You are on page 1of 77

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA DENGAN TERJADINYA

KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI


PT. KAYU LAPIS INDONESIA DI SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh
Ludiana Dwi Novialinda
NIM 6450404018

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2008

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


Motto:
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat (Q. S.
Al Mujadalah: 11).
Banyak orang-orang yang mencapai sukses berkat banyaknya kesulitan dan
kesukaran yang mereka hadapi (Burn).

Kesulitan apapun tak tahan terhadap keuletan dan ketekunan, tanpa keuletan
orang yang paling pintar dan paling berbakat sekalipun sering gagal dalam
hidupnya (D. J. Sch wartz).

Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tetapi buahnya manis (Aristoteles).


Persembahan:
Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Bapak, Ibu, dan keluargaku tercinta sebagai


darma bakti ananda.

Almamaterku.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA
DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN
PRODUKSI

PT.

KAYU

LAPIS

INDONESIA

DI

SEMARANG,

dapat

terselesaikan. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari partisipasi dan bantuan dari berbagai
pihak, dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada:
1.

Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs. H. Harry


Pramono, M. Si., atas bantuan dalam proses pelaksanaan ujian.

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas


Negeri Semarang, Drs. Moh Nasution, M. Kes., atas ijin penelitiannya.

3.

Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan


Universitas Negeri Semarang, dr. Mahalul Azam, M. Kes., atas persetujuan
penelitiannya dan dilaksanakannya sidang ujian skripsi.

4.

Pembimbing I, Ibu Dra. ER. Rustiana, M. Si., atas arahan, bimbingan, dan
masukannya dalam penyusunan skripsi ini.

vi

5.

Pembimbing II, Bapak dr. Mahalul Azam, M. Kes., atas arahan, bimbingan, dan
masukannya dalam penyusunan skripsi ini.

6.

Bapak Agus Muryanto, SH., atas nama Pimpinan PT. Kayu Lapis Indonesia,
atas pemberian ijin penelitian, serta kerjasama dan bantuannya selama
pelaksanaan penelitian.

7.

Segenap karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia, atas


partisipasinya dalam penelitian ini.

8.

Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat, atas ilmu yang telah diberikan
selama kuliah.

9.

Bapak dan Ibuku tercinta atas semua yang telah diberikan. Kasih sayang,
motivasi, dan doa sungguh berarti bagiku hingga akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan.

10. Ruli Silo Prabowo atas doa, motivasi, perhatian, bantuan, dan dukungannya
selama penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman IKM 04, atas bantuan dan motivasinya dalam penyelesaiaan
skripsi ini, kalian semua adalah teman-teman yang takkan pernah kulupakan.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan dalam
penyusunan skripsi ini.
Semoga semua amal baik dari semua pihak mendapatkan imbalan yang berlipat
ganda dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

vii

Disadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran guna
menyempurnakan skripsi ini.
Semarang,

Desember 2008

Penulis

viii

ABSTRAK
Ludiana Dwi Novialinda. 2008. Hubungan Antara Faktor Manusia dengan Terjadinya
Kecelakaan Kerja Pada Karyawan Bagian Produksi PT. Kayu Lapis Indonesia di
Semarang. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. Dra. ER. Rustiana, M. Si., II. dr.
Mahalul Azam, M. Kes.
Kata Kunci : Faktor Manusia, Kecelakaan Kerja.
Kecelakaan kerja timbul karena keterkaitan beberapa faktor, antara lain peralatan,
lingkungan, dan pekerja. Hasil penelitian menunjukkan 80-85% kecelakaan disebabkan oleh
faktor manusia. Di PT. Kayu Lapis Indonesia tingkat kecelakaan kerja dari tahun ke tahun
meningkat. Jumlah kecelakaan pada tahun 2004, 2005, 2006, 2007 sebagai berikut 226, 286,
294, 232.Permasalahan penelitian ini adalah adakah hubungan antara faktor manusia dengan
terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor manusia dengan terjadinya
kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.
Jenis penelitian ini penelitian penjelasan dengan pendekatan cross sectional. Jumlah
populasi dalam penelitian ini 6000 tenaga kerja bagian produksi, dan sampelnya 98 tenaga
kerja diperoleh dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Data dianalisis
menggunakan uji chi square. Instrumen penelitian adalah kuesioner, teknik pengambilan data
dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil analisis antara kemampuan fisik dengan
kecelakaan kerja, p value 0,186 (p value > 0,05). Tidak ada hubungan antara kemampuan
fisik dengan kecelakaan kerja. Dari hasil analisis antara kemampuan psikologis dengan
kecelakaan kerja, p value 0,027 (p value < 0,05). Ada hubungan antara kemampuan
psikologis dengan kecelakaan kerja. Dari hasil analisis antara pegetahuan dengan kecelakaan
kerja, p value 0,199 (p value > 0,05). Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan
kecelakaan kerja. Dari hasil analisis antara ketrampilan dengan kecelakaan kerja, p value
0,311 (p value > 0,05). Tidak ada hubungan antara ketrampilan dengan kecelakaan kerja.
Dari hasil analisis antara stres dengan kecelakaan kerja, p value 0,549 (p value > 0,05). Tidak
ada hubungan antara stres dengan kecelakaan kerja. Dari hasil analisis antara motivasi
dengan kecelakaan kerja, p value 0,002 (p value < 0,05). Ada hubungan antara motivasi
dengan kecelakaan kerja.
Simpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara kemampuan fisik
dengan kecelakaan kerja, ada hubungan antara kemampuan psikologis dengan kecelakaan
kerja, tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kecelakaan kerja, tidak ada hubungan
antara ketrampilan dengan kecelakaan kerja, tidak ada hubungan antara stres dengan
kecelakaan kerja, ada hubungan antara motivasi dengan kecelakaan kerja. Saran yang
dianjurkan adalah diperlukan adanya peningkatan kemampuan psikologis dengan cara
penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan para pekerja guna mengurangi resiko terjadinya
kecelakaan kerja. Para pekerja perlu mengetahui bagaimana melakukan pekerjaannya secara
baik dan efisien guna mengurangi sikap yang negatif yang disebabkan kemampuan psikologis
pekerja. Diperlukan adanya peningkatan motivasi para pekerja dengan cara memberikan
umpan balik, memberikan pujian kepada para pekerja, memberikan hadiah guna mengurangi
resiko terjadinya kecelakaan kerja.

