperhatikan, pada
kolom C4, gaya-gaya geser akibat beban gravitasi = 0 oleh karena kehadiran
gaya-gaya geser akibat pembebanan gravitasi yang saling menghilangkan terjadi
pada kolom C4.
Untuk kolom-kolom pendukung di lantai 1, dicaritahu pula rasio gayagaya dalam aksial dan gesernya dengan gaya aksial dan geser lantai 1 akibat
pembebanan dari keseluruhan bangunan, agar kita dapat mengetahui gambaran
seberapa banyak gaya-gaya yang ditransfer oleh sistem transfer. Rasio tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4-13 Rasio Perbandingan Gaya Aksial dan Geser pada Sistem
Transfer terhadap Gaya Aksial dan Geser Seluruh Bangunan
81
PE+DL+SDL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
3360,9
3062,935156,99
282206,16,25
2636,04
314,11
3680,95
3447,434446,11
3047,69
2971,15
2812,86
3541,79
3272,63321,94
2951,9
2818,18
2732,06
296,53
Bangunan 6 Lt TB 800x1600
PE+DL+SDL+LL+E1
275,67
Bangunan 6 Lt TB 800x1800
Bangunan 6 Lt TB 800x2000
Kombinasi Service
TB 800x2000
PE
PE+DL+SDL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E1
275,67
2971,15
3447,44
3680,95
kN
kN
kN
kN
Aksial
Total Seluruh
Bangunan
Rasio (%)
37287,86
43605,86
48101,50
15,94
15,81
15,30
82
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Kombinasi Service
3446,11
3047,69
2812,86
kN
kN
kN
TB 800x1800
PE
PE+DL+SDL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Kombinasi Service
296,53
2818,18
3272,63
3541,79
3321,94
2951,9
2732,06
kN
kN
kN
kN
kN
kN
kN
PE
PE+DL+SDL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
314,11
2636,04
3062,95
3360,9
3156,99
2820,16
2616,25
kN
kN
kN
kN
kN
kN
kN
14,33
15,47
14,28
Aksial
Total Seluruh
Bangunan
Rasio (%)
37149,62
43467,62
47942,53
47942,53
39277,03
39277,03
15,17
15,06
14,78
13,86
15,03
13,91
TB 800x1600
48101,50
39394,53
39394,53
Aksial
Total Seluruh
Bangunan
Rasio (%)
37011,38
43329,38
47783,55
47783,55
39159,53
39159,53
14,24
14,14
14,07
13,21
14,40
13,36
83
Lantai
5
4
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
Rasio (kg/m )
84
Lantai
6
5
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
Rasio (kg/m3)
Lantai
5
Penulangan Longitudinal
Kolom Bangunan 6 Lantai
(800x2000)
Penulangan Longitudinal
Kolom Bangunan 6 Lantai
(800x1800)
3
2
Penulangan Longitudinal
Kolom Bangunan 6 Lantai
(800x1600)
1
0,000
50,000
100,000
150,000
Rasio (kg/m3)
85
Lantai
1
0,000
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
Rasio (kg/m3)
Lantai
5
Penulangan Longitudinal
SW Bangunan 6 Lantai
(800x2000)
Penulangan Longitudinal
SW Bangunan 6 Lantai
(800x1800)
3
2
Penulangan Longitudinal
SW Bangunan 6 Lantai
(800x1600)
1
0
50
100
150
200
250
Rasio (kg/m3)
86
Lantai
Penulangan Geser SW
Bangunan 6 Lantai
(800x2000)
Penulangan Geser SW
Bangunan 6 Lantai
(800x1800)
3
2
1
0
50
100
150
200
Penulangan Geser SW
Bangunan 6 Lantai
(800x1600)
Rasio (kg/m3)
Pola ragam getar ketiga jenis bangunan tipikal. Partisipasi massa juga
hamper mirip dengan dibutuhkannya 9 modes untuk mencapai partisipasi
massa 90% pada ketiga jenis bangunan
87
Displacement uz, ux, dan uy pada titik tengah TB terjadi paling besar di
bangunan TB 800x1600. Hal ini disebabkan oleh karena profil dan inersia
TB yang lebih kecil dibandingkan dengan kedua model lainnya.
Kebutuhan tulangan geser kolom cukup sulit untuk dianalisa oleh karena
pola dari kebutuhan tulangan sangat random. Keadaan ini terjadi
kemungkinan besar karena besaran tulangan geser yang diambil ialah eksak
dari hasil program.
88
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil permodelan serta pengolahan data pada bangunan
dengan menggunakan sistem transfer, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a.
Oleh karena balok transfer memiliki kepekaan yang tinggi terhadap beban
gravitasi dan bentang yang relatif cukup panjang dibanding komponen
struktur lain, perlu dikerjakan gempa vertikal pada bangunan sistem transfer
yang akan diteliti. Koefisien gempa vertikal dapat diambil dari SNI 031726-2002 dan dimasukkan dalam kombinasi pembebanan.
d. Untuk dapat menjamin bahwa sistem transfer tidak gagal terlebih dahulu
dibandingkan dengan komponen struktur lain, gaya gempa yang diberikan
pada sistem transfer dikali dengan faktor kuat lebih yang diambil
berdasarkan SNI 03-1726-2002. Diharapkan pula dengan adanya faktor kuat
lebih ini, tidak terjadi pelelehan terlebih dahulu pada sistem transfer.
e.
Kinerja sistem transfer, yakni rasio antara beban yang ditransfer oleh sistem
transfer terhadap beban yang bekerja pada keseluruhan bangunan, akan
semakin efektif seiring dengan pertambahan lantai. Hal ini dapat dilihat dari
perbandingan rasio pada variasi I dimana sistem transfer bangunan 8 lantai
memiliki nilai rasio yang lebih besar.
f.
Pada variasi II (variasi ketinggian TB), kinerja sistem transfer yang lebih
efektif terjadi pada bangunan dengan TB tertinggi (800x2000). Hal ini
terjadi karena kapasitas pemikulan dari balok transfer yang memang lebih
besar.
g.
89
tulangan sebanding dengan jumlah lantai yang dipikul, respons dinamik yang
semakin besar dengan kenaikan jumlah lantai yang dipikul, dan kebutuhan
tulangan yang berkurang seiring dengan kenaikan tinggi profil TB terbukti. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa balok prategang dapat digunakan menjadi
TB secara efektif karena mengurangi kebutuhan tulangan longitudinal nonprategang pada balok.
5.2 Saran
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan serta kesimpulan yang telan
dicapai, dapat disarankan beberapa hal berikut :
a.
Menggunakan profil tendon yang berbeda dari profil yang ada pada
penelitian saat ini untuk menghasilkan gaya penyeimbang berupa beban
terpusat (draped tendons).
90
DAFTAR PUSTAKA
Chopra , Anil K. 1997. Dynamic of Structures 3rd ed. Prentice-Hall
Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk rumah dan
gedung (SKBI-1.3.53.1987 UDC : 642.042). Yayasan Badan penerbit PU.
Kumar, Dileep. Shear Strength of Reinforced Concrete Beams without Web
Reinforcement. Palakkad College.
Li, J.H. 2010. Assessment of Low-rise Building with Transfer Beam under
Seismic Forces. Elsevier Engineering Structure.
Lin, T.Y & Burns. 1982. Design of Prestressed Concrete Structures. New York
: John Wiley & Sons.
Londhe, R S. 2010. Shear Strength Analysis and Prediction of Concrete Transfer Beam in
High Rise Building. Indian Journal of Strucutral Engineering and Mechanics.
MacGregor, James G. 2005. Reinforced Concrete: Mechanics and Design 4th ed in SI units. New
Jersey : Prentice-Hall.
Nawy, Edward G. 1996. Design of Prestressed Concrete : Fundamental
Approach : New Jersey : Prentice-Hall.
Nilson, Arthur H. 1987. Design of Prestressed Concrete. Singapore : John
Wiley and Sons :
Standar Nasional Indonesia. Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002). Badan Standarisasi Nasional,
2002
Singh et all. 2006. Design of Continous Deep Beams using Strut and Tie
Model. ASIAN Journal of Civil Engineering.
T.Paulay, M.J.N Priestley. Seismic Design of Reinforced Concrete and
Masonry Buildings. John Wiley & Sons inc, 1992.
Taranath, Bungale S. 1998. Reinforced Concrete Design of Tall Buildings 2nd ed : McGraw-Hill.
Tumilar, Steffie. 1998. Advanced Reinforced Concrete.
