Professional Documents
Culture Documents
Tersebarnya bagaimana?
menyentuh dan memijit kulit yang terkena misalnya pada bisul atau luka,
memakai handuk, pakaian atau seprai kotor yang telah dipakai oleh orang
yang terkena
Infeksi MRSA
menggunakan alat rias yang telah dipakai oleh orang yang terkena infeksi
MRSA,
tidak teliti mencuci tangan.
Cucilah tangan:
sebelum dan sesudah menyentuh atau membalut bagian yang terkena,
sesudah ke WC,
sesudah membuang ingus,
sebelum menangani atau makan makanan,
sebelum memegang bayi baru lahir,
sesudah menyentuh atau menangani pakaian atau kain yang belum dicuci.
Cara Mencuci
Cucilah baik-baik semua bagian tangan dengan sabun dan kucuran air. Bilas
dan keringkanlah sesudah dicuci. Tutupilah bisul dan infeksi kulit lainnya.
Tutupilah bisul dan infeksi kulit lainnya di siang hari dengan balut kedap air.
Anak yang terkena Impetigo (lepuh kecil atau luka berkerak berwarna madu
pada kulit yang disebabkan kuman Staphylococcus atau Streptococcus)
seyogyanya jangan dulu ke sekolah atau penjagaan anak sampai sudah
sehari penuh diobati.
Jangan pinjam-meminjam
handuk, pakaian atau seprai kotor dan kalau tidur seranjang dengan orang
lain, lukanya harus terbalut di malam hari,
alat rias misalnya gunting kuku, pinset, pisau cukur dan sikat gigi.
Cucilah handuk, pakaian, seprai dan barang lain yang mungkin mengandung
nanah atau MRSA di mesin cuci. Suhu yang mesti dipasang jangan
dikuatirkan.
Keringkan pakaian dan kain di bawah sinar surya karena sinarnya membunuh
kuman. Sendok, garpu, piring dsb boleh dicuci seperti biasa.
Awalnya, Tanya sedang memotong seledri dan tanpa sengaja jarinya terluka.
Saat itu Tanya berpikir kecelakaan kecil itu adalah hal biasa, dia hanya
membersihkan luka dengan alkohol dan memplesternya dan kemudian
bekerja lagi.
Dalam waktu 60 jam jarinya habis dimakan bakteri. Tanya tertular bakteri
pemakan daging dan 9 dokter harus bekerja mati-matian untuk
menyelamatkan hidupnya. Para dokter menyaksikan bagaimana bakteri
mematikan itu melompat dari lengan ke dadanya tepat di depan mata
mereka.
"Bahkan cocokan peniti bisa langsung ke paru-paru dan aku bisa mati," kata
Tanya memperlihatkan rangka tulangnya seperti dikutip dari doctoroz.com,
Kamis (1/10/2009).
Pengalaman seseorang :
saya punya pengalaman di rumah sakit untuk menangani kasus ini, prosedur
intinya bahwa kita harus melakukan isolasi terhadap kasus MRSA, untuk
mencegah penularan kepada orang lain. Pasien dipisahkan di ruang
tersendiri (isolasi), meminimalkan kontak langsung, alat-alat dipisahkan
dengan pasien yg lain.
MRSA sumbernya bisa dari luka infeksi atau dalam darah, jika ditemukan
bakteri staphylococcus pada luka tersebut maka dilakukan MRSA screening.
MRSA screening dilakukan dengan swab (usapan) pada kulit kepala, ketiak,
daerah antara jari-jari, area pangkal paha,rongga hidung. Swab tersebut
dikirim ke Laboratorium untuk mengetahui bakteri MRSA yang berada
dipermukaan kulit. Luka yang terinfeksi seperti biasa dilakukan perawatan
luka, namun jika pada daerah2 permukaan kulit yang diketahui positif MRSA
maka di anjurkan mencuci/mandi dengan cairan anti-microbial (ada cairan
HIBISCRUB) paling tidak 3x sehari.
Untuk obat -obatan untuk MRSA yang dipakai secara suntikan Intravenous
kita memakai Vancomycin atau Teicoplainin. Ada juga untuk bentuk salepnya yaitu Bactroban (bisa dioleskan pada rongga hidung).
tersebut sudah bebas dari MRSA namun perlu diulang MRSA screening satu
bulan berikutnya.
Gan, MRSA bukan suatu penyakit, tetapi suatu keadaan tubuh terinfeksi
bakteri (bisa juga secondary infection) yang memerlukan pengobatan
antibiotik.
Ini pengalaman saya di rumah sakit, namun kasus ditempat saya sekarang
ini sudah jarang terjadi. Banyak sumber-sumber ttg MRS