ii

ABSTRACT
Ludiana Dwi Novialinda. 2008. The Relation Between Human Factor with The
Happening of Accident of Work At Employee of PT. Kayu Lapis Indonesia
Production Division in Semarang. Final Project. Public Health Science, Sport
Science Faculty, Semarang State University. The Advisor: Ist. Dra. ER. Rustiana, M.
Si., IInd. dr. Mahalul Azam, M. Kes.
Keyword : Human Factor, Work Accident.
Accident of work arisings from interrelationship some factors, for example
equipments, area, and worker. Result of research shows 80-85% accident because of human
factor. In PT. Kayu Lapis Indonesia work accident rate increases from year to year. Number
of accidents in the year 2004, 2005, 2006, 2007 as follows 226, 286, 294, 232. Problems in
this research is there any relation between human factor with the happening of accident of
work at employee part of produce of PT. Kayu Lapis Indonesia. Purpose of this research to
know the relation between human factor with the happening of accident of work at employee
part of produce of PT. Kayu Lapis Indonesia.
This research type research explanation of with approach of cross sectional. Number of
populations in this research 6000 labours part of production, and the sample 98 labours is
obtained with sampling technique simple random sampling. Data is analysed to applies test
chi square. instrument of Research is questionaire, retrieval technique of data with
observation, interview, and documentation.
From result of research is got result of analysis between abilities of physical of with
work accident, p value 0,186 (p value > 0,05). There is no relation between ability of physical
with work accident. From result of analysis between psychological abilities with work
accident, p value 0,027 (p value < 0,05). There is any relation between psychological ability
with work accident. From result of analysis between knowledge with work accident, p value
0,199 (p value > 0,05). There is no relation between knowledge with work accident. From
result of analysis between skills with work accident, p value 0,311 (p value > 0,05). There is
no relation between skilled with work accident. From result of analysis between stress with
work accident, p value 0,549 (p value > 0,05). There is no relation between stres with work
accident. From result of analysis between motivation with work accident, p value 0,002 (p
value < 0,05). There is relation between motivation with work accident.
The conclusion from this research is there is no relation between ability of physical
with work accident, there is relation between psychological ability with work accident, there
is no relation between knowledge with work accident, there is no relation between skilled
with work accident, there is no relation between stres with work accident, there is relation
between motivation with work accident. Suggestion is required existence of improvement of
psychological ability by the way of investigation of psychological patterns the workers to
lessen risk the happening of accident of worker shalls have knowledge how doing the work is
well and efficient to lessen negative position caused by psychological ability of worker.
Required existence of improvement of motivation of the workers by the way of giving
feedback, gives praise to worker, gives present to lessen risk the happening of work accident.

iii

DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL .................................................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
ABSTRACT .......................................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.........................................................................v
KATA PENGANTAR.......................................................................................... vi
DAFTAR ISI......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................4
1.4 Manfaat Hasil Penelitian ................................................................................5
1.5 Keaslian Penelitian .........................................................................................6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori ...............................................................................................8
2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja..............................................................8

ix

2.1.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja..............................................................9


2.1.3 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja ..................................................11
2.1.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja..........................................................11
2.1.5 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja..................................................14
2.1.6 Faktor Manusia .................................................................................17
2.1.6.1 Kemampuan Fisik...............................................................18
2.1.6.2 Kemampuan Psikologis ......................................................18
2.1.6.3 Pengetahuan........................................................................19
2.1.6.4 Ketrampilan ........................................................................19
2.1.6.5 Stres ....................................................................................19
2.1.6.6 Motivasi ..............................................................................20
2.2 Kerangka Teori .............................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep .........................................................................................22
3.2 Hipotesis Penelitian ......................................................................................23
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian....................................................................23
3.4 Variabel Penelitian .......................................................................................24
3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ................................................25
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian....................................................................26
3.7 Sumber Data Penelitian ................................................................................28
3.8 Instrumen Penelitian .....................................................................................28
3.9 Teknik Pengambilan Data ............................................................................29
3.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data..........................................................29

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Deskripsi Data ..............................................................................................31
4.2 Identitas Responden......................................................................................31
4.3 Hasil Penelitian.............................................................................................35
4.3.1 Analisis Univariat...........................................................................35
4.3.2 Analisis Bivariat .............................................................................41
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum .........................................................................................48
5.2 Hubungan Antara Faktor Manusia dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja ...48
5.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................................59
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan .......................................................................................................60
6.2 Saran .............................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................62
LAMPIRAN..........................................................................................................64

xi

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.1 Keaslian Penelitian .........................................................................................6


3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ................................................25
4.1 Identitas Responden Berdasarkan Umur ......................................................31
4.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .........................................32
4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan..............................................33
4.4 Identitas Responden Berdasarkan Status Marital .........................................34
4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Fisik ................................35
4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Psikologis........................36
4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan .........................................37
4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Ketrampilan..........................................38
4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Stres......................................................39
4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi ...............................................40
4.11 Analisis Bivariat Kemampuan Fisik dengan Kecelakaan Kerja...................42
4.12 Analisis Bivariat Kemampuan Psikologis dengan Kecelakaan Kerja ..........43
4.13 Analisis Bivariat Pengetahuan dengan Kecelakaan Kerja............................44
4.14 Analisis Bivariat Ketrampilan dengan Kecelakaan Kerja ............................45
4.15 Analisis Bivariat Stres dengan Kecelakaan Kerja ........................................46
4.16 Analisis Bivariat Motivasi dengan Kecelakaan Kerja ..................................47

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Kerangka Teori ...............................................................................................21


3.1 Kerangka Konsep............................................................................................22
4.1 Identitas Responden Berdasarkan Umur.........................................................32
4.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...........................................33
4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ................................................34
4.4 Identitas Responden Berdasarkan Status Marital............................................35
4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Fisik...................................36
4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Psikologis ..........................37
4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan............................................38
4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Ketrampilan ............................................39
4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Stres ........................................................40
4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi .................................................41

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1.

Surat Tugas Pembimbing..............................................................................64

2.

Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ................................................................66

3.

Surat Ijin Penelitian dari Tempat Penelitian.................................................67

4.

Instrumen Penelitian .....................................................................................68

5.

Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................................74

6.

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ..........................................104

7.

Data Sampel Penelitian...............................................................................105

8.

Data Hasil Penelitian ..................................................................................126

9.

Dokumentasi ..............................................................................................134

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia merupakan aset nasional yang
sangat berharga. Upaya peningkatan mutu tenaga kerja serta upaya untuk
meningkatkan produktivitas tenaga kerja sangat penting artinya dalam
pembangunan nasional kita. Sehubungan hal tersebut, keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) yang menjadi segi penting mutu tenaga kerja dan sangat menentukan
tingkat produktivitas perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya. Dengan
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan setiap tenaga kerja
dapat dibina menjadi sumber daya manusia yang sehat, selamat, sejahtera, dan
produktif (Stam, 1989 ).
Dalam setiap bidang kegiatan manusia selalu terdapat kemungkinan
terjadinya kecelakaan, tidak satu bidang kerjapun yang dapat memperoleh
pengecualian. Kecelakaan dalam industri sesungguhnya merupakan hasil akhir
dari suatu kondisi kerja yang tidak aman. Kecelakaan biasanya timbul karena
keterkaitan beberapa faktor, tiga faktor yang utama adalah faktor-faktor peralatan
teknis, lingkungan, dan pekerja (ILO, 1989:15).
Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan
pencegahan kecelakaan dijelaskan bahwa perusahaan wajib melindungi
keselamatan pekerja yaitu dengan memberi penjelasan kepada tenaga kerja
tentang kondisi dan bahaya tempat kerja, alat pelindung diri yang diharuskan

dalam tempat kerja, alat pelindung diri bagi tenaga kerja serta cara dan sikap yang
aman dalam melaksanakan pekerjaannya (Sumamur P.K.,1987:29).
Kecelakaan kerja selain menimbulkan kerugian secara ekonomis juga
menimbulkan kerugian non ekonomis yang sulit dinilai. Kerugian ekonomis
antara lain kerusakan mesin dan bahan, hari kerja yang hilang, produksi yang
hilang dan biaya-biaya kesehatan. Kerugian yang bersifat non ekonomis sulit
dinilai seperti penderitaan korban kecelakaan, anggota tubuh yang hilang atau
anggota keluarga yang meninggal akibat kecelakaan. Oleh karena itu manajemen
berkewajiban agar selalu meningkatkan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja yang dipimpinnya (Syukri Sahab, 1997:59).
Berdasarkan data yang diperoleh di PT. Kayu Lapis Indonesia banyak
terjadi kecelakaan kerja yang terus meningkat. Tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan kerja di bagian produksi tahun 2004 sebanyak 226 tenaga kerja atau
sebesar 3,77% kecelakaan kerja, tahun 2005 kecelakaan kerja terjadi sebanyak
286 tenaga kerja atau sebesar 4,77% kecelakaan kerja, tahun 2006 kecelakaan
kerja terjadi sebanyak 294 tenaga kerja atau sebesar 4,9% kecelakaan kerja, dan
tahun 2007 kecelakaan kerja terjadi sebanyak 232 tenaga kerja atau sebesar 3,87%
dari jumlah keseluruhan tenaga kerja bagian produksi 6000 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh
faktor manusia. Unsur-unsur tersebut antara lain, ketidakseimbangan fisik atau
kemampuan fisik tenaga kerja, ketidakseimbangan kemampuan psikologis tenaga
kerja, kurangnya pengetahuan, kurangnya ketrampilan, stres mental, stres fisik,
motivasi menurun (Gempur Santoso, 2004:11).