Luas
: 648 m2
Panjang
: 18 m
Lebar
: 36 m
Tinggi
: 30 m
Ukuran balok induk : 400 x 600 mm2 (bentang 6 m) dan 400 x 900 mm2
(bentang 12 m)
Beton
Kuat tekan fc
Modulus Elastis
: 33 Mpa
: 4700 fc = 27000 Mpa
: 33 Mpa
: 4700 fc = 27171,78 Mpa
Baja tulangan
Tegangan Leleh
: 400 Mpa
: 1,1 kg/m
UTS
: 183,7 Kn
Kuat leleh
: 1670 Mpa
Tegangan maks
: 1860 Mpa
: 98,71 mm2
Luas nominal
: 190.000 Mpa
Ukuran Tendon
: 90 mm
Bentuk denah dan permodelan 3D bangunan dapat dilihat pada gambar berikut :
Pembebanan Gravitasi
o Berat sendiri struktur : dimodelkan sebagai DEAD LOAD dengan
self weight multiplier = 1.
o Beban mati tambahan
Pelat atap : mortar dan penutup pelat lantai (1,5 kN/m2) +
MEP (0,3 kN/m2) = 1,8 kN/m2.
Pelat lantai bangunan : mortar dan penutup pelat pantai (1,5
kN/m2) + partisi (1 kN/m2) + MEP (0,3 kN/m2) = 2,4 kN/m2
Dinding bata di perimeter bangunan : 1,5 kN/m2.
o Beban hidup
Pelat atap : 1 kN/m2.
Pelat lantai bangunan : 2,5 kN/m2.
Pembebanan Gempa
Berada di wilayah Jakarta dengan karakteristik tanah lunak, pembebanan
gempa sesuai SNI 03-1726-2002 ialah :
3500,218 Kn m
pada jarak 9 m
MLL
850,219 Kn m
pada jarak 9 m
MSDL
1116,897 Kn m
pada jarak 9 m
M GRAVITASI
TOTAL
5467,334 Kn m
= 1157,907
Beserta momen luar akibat eksentrisitas tendon yang bekerja pada ujung ialah
: P x etumpuan = 4847,055 x 0,825 = 3998,821 kN m. Permodelan pembebanan
gaya prategang menjadi :
Periode getar, pola ragam getar, dan partisipasi massa bangunan 8 lantai dapat dilihat
pada tabel berikut :
Mode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
PeriodUXUYUZ
01,064198 78,7216
0 79,33520,687748
0,087300,48388
0,288266 13,60450
0,218484013,094
0,14802901,2259
0,1382930,25260
0,1282113,01810
0,11640500,93
0,0974181,09790
0,09327901,0056
0,07962401,2668
0,0750490,85730
0,06117301,1624
0,0541151,34410
0,04721201,0094
0,0313970,90530
0,02780400,8817
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Gaya geser dasar dinamik struktur berdasarkan analisa program harus dibandingkan
dengan gaya geser dasar statik struktur yang dihitung dengan rumus V = C I Wt / R.
0,704756
1
5,5
5327,355 ton
52261,36 kN
Cy
I
Ry
0,75
1
5,5
6696,638 kN
7126,549 kN
Vx dan Vy dinamik sudah lebih besar daripada 80% V statik oleh karena itu faktor
perbesaran untuk pembebanan gempa tidak perlu dilakukan.
-
Berdasarkan analisa dinamik yang dilakukan ETABS, didapatkan grafik gaya geser
lantai struktur bangunan 8 lantai ialah sebagai berikut :
3
2
1
0
2000
4000
6000
8000
V (kN)
Gambar IV. 8 Gaya Geser Tingkat Bangunan 8
Lantai
-
Kinerja batas layan struktur ditentukan oleh simpangan antar lantai bangunan akibat
pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan
Drift x
Drift y
Batas Layan
Batas Ultimit
Drift Ultimit x
50
100
Drift Ultimit y
Drift (mm)
Gambar IV. 9 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan
Gempa x
Drift Bangunan 8 Lantai akibat eqy
8
7
6
Lantai
5
4
3
2
1
0
Drift x
Drift y
Batas Layan
Batas Ultimit
50
Drift (mm)
100
Drift Ultimit x
Drift Ultimit y
C2
C4
C6
DL
SDL
LL
Total
Beam 1
3444,23
kN
1021,39
kN
779,33
kN
5244,95
Total
Beam 2
3444,26
1021,4
779,34
5245
kN
kN
kN
kN
kN
kN
Ev1
704,79
kN
Ev2
Eqx + Eqy + Ev1
Eqx + Eqy + Ev2
-669,72
1686,49
311,98
kN
kN
kN
Gambar IV. 12 Gaya Geser Pada Kolom Pendukung Merepresentasikan Gaya Geser yang
Ditransfer oleh TB
Beam 1
-8,4457
Beam 1
-2,165
Beam 1
-2,9942
mm
mm
mm
Dead Load
Uz
Live Load
Uz
SDL
Uz
Beam 2
-8,4457 mm
Beam 2
-2,1165 mm
Beam 2
-2,9942 mm
GAYA GEMPA
Ux
Uy
Beam 1
25,3026
Beam 1
11,8345
mm
mm
Eqx
Eqy
Ux
Uy
Beam 2
25,3026mm
Beam 2
11,8345mm
Dalam melihat displacement pada titik tengah TB, digunakan juga kombinasi
pembebanan service yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menghitung gaya-gaya
dalam. Besarnya displacement yakni :
Bangunan 8 Lantai
Displacement di Titik Tengah TB
Kombinasi serviceuz (mm)ux (mm)
PE5,583
PE+DL+SDL-3,492
PE+DL+SDL+LL-8,601
PE+DL+SDL+LL+E1-12,88026,086
PE+DL+SDL+LL+E2-12,6709,017
PE+DL+SDL+LL+E3-9,18426,099
PE+DL+SDL+LL+E4-8,9749,030
uy (mm)
4,367
12,255
4,409
12,297
Aksial
C2
-149,73
-3324,29
-3784,4
-5384,2
-5151,91
-4375,18
-4178,84
C4
C6
-52,85
-7985,96
-9449,02
-10951,03
-11525,27
-8505,26
-9079,5
-149,72
-3324,83
-3784,46
-5348,35
-5151,98
-4375,26
-4178,89
Geser
C4
C2
70,46
-202,79
-252,66
-813,5
-490,71
-728,83
-406,49
C6
0
0
0
660,9
221,46
660,91
221,46
-70,47
202,79
252,67
813,07
490,71
728,85
406,48
C2
-148,43
-3671,83
-4131,99
-5779,81
-5627,85
-4702,09
-4550,12
Aksial
C4
-52,85
-8262,44
-9725,5
-11266,98
-11843,22
-8240,27
-9314,51
C6
-148,42
-3671,88
-4132,05
-5779,96
-5627,92
-4702,21
-4550,13
C2
67,76
-195,86
-243,98
-805,16
-482,44
-723,91
-401,19
Geser
C4
0
0
0
675,08
225,71
675,08
225,71
C6
-67,76
195,87
-244
805,18
482,43
723,92
401,18
Penulangan
Pada bagian ini, akan dicaritahu kebutuhan tulangan yang dibutuhkan pada bangunan 8
lantai dengan balok prategang sebagai TB. Kebutuhan tulangan yang dicari berupa
rasio berat tulangan dibagi dengan volume beton pada tiap komponen struktur (kg/m3).
Tulangan-tulangan yang dicari ialah tulangan longitudinal balok, tulangan geser balok,
tulangan longitudinal kolom, tulangan geser kolom, tulangan londitudinal dinding
geser dan tulangan geser dinding geser. Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya,
tulangan yang diambil merupakan eksak berasal dari program tanpa ada
penyempurnaan kembali sehingga rasio yang dihasilkan mungkin agak kecil.
