Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Mata merah merupakan keluhan utama yang paling sering muncul pada
penderita penyakit mata. Keluhan mata merah ini bervariasi dari yang ringan sampai
yang disertai penurunan visus.
Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat
melalui bagian konjungtiva dan kapsul tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia
konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun
berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah.
Pada konjungtiva terdapat dua pembuluh darah yaitu arteri konjungtiva
posterior yang memperdarahi konjungtiva bulbi dan arteri siliar anterior atau
episklera. Arteri siliar anterior/episklera memberikan tiga cabang yaitu arteri
episklera masuk ke dalam bola mata dan bergabung dengan arteri siliar posterior
longus membentuk arteri sirkular mayor/pleksus siliar yang memperdarahi iris dan
badan siliar,arteri perikornea memperdarahi kornea dan arteri episklera yang terletak
dia atas sklera dan merupakan bagian arteri siliar anterior yang memberikan
perdarahan ke dalam bola mata.
Mata merah disebabkan pelebaran pembuluh darah konjungtiva yang terjadi
pada peradangan akut. Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah juga dapat
terjadi akibat pecahnya salah satu dari kedua pembuluh darah di konjungtiva,
sehingga darah tertimbun di bawah jaringan konjungtiva.
Meskipun mata merah biasanya hasil dari kelainan yang tidak berarti, dalam
beberapa kasus mungkin merupakan tanda serius dari kemungkinan kondisi yang
mengancam penglihatan.
Penegakan diagnosis yang tepat dan evaluasi dini merupakan hal yang sangat
penting pada keluhan mata merah agar pegangan yang diberikan efektif, tepat dan
efisien.
BAB II
PENDARAHAN DAN INJEKSI PADA ORBITA
A.PENDARAHAN MATA 2
Pemasok arteri utama orbita dan bagian-bagiannya berasal dari arteri ofthalmica,
yaitu cabang besar pertama arteria carotis interna bagian cranial. Cabang ini berjalan
dibawah nervus opticus dan bersamanya melewati kanalis optikus menuju orbita.
Cabang intraorbital pertama adalah arteri centralis retinae yang memasuki nervus
opticus sekitar 8-15 mm di belakang bola mata. Cabang-cabang lain arteri oftalmica
adalah arteri lacrimalis, yang mempendarahi glandula lacrimal dan kelopak mata
atas ; cabang muskularis ke berbagai otot orbita ; arteri ciliaris longus dan brevis ;
arteri palpebrales mediales ke kedua kelopak mata ; dan arteri supraorbitalis serta
suprathoclearis. Arteriae ciliares posteriors breve mendarahi koroid dan bagianbagian nervus opticus. Kedua arteri ciliaris posterior longa mendarahi corpus ciliare,
beranastomosis satu dengan yang lain, dan bersama arteria ciliaris anterior
membentuk circulus arteriosus major iris. Arteria ciliaris anterior berasal dari cabangcabang muskularis dan menuju ke musculi recti. Arteri ini memasok darah ke slera,
epislera, limbus, dan conjungtiva, serta ikut memberntuk circulus arterialis major iris.
Cabang-cabang arteri oftalmica yang paling anterior membentuk aliran arteri yang
B. INJEKSI KONJUNGTIVAL
Melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior atau injeksi
konjungtival dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi, ataupun infeksi pada
jaringan konjungtiva. Injeksi konjungtival ini mempunyai tanda-tanda :
Ukuraan pembuluh darah makin besar ke bagian perifer karena asalnya dari
bagian perifer atau arteri siliar anterior.
Gatal
Ukuran sangat halus terletak di sekitar kornea, paling padat sekitar kornea dan
berkurang ke arah forniks.