PT. Kayu Lapis Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang


industri. Kecelakaan kerja di perusahaan tersebut sering sekali terjadi, ini dapat
dilihat dari data yang diperoleh dari tahun ke tahun selalu meningkat. Rata-rata
kecelakaan kerja yang terjadi tiap bulan mencapai 24 tenaga kerja.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai
hubungan karakteristik tenaga kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja sehingga
peneliti mengambil judul HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA
DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN
BAGIAN PRODUKSI PT. KAYU LAPIS INDONESIA DI SEMARANG.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan
antara faktor manusia dengan terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan bagian
produksi PT. Kayu Lapis Indonesia?
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
1) Adakah hubungan antara kemampuan fisik dengan terjadinya kecelakaan kerja
pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia?
2) Adakah hubungan antara kemampuan psikologis dengan terjadinya kecelakaan
kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia?
3) Adakah hubungan antara pengetahuan dengan terjadinya kecelakaan kerja pada
karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia?

4) Adakah hubungan antara ketrampilan dengan terjadinya kecelakaan kerja pada


karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia?
5) Adakah hubungan antara stres dengan terjadinya kecelakaan kerja pada
karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia?
6) Adakah hubungan antara motivasi dengan terjadinya kecelakaan kerja pada
karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara faktor manusia dengan terjadinya
kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan fisik dengan terjadinya
kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.
2) Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan psikologis dengan terjadinya
kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.
3) Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan terjadinya
kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.
4) Untuk

mengetahui

hubungan

antara

ketrampilan

dengan

terjadinya

kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.
5) Untuk mengetahui hubungan antara stres dengan terjadinya kecelakaan kerja
pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.

6) Untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan terjadinya kecelakaan


kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
1.4.1 Bagi Instansi
Manfaat penelitian bagi instansi adalah sebagai masukan tentang adanya
aspek-aspek yang berhubungan dengan praktek pekerja dalam melaksanakan
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan mengetahui alternatif pemecahannya.
1.4.2 Bagi Lembaga Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi, bahan pembanding,
dan bahan referensi untuk diadakan penelitian selanjutnya.
1.4.3 Bagi Penulis
Manfaat penelitian bagi penulis adalah memberi pengalaman langsung bagi
penulis dalam melaksanakan penelitian serta penerapan dan pengembangan ilmu
yang seteoritik didapat di perkuliahan.

1.5 Keaslian Penelitian


Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No
1.

2.

Judul/ Peneliti/
Tahun Desain
Lokasi Penelitian
Hubungan
Antara 2006
Cross
Pengetahuan
dan
sectional
Sikap Pekerja Seksi
Paper Cone dengan
Praktek Pencegahan
Kecelakaan Kerja di
PT. Puri Nusa Eka
Persada
Semarang/Bambang
Lestari/PT.Purinusa
Eka
Persada
Semarang
Analisis
Penyebab 2007
Cross
Kecelakaan
Kerja
sectional
(Studi Kualitatif di
Wilayah Kerja PT.
JAMSOSTEK
(PERSERO) Kantor
Cabang Ungaran/Dita
Artika
Ayuningtyas/PT.
JAMSOSTEK
Ungaran

Variabel

Hasil

Variabel
Terikat
:
praktek
pencegahan
kecelakaan
kerja
Variabel
Bebas
:
pengetahua
n, sikap

Ada hubungan
antara
pengetahuan
dan
sikap
dengan
praktek
pencegahan
kecelakaan
kerja

Variabel
Terikat
:
kecelakaan
kerja
Variabel
Bebas
:
kecocokan
mental,
suasana
kerja,
pelaksanaan
K3, waktu
kerja,
kecocokan
fisik,
konsentrasi
kerja,
kemampuan
pekerja,
suhu
ruangan,
penerangan,
disiplin
kerja

Ada hubungan
antara
kecocokan
mental,
suasana kerja,
pelaksanaan
K3,
waktu
kerja,
kecocokan
fisik,
konsentrasi
kerja,
kemampuan
pekerja, suhu
ruangan,
penerangan,
disiplin kerja
dengan
kecelakaan
kerja

Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian


sebelumnya adalah :
1)

Penelitian mengenai Analisis faktor manusia yang berhubungan dengan


terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis
Indonesia belum pernah dilakukan.

2) Variabel Independent yang diduga berhubungan dengan kecelakaan kerja


dalam penelitian ini lebih banyak. Variabel yang berbeda dengan penelitian
terdahulu yaitu, kemampuan fisik,

kemampuan psikologis, ketrampilan,

stres, motivasi.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kayu Lapis Indonesia.
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15-26 September 2008.
1.6.3 Ruang Lingkup Materi
Penelitian ini termasuk dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat, dengan kajian
bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan
(Sumamur P.K., 1987:5) tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak
terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.
Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997) adalah suatu kejadian tak
diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktifitas yang telah
diatur.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan
kerja pada perusahaan (Sumamur P.K., 1987:5). Hubungan kerja disini dapat
berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat 2 permasalahan penting,
yaitu :
1) Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan.
2) Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan
akibat dari kerja (Sukidjo Notoatmodjo, 2003:192). Dalam perkembangannya
ruang lingkup kecelakaan diperluas hingga mencakup kecelakaan-kecelakaan
tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat
kerja.

Dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang tidak


dapat diduga yang terjadi di perusahaan pada waktu melakukan pekerjaan.
2.1.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat
kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yaitu :
2.1.2.1 Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan
1) Terjatuh
2) Tertimpa benda
3) Tertumbuk atau terkena benda-benda
4) Terjepit oleh benda
5) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
6) Pengaruh suhu tinggi
7) Terkena arus listrik
8) Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi
2.1.2.2 Klasifikasi Menurut Penyebab
1) Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergaji kayu
dan sebagainya.
2) Alat angkut, alat angkut darat, udara, dan alat angkut air.
3) Peralatan lain, misalnya : dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,
alat-alat listrik, dan sebagainya.
4) Bahan-bahan, zat-zat, dan radiasi, misalnya : bahan peledak, gas, zat-zat
kimia, dan sebagainya.