Kombinasi pembebanan yang dilakukan ialah :
= 1,4
1)
= 1,2
+ 1,6
2)
= 1,2
+
+
+ 30%
1
3)
+
= 1,2
+
+
30%
1
4)
+
= 1,2
+
+ 30%
1
5)
+
= 1,2
+
30%
1
6)
+
= 1,2
+
+
+ 30%
1
7)
+
= 1,2
+
+
30%
1
8)
+
= 1,2
+
+ 30%
1
9)
+
= 1,2
+
30%
1
10)
+
= 0,9
+
+ 30%
2
11)
= 0,9
+
30%
2
12)
= 0,9
= 0,9
= 0,9
= 0,9
= 0,9
= 0,9
+ 30%
30%
+ 30%
30%
+ 30%
30%
2
2
2
2
2
2
Untuk memasukkan nilai-nilai ini ke dalam ETABS, dapat digunakan fitur concrete
frame design preference. Hasilnya dapat dilihat pada gambar dibawah :
BALOK
L(m) Vbeton
B2
1,44
B3
1,44
B4
1,44
B5
1,44
B6
1,44
B7
1,44
B 114
1,44
B9
1,44
B 10
1,44
B11
1,44
B 12
1,44
B 115
1,44
13747500
0,01
110,01
76,39
B22
1,44
8328000
0,01
66,64
46,28
As 4
As 3
As 1
B23
1,44
B24
1,44
B25
1,44
B26
1,44
B27
1,44
25,92
Bwh
Jlh
Atas
Bwh
Jlh
Atas
Bwh
Jlh
Atas
Bwh
Jlh
Atas
Bwh
Jlh
Atas
Bwh
Jlh
603
2003
1032
753
1785
805
805
1610
1434
617
2051
1125
681
1806
634
805
1439
684
1055
291
581
872
368
697
1065
368
697
1065
291
581
872
371
684
1055
TOTAL
805
1439
1125
681
1806
1434
617
2051
805
805
1610
1033
753
1786
1400
603
2003
8002500
0,01
64,04
44,47
8686500
0,01
69,51
48,27
8686500
0,01
69,51
48,27
8004000
0,01
64,05
44,48
8328000
0,01
66,64
46,28
149416500
0,15
1195,64
46,13
Dapat dilihat dari hasil pengolahan diatas, rasio tulangan longitudinal balok arah x
pada lantai 8 bangunan 8 lantai ialah 46,13 kg/m3. Perhitungan seperti ini dilanjutkan
untuk balok arah x dan arah y sampai lantai 1 bangunan.
Untuk mencari kebutuhan tulangan longitudinal non-prategang pada TB yang terletak
di lantai 3 bangunan, harus dilakukan analisa manual karena perhitungan tulangan
harus
memakai
momen sekunder
pada
kombinasi
pembebanannya.
Sketsa
Tengah Bentang
-3170,564Kn m
Tumpuan Kanan
4894,413Kn m
Tengah Bentang
-5380,226Kn m
Tumpuan Kanan
3998,821Kn m
Tengah Bentang
2209,662Kn m
Tumpuan Kanan
895,592Kn m
Dimana :
Mn = kuat lentur nominal balok prategang.
As = luas tulangan non-prategang (mm2)
fy = kuat leleh tulangan non-prategang (Mpa)
d = jarak serat tekan terluar ke centroid tulangan non prategang (mm)
Ast = luas nominal tendon (mm2)
fps = tegangan tendon pada kondisi failure
dt = jarak serat tekan terluar ke centroid tendon (mm)
a = (As fy + Ast Fps) / 0,85 fc b
jumlah strand digunakan = 44 strand,
dan tegangan tendon pada kondisi failure dapat diambil dengan menggunakan
persamaan SNI 03-2847-2002 pasal 20.7 ayat 2 untuk fefektif > 0,5 fpu :
=
Dimana :
fpu = tegangan ultimate strand (Mpa)
p = faktor yang memperhitungkan tipe tendon, diambil 0,28
1 = 0,85
p = rasio tulangan prategang Aps/b d
= fy/fc
= fy/fc
Dari hasil perhitungan didapatkan fps = 1783,312 Mpa
Dengan metode Load Resistance Factor Design (LFRD) ketentuan berikut harus
dipenuhi :
Mn > Mu
Berdasarkan perhitungan, didapatkan luas tulangan yang dibutuhkan :
Rasio (kg/m3)
Long Balok arah x Long Balok arah y
46,1337,51
53,1148,18
56,6249,60
59,1450,05
58,4649,28
43,5049,09
47,8025,03
38,3022,50
Penulangan Longitudinal
balok arah X
Penulangan Longitudinal
Balok arah Y
20,00
40,00
60,00
80,00
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 15 Rasio Tulangan Longitudinal Balok Bangunan 8
Lantai
Dapat dilihat bahwa kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x menurun ketika di
lantai 3 dikarenakan keberadaan balok prategang yang otomatis mengurangi jumlah
tulangan non-prategang. Fenomena ini juga terjadi pada model-model lainnya.
Tulangan Geser Balok
Tulangan geser balok yang akan dihitung rasionya juga merupakan balok induk pada
setiap lantai di seluruh bangunan. Rasio tulangan geser yang tertera pada komponen
dikalikan dengan tinggi dan panjang balok kemudian dikalikan dengan berat jenis baja
B2
1,44
B3
1,44
B4
1,44
B5
1,44
B6
1,44
B7
1,44
B114
1,44
B9
1,44
B10
1,44
1,44
3
0,36
h (m)
BALOK
L(m) Vbeton
As 4
As 3
B11
1,5
0,36
0,6
0,001296
Berat(kg) Ratiotiapblk
10,37111
7,20216
10,37111
7,20216
6,2802835
4,361308
6,2802835
4,361308
10,37111
7,20216
10,37111
7,20216
42,442329 29,4738395
10,37111
7,20216
10,37111
7,20216
10,37111
7,20216
B12
B115
B22
B23
B24
1,44
1,44
1,44
1,44
1,44
As 1
B25
B26
B27
1,44
1,44
1,44
h
l'
Tulangan
b
h
l'
Tulangan
b
h
l'
Tulangan
b
h
l'
Tulangan
b
h
l'
Tulangan
b
h
l'
Tulangan
b
h
l'
Tulangan
b
h
l'
Tulangan
b
h
l'
0,6
1,5
0,36
0,4
0,6
1,5
1,728
0,4
0,6
1,5
0,36
0,4
0,6
1,5
0,069
0,4
0,6
1,5
0,077
0,4
0,6
1,5
0,36
0,4
0,6
1,5
0,073
0,4
0,6
1,5
0,36
0,4
0,6
1,5
3
0,36
1,5
0,36
h (m)
0,6
3
1,823
1,5
0,519
h (m)
0,6
3
0,36
1,5
0,36
h (m)
0,6
3
0,073
1,5
0,073
h (m)
0,6
3
0,109
1,5
0,109
h (m)
0,6
3
0,36
1,5
0,077
h (m)
0,6
3
0,073
1,5
0,069
h (m)
0,6
3
0,36
1,5
0,36
h (m)
0,6
3
Total Volume Beton lantai 8 25,92
0,001296
10,37111
7,20216
0,001296
10,37111
7,20216
0,0002592 2,0742221
1,440432
0,0003636 2,9096726
2,020606
0,0010413 8,3328991
5,7867355
0,0002592 2,0742221
1,440432
0,001296
7,20216
1,5
Total Berat
Tulangan
10,37111
216,54734 8,354450028
Dapat dilihat dari hasil tabel diatas, rasio tulangan geser balok arah x pada lantai 8
bangunan 8 lantai ialah 8,354 kg/m3. Hasil rasio tulangan geser balok arah x dan arah y
per lantai yakni :
Rasio Penulangan Geser (kg/m3)
LantaiGeser XGeser Y
88,3544,927
7,180
7,283
7,546
8,385
19,913
6,402
7,296
5,388
5,683
6,070
5,797
6,109
4,401
2,136
3
2
1
0,000 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000
Rasio (kg/m3)
Penulangan
Longitudinal
80,02
80,02
80,02
80,02
109,49
86,97
Geser arah X
Geser Arah Y
2,35
1,56
1,56
2,19
3,95
3,40
4,22
3,34
3,35
3,99
2,69
1,26
94,76
107,85
3,40
3,61
1,28
2,68
Penulangan
Longitudinal Kolom
Bangunan 8 Lantai
3
2
1
0,00
50,00
100,00
150,00
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 17 Penulangan Longitudinal Kolom Bangunan 8
Lantai
Penulangan Geser Kolom Bangunan 8 Lantai
8
7
6
Penulangan Geser
Kolom arah X
Bangunan 8 Lantai
Penulangan Geser
Kolom arah Y
Bangunan 8 Lantai
5
Lantai
4
3
2
1
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 18 Penulangan Geser Kolom Bangunan 8
Lantai
Penulangan Dinding Geser (SW)
Dinding geser yang digunakan dalam model ialah sebuah dinding bentuk kanal dengan
end piers pada setiap ujungnya. Rasio tulangan didapatkan dengan memanfaatkan fitur
shear wall design dari program ETABS, dan kemudian diolah untuk diketahui berat
dari tulangan-tulangan yang ada. Bentuk dinding geser dengan pier ujung dapat dilihat
pada gambar berikut :
Rasio (kg/m3)
Longitudinal
38,34
38,34
38,34
38,34
65,95
105,83
148,78
225,47
Geser
78,36
78,36
78,36
101,93
143,80
191,69
224,41
240,21
Penulangan Geser SW
Bangunan 8 Lantai
100,00
200,00
300,00
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 20 Penulangan Longitudinal SW Bangunan 8
Lantai
Penulangan
Longitudinal SW
Bangunan 8 Lantai
3
2
1
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00
Rasio (kg/m3)
Luas
: 648 m2
Panjang
: 18 m
Lebar
: 36 m
Tinggi
: 30 m
Ukuran balok induk : 400 x 600 mm2 (bentang 6 m) dan 400 x 900 mm2
(bentang 12 m)
Beton
Kuat tekan fc
Modulus Elastis
: 33 Mpa
: 4700 fc = 27000 Mpa
: 33 Mpa
: 4700 fc = 27171,78 Mpa
Baja tulangan
Tegangan Leleh
: 400 Mpa
: 1,1 kg/m
UTS
: 183,7 Kn
Kuat leleh
: 1670 Mpa
Tegangan maks
: 1860 Mpa
: 98,71 mm2
Luas nominal
: 190.000 Mpa
Ukuran Tendon
: 90 mm
Bangunan 6 lantai
Kolom pendukung1000 x 1000
Kolom lainnya700 x 700
PC beams800 x 2000
Untuk dimensi yang lain seperti balok induk, balok anak, dan dinding geser, ukuran
disamakan.