Hanya lakrimasi
Terdapat fotofobia
Pada penyakit tertentu dapat menyebabkan pupil ireguler (Iritis) dan lebar
(glaucoma)
Injeksi
siliar/
Injeksi episkleral
Asal
A.Conjungtiva
perikorneal
A siliar
Memperdarahi
posterior
Konjungtiva bulbi
Kornea
Lokalisasi
Warna
Arah aliran / lebar
Konjungtiva
Konjungtiva
Merah
Ke perifer
Ikut bergerak
anterior
Dasar konjungtiva
Ungu
Ke sentral
Tidak ikut bergerak
Episklera
Merah gelap
Ke sentral
Tidak bergerak
digerakkan
Dengan
epinefrin
Menciut
Tidak menciut
Tidak menciut
1:1000
Penyakit
Konjungtiva
Glaucoma,
A.siliar longus
segmen
Intraocular
endoftalmitis,
Sekret
Penglihatan
+
Normal
Menurun
panoftalmitis
Sangat turun
GambarInjeksi episkleral
Mata merah yang disebabkan injeksi siliar atau injeksi konjungtival dapat
memberikan gejala bersama-sama dengan keluhan tambahan seperti:
a. Penglihatan menurun
b. Terdapat atau tidak terdapatnya secret
c. Terdapat peningkatan tekanan bola mata pada keadaan tertentu,sehingga
diperlukan pemeriksaan tekanan bola mata.
Mata merah dapat dibagi menjadi mata merah dengan visus normal ataupun mata
merah dengan visus terganggu akibat keruhnya media penglihatan bersama-sama
mata yang merah yang selanjutnya akan dibahas pada bab berikutnya.
BAB III
MATA MERAH DENGAN VISUS NORMAL
1. Episkleritis
Definisi
Reaksi radang jaringan ikat vascular yang terletak antara konjungtiva dan
permukaan sklera. 1,2
Etiologi
-
Epiksleritis simple
Episkleritis nodular
Tanda dan gejala
Umumnya unilateral
Mata kering
Gambaran khusus : benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah
ungu di bawah kojungtiva yang apabila konjungtiva atasnya ditekan akan
menimbulkan rasa sakit yang menjalar disekitar mata.
Kadang
kadang,
yang
2. Skleritis
Definisi
Merupakan reaksi peradangan dari sclera, biasanya disebabkan kelainan atau
penyakit sistemik. Lebih sering disebabkan penyakit jaringan ikat, pasca
herpes, sifilis dan gout. 1,2
Etiologi
-
Mengancam kebutaan
Klasifikasi
Perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis, dan dagu
10
Onset mendadak
Dalam kasus yang parah skleritis nekrosis, slklera dapat menjadi transparan
karena peradangan kronis, mengungkapkan biru gelap yang mendasari koroid
tersebut.
Manajemen
Selain obat sikoplegik (scopolamine 0,25% atau atropine 1%) ,juga diberi
OAINS (ibuprofen 600mg)
Jika peradangan parah atau necrotizing, atau jika non-steroidals sendiri gagal
untuk menekan peradangan, gunakan steroid sistemik seperti prednison oral
80 mg kafein QD selama dua sampai tiga hari, lalu perlahan-lahan tapering
off 10 sampai 20mg setiap hari.
Penyulit
Keratitis perifer
Glaukoma
Granuloma subretina
11
Uveitis
3.
Perdarahan subkonjungtiva
Definisi
Dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi,
arteriosclerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan,
dan batuk rejan). Dapat juga terjadi akibat trauma. 1,3
Etiologi
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi pada semua ras, umur, dan jenis
kelamin dengan proporsi yang sama. Beberapa penyebab yang daat
menyebabkan perdarahan subkonjungtiva antaralain,
1. Spontan/idiopatik biasanya yang ruptur adalah pembuluh darah
konjungtiva.
2. Batuk, berusaha, bersin, muntah.
3. Hipertensi. Pembuluh darah konjungtiva merupakan pembuluh darah
yang rapuh,sehingga jika ada kenaikan tekanan mudah ruptur sehingga
menyebabkan perdarahan subkonjungtiva.
4. Gangguan perdarahan yang diakibatkanoleh penyakit hati, diabetes,
SLE, dan kekurangan vitamin C, gangguan faktor pembekuan.
5. Penggunaan antibiotik, NSAID, steroid, vitamin D, kontrasepsi.
6. Infeksi sistemik yang menyebabkan demam seperti meningococcal
septicemia, scarlet fever, typhoid fever, cholera, rickettsia, malaria,
12
Manajemen
Perdarahan subkonjungtiva sebenarnya tidak memerlukan pengobatan karena
darah akan terabsorbsi dengan baik selama 3 -4 minggu. Tetapi untuk
mencegah perdarahan yang semakin meluas beberapa dokter memberikan
vasacon (vasokonstriktor) dan multivitamin.