10

5) Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan, dan di bawah


tanah).
6) Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas.
2.1.2.3 Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan
1) Patah tulang
2) Dislokasi (keseleo)
3) Regang otot (urat)
4) Memar dan luka dalam yang lain
5) Amputasi
6) Luka dipermukaan
7) Gegar dan remuk
8) Luka bakar
9) Keracunan-keracunan mendadak
10) Pengaruh radiasi
11) Lain-lain
2.1.2.4 Klasifikasi Menurut Letak Kelainan atau Luka di Tubuh
1) Kepala
2) Leher
3) Badan
4) Anggota atas
5) Anggota bawah
6) Banyak tempat
7) Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut

11

2.1.3 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja


Tiap kecelakaan adalah kerugian, kerugian ini terlihat dari adanya dan
besarnya biaya kecelakaan. Biaya untuk kecelakaan ini sering sangat besar,
padahal biaya itu menjadi beban Negara dan rakyat seluruhnya. Biaya ini dapat
dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi. Biaya langsung adalah
biaya atas PPPK, pengobatan, dan perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan,
upah selama pekerja tak mampu bekerja, kompensasi cacat, dan biaya atas
kerusakan bahan-bahan, alat-alat dan mesin. Biaya tersembunyi meliputi segala
sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu setelah kecelakaan
terjadi (Sumamur P.K., 1994:213).
Menurut Sumamur P.K., (1987:5) kecelakaan menyebabkan 5 jenis
kerugian, yaitu :
1) Kerusakan
2) Kekacauan organisasi
3) Keluhan dan kesedihan
4) Kelainan dan cacat
5) Kematian
2.1.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Menurut Bennet NBS (1995) teknik pencegahan kecelakaan harus didekati
dengan 2 aspek, yaitu :
1) Aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak, dan
sebagainya)
2) Aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan)

12

Menurut Julian B. Olishifski (1985) aktivitas pencegahan kecelakaan dalam


keselamatan kerja profesional dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut :
1) Memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin, cara
kerja, material, dan struktur perencanaan.
2) Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada
dalam perusahaan tersebut.
3) Memberikan pendidikan (training) kepada tenaga kerja atau karyawan
tentang kecelakaan dan keselamatan kerja.
4) Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada
pada area yang membahayakan.
Menurut Sumamur P.K., (1987:11), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja
dapat dicegah dengan 12 hal berikut :
1) Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai
kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan
dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri,
tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK, dan
pemeriksaan kesehatan.
2) Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak
resmi

mengenai

keselamatan

misalnya

jenis-jenis

konstruksi

peralatan

yang

industri

memenuhi
tertentu,

syarat-syarat

praktek-praktek

keselamatan dan higene umum, atau alat-alat perlindungan diri.


3) Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang diwajibkan.

13

4) Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang
berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat
pelindung diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau
penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambangtambang pengangkut peralatan pengangkut lainnya.
5) Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis
dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan-keadaan
fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
6) Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7) Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang
terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebabsebabnya.
8) Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum
teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
9) Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga
kerja yang baru, dalam keselamatan kerja.
10) Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain
untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
11) Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan
misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh pengusaha, jika
tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.

14

12) Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utama
efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja pada perusahaanlah kecelakaankecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan
sangat tergantug kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua
pihak yang bersangkutan.
Pencegahan kecelakaan akibat kerja diperlukan kerjasama aneka keahlian
dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik,
dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik, guru-guru, pengusaha, dan buruh.
2.1.5 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Untuk analisa sebab-sebab kecelakaan akibat kerja hanya ada 2 golongan
penyebab. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang
meliputi segala sesuatu selain manusia. Golongan kedua adalah manusia itu
sendiri, yang merupakan sebab kecelakaan (Sumamur P.K., 1994:212).
Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya
kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari hasil-hasil penelitian, bahwa 8085% kecelakaan disebabkan oleh kelainan atau kesalahan manusia. Bahkan ada
suatu pendapat, bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan
adalah dikarenakan faktor manusia (Sumamur P.K., 1987:9).
Secara umum ada dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu penyebab
langsung dan penyebab dasar (Sugeng Budiono, 2003:172) sebagai berikut :
2.1.5.1 Penyebab Langsung
Penyebab langsung kecelakaan kerja adalah suatu keadaan yang biasanya
bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu

15

tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) dan kondisi-kondisi yang tidak aman
(unsafe condition) (Sugeng Budiono, 2003:172). Penjelasan lebih rinci adalah
sebagai berikut :
Tindakan tidak aman yaitu tingkah laku atau perbuatan yang akan
menyebabkan kecelakaan. Tindakan itu adalah sebagai berikut :
1) Mengoperasikan alat atau peralatan tanpa wewenang
2) Gagal untuk memberi peringatan
3) Gagal untuk mengamankan
4) Bekerja dengan kecepatan yang salah
5) Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi
6) Memindahkan alat-alat keselamatan
7) Menggunakan alat yang rusak
8) Menggunakan alat dengan cara yang salah
9) Kegagalan memakai alat pelindung atau keselamatan diri secara benar
10) Membongkar secara salah
11) Menempatkan atau menyusun secara salah
12) Mengangkat secara salah
13) Mengambil posisi yang salah
14) Memperbaiki alat atau peralatan yang sedang jalan atau hidup atau bergerak
15) Bersenda gurau di tempat kerja
16) Mabuk karena minuman beralkohol atau obat keras lainnya
Kondisi yang tidak aman adalah keadaan yang akan dapat menyebabkan
kecelakaan. Kondisi itu adalah sebagai berikut :

16

1) Peralatan pengaman atau pelindung atau rintangan yang tidak memadai atau
tidak memenuhi syarat
2) Bahan, alat-alat atau peralatan rusak
3) Terlalu sesak atau sempit
4) Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai
5) Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan
6) Kerapihan atau tata letak (house keeping) yang jelek
7) Lingkungan berbahaya atau beracun ; gas, debu, asap, uap, dan lain-lain
8) Bising
9) Paparan radiasi
10) Ventilasi dan penerangan yang kurang
Berdasarkan uraian di atas, maka jawabannya akan mengarah kepada
pengontrolan yang lebih efektif. Untuk mengatasi masalah ini, kita harus
mendapatkan atau mengetahui penyebab dasar.
2.1.5.2 Penyebab Dasar
Penyebab dasar kecelakaan kerja menurut Sugeng Budiono (2003:174)
terdiri dari 2 faktor yaitu faktor manusia atau pribadi (personal factor) dan faktor
kerja atau lingkungan kerja (job/work environment factor).
Faktor manusia atau pribadi yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja,
antara lain karena :
1) Kurangnya kemampuan fisik, dan mental
2) Kurangnya atau lemahnya pengetahuan dan ketrampilan atau keahlian
3) Stres

17

4) Motivasi yang cukup atau salah


Faktor kerja atau lingkungan yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja,
antara lain karena :
1) Tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan
2) Tidak cukup rekayasa (engineering)
3) Tidak cukup pembelian atau pengadaan barang
4) Tidak cukup perawatan (maintenance)
5) Tidak cukup alat-alat, perlengkapan, dan barang-barang atau bahan-bahan
6) Tidak cukup standar-standar kerja
7) Penyalahgunaan
2.1.6

Faktor Manusia
Faktor manusia dalam kecelakaan merupakan konsepsi klasik dalam usaha

keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan akibat kerja (Sumamur P. K.,


1987:44). Pada pelaksanaannya, terdapat beberapa pendekatan sebagai berikut :
1) Pendekatan pertama berkaitan dengan ciri-ciri psikologis.
2) Pendekatan kedua berhubungan dengan faktor-faktor rasa atau emosi.
3) Pendekatan ketiga dan merupakan pendekatan akhir-akhir ini bersangkutan
dengan faktor-faktor manusiawi yang dikaitkan terhadap situasi pekerjaan.
4) Pendekatan keempat cenderung untuk menilai bagaimana tingkat keserasian
tenaga kerja terhadap proses pekerjaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh
faktor manusia. Unsur-unsur tersebut menurut buku Management Losses