Bentuk denah dan permodelan 3D bangunan dapat dilihat pada gambar berikut :
= 156,13
= 624,514
Beserta momen luar akibat eksentrisitas tendon yang bekerja pada ujung
ialah : P x etumpuan = 3525,13 x 0,575 = 2026,95 kN m. Permodelan
pembebanan gaya prategang menjadi :
Periode getar, pola ragam getar, dan partisipasi massa bangunan 6 lantai dapat dilihat
pada tabel berikut :
Mode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
0
0,7451
0
0
93,4123
0,2341 93,6465
0
93,6465
Gaya geser dasar dinamik struktur berdasarkan analisa program harus dibandingkan
dengan gaya geser dasar statik struktur yang dihitung dengan rumus V = C I Wt / R.
Gaya geser dinamik harus melebihi 80% gaya statik struktur. Perbandingan kedua
hasil dapat dilihat pada perhitungan dibawah :
Berdasarkan hasil ETABS, Vxbase dinamik = 4212,11 kN
Vybase dinamik = 4288,62 kN
Cx
0,75
I
1
Rx
5,5
Massa bangunan 3588,68 ton
35204,68 kN
Wt
V = C I Wt / R
Vxstatik
4800,68 kN
Vystatik
4800,68 kN
Cy
I
Ry
0,75
1
5,5
Vx dan Vy dinamik sudah lebih besar daripada 80% V statik oleh karena itu faktor
perbesaran untuk pembebanan gempa tidak perlu dilakukan.
-
Berdasarkan analisa dinamik yang dilakukan ETABS, didapatkan grafik gaya geser
lantai struktur bangunan 6 lantai ialah sebagai berikut :
3
2
1
0
1000
2000
3000
4000
5000
V (kN)
Gambar IV. 28 Gaya Geser Tingkat Bangunan 6
Lantai
-
Kinerja Layan : simpangan antar tingkat tidak boleh melebihi 0,03/R * h lantai.
Kinerja Ultimit : simpangan antar tingkat dikali dengan faktor 0,7R, hasilnya tidak
boleh melebihi 0,02 * h lantai.
Hasil perhitungan kinerja layan dan ultimit bangunan dapat dilihat pada grafik berikut
:
Drift Bangunan 6 Lantai akibat eqx
6
5
Drift x
4
Lantai
Drift y
Batas Layan
Batas Ultimit
2
1
0
20
40
60
80
100
Drift Ultimit x
Drift Ultimit y
Drift (mm)
Gambar IV. 29 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan
Gempa x
Drift x
Drift y
Batas Layan
Batas Ultimit
100
50
Drift (mm)
Drift Ultimit x
Drift Ultimit y
C2
C4
C6
Beam 1
2077,81
kN
617,67
kN
476,29
kN
3171,77
Total
Beam 2
2077,83
617,68
476,29
3171,8
kN
kN
kN
kN
kN
kN
Ev1
333,1
kN
Ev2
Eqx + Eqy + Ev1
Eqx + Eqy + Ev2
-311,68
710,93
66,15
kN
kN
kN
Gambar IV. 32 Gaya Geser Pada Kolom Pendukung Merepresentasikan Gaya Geser yang
Ditransfer oleh TB
Besarnya gaya-gaya dapat dilihat pada tabel dibawah :
Gaya Geser yang Ditransfer Sistem Transfer
Eqx627,22
Eqy245,2
kN
kN
Beam 1
-10,8397 mm
Beam 1
-2,6504 mm
Beam 1
-3,4979
mm
Dead Load
Uz
Live Load
Uz
SDL
Uz
Beam 2
-10,8399
Beam 2
-2,6504
Beam 2
-3,4979
GAYA GEMPA
Beam 1
Ux 20,3642 mm
Beam 1
Uy 8,4755 mm
Eqx
Eqy
Ux
Uy
Beam 2
20,3645
Beam 2
8,4734
mm
mm
mm
mm
mm
Dalam melihat displacement pada titik tengah TB, digunakan juga kombinasi
pembebanan service yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menghitung gaya-gaya
dalam. Besarnya displacement yakni :
Bangunan 6 Lantai
Displacement di Titik Tengah TB
Kombinasi Serviceuz (mm) ux (mm) uy (mm)
PE6,283
PE+DL+SDL-4,557
PE+DL+SDL+LL-10,705
PE+DL+SDL+LL+E1-14,32921,1123,316
PE+DL+SDL+LL+E2-13,9597,3468,907
PE+DL+SDL+LL+E3-10,95821,1253,346
PE+DL+SDL+LL+E4-10,5877,3608,937
C2
-109,8
Aksial
C4
-42,75
C6
-109,79
C2
39,28
Geser
C4
0
C6
-39,28
-2015,73
-2295,53
-2960,38
-2859,99
-2508,35
-2407,96
-4951,87
-5861
-6543,7
-6787,74
-5335,66
-5579,7
-2015,76
-2295,57
-2960,44
-2860,03
-2508,4
-2407,99
-113,56
-141,65
-346,58
-227,78
-310,48
-191,68
0
0
236,82
78,41
236,82
78,41
C2
36,53
-106,24
-132,49
-344,91
-221,52
-310,28
-187,8
Geser
C4
0
0
0
250,33
82,47
250,33
82,47
113,57
141,65
346,59
227,77
310,49
191,67
C2
-108,71
-2278,35
-2558,19
-3277,63
-3205,42
-2757,41
-2685,2
Aksial
C4
-42,75
-5143,87
-6053
-6764,5
-6958,54
-5548,86
-5742,9
C6
-108,7
-2278,39
-2558,23
-3277,69
-3205,46
-2757,46
-2685,22
C6
-36,53
106,24
132,5
344,02
221,52
310,29
187,79
Penulangan
Lantai
6
5
4
3
2
1
Rasio (kg/m3)
Long Balok arah xLong Balok arah y
40,5333,47
46,1743,69
48,3444,02
38,6944,09
40,0522,47
34,3721,00
Penulangan Longitudinal
Balok arah X
Penulangan Longitudinal
Balok arah Y
3
2
1
0,00
20,00
40,00
60,00
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 33 Rasio Tulangan Longitudinal Balok Bangunan 6
Lantai
Dapat dilihat bahwa kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x menurun ketika di
lantai 3 dikarenakan keberadaan balok prategang yang otomatis mengurangi jumlah
tulangan non-prategang. Fenomena ini juga terjadi di model bangunan 8 lantai
Tulangan Geser Balok
Hasil rasio tulangan geser balok arah x dan arah y per lantai yakni :
Rasio (kg/m3)
Lantai Geser X Geser Y
6,473,43
6
5,594,24
5
7,205,15
4
14,044,47
3
5,972,50
2
3,672,17
1
Penulangan Geser
Balok arah X
Bangunan 6 Lantai
Penulangan Geser
Balok arah Y Bangunan
6 Lantai
3
2
1
0,00
5,00
10,00
15,00
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 34 Rasio Tulangan Geser Balok Bangunan 6
Lantai
Dapat dilihat untuk kebutuhan tulangan geser balok arah x, justru lonjakan terjadi di
lantai 3 oleh karena keberadaan TB yang membutuhkan banyak tulangan geser.