Airmata
buatan
untuk
13
4. Pterigium
Definisi
Merupakan pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif
dan invasif. 1,2,3
Gejala
terdapat selaput pada mata berbentuk segitiga, biasanya di sisi nasal, yang
meluas ke arah kornea dengan puncaknya di bagian sentral/kornea, timbul
semacam garis besi dan penglihatan menurun.
Tanda
Pada konjungtiva bulbi tampak pterigium yang tumbuh menyebar kea rah
kornea dan sedang mengalami peradangan (sebabkan mata merah), timbul
iron line dari Stocker yang terletak di hujung pterigium, dapat disertai keratitis
pungtata dan dellen (penipisan kornea akibat kering) dan dapat muncul
astigmatisme irregular.
Klasifikasi Pterygium
Secara klinis Pterigium terbagi atas :
o Grade I
o Grade II
14
Diagnosis
Pasien biasa tidak datang dengan keluhan apabila masih pada tipe 1. Pada
pasien tipe 2 dan 3 dapat terjadi keluhan visus yang menurun. Selain itu
karena pterigium ini mudah meradang, pada saat fase peradangan akan
ditemukan tanda-tanda iritasi non spesifik seperti fotofobia, sensasi benda
asing, dan mata berair secara kontinyu. Dapat juga timbul rasa nyeri yang di
provokasi oleh mikroulserasi kornea pada bagian kepala dari pterygium.
Pada pterygium yang berprogresi terus menerus kadang dapat terjadi
penglihatan ganda akibat terganggunya motilitas okular karena jaringan
konjungtiva yang terluka.
Pengobatan
Tindakan non bedah
Tindakan non bedah meliputi pemberian lubrikasi dengan tetes mata buatan
atau tetes mata dekongestan untuk mengurangi keluhan iritasi, tetes mata dan
salep steroid juga dapat di berikan untuk mengurangi reaksi peradangan. Tetes
mata vasokonstriktor juga dapat diberikan untuk mengurangi keluhan mata
merah. Obat-obat ini tidak menghambat progresifitas pterigium.
Tindakan bedah
15
Pengobatan pterigium tipe progresif yang merah, tebal dan meradang lebih
sulit bila dibandingkan dengan tipe nonprogresif yang putih, tipis dan
avaskular. Beberapa peneliti menganjurkan pemberian obat-obat, seperti obat
steroid topikal sebelum tindakan bedah.
Tindakan bedah dapat dilakukan bila pterigium
menyebabkan gangguan
16
PTERIGIUM
PSEUDOPTERIGIUM
Selalu di fisura palpebra
Sembarang lokasi
Bisa
progresif
atau Selalu stasioner
3.Riwayat
stasioner
Ulkus kornea (-)
penyakit
4.Tes sondase
Negatif
Positif
Penatalaksanaan
Pseudopterygium tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan, kecuali
sangat mengganggu visus, atau alasan kosmetik. Bisa dengan melakukan lisis
dari adhesinya, eksisi pada konjugtiva yang terluka, dan penutupan defeknya
dengan free conjunctival graft yang didapat dari bagian temporal.
6. Pinguekula iritans (pinguekulitis)
Definisi
Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada
orang tua terutama yang matanya sering mendapat rangsang sinar matahari,
debu, dan angin. 1,2
Patogenesis
Patogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa rangsangan luar
mempunyai peranan pada timbulnya pinguekula. Sebagai rangsangan luar
antara lain adalah panas, debu, sinar matahari, udara kering1.
Gejala
17
Benjolan kecil kuning pada kedua sisi kornea di daerah fissure palpebra yang
ukurannya tetap dan mengalami iritasi.
Tanda
Konjungtiva bulbi banyak pinguekula disertai injeksi konjungtiva.
Pengobatan
Biasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/ radang akut yang disebut
pinguekulitis, maka diberikan steroid lemah.
Pencegahan
Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan.
7. Hordeolum
Definisi
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang
terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna.
Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah
infeksi kelenjar Zeiss atau Moll. 1,4
18
Hordeolum externum
Hordeolum Internum
Etiologi
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.
Faktor resiko
o Penyakit kronik.
o Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
o Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
o Diabetes
o Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
o Riwayat hordeolum sebelumnya
o Higiene dan lingkungan yang tidak bersih
o Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.
Patofisiologi
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau
Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang
terletak didalam tarsus.Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi
pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari
komplikasi blefaritis.