18

(Gempur Santoso, 2004:11) Bab II tentang The Causes and Effects of Loss
antara lain :
2.1.6.1 Kemampuan Fisik
Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan ketrampilan kerja
(Ni Ketut Sariyathi, 2007:61).
Penyebab kecelakaan yang berkaitan dengan kemampuan fisik menurut
Gempur Santoso (2004:11) antara lain :
1) Tidak sesuai berat badan, kekuatan dan jangkauan
2) Posisi tubuh yang menyebabkan mudah lemah
3) Kepekaan tubuh
4) Kepekaan panca indera terhadap bunyi
5) Cacat fisik
6) Cacat sementara
2.1.6.2 Kemampuan Psikologis
Kemampuan psikologis adalah kemampuan pekerja dalam menerima dan
melakukan pekerjaan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:191).
Penyebab kecelakaan yang berkaitan dengan kemampuan psikologis
menurut Gempur Santoso (2004:11) tersebut anatara lain :
1) Rasa takut atau phobia
2) Gangguan emosional
3) Sakit jiwa
4) Tingkat kecakapan
5) Tidak mampu memahami

19

6) Sedikit ide (pendapat)


7) Gerakannya lamban
8) Ketrampilan kurang
2.1.6.3 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah individu
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Soekidjo Notoatmodjo,
2003:127).
Penyebab kecelakaan yang berkaitan dengan pengetahuan menurut Gempur
Santoso (2004:12) antara lain :
1) Kurang pengalaman
2) Kurang orientasi
3) Kurang latihan memahami tombol-tombol (petunjuk lain)
4) Kurang latihan memahami data
5) Salah pengertian terhadap suatu perintah
2.1.6.4 Ketrampilan
Ketrampilan adalah pengetahuan tentang cara kerja dan prakteknya serta
pengenalan aspek-aspek pekerjaan secara terperinci sampai kepada hal-hal kecil
(Sumamur P. K., 1987:48).
Penyebab kecelakaan yang berkaitan dengan ketrampilan menurut Gempur
Santoso (2004:12) antara lain :
1) Kurang mengadakan latihan praktik
2) Penampilan kurang
3) Kurang kreatif, dan salah pengertian

20

2.1.6.5 Stres
Stres adalah respon adaptif terhadap ketidaksesuaian antara kemampuan
individu dengan tuntutan situasi eksternal (Tulus Winarsunu, 2008:75).
Penyebab kecelakaan yang berkaitan dengan stres menurut Gempur Santoso
(2004:12) antara lain :
1) Kurang istirahat
2) Beban mental berlebihan
3) Pendiam dan tertutup
4) Problem dengan sesuatu yang tidak dipahami
5) Frustasi
6) Sakit
2.1.6.6 Motivasi
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai
suatu tujuan (Syukri Sahab, 1997:131).
Penyebab kecelakaan yang berkaitan dengan motivasi menurut Gempur
Santoso (2004:13) tersebut antara lain :
1) Mau bekerja bila ada penguatan atau hadiah (reward)
2) Tidak ada umpan balik (feed back)
3) Tidak mendapat insentif produksi
4) Tidak mendapat pujian dari hasil kerjanya
5) Terlalu tertekan

21

2.2 Kerangka Teori

Sosial
Lingkungan Kerja
Fisik

Peralatan mesin yang


diabaikan

Peralatan Kerja

Kecelakaan Kerja

Penggunaan APD

Kemampuan fisik
Kemampuan psikologis
Pengetahuan
Faktor Manusia
Ketrampilan
Stres
Motivasi

Gambar 2.1: Kerangka Teori


Sumber : Gempur Santoso (2004:11) dan Sugeng Budiono (2003:174)

22

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Variabel Bebas
Faktor Manusia:
Kemampuan fisik
Kemampuan psikologis

Variabel Terikat
Kecelakaan Kerja

Pengetahuan
Ketrampilan
Stres
Motivasi

Variabel Pengganggu
1. Lingkungan kerja
Sosial
Fisik
2. Peralatan kerja
Peralatan mesin
Penggunaan APD

Gambar 3.1: Kerangka Konsep

22

23

3.2 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka hipotesis dari
penelitian ini adalah :
1) Ada hubungan antara kemampuan fisik dengan terjadinya kecelakaan kerja
pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.
2) Ada hubungan antara kemampuan psikologis tenaga kerja dengan terjadinya
kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.
3) Ada hubungan antara pengetahuan dengan terjadinya kecelakaan kerja pada
karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.
4) Ada hubungan antara ketrampilan dengan terjadinya kecelakaan kerja pada
karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.
5) Ada hubungan antara stres dengan terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan
bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.
6) Ada hubungan antara motivasi dengan terjadinya kecelakaan kerja pada
karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Jenis penelitian ini adalah explanatory
research (Penelitian penjelasan) dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu

24

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan


efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:145).
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat (Sugiyono, 2005:30). Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah faktor manusia yang meliputi kemampuan fisik, kemampuan
psikologis, pengetahuan, ketrampilan, stress, dan motivasi.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2005:3). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kecelakaan kerja.
3.4.3 Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah lingkungan kerja dan
peralatan kerja. Variabel lingkungan kerja dikendalikan dengan menggunakan
kuesioner, karena dianggap sudah masuk dalam kategori kemampuan psikologis.
Peralatan kerja dapat dikendalikan karena pekerja telah memiliki pengetahuan
yang sama dan telah diberi training sebelum masuk kerja.

25

3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel


Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
No

Variabel

Definisi
Operasional

Cara Ukur

Alat Ukur

Kriteria

Skala

Celaka jika
skor x,
Tidak
celaka < x
(Agus
Irianto,
2004)
Sesuai jika
skor ratarata hasil
skoring,
Tidak
sesuai jika
skor < ratarata hasil
skoring
(Agus
Irianto,
2004)

Ordinal

Ordinal

Kecelakaan
Kerja

Kecelakaan
yang dialami
pekerja saat
bekerja

Data
sekunder

Laporan
angka
kejadian
kecelakaa
n

Kemampuan
fisik

Kemampuan
untuk
melakukan
suatu
perbuatan fisik
yang meliputi
posisi tubuh,
kepekaan
tubuh, panca
indera

Wawancara

Kuesioner

Kemampuan
psikologis

Kemampuan
untuk
mengatur
kondisi emosi,
rasa takut,
ketrampilan
individu,
memahami
instruksi

Wawancara

Kuesioner

Sesuai jika
skor ratarata hasil
skoring,
Tidak
sesuai jika
skor < ratarata hasil
skoring

Pengetahuan

Hasil tahu dari


tenaga kerja
dalam
melakukan
pekerjaannya

Wawancara

Kuesioner

Baik jika
Ordinal
skor ratarata hasil
skoring ,
Kurang baik
jika skor <
rata-rata
hasil
skoring

Ordinal

26

Ketrampilan

Kemampuan/k
eahlian untuk
mengaplikasik
an
pengetahuan
pekerja

Wawancara

Kuesioner

Trampil jika Ordinal


skor ratarata hasil
skoring,
kurang
trampil jika
skor < ratarata hasil
skoring

Stres

Tekanan,
ketegangan,
atau gangguan
yang tidak
menyenangkan
yang berasal
dari luar diri
pekerja

Wawancara

Kuesioner

Stres jika
skor < ratarata hasil
skoring,
Tidak stres
jika skor
rata-rata
hasil
skoring

Ordinal

Motivasi

Dorongan
yang terdapat
dalam diri
pekerja yang
dapat
menimbulkan,
mengarahkan,
dan
mengorganisas
ikan tingkah
lakunya

Wawancara

Kuesioner

Ya jika skor
rata-rata
hasil
skoring,
Tidak jika
skor < ratarata hasil
skoring

Ordinal

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian


3.6.1 Populasi Penelitian
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2002:79) populasi (universe) adalah
keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja bagian
produksi PT. Kayu Lapis Indonesia yang berjumlah 6000 orang.