Penulangan Kolom
Nilai rasio tulangan longitudinal dan transversal kolom per lantai untuk bangunan 6
lantai dapat dilihat pada tabel berikut :
Lantai
6
5
4
3
2
1
Penulangan
Longitudinal
80,020
80,020
108,638
80,020
86,601
97,736
Geser arah X
3,754
1,855
3,762
1,790
1,486
1,597
Geser Arah
Y
5,055
3,951
2,707
1,486
1,486
2,297
3
2
1
0,000
50,000
100,000
150,000
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 35 Penulangan Longitudinal Kolom Bangunan 6
Lantai
Penulangan Geser Kolom Bangunan 6 Lantai
6
5
4
Lantai
3
2
1
0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000
Penulangan Geser
Kolom arah X
Bangunan 6 Lantai
Penulangan Geser
Kolom arah Y
Bangunan 6 Lantai
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 36 Penulangan Geser Kolom Bangunan 6
Lantai
Penulangan Dinding Geser (SW)
Longitudinal
38,34
38,34
38,34
59,82
130,37
200,93
Geser
78,36
78,36
78,36
97,16
144,05
186,43
Penulangan
Longitudinal SW
Bangunan 6 Lantai
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 38 Penulangan Longitudinal SW Bangunan 6
Lantai
Penulangan Geser SW Bangunan 6 Lantai
6
5
4
Lantai
3
Penulangan Geser SW
Bangunan 6 Lantai
2
1
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00
Rasio (kg/m3)
LAMPIRAN III
Bangunan 4 Lantai
Bangunan model ketiga dalam variasi lantai ialah bangunan 4 lantai. Spesifikasi
struktur yakni :
Luas
: 648 m2
Panjang
: 18 m
Lebar
: 36 m
Tinggi
: 30 m
Ukuran balok induk : 400 x 600 mm2 (bentang 6 m) dan 400 x 900 mm2
(bentang 12 m)
Beton
Kuat tekan fc
Modulus Elastis
: 33 Mpa
: 4700 fc = 27000 Mpa
: 33 Mpa
: 4700 fc = 27171,78 Mpa
Baja tulangan
Tegangan Leleh
: 400 Mpa
: 1,1 kg/m
UTS
: 183,7 Kn
Kuat leleh
: 1670 Mpa
: 1860 Mpa
: 98,71 mm2
Modulus Elastis
: 190.000 Mpa
Ukuran Tendon
: 90 mm
Perbedaan Dimensi
Bangunan 6 lantai
Bangunan 4 lantai
Kolom pendukung 1000 x 1000 Kolom pendukung 800 x 800
Kolom lainnya700 x 700
Kolom lainnya600 x 600
PC beams800 x 2000
PC beams600 x 1500
Untuk dimensia yang lain seperti balok induk, balok anak, dan dinding geser, ukuran
disamakan.
Bentuk denah dan permodelan 3D bangunan dapat dilihat pada gambar berikut :
= 247,248
Beserta momen luar akibat eksentrisitas tendon yang bekerja pada ujung
ialah : P x etumpuan = 1982,88 x 0,4 = 793,15 kN m. Permodelan
pembebanan gaya prategang menjadi :
Periode getar, pola ragam getar, dan partisipasi massa bangunan 4 lantai dapat dilihat
pada tabel berikut :
Mode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Period
0,48995
0,304078
0,196528
0,156844
0,115407
0,110705
0,09002
0,089272
0,087355
0,081335
0,080638
0,078646
0,071769
UX
82,0599
0
0,4072
0
11,764
0
0,2916
0
0,1553
0
0,0853
0
1,3776
UY
0
85,3562
0
4,4116
0
0,5941
0
1,2132
0
0,9095
0,0001
2,3769
0
SumUX SumUY
82,05990
82,0599 85,3562
82,4671 85,3562
82,4671 89,7679
94,2311 89,7679
94,2311 90,3619
94,5227 90,3619
94,5227 91,5751
94,678 91,5751
94,678 92,4846
94,7634 92,4847
94,7634 94,8616
96,141 94,8616
RZ
0,5716
0
83,2463
0
0,0067
0
0,2221
0
0,398
0,0009
5,182
0
0,0084
SumRZ
0,5716
0,5716
83,8179
83,8179
83,8246
83,8246
84,0468
84,0468
84,4448
84,4456
89,6276
89,6276
89,636
0,067153
0,065298
0,056101
0,055873
0,045629
0,039004
0,0383
0,029434
0,027607
0,01709
0,014997
0,0001
1,2819
0
0,808
0
0,5882
0,0006
0,6712
0,0001
0,4918
0
0,1979
0
1,5206
0,0001
0,6073
0,0017
1,3388
0,0002
1,0617
0
0,3782
96,1411
97,423
97,423
98,2309
98,231
98,8191
98,8197
99,4908
99,4909
99,9827
99,9827
95,0595
95,0595
96,5801
96,5802
97,1875
97,1892
98,528
98,5282
99,5899
99,5899
99,968
0
0,5924
0
0,0528
0,0001
0,3431
0,0002
0,3751
0
0,0054
0
89,636
90,2284
90,2284
90,2812
90,2813
90,6244
90,6245
90,9997
90,9997
91,005
91,005
Gaya geser dasar dinamik struktur berdasarkan analisa program harus dibandingkan
dengan gaya geser dasar statik struktur yang dihitung dengan rumus V = C I Wt / R.
Gaya geser dinamik harus melebihi 80% gaya statik struktur. Perbandingan kedua
hasil dapat dilihat pada perhitungan dibawah :
Berdasarkan hasil ETABS, Vxbase dinamik = 2393,15 kN
Vybase dinamik = 2480,19 kN
Cx
0,75
I
1
Rx
5,5
Massa bangunan 1984,71 ton
Wt
19472,57 kN
V = C I Wt / R
Vxstatik
2655,35 kN
Vystatik
2655,35 kN
Cy
I
Ry
0.8 Vxstatik
0.8 Vystatik
0,75
1
5,5
2124,28 kN
2124,28 kN
Vx dan Vy dinamik sudah lebih besar daripada 80% V statik oleh karena itu faktor
perbesaran untuk pembebanan gempa tidak perlu dilakukan.
Berdasarkan analisa dinamik yang dilakukan ETABS, didapatkan grafik gaya geser
lantai struktur bangunan 4 lantai ialah sebagai berikut :
Story Shear X
Bangunan 4 Lantai
Story Shear Y
Bangunan 4 Lantai
2
1
0
1000
2000
3000
V (kN)
Gambar IV. 46 Gaya Geser Tingkat Bangunan 4
Lantai
-
Kinerja Layan : simpangan antar tingkat tidak boleh melebihi 0,03/R * h lantai.
Kinerja Ultimit : simpangan antar tingkat dikali dengan faktor 0,7R, hasilnya tidak
boleh melebihi 0,02 * h lantai.
Hasil perhitungan kinerja layan dan ultimit bangunan dapat dilihat pada grafik berikut
:
Drift Bangunan 4 Lantai akibat eqx
4
Drift x
3
Lantai
Drift y
Batas Layan
Batas Ultimit
Drift Ultimit x
0
20
40
60
80
100
Drift Ultimit y
Drift (mm)
Gambar IV. 47 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan
Gempa x
3
Lantai
2
Batas Layan
Batas Ultimit
Drift Ultimit x
0
20
40
60
80
100
Drift Ultimit y
Drift (mm)
Gambar IV. 48 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan
Gempa y
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa nilai simpangan antar-lantai bangunan tidak
melebihi batas baik simpangan layan maupun simpangan ultimit. Hal ini
menunjukkan bahwa kekakuan struktur sudah memadai sehingga tidak terjadi
simpangan yang berlebihan.