Gejala
19
Pembengkakan kelopak mata, mata merah, Rasa nyeri pada kelopak mata,
Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata, mata jadi
sipit, Riwayat penyakit yang sama sebelumnya.
Tanda
injeksi konjungtiva, Edema, Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata,
Seperti gambaran absces kecil, pseudoptosis/ptosis. Bagi hordeolum
externum, penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak manakala bagi
hordeolum internum, penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsalis.
Penatalaksanaan
Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari.
o Umum
1.Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
2.Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau
sampoyang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat
mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.
3.Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan
infeksi yang lebih serius.
4.Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi
penyebab infeksi.
5.Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.
o Obat
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam
tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah
hordeolum.
1.Antibiotik topikal : Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4
jam selama 7-10 hari.
20
Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna
dan hordeolum interna ringan.
2. Antibiotik sistemik : Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau
terdapat tanda pembesarankelenjar limfe di preauricular.
Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat.
Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari
selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan
clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500
mg 2 kali sehari selama 7 hari.
o Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur
pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan
pantokaintetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain
di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila:
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
padamargo palpebra.
Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah
dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.
8. Kalazion
Definisi
Kalazion adalah suatu lipogranuloma yang terjadi akibat sumbatan pada
kelenjar Meibom, menyebabkan terbentuknya suatu nodul pada palpebra yang
bersifat keras dan tidak nyeri. 1,2
21
Patofisiologi
Produk-produk hasil pemecahan lipid (lemak), mungkin dari enzimenzim bakteri yang berupa asam lemak bebas, mengalami kebocoran dari jalur
sekresinya memasuki jaringan di sekitarnya dan merangsang terbentuknya
respon inflamasi. Massa yang terbentuk dari jaringan granulasi dan sel-sel
radang ini membentuk kalazion. Hal ini dapat membedakan kalazion dari
hordeolum, yang merupakan reaksi radang akut dengan leukosit PMN dan
nekrosis disertai pembentukan pus. Namun demikian, hordeolum dapat
menyebabkan terbentuknya kalazion, dan sebaliknya. Pada pemeriksaan fisik,
dapat ditemukan nodul tunggal yang tidak lunak yang terdapat di dalam
palpebra, berbeda dari hordeolum yang terdapat lebih superfisial. Pada
pembalikan kelopak mata mungkin dapat ditemukan pembesaran kelenjar
Meibom dan penebalan kronis pada kelenjar yang berkaitan.
Etiologi
Kalazion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada orifisium
kelenjar atau karena adanya hordeolum. Kalazion dikaitkan dengan seborrhea,
blefaritis kronik, dan akne rosasea. Higiene yang buruk pada palpebra dan
faktor stress juga sering dikaitkan dengan terjadinya kalazion.
Gejala
Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra
baru-baru
ini,
diikuti
dengan
peradangan
akut
(misalnya
merah,
22
23
Involusi : Paling sering terjadi sebagai akibat dari proses penuaan. Seiring
dengan meningkatnya usia maka terjadi degenerasi progresif jaringan
fibrous dan elastik kelopak mata bawah. Gangguan ini paling sering
ditemukan pada kelopak bawah dan merupakan akibat gabungan
kelumpuhan otot-otot retraktor kelopak bawah, migrasi ke atas muskulus
orbikularis preseptal, dan melipatnya tepi tarsus atas.
Sikatrik : Dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan
oleh jaringan parut di konjungtiva atau tarsus. Patologi dasarnya yaitu
memendeknya lamella posterior akibat berbagai sebab. Gangguan ini paling
sering ditemukan pada penyakit-penyakit radang kronik seperti trakoma.
24
.
Pengobatan
Pengobatan entropion adalah operasi plastik atau suatu tindakan tarsotomi
pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk memutar keluar kelopak
mata efektif pada semua jenis entropion. Sebuah tindakan sementara yang
bermanfaat pada entropion evolusional adalah dengan menarik kelopak mata
bawah dan menempelkannya dengan tape ke pipi; tegangannya mengarah
ketemporal dan inferior.
Operasi entropion transkonjungtiva merupakan prosedur yang aman dan lebih
efisien pada entropion involusi. Pada entropion sikatrik dilakukan tarsotomi
dari Wheeler dengan modifikasi dari DR.Sie Boen Lian.