27

3.6.2 Sampel Penelitian


Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik simple random sampling, dimana setiap anggota dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Soekidjo Notoatmodjo,
2002:85). Dalam cara ini dihitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam populasi
yang akan dipilih sebagai sampel. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
N = besar populasi
n = besar sampel
d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)
(Soekidjo Notoatmodjo, 2002:92)
Jadi perhitungannya adalah :
n=

=
= 98,36 = 98 orang

28

Dengan menggunakan rumus di atas didapatkan jumlah sampel minimal


sebesar 98 orang.
3.7 Sumber Data Penelitian
Sumber data yang digunakan berasal dari :
3.7.1 Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan kegiatan langsung atau
wawancara terhadap responden atau tenaga kerja. Data yang diambil berupa data
mengenai faktor manusia .
3.7.2 Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara pengambilan data yang
diperoleh dari PT. Kayu Lapis Indonesia, bagian P2K3 mengenai kecelakaan
kerja.
3.8 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data dari suatu
penelitian. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal yang diketahui
(Suharsimi Arikunto, 2002:128). Kuesioner ini mengacu pada buku Gempur
Santoso, Sugeng Budiono, dan Sumamur P. K.
Penelitian dilakukan pada 30 responden dengan nilai uji validitas 0,361.
Kuesioner terdiri dari 30 pertanyaan, dengan uji reliabilitas kecelakaan kerja
0,666, kemampuan fisik 0,686, kemampuan psikologis 0,749, pengetahuan 0,780,
ketrampilan 0,850, stres 0,757, motivasi 0,664.

29

3.9 Teknik Pengambilan Data


3.9.1 Observasi
Observasi digunakan untuk melihat secara langsung keadaan PT. Kayu
Lapis Indonesia dan untuk mendapatkan data yang dilakukan pada para pekerja di
PT. Kayu Lapis Indonesia antara lain tentang prosedur keamanan, sikap pekerja
pada waktu bekerja, peralatan kerja yang digunakan, kemampuan praktek pekerja,
pengalaman kerjanya, waktu istirahat pekerja.
3.9.2 Wawancara
Wawancara ditujukan kepada tenaga kerja bagian produksi PT. Kayu Lapis
Indonesia. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang identitas
responden, kecelakaan kerja, dan faktor manusia.
3.9.3 Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengetahui gambaran umum

PT. Kayu

Lapis Indonesia dan mendapatkan data sekekunder. Data sekunder dalam


penelitian ini diperoleh dari data P2K3 tentang kecelakaan kerja di PT. Kayu
Lapis Indonesia.
3.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.10.1 Pengolahan Data
Pengolahan data menggunakan komputer dilakukan melalui suatu proses
dengan tahapan sebagai berikut:
3.10.1.1 Editing

30

Editing adalah pekerjaan memeriksa validitas yang masuk seperti


memeriksa kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan jawaban, konsistensi antar
jawaban, relevansi jawaban dan keseragaman suatu pengukuran.
3.10.1.2 Coding
Coding adalah kegiatan untuk mengklasifikasikan data dan jawaban
menurut kategori masing-masing sehingga memudahkan dalam mengelompokkan
data.
3.10.1.3 Entry
Entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah didapat ke dalam
program komputer yang telah ditetapkan.
3.10.1.4 Tabulating
Tabulating adalah mengelompokkan data kebentuk tabel dan dilakukan
perhitungan.
3.10.2 Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah:
3.10.2.1 Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel hasil penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan prosentase dari
tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:188). Dari hasil penelitian
didistribusikan dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi, untuk mengevaluasi
besarnya proporsi masing-masing variabel yang diteliti.
3.10.2.2 Analisis Bivariat

31

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas


dengan variabel terikat pada penelitian. Dalam penelitian ini digunakan uji chi
square dengan bantuan SPSS versi 12 for windows (Sugiyono, 2005:104).

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1

Deskripsi Data
Penelitian dengan judul hubungan antara faktor manusia dengan terjadinya

kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia di
Semarang. Penelitian ini melibatkan enam variabel bebas yaitu kemampuan fisik,
kemampuan psikologis, pengetahuan, ketrampilan, stres, dan motivasi, dengan
satu variabel terikat yaitu kecelakaan kerja. Jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 98 tenaga kerja yang bekerja di bagian produksi. Data sekunder
diperoleh dari data di bagian P2K3 PT. Kayu Lapis Indonesia, sedangkan data
primer diperoleh dengan observasi, wawancara dengan instrument kuesioner, dan
dengan dokumentasi di lokasi penelitian yaitu di PT. Kayu Lapis Indonesia.
4.2

Identitas Responden

4.2.1 Umur Responden


Identitas responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 4.1 di
bawah ini.
Tabel 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Umur
No. Kelompok Umur

Jumlah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

21-25 tahun
26-30 tahun
31-35 tahun
36-40 tahun
41-45 tahun
46-50 tahun
51-55 tahun

1
14
28
26
17
10
2

1.0
14.3
28.6
26.5
17.4
10.2
2.0

Jumlah

98

100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

31

32

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak


berada pada rentang umur 31-35 tahun yaitu sebanyak 28 orang atau sebesar
28,6% dan pada rentang umur 36-40 tahun yaitu sebanyak 26 orang atau sebesar
26,5%. Sedangkan pada rentang umur 41-45 tahun sebanyak 17 orang atau
sebesar 17,4%, untuk rentang umur 26-30 tahun sebanyak 14 orang atau sebesar
14,3%, rentang umur 46-50 tahun sebanyak 10 orang atau sebesar 10,2%. Pada
rentang umur 51-55 tahun sebanyak 2 orang atau sebesar 2,0%, dan responden
yang sedikit pada rentang umur 21-25 tahun sebanyak 1 orang atau sebesar 1,0%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.1 : Identitas Responden Berdasarkan Umur


(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)
4.2.2 Jenis Kelamin Responden
Identitas responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2 di
bawah ini.
Tabel 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No.

Jenis Kelamin

Jumlah

1.

Laki-laki

94

95.9

2.

Perempuan

4.1

Jumlah

98

100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

33

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa mayoritas responden berjenis


kelamin laki-laki yang berjumlah 94 orang atau sebesar 95,9%, dan responden
yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 4 orang atau sebesar 4,1%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.2 : Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)
4.2.3

Pendidikan Responden
Identitas responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3 di

bawah ini.
Tabel 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan
No.

Pendidikan

Jumlah

1.

SD

9.2

2.

SMP

19

19.4

3.

SMA

27

27.6

4.

STM

32

32.7

5.

D3

9.2

6.

S1

2.0

Jumlah

98

100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

34

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki


latar belakang pendidikan STM yang berjumlah 32 orang atau sebesar 32,7%,
diikuti dengan latar belakang pendidikan SMA yang berjumlah 27 orang atau
sebesar 27,6%, kemudian latar belakang pendidikan SMP yang berjumlah 19
orang atau sebesar 19,4%. Selanjutnya latar belakang pendidikan D3 yang
berjumlah 9 orang atau sebesar 9,2%, latar belakang pendidikan SD yang
berjumlah 9 orang atau sebesar 9,2%, dan latar belakang pendidikan S1 yang
berjumlah 2 orang atau sebesar 2,0%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.3 : Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan


(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)
4.2.4

Status Marital Responden


Identitas responden berdasarkan status marital dapat dilihat pada tabel 4.4 di

bawah ini.
Tabel 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Status Marital
No.

Status Marital

Jumlah

1.

Lajang

10

10.2

2.