-
C2
C4
C6
Beam 1
987,27
kN
251,18
kN
201,73
kN
1440,18
Total
Beam 2
987,28
251,18
201,73
1440,19
kN
kN
kN
kN
kN
kN
Ev1
194,84
kN
Ev2
Eqx + Eqy + Ev1
Eqx + Eqy + Ev2
-185,76
276,09
-104,51
kN
kN
kN
Gambar IV. 50 Gaya Geser Pada Kolom Pendukung Merepresentasikan Gaya Geser yang
Ditransfer oleh TB
kN
kN
Uz
Uz
Uz
mm
mm
mm
Dead Load
Live Load
SDL
Uz
Uz
Uz
Beam 2
-13,2347
Beam 2
-2,8321
Beam 2
-3,6254
mm
mm
mm
GAYA GEMPA
Ux
Uy
Beam 1
11,7087 mm
Beam 1
5mm
Eqx
Eqy
Ux
Uy
Beam 2
11,7094mm
Beam 2
5mm
Dalam melihat displacement pada titik tengah TB, digunakan juga kombinasi
pembebanan service yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menghitung gaya-gaya
dalam. Besarnya displacement yakni :
Bangunan 4 Lantai
Displacement di Titik Tengah TB
uz (mm)ux (mm)uy (mm)
PE7,136
PE+DL+SDL-6,099
PE+DL+SDL+LL-12,557
PE+DL+SDL+LL+E1-16,14612,3282,039
PE+DL+SDL+LL+E2-15,7884,4745,365
PE+DL+SDL+LL+E3-10,96012,3522,058
PE+DL+SDL+LL+E4-10,6034,4975,383
C2
-52,87
-893,97
-1004,84
-1224,91
-1199,93
-967,59
-942,61
Aksial
C4
-23,9
-2221,3
-2584,66
-2940,01
-2961,87
-2264,44
-2286,3
C6
-52,87
-893,98
-1004,85
-1224,89
-1199,91
-967,57
-942,59
C2
14,02
-51,24
-62,23
-107,49
-85,36
-87,42
-65,29
Geser
C4
0
0
0
45,56
15,21
45,56
15,21
C6
-14,02
51,24
62,23
107,49
85,32
87,42
65,25
C2
12,09
-44,51
-54,05
-110,81
-81,39
-93,41
-63,98
Geser
C4
0
0
0
57,59
18,81
57,59
18,81
C6
-12,09
44,51
54,05
110,81
81,36
93,4
63,95
C2
-52,31
-1087,09
-1197,97
-1457,57
-1445,57
-1142,14
-1130,15
Aksial
C4
-23,9
-2344,18
-2707,54
-3081,32
-3103,18
-2368,88
-2390,75
C6
-52,31
-1087,1
-1197,98
-1457,55
-1445,56
-1142,12
-1130,13
Penulangan
Lantai
4
3
2
1
Rasio (kg/m3)
Long Balok arah xLong Balok arah y
35,2934,68
34,8343,22
32,7120,42
31,3920
Penulangan
Longitudinal Balok
arah X
Penulangan
Longitudinal Balok
arah Y
2
1
0,00
3
Lantai
1
0
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 52 Rasio Tulangan Geser Balok Bangunan 4
Lantai
Dapat dilihat untuk kebutuhan tulangan geser balok arah x, justru lonjakan terjadi di
lantai 3 oleh karena keberadaan TB yang membutuhkan banyak tulangan geser.
Penulangan Kolom
Nilai rasio tulangan longitudinal dan transversal kolom per lantai untuk bangunan 4
lantai dapat dilihat pada tabel berikut :
Lantai
4
3
2
1
Penulangan
Longitudinal
111,89
80,02
80,02
84,85
Geser arah X
4,15
0
0
1,797
Geser Arah
Y
3,972
0
0
1,797
2
1
0
50
100
150
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 53 Penulangan Longitudinal Kolom Bangunan 4
Lantai
Rasio Penulangan Geser Kolom Bangunan 4 Lantai
4
3
Lantai
2
1
0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000
Penulangan Geser
Kolom arah X
Bangunan 4 Lantai
Penulangan Geser
Kolom arah Y
Bangunan 4 Lantai
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 54 Penulangan Geser Kolom Bangunan 4
Lantai
Penulangan Dinding Geser (SW)
Dinding geser yang digunakan dalam model ialah sebuah dinding bentuk kanal dengan
end piers pada setiap ujungnya. Rasio tulangan didapatkan dengan memanfaatkan fitur
shear wall design dari program ETABS, dan kemudian diolah untuk diketahui berat
dari tulangan-tulangan yang ada. Bentuk dinding geser dengan pier ujung dapat dilihat
pada gambar berikut :
Longitudinal
38,34
38,34
82,82
145,71
Geser
78,36
78,36
78,36
89,89
2
1
0,00
2
1
75,00
80,00
85,00
90,00
95,00
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 57 Penulangan Geser SW Bangunan 4
Lantai
LAMPIRAN IV
Bangunan 6 Lantai TB 1800x800
Spesifikasi struktur dan denah sama seperti bangunan 6 lantai pada variasi pertama.
Yang membedakan hanyalah ketinggian TB sehingga ukuran penampang TB
menjadi 800x1800.
Pembebanan yang dilakukan ialah :
Untuk pembebanan gravitasi dan gempa sama seperti bangunan pada
model-model sebelumnya.
-
= 134,368
= 537,473
Beserta momen luar akibat eksentrisitas tendon yang bekerja pada ujung
ialah : P x etumpuan = 3525,13 x 0,475 = 1674,43 kN m. Permodelan
pembebanan gaya prategang menjadi :
Periode getar, pola ragam getar, dan partisipasi massa bangunan 6 lantai TB
800x1800 dapat dilihat pada tabel berikut :
Mode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Period
0,785926
0,482762
0,329812
0,190244
0,179126
0,132893
0,108259
0,101478
0,097218
0,087669
0,081368
0,066321
0,06444
0,059378
0,047641
0,039127
0,025593
0,023833
UX
81,1478
0
0,1228
11,6771
0
0
1,8491
0
1,1458
0
0,6775
0
1,597
0
0,9559
0
0,7515
0
UY
0
82,981
0
0
9,0508
1,0295
0
0,158
0
1,5929
0
2,0242
0
1,3062
0
1,0578
0
0,7252
SumUX SumUY
81,14780
81,1478 82,981
81,2706 82,981
92,9477 82,981
92,9477 92,0318
92,9477 93,0613
94,7968 93,0613
94,7968 93,2193
95,9426 93,2193
95,9426 94,8122
96,6201 94,8122
96,6201 96,8364
98,2171 96,8364
98,2171 98,1426
99,173 98,1426
99,173 99,2004
99,9245 99,2004
99,9245 99,9256
RZ
0,3362
0
79,9436
0,0001
0
0
6,6977
0
5,0789
0
0,9671
0
0,2881
0
0,0133
0
0,2384
0
SumRZ
0,3362
0,3362
80,2798
80,2799
80,2799
80,2799
86,9776
86,9776
92,0565
92,0565
93,0237
93,0237
93,3118
93,3118
93,3251
93,3251
93,5635
93,5635
Gaya geser dasar dinamik struktur berdasarkan analisa program harus dibandingkan
dengan gaya geser dasar statik struktur yang dihitung dengan rumus V = C I Wt / R.
0,75Cy
1I
5,5Ry
3575,3701
35074,38068 kN
V = C I Wt / R
4782,870093 kN0.8 Vx
4782,870093 kN0.8 Vy
Vx
Vy
0,75
1
5,5
3826,296 kN
3826,296 kN
Vx dan Vy dinamik sudah lebih besar daripada 80% V statik oleh karena itu faktor
perbesaran untuk pembebanan gempa tidak perlu dilakukan.
-
Berdasarkan analisa dinamik yang dilakukan ETABS, didapatkan grafik gaya geser
lantai struktur bangunan 6 lantai TB 800x1800 ialah sebagai berikut :
Story Shear x
800x1800
Story Shear y
800x1600
3
2
1
0
1000
2000
3000
4000
5000
V (kN)
Gambar IV. 60 Gaya Geser Tingkat Bangunan 6
Lantai
-
Kinerja Layan : simpangan antar tingkat tidak boleh melebihi 0,03/R * h lantai.
Kinerja Ultimit : simpangan antar tingkat dikali dengan faktor 0,7R, hasilnya tidak
boleh melebihi 0,02 * h lantai.
4
Lantai
AN IV :
Batas Layan
Batas Ultimit
3
2
Drift Ultimit x
Drift Ultimit y
0
20
40
60
80
100
Drift (mm)
Gambar IV. 61 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan
Gempa x
Drift Bangunan 6 Lantai TB 800x1800 akibat eqy
6
5
Drift x
Drift y
4
Lantai
3
Batas Layan
Batas Ultimit
Drift Ultimit x
Drift Ultimit y
0
20
40
60
80
100
Drift (mm)
Gambar IV. 62 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan
Gempa y
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa nilai simpangan antar-lantai bangunan tidak
melebihi batas baik simpangan layan maupun simpangan ultimit. Hal ini
menunjukkan bahwa kekakuan struktur sudah memadai sehingga tidak terjadi
simpangan yang berlebihan.