10. Ektropion
Definisi
25
Kelainan posisi kelopak mata di mana tepi kelopak mata mengarah ke luar
sehingga bagian dalam kelopak(konjungtiva tarsal) berhubungan langsung
dengan dunia luar. 1,2,7
Etiologi
Bisa kelainan bawaan (konginetal), paralisis nervusfasialis (suatu kelumpuhan
nervus fasialis yang dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada akson, selsel schwan dan selubung mielin yangdapat mengakibatkan kerusakan saraf
otak), senil (katarak yang berkaitan dengan usia), spastik (kekejangan otot).
o Kebanyakan kasus ektropion terjadi akibat pengenduran jaringan
kelopak mata akibat penuaan.
o Beberapa kasus terjadi karena adanya jaringan parut pada kelopak
mata akibat luka bakar kimia maupun panas, truma, kanker kulit
atau pembedahan kelopak mata.
o Kadang ektropion merupakan bawaan lahir akibat pembentukan
kelopak mata yang tidak sempurna.
Gejala
Kelopak dan bulu mata bagian bawah membalik ke dalam ke arah bolamata,
dimana kelopak dan bulu mata bagian bawah membalik ke arah luar, mata
merah, kelopak jadi bengkak, mata berair.
Tanda
hiperemis palpebra, injeksi konjungtiva, edema palpebra, epifora, lagoftalmos
yang bisa menyebabkan konjungtivitis dan keratitis.
26
Penatalaksanaan
o Ektropion harus diperbaiki melalui pembedahan sebelum gesekan
kelopak dan bulu mata menyebabkan kerusakan kornea.
o Pembedahan biasanya dilakukan dengan bius lokal dan penderita
tidak perlu dirawat.
o Dilakukan pengencangan kelopak mata. Setelah pembedahan, mata
ditutup selama 24 jam dan diberi salep antibiotik selama sekitar 1
minggu.
27
11. Blefaritis
Definisi
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata, sering mengenai bagian kelopak
mata dan tepi kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak
pada tepi kelopak mata, biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
Blefaritis adalah peradangan bilateral sub akut/menahun pada tepi kelopak
mata (margopalpebra).Blefaritis adalah inflamasi pada pinggir kelopak mata
biasanya disebabkan oleh sthapilokokus. 1,5,8
Patofisiologi
o Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata.
Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada
jaringan ,kerusakan sistem imun atau kerusakan yang disebabkan oleh
produksi toksin bakteri , sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi
kelopak mata dapat ditingkatkan dengan adanya dermatitis seboroik
dan kelainan fungsi kelenjar meibom.
Etiologi
o Terdapat 2 jenis blefaritis, yaitu :
1. Blefaritis anterior : mengenai kelopak mata bagian luar depan
(tempat melekatnya bulumata). Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus dan
seborrheik.
Blefaritis
Staphylococcus
aureus,
stafilokok
yang
dapat
sering
disebabkan
ulseratif,
atau
infeksi
dengan
Staphylococcus
epidermidis atau stafilokok koagulase-negatif. Blefaritis seboroik(nonulseratif) umumnya bersamaan dengan adanya Pityrosporum ovale.
2. Blefaritis posterior : mengenai kelopak mata bagian dalam (bagian
kelopak mata yanglembab, yang bersentuhan dengan mata). Penyebabnya
adalah kelainan pada kelenjar minyak. Dua penyakit kulit yang bisa
menyebabkan blefaritis posterior adalah rosasea dan ketombe pada kulit
kepala (dermatitis seboreik).
Klasifikasi
28
1. Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka
pengobatan yangterbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid
dan sulfisolksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan
kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan
manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom
(Meibormianitis), yang biasanya menyertai.
2. Blefaritis Seboroik
Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun),
dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret
yang keluar dari kelenjar Meiborn,air mata berbusa pada kantus lateral,
hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat
terbentuk
kalazion,
hordeolum,
madarosis,
poliosis
dan
jaringan
minyak.
Blefaritis
ini
berjalan
bersama
dermatitik
29
membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid
setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien.Penyulit yang
dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah keratitis, konjungtivitis.
4. Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak
akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng
berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang
yang kecil dan mengeluarkan dfarah di sekitarbulu mata. Pada blewfaritis
ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat
akan
luka
dengan
disertai
perdarahan.
Penyakit
bersifat
sangat
infeksius.Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel
rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).Pengobatan dengan
antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis ulseratif dapat
dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya disebabkan
stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan
harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia.Penyulit adalah
madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut,
trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila
ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga
dapat berakibat trikiasis.