Menikah

88

89.8

Jumlah

98

100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

35

Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa responden yang telah menikah
sebanyak 88 orang atau sebesar 89,8%, dan responden yang belum menikah atau
masih lajang sebanyak 10 orang atau sebesar 10,2%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.4 : Identitas Responden Berdasarkan Status Marital


(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)
4.3

Hasil Penelitian

4.3.1

Analisis Univariat

4.3.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Fisik


Gambaran tentang kemampuan fisik tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 4.5
di bawah ini.
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Fisik
No.

Kemampuan Fisik

Jumlah

1.

Mampu

52

53.1

2.

Tidak Mampu

46

46.9

Jumlah

98

100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

36

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja yang


kemampuan fisiknya telah mampu sebanyak 52 orang atau sebesar 53,1%, dan
tenaga kerja yang kemampuan fisiknya tidak mampu sebanyak 46 orang atau
sebesar 46,9%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.5 : Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Fisik


(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)
4.3.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Psikologis
Gambaran tentang kemampuan psikologis tenaga kerja dapat dilihat pada
tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Psikologis
No.

Kemampuan Psikologis

Jumlah

1.

Mampu

40

40.8

2.

Tidak Mampu

58

59.2

Jumlah

98

100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)


Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja yang
kemampuan psikologisnya telah mampu sebanyak 40 orang atau sebesar 40,8%,

37

dan tenaga kerja yang kemampuan psikologisnya tidak mampu sebanyak 58 orang
atau sebesar 59,2%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.6 : Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Psikologis


(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)
4.3.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Gambaran tentang pengetahuan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 4.7 di
bawah ini.
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
No.

Pengetahuan

Jumlah

1.

Baik

68

69.4

2.

Kurang Baik

30

30.6

Jumlah

98

100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)


Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
sebanyak 68 orang atau sebesar 69,4% berpengetahuan baik, sedangkan
responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 30 orang atau sebesar
30,6%.

38

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.7 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan


(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)
4.3.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Ketrampilan
Gambaran tentang ketrampilan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 4.8 di
bawah ini.
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Ketrampilan
No.

Ketrampilan

Jumlah

1.

Trampil

59

60.2

2.

Kurang Trampil

39

39.8

Jumlah

98

100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)


Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
sebanyak 59 orang atau sebesar 60,2% trampil, sedangkan responden yang kurang
trampil sebanyak 39 orang atau sebesar 39,8%.

39

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.8 : Distribusi Responden Berdasarkan Ketrampilan


(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)
4.3.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Stres
Gambaran tentang stres tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah
ini.
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Stres
No.

Stres

Jumlah

1.

Stres

43

43.9

2.

Tidak Stres

55

56.1

Jumlah

98

100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)


Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
sebanyak 55 orang atau sebesar 56,1% tidak stres, sedangkan responden yang
stres sebanyak 43 orang atau sebesar 43,9%.

40

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.9 : Distribusi Responden Berdasarkan Stres


(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)
4.3.1.6 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi
Gambaran tentang motivasi tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 4.10 di
bawah ini.
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi
No.

Motivasi

Jumlah

1.

Ya

44

44.9

2.

Tidak

54

55.1

Jumlah

98

100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)


Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
sebanyak 54 orang atau sebesar 55,1% tidak termotivasi, sedangkan responden
yang termotivasi sebanyak 44 orang atau sebesar 44,9%.

41

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.10 : Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi


(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)
4.3.2

Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat pada penelitian, yaitu untuk mengetahui hubungan antara
faktor manusia dengan terjadinya kecelakaan kerja. Hubungan yang digunakan
adalah uji chi square dengan bantuan SPSS versi 12 for windows (Sugiyono, 2005
: 104). Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 12 for
windows.
Hasil analisis bivariat antara faktor manusia dengan terjadinya kecelakaan
kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia, dapat dilihat dari
hasil uji chi square pada tabel berikut.

42

Tabel 4.11 Analisis Bivariat Kemampuan Fisik dengan Kecelakaan Kerja


No

Kemampuan
Fisik

Kecelakaan Kerja
Celaka

Total

P.
Value

Tidak Celaka

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Tidak Mampu

34

73,9

12

26,1

46

100

0,186

Mampu

45

86,5

13,5

52

100

79

80,6

19

19,4

98

100

Total

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)


Berdasarkan tabel 4.11, terlihat bahwa responden yang kemampuan fisiknya
tidak mampu dan pernah celaka sebanyak 34 orang atau 73,9%. Sedangkan
responden yang kemampuan fisiknya tidak mampu dan tidak celaka sebanyak 12
orang atau 26,1%. Responden yang kemampuan fisiknya mampu dan pernah
celaka sebanyak 45 orang atau 86,5%. Sedangkan responden yang kemampuan
fisiknya mampu dan tidak celaka sebanyak 7 orang atau 13,5%.
Dari hasil analisis antara kemampuan fisik dengan kecelakaan kerja, dengan
menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,186 (p value > 0,05). Dasar
pengambilan keputusan ini adalah jika p value kurang dari 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima (Sugiyono, 2005: 104). Pada uji tersebut didapatkan p value =
0,186. P value ini lebih besar dari alpha (5% = 0,05) sehingga Ho diterima. Hal
ini berarti tidak ada hubungan antara kemampuan fisik dengan kecelakaan kerja.

43

Tabel 4.12 Analisis Bivariat Kemampuan Psikologis dengan Kecelakaan Kerja


No

Kemampuan
Psikologis

Kecelakaan Kerja
Celaka

Total

P.
Value

Tidak Celaka

Jumlah

Jumlah

Jumlah

TidakMampu

42

72,4

16

27,6

58

100

0,027

Mampu

37

92,5

7,5

40

100

79

80,6

19

19,4

98

100

Total

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)


Berdasarkan tabel 4.12, terlihat bahwa responden yang kemampuan
psikologisnya tidak mampu dan pernah celaka sebanyak 42 orang atau 72,4%.
Sedangkan responden yang kemampuan psikologisnya tidak mampu dan tidak
celaka sebanyak 16 orang atau 27,6%. Responden yang kemampuan
psikologisnya mampu dan pernah celaka sebanyak 37 orang atau 92,5%.
Sedangkan responden yang kemampuan psikologisnya mampu dan tidak celaka
sebanyak 3 orang atau 7,5%.
Dari hasil analisis antara kemampuan psikologis dengan kecelakaan kerja,
dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,027 (p value < 0,05).
Dasar pengambilan keputusan ini adalah jika p value kurang dari 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima (Sugiyono, 2005: 104). Pada uji tersebut didapatkan p
value = 0,027. P value ini lebih kecil dari alpha (5% = 0,05) sehingga Ho ditolak.
Hal ini berarti ada hubungan antara kemampuan psikologis dengan kecelakaan
kerja.

44

Tabel 4.13 Analisis Bivariat Pengetahuan dengan Kecelakaan Kerja


No

Pengetahuan

Kecelakaan Kerja
Celaka

Total

P.
Value

Tidak Celaka

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Kurang Baik

27

90

10

30

100

0,199

Baik

52

76,5

16

23,5

68

100

79

80,6

19

19,4

98

100

Total

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)


Berdasarkan tabel 4.13, terlihat bahwa responden yang pengetahuannya
kurang baik dan pernah celaka sebanyak 27 orang atau 90%. Sedangkan
responden yang pengetahuannya kurang baik dan tidak celaka sebanyak 3 orang
atau 10%. Responden yang pengetahuannya baik dan pernah celaka sebanyak 52
orang atau 76,5%. Sedangkan responden yang pengetahuannya baik dan tidak
celaka sebanyak 16 orang atau 23,5%.
Dari hasil analisis antara pegetahuan dengan kecelakaan kerja, dengan
menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,199 (p value > 0,05). Dasar
pengambilan keputusan ini adalah jika p value kurang dari 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima (Sugiyono, 2005: 104). Pada uji tersebut didapatkan p value =
0,199. P value ini lebih besar dari alpha (5% = 0,05) sehingga Ho diterima. Hal
ini berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kecelakaan kerja.

45

Tabel 4.14 Analisis Bivariat Ketrampilan dengan Kecelakaan Kerja


No

Ketrampilan

Kecelakaan Kerja
Celaka

Total

P.
Value

Tidak Celaka

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Kurang Trampil

29

84,7

10

15,3

39

100

0,311

Trampil

50

74,4

25,6

59

100

79

80,6

19

19,4

98

100

Total

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)


Berdasarkan tabel 4.14, terlihat bahwa responden yang trampil dan pernah
celaka sebanyak 50 orang atau 84,7%. Sedangkan responden yang trampil dan
tidak celaka sebanyak 9 orang atau 15,3%. Responden yang kurang trampil dan
pernah celaka sebanyak 29 orang atau 74,4%. Sedangkan responden yang kurang
trampil dan tidak celaka sebanyak 10 orang atau 25,6%.
Dari hasil analisis antara ketrampilan dengan kecelakaan kerja, dengan
menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,311 (p value > 0,05). Dasar
pengambilan keputusan ini adalah jika p value kurang dari 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima (Sugiyono, 2005: 104). Pada uji tersebut didapatkan p value =
0,199. P value ini lebih besar dari alpha (5% = 0,05) sehingga Ho diterima. Hal
ini berarti tidak ada hubungan antara ketrampilan dengan kecelakaan kerja.

46

Tabel 4.15 Analisis Bivariat Stres dengan Kecelakaan Kerja


No

Stres

Kecelakaan Kerja
Celaka

Total

P.
Value

Tidak Celaka

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Stres

33

76,7

10

23,3

43

100

0,549

Tidak Stres

46

83,6

16,4

55

100

Total

79

80,6

19

19,4

98

100

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)


Berdasarkan tabel 4.15, terlihat bahwa responden yang stres dan pernah
celaka sebanyak 33 orang atau 76,7%. Sedangkan responden yang stres dan tidak
celaka sebanyak 10 orang atau 23,3%. Responden yang tidak stres dan pernah
celaka sebanyak 46 orang atau 83,6%. Sedangkan responden yang tidak stres dan
tidak celaka sebanyak 9 orang atau 16,4%.
Dari hasil analisis antara stres dengan kecelakaan kerja, dengan
menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,549 (p value > 0,05). Dasar
pengambilan keputusan ini adalah jika p value kurang dari 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima (Sugiyono, 2005: 104). Pada uji tersebut didapatkan p value =
0,549. P value ini lebih besar dari alpha (5% = 0,05) sehingga Ho diterima. Hal
ini berarti tidak ada hubungan antara stres dengan kecelakaan kerja.

47

Tabel 4.16 Analisis Bivariat Motivasi dengan Kecelakaan Kerja


No Motivasi

Kecelakaan Kerja
Celaka

Total

P.
Value

Tidak Celaka

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Tidak

50

92,6

7,4

54

100

0,002

Ya

29

65,9

15

34,1

44

100

79

80,6

19

19,0

98

100

Total

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)


Berdasarkan tabel 4.16, terlihat bahwa responden yang tidak termotivasi dan
pernah celaka sebanyak 50 orang atau 92,6%. Sedangkan responden yang tidak
termotivsi dan tidak celaka sebanyak 4 orang atau 7,4%. Responden yang
termotivsi dan pernah celaka sebanyak 29 orang atau 65,9%. Sedangkan
responden yang termotivasi dan tidak celaka sebanyak 15 orang atau 34,1%.
Dari hasil analisis antara motivasi dengan kecelakaan kerja, dengan
menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,002 (p value < 0,05). Dasar
pengambilan keputusan ini adalah jika p value kurang dari 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima (Sugiyono, 2005: 104). Pada uji tersebut didapatkan p value =
0,002. P value ini lebih kecil dari alpha (5% = 0,05) sehingga Ho ditolak. Hal ini
berarti ada hubungan antara motivasi dengan kecelakaan kerja.

BAB V
PEMBAHASAN

5.1

Gambaran Umum
Gambaran tentang faktor manusia, khususnya faktor tenaga kerja di PT.

Kayu Lapis Indonesia ini adalah sebagai data pendukung pada penelitian ini.
Penelitian tentang faktor manusia yaitu pada kemampuan fisik, kemampuan
psikologis, pengetahuan, ketrampilan, stres, dan motivasi yang dilakukan pada
beberapa tenaga kerja bagian produksi di PT. Kayu Lapis Indonesia. PT. Kayu
Lapis Indonesia di bagian produksi yang paling banyak terjadi kecelakaan kerja
yang diakibatkan karena faktor manusia tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan
wawancara pada beberapa tenaga kerja yang bekerja di bagian produksi. Tenaga
kerja yang sering mengalami kecelakaan kerja adalah tenaga kerja yang berjenis
kelamin laki-laki, dengan usia 31-35 tahun. Sebagian tenaga kerja berpendidikan
STM, dan rata-rata tenaga kerja tersebut telah menikah.
5.2

Hubungan Antara Faktor Manusia dengan Terjadinya Kecelakaan


Kerja

5.2.1 Hubungan Antara Kemampuan Fisik dengan Terjadinya Kecelakaan


Kerja
Hasil yang didapatkan dari penelitian hubungan antara kemampuan fisik
dengan terjadinya kecelakaan kerja diperoleh p value adalah 0,186 lebih besar dari
0,05 (p=0,186 > 0,05) sehingga Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada
hubungan antara kemampuan fisik dengan terjadinya kecelakaan kerja.
Seorang tenaga kerja dikatakan sesuai dengan pekerjaannya ditinjau dari
sudut biomekanika. Biomekanika adalah ilmu tentang gerakan dan sikap badan.
Dengan ergonomi juga, kecepatan persepsi dan pengambilan keputusan dapat

48

49

dipermudah, tekanan mental, kelelahan, gangguan kewaspadaan, gangguan fatal


dan kesalahan-kesalahan dapat dicegah sehingga produktivitas dapat dipelihara
(Sumamur P. K., 1996:174).
Kesesuaian ukuran tubuh dengan peralatan yang dipergunakan (ergonomi)
mempengaruhi produktivitas sumber daya manusia juga sangat terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja, manusia mempunyai kemampuan dan
keterbatasan baik dari segi fisik, fisiologik, maupun psikologik. Anthropometri
berkaitan dengan ukuran tubuh manusia sangat bervariasi. Peralatan pribadi
seseorang bisa meminta desain khusus sesuai dengan dirinya. Peralatan yang
sesuai dengan ukuran tubuh manusia akan memberikan sikap tubuh yang wajar
dalam bekerja untuk menunjang efisiensi. Dalam bekerja hendaknya dihindarkan
sikap paksa sehingga cepat menimbulkan kelelahan (Syukri Sahab, 1997:22).
Menurut penelitian Ni Ketut Sariyathi, kemampuan fisik tidak ada
hubungan dengan kecelakaan kerja karena karyawan mempunyai kemampuan
yang cukup dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan, maka pekerjaan
tersebut akan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Kemampuan fisik pekerja di PT. Kayu Lapis Indonesia relatif sama, ini
dapat dilihat dari data umur pekerja, rata-rata pekerja umur 30 tahun dan dapat
dilihat dari data jenis kelamin, bahwa sebagian besar pekerjanya laki-