-
C4
C2
C6
Beam 1
1932,67
588,98
454,45
2976,1
kN
kN
kN
Total
Beam 2
1932,69
588,99
454,42
2976,1
kN
kN
kN
kN
kN
kN
Ev1
310,35
kN
Ev2
Eqx + Eqy + Ev1
Eqx + Eqy + Ev2
-289,9
666,62
66,37
kN
kN
kN
Gambar IV. 64 Gaya Geser Pada Kolom Pendukung Merepresentasikan Gaya Geser yang
Ditransfer oleh TB
Besarnya gaya-gaya dapat dilihat pada tabel dibawah :
Gaya Geser yang Ditransfer Sistem Transfer
Eqx553,9
Eqy243,56
kN
kN
Beam 1
-12,5019
Beam 1
-3,1275
Beam 1
-4,1255
mm
mm
mm
Dead Load
Live Load
SDL
Uz
Uz
Uz
Beam 2
-12,5019
Beam 2
-3,1275
Beam 2
-4,1255
mm
mm
mm
GAYA GEMPA
Ux
Uy
Beam 1
20,4697
Beam 1
8,4514
mm
mm
Eqx
Eqy
Ux
Uy
Beam 2
20,4697
Beam 2
8,4514
mm
mm
Dalam melihat displacement pada titik tengah TB, digunakan juga kombinasi
pembebanan service yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menghitung gaya-gaya
dalam. Besarnya displacement yakni :
Bangunan 6 Lantai TB 800x1800
Displacement di Titik Tengah TB
uz (mm)ux (mm)
PE6,7662
PE+DL-9,8611
PE+DL+SDL+LL-12,9886
PE+DL+SDL+LL+E1-16,960921,2658
PE+DL+SDL+LL+E2-16,69577,4351
PE+DL+SDL+LL+E3-13,069621,2814
PE+DL+SDL+LL+E4-12,80447,4506
uy (mm)
3,3506
8,9136
3,3837
8,9467
Aksial
C4
C6
C2
PE
-109,69
-62,85
-109,69
38,62
-38,62
PE+DL+SDL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
-1986,92
-2266,61
-2910,61
-2820,9
-2467,16
-4799,51
-5689,41
-6347,3
-6586,95
-5324,27
-1986,96
-2266,65
-2910,67
-2820,94
-2467,22
-114,03
-142,52
-332,39
-223,86
296,5
0
0
220,29
73,01
220,29
114,03
142,53
332,41
223,85
296,51
PE+DL+SDL+LL+E4 -2377,45
-5432,92
-2377,48
-187,96
73,01
87,96
Lantai 3
Geser
C4
C6
Geser
C2
C4
C6
C2
C4
C6
-108,54
-2249,89
-2529,68
-3228,17
-3166,61
-2716,43
-2654,88
-62,85
-4991,51
-5881,41
-6558,1
-6757,75
-5397,47
-5587,12
-108,54
-2249,92
-2529,72
-3228,24
-3166,65
-2716,49
-2654,9
38,62
-106,61
-133,22
-330,22
-217,64
-296,7
-184,13
0
0
0
233,38
76,94
233,38
76,94
-38,62
106,61
133,23
330,23
217,63
296,72
184,12
Kombinasi Service
TB 800x1800
PE
PE+DL+SDL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
296,53
2818,18
3272,63
3541,79
3321,94
2951,9
2732,06
kN
kN
kN
kN
kN
kN
kN
Penulangan
4
Lantai
3
2
1
0,00
20,00
40,00
60,00
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 65 Rasio Tulangan Longitudinal Balok Bangunan 6 Lantai TB
800x1800
Dapat dilihat bahwa kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x menurun ketika di
lantai 3 dikarenakan keberadaan balok prategang yang otomatis mengurangi jumlah
tulangan non-prategang.
Tulangan Geser Balok
Hasil rasio tulangan geser balok arah x dan arah y per lantai yakni :
Rasio (kg/m3)
Lantai Geser X Geser Y
6,53,55
6
5,674,34
5
7,414,59
4
20,174,47
3
5,882,50
2
3,672,17
1
Penulangan Geser
Balok arah X
Bangunan 6 Lantai
(800x1800)
Penulangan Geser
Balok arah Y
Bangunan 6 Lantai
(800x1800)
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 66 Rasio Tulangan Geser Balok Bangunan 6 Lantai TB
800x1800
Dapat dilihat untuk kebutuhan tulangan geser balok arah x, justru lonjakan terjadi di
lantai 3 oleh karena keberadaan TB yang membutuhkan banyak tulangan geser.
Penulangan Kolom
Nilai rasio tulangan longitudinal dan transversal kolom per lantai untuk bangunan 6
lantai dapat dilihat pada tabel berikut :
Lantai
6
5
4
3
2
1
Penulangan Longitudinal
80,020
80,020
112,512
80,020
86,559
97,784
Geser arah X
3,923
1,876
3,804
1,790
1,486
1,606
Geser Arah Y
5,078
3,964
2,707
1,486
1,486
2,293
Penulangan
Longitudinal Kolom
Bangunan 6 Lantai
(800x1800)
3
2
1
0,000
50,000
100,000
150,000
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 67 Penulangan Longitudinal Kolom Bangunan 6 Lantai TB
800x1800
Penulangan Geser Kolom Bangunan 6 Lantai (800x1800)
6
5
4
Lantai
3
2
1
0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 68 Penulangan Geser Kolom Bangunan 6 Lantai TB
800x1800
Penulangan Dinding Geser (SW)
Dengan menggunakan tulangan secara uniform reinforcing, didapatkan rasio tulangan
longitudinal dan tulangan geser SW sebagai berikut :
Lantai
6
5
4
3
2
1
Longitudinal
38,34
38,34
38,34
59,82
130,37
211,66
Geser
78,36
78,36
78,36
97,41
144,55
186,67
Penulangan
Longitudinal SW
Bangunan 6 Lantai
(800x1800)
3
2
1
0
50
100
150
200
250
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 69 Penulangan Longitudinal SW Bangunan 6 Lantai TB
800x1800
Penulangan Geser SW Bangunan 6 Lantai TB
800x1800
6
5
4
Lantai
Penulangan Geser
SW Bangunan 6
Lantai (800x1800)
3
2
1
0
50
100
150
200
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 70 Penulangan Geser SW Bangunan 6 Lantai TB
800x1800
LAMPIRAN V
Bangunan 6 Lantai TB 800x1600
Spesifikasi struktur dan denah sama seperti bangunan 6 lantai pada variasi pertama.
Yang membedakan hanyalah ketinggian TB sehingga ukuran penampang TB
menjadi 800x1600.
Pembebanan yang dilakukan ialah :
Untuk pembebanan gravitasi dan gempa sama seperti bangunan pada
model-model sebelumnya.
-
= 112,61
= 450,43
Beserta momen luar akibat eksentrisitas tendon yang bekerja pada ujung
ialah : P x etumpuan = 3525,13 x 0,375 = 1321,92 kN m. Permodelan
pembebanan gaya prategang menjadi :
Periode getar, pola ragam getar, dan partisipasi massa bangunan 6 lantai TB
800x1600 dapat dilihat pada tabel berikut :
Mode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Period
0,789247
0,482621
0,329588
0,189702
0,178978
0,132866
0,107898
0,101288
0,097167
0,08749
0,081296
0,066366
0,064455
0,059591
UX
81,0652
0
0,1393
11,726
0
0
1,8532
0
1,1353
0
0,6885
0
1,6266
0
UY
0
82,9261
0
0
9,1055
1,0166
0
0,1506
0
1,5792
0
1,9604
0
1,3952
SumUX SumUY
81,06520
81,0652 82,9261
81,2046 82,9261
92,9306 82,9261
92,9306 92,0317
92,9306 93,0482
94,7838 93,0482
94,7838 93,1989
95,919 93,1989
95,919 94,7781
96,6075 94,7781
96,6075 96,7385
98,2341 96,7386
98,2341 98,1337
RZ
0,3527
0
79,8492
0,0003
0
0
6,6592
0
5,2024
0
0,8865
0
0,2706
0
SumRZ
0,3527
0,3527
80,2019
80,2022
80,2022
80,2022
86,8614
86,8614
92,0639
92,0639
92,9504
92,9504
93,221
93,221
0,04759 0,9318
0,039318
0
0,025602 0,7586
0,023895
0
0
1,0557
0
0,7356
99,166
99,166
99,9246
99,9246
98,1337 0,0094
99,1894
0
99,1894 0,2458
99,925
0
93,2304
93,2304
93,4761
93,4761
Gaya geser dasar dinamik struktur berdasarkan analisa program harus dibandingkan
dengan gaya geser dasar statik struktur yang dihitung dengan rumus V = C I Wt / R.
Gaya geser dinamik harus melebihi 80% gaya statik struktur. Perbandingan kedua
hasil dapat dilihat pada perhitungan dibawah :
Berdasarkan hasil ETABS, Vxbase dinamik = 4175,26 kN
Vybase dinamik = 4253,98 kN
Cx
I
Rx
0,75
1
5,5
Massa
Wt
3562,0567
34943,77623
Vx
Vy
Cy
I
Ry
kN
V = C I Wt / R
kN0.8 Vx
4765,060395
kN0.8 Vy
4765,060395
0,75
1
5,5
3812,048
3812,048
kN
kN
Vx dan Vy dinamik sudah lebih besar daripada 80% V statik oleh karena itu faktor
perbesaran untuk pembebanan gempa tidak perlu dilakukan.
-
Berdasarkan analisa dinamik yang dilakukan ETABS, didapatkan grafik gaya geser
lantai struktur bangunan 6 lantai TB 800x1600 ialah sebagai berikut :
2
1
0
Kinerja Layan : simpangan antar tingkat tidak boleh melebihi 0,03/R * h lantai.
Kinerja Ultimit : simpangan antar tingkat dikali dengan faktor 0,7R, hasilnya tidak
boleh melebihi 0,02 * h lantai.
Hasil perhitungan kinerja layan dan ultimit bangunan dapat dilihat pada grafik berikut
:
Drift Bangunan 6 Lantai 800x1600 akibat eqx
6
5
Drift x
Drift y
4
Lantai
3
Batas Layan
Batas Ultimit
Drift Ultimit x
Drift Ultimit y
0
20
40
60
80
100
Drift (mm)
Gambar IV. 74 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan
Gempa x
4
Lantai
Drift y
Batas Layan
Batas Ultimit
Drift Ultimit x
2
1
Drift Ultimit y
0
20
40
60
80
100
Drift (mm)
Gambar IV. 75 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan
Gempa y
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa nilai simpangan antar-lantai bangunan tidak
melebihi batas baik simpangan layan maupun simpangan ultimit. Hal ini
menunjukkan bahwa kekakuan struktur sudah memadai sehingga tidak terjadi
simpangan yang berlebihan.
-
C2
C4
Gambar IV. 76 Sistem Transfer Bangunan 6 Lantai TB
800x1600
C6
Beam 1
1769,17 kN
552,76
kN
426,91
kN
2748,84 Total
Beam 2
1769,17
552,76
426,91
2748,84
kN
kN
kN
kN
kN
kN
Ev1
kN
Ev2
Eqx + Eqy + Ev1
Eqx + Eqy + Ev2
284,59
-265,38 kN
617,13 kN
67,16 kN
Gambar IV. 77 Gaya Geser Pada Kolom Pendukung Merepresentasikan Gaya Geser yang
Ditransfer oleh TB
Besarnya gaya-gaya dapat dilihat pada tabel dibawah :
Gaya Geser yang Ditransfer Sistem Transfer
Eqx505,53
Eqy241,95
kN
kN
Beam 1
-14,5623
Beam 1
-3,7286
Beam 1
-4,9158
mm
mm
mm
Dead Load
Live Load
SDL
Uz
Uz
Uz
Beam 2
-14,5623
Beam 2
-3,7286
Beam 2
-4,9158
mm
mm
mm
GAYA GEMPA
Ux
Uy
Beam 1
20,5823
Beam 1
8,4284
mm
mm
Eqx
Eqy
Ux
Uy
Beam 2
20,5823
Beam 2
8,4284
mm
mm
Dalam melihat displacement pada titik tengah TB, digunakan juga kombinasi
pembebanan service yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menghitung gaya-gaya
dalam. Besarnya displacement yakni :
Bangunan 6 Lantai TB 800x1600
Displacement di Titik Tengah TB
uz (mm)ux (mm)
PE7,1659
PE+DL-12,3122
PE+DL+SDL+LL-16,0408
PE+DL+SDL+LL+E1-20,428721,4379
PE+DL+SDL+LL+E2-20,3087,5387
PE+DL+SDL+LL+E3-15,892221,4555
PE+DL+SDL+LL+E4-15,77157,5562
uy (mm)
3,3918
8,926
3,4286
8,9627
C2
-110,17
Aksial
C4
-79,18
C6
-110,16
C2
38,22
Geser
C4
0
C6
-38,22
-1951,59
-2229,83
-2850,12
-2771,91
-2416,91
-2338,7
-4635,23
-5503,63
-6135,64
-6320,5
-5069,29
-5254,15
-1951,63
-2229,87
-2850,19
-2771,95
-2416,97
-2338,73
-109,95
-138,06
-312,27
-213,86
-277,59
-179,18
0
0
202,4
67,15
202,4
67,15
109,95
138,07
312,29
213,86
277,6
179,17
Geser
C2
C4
C6
C2
C4
C6
-108,97
-2215,01
-2493,45
-3168,14
-3118,07
-2666,52
-2616,45
-79,18
-4827,23
-5695,63
-6356,44
-6541,3
-5232,49
-5417,35
108,96
-2215,05
-2493,49
-3168,21
-3118,11
-2666,58
-2616,48
35,5
-102,73
-128,97
-310,9
-208,08
-278,54
-175,72
0
0
0
215,03
70,94
215,03
70,94
-35,5
102,74
128,98
310,92
208,07
278,55
175,71
Kombinasi Service
TB 800x1600
PE
PE+DL+SDL
PE+DL+SDL+LL
PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2
PE+DL+SDL+LL+E3
PE+DL+SDL+LL+E4
Penulangan
314,11
2636,04
3062,95
3360,9
3156,99
2820,16
2616,25
kN
kN
kN
kN
kN
kN
kN
Lantai
6
5
4
3
2
1
Penulangan Longitudinal
Balok arah X (800x1600)
Penulangan Longitudinal
Balok arah Y (800x1600)
3
2
1
0,00
20,00
40,00
60,00
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 78 Rasio Tulangan Longitudinal Balok Bangunan 6 Lantai TB
800x1600
Dapat dilihat bahwa kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x menurun ketika di
lantai 3 dikarenakan keberadaan balok prategang yang otomatis mengurangi jumlah
tulangan non-prategang.
Tulangan Geser Balok
Hasil rasio tulangan geser balok arah x dan arah y per lantai yakni :
Rasio (kg/m3)
Lantai Geser X Geser Y
6,6
5,66
7,8
22,79
5,91
4,16
3,7
4,27
4,5
4,48
2,17
2,17
3
2
1
0,00
Penulangan Longitudinal
80,020
80,020
117,265
80,020
86,506
97,83
Geser arah X
4,148
1,915
3,92
1,193
1,486
1,603
Geser Arah Y
4,392
3,266
2,707
1,486
1,486
2,289
Penulangan
Longitudinal Kolom
Bangunan 6 Lantai
(800x1600)
3
2
1
0,000
50,000
100,000
150,000
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 80 Penulangan Longitudinal Kolom Bangunan 6 Lantai TB
800x1600
Penulangan Geser Kolom Bangunan 6 Lantai (800x1600)
6
5
4
Lantai
3
2
1
0,000
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 81 Penulangan Geser Kolom Bangunan 6 Lantai TB
800x1600
Penulangan Dinding Geser (SW)
Dengan menggunakan tulangan secara uniform reinforcing, didapatkan rasio tulangan
longitudinal dan tulangan geser SW sebagai berikut :
Lantai
6
5
4
3
2
1
Longitudinal
38,34
38,34
38,34
61,35
131,9062
213,197
Geser
78,36
78,36
78,36
97,41
146,56
186,93
Penulangan
Longitudinal SW
Bangunan 6 Lantai
(800x1600)
3
2
1
0
50
100
150
200
250
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 82 Penulangan Longitudinal SW Bangunan 6 Lantai TB
800x1600
Penulangan Geser SW Bangunan 6 Lantai
6
5
4
Lantai
Penulangan Geser SW
Bangunan 6 Lantai
(800x1600)
3
2
1
0
50
100
150
200
Rasio (kg/m3)
Gambar IV. 83 Penulangan Geser SW Bangunan 6 Lantai TB
800x1600
91