5. Blefaritis angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi
kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai
sudut kelopak mata (kantus eksternus daninternus) sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefaririsangularis
disebabkan
Staphylococcus
aureus.
Biasanya
kelainan
ini
bersifat
30
Blefaritis seboroika
Tanda
injeksi konjungtiva, Skuama pada tepi kelopak , Jumlah bulu mata berkurang,
Obstruksi dan sumbatan duktus meibom, Sekresi Meibom keruh, Injeksi pada
tepi kelopak , Abnormalitas film air mata, fotofobia, krusta (+).
Diagnosa
31
harus
diobati.
Jika
terdapat
kutu,
bisa
dihilangkan
32
b. Objektif
1. Injeksi Konjungtiva
Pelebaran pembuluh a. konjungtiva posterior, yang memberi gambaran
berkelok-kelok, merah dari bagian perifer konjungtiva bulbi menuju
kornea dan ikut bergerak apabila konjungtiva bulbi digerakkan.
2. Folikel
Kelainan berupa tonjolan pada jaringan konjungtiva, besarnya kirakira 1mm. tonjolan ini mirip vesikel. Gambaran permukaan folikel
landai, licin abu-abu kemerehan karena adanya pembuluh darah dari
pinggir folikel yang naik kearah puncak folikel.
3. Papil raksasa (Coble-stone)
Cobble-stone berbentuk polygonal tersusun berdekatan dengan
permukaan datar. Pada coble-stone pembuluh darah berasal dari bawah
sentral.
4. Flikten
Tonjolan berupa sebukan sel-sel radang kronik di bawah epitel
konjungtiva
atau
kornea,
berupa
suatu
mikro-abses,
dimana
33
dengan
blefaritis),
S.Epidermidis,
Streptococcus
dan
memasuki
tahap
menahun)
dan
dalam
darah
dan
meninges,
hasil
akhir
konjungtivitis
34
Konjungtivitis Virus
1. Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
a). Demam Faringokonjungtival
Laboratorium
35
Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri,
umumnya dalam sekitar 10 hari.
b). Keratokonjungtivitis Epidemika
Laboratorium
36
Penyebaran
Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi
melalui jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang
steril, atau pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan mata,
terutama anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat ujung penetes
obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu
dapat bertahan dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran.
Pencegahan
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan
memakai penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan
unit-dose. Cuci tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan
pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata khususnya
tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan
dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan
dikeringkan dengan hati-hati.
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan
mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut
dapat memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen
antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial.
37
Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika
konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear,
namun jika pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat
kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel
konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan
Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya
sel sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic.
Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung
kain kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke
jaringan biakan.
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang
dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun,
38
Epidemiologi
Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic
besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali
diketahui di Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh
coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini pendek (8-48 jam) dan
berlangsung singkat (5-7 hari).
39
Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh
fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air.
Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari
Terapi
Tidak ada pengobatan yang pasti.
2. Konjungtivitis Virus Menahun
a). Blefarokonjungtivitis
Molluscum Contagiosum
Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis
mata dapat menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral,
keratitis superior, dan pannus superior, dan mungkin menyerupai
trachoma. Reaksi radang yang mononuclear (berbeda dengan reaksi
pada trachoma), dengan lesi bulat, berombak, putih mutiara, nonradang dengan bagian pusat, adalah khas molluscum kontagiosum.
Biopsy menampakkan inklusi sitoplasma eosinofilik, yang memenuhi
seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu sisi.
40
Laboratorium
Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebra
Terapi
Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10
41
2. Konjungtivitis Alergi
42
sedikit
penambahan
pembuluh
pada
palpebra
dan
43
Diagnosis
Ditemukan adanya tanda-tanda radang konjungtiva
Ditemukan adanya giant papil pada konjungtiva palpebra superior
Ditemukan adanya tantras dot pada limbus kornea
Kadang disertai shield ulcer
Bersifat kumat-kumatan
Gejal danTanda :
Mata merah (biasanya rekuren)
Kadang disertai rasa gatal yang hebat
Adanya riwayat alergi
Adanya hipertrofi papil difus pada konjungtiva tersal terutama
superior
Adanya penebalan limbus dengan tantras dot
Discharge mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat
infeksi sekunder
Terapi
Kasus ringan : terapi edukasi (menghindari allergen, kompres dingin,
ruangan sejuk, lubrikasi, salep mata), pemberian antihistamin (topical
levokabastin,
emestadine),
vasokonstriktor
(phenileprine,
44
inferior.
Berbeda
dengan
papilla
raksasa
pada
keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. Tandatanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit
setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis
perifer superficial yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat,
seluruh kornea tampak kabur dan bervaskularisasi, dan ketajaman
penglihatan.
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada
pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita
dermatitis atopic sejak bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat
siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti
dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut-larut
dan
sering
mengalami
eksaserbasi
dan
remisi.
Seperti
45
Terapi
Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari),
astemizole (10 mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu
tidur, dinaikkan sampai 200 mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat
antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan
iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini.
Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada
kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan
transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya.
3. Konjungtivitis Neonatorum
- Definisi
Oftalmia Neonatorum (Konjungtivitis Neonatorum) adalah suatu
infeksi mata pada bayi baru lahir yang didapat ketika bayi melewati
-
jalan lahir.
Penyebab
Berbagai organisme bisa menyebabkan infeksi mata pada bayi baru
lahir, tetapi infeksi bakteri yang berhubungan dengan proses
persalinan,
yang
paling
banyak
ditemukan
dan
berpotensi
46
(purulen).
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan
4. Trakoma
- Definisi
Trakoma (Konjungtivitis granuler, Oftalmia Bangsa Mesir) adalah
suatu infeksi konjungtiva yang berlangsung lama dan disebabkan oleh
-
47
saputangan).
Gejala
Pada stadium awal, konjungtiva tampak meradang, merah dan
mengalami iritasi serta mengeluarkan kotoran (konjungtivitis).
Pada stadium lanjut, konjungtiva dan kornea membentuk jaringan
parut sehingga bulu mata melipat ke dalam dan terjadi gangguan
penglihatan.
Gejala lainnya adalah:
- pembengkakan kelopak mata
- pembengkakan kelenjar getah bening yang terletak tepat di depan
mata
mungkin
perlu
dilakukan
pembedahan
untuk
memperbaikinya.
48
saccus conjungtivae.
Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin,
beberapa neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk
aneh. Pengobatan terdiri atas menghentikan agen penyebab dan
memakai tetesan yang lembut atau lunak, atau sama sekali tanpa
tetesan. Sering reaksi konjungtiva menetap sampai berminggu-minggu
atau berbulan-bulan lamanya setelah penyebabnya dihilangkan.
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang
masuk ke saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis.
Beberapa iritan umum adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut,
49
diungkapkan.
Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air
atau larutan garam sangat penting, dan setiap materi padat harus
disingkirkan secara mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi.
Tindakan simtomatik umum adalah kompres dingin selama 20 menit
setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetika
sistemik bila perlu. Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen
antibakteri
yang
cocok.
Parut
kornea
mungkin
memerlukan
prognosisnya
buruk
meskipun
dibedah.
Namun
jika
50
51
BAB IV
Daftar Pustaka
1. Ilyas, Sidarta. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI .
2. Vaughan, Daniel G., et al. 2000.Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya Medika
3. PINK
EYE.
Accessed
on
2012,
16th
October.
Available
at
http://ehealthforum.com/health/what_is_pink_eye_-e205.html
4. ACUTE CONJUNCTIVITIS. Accessed on 2012, 16th October. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/797874-overview
5. WHAT IS TRACHOMA? Accessed on 2012, 16th October. Avaiable at :
http://www.who.int/topics/trachoma/en/
6. ENTROPION AND ECTROPION. Accessed on 2012, 16th October. Avaiable
at : http://emedicine.medscape.com/article/1844045-overview
7. BLEPHARITIS. Accessed
on
2012,
16th
Oktober. Avaiable
at
http://www.geteyesmart.org/eyesmart/diseases/blepharitis.cfm
8. Artini, Widya; Hutauruk, Johan A; Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata.
Edisi kedua. Badan penerbit FKUI. Jakarta. 2011.
9. Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum.
Edisi Empat belas. KDT. Jakarta. 2006.
10. Radjamin, Tamin, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan
Mahasiswa Kedokteran. Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia. Airlangga
University Press. Surabaya. 1984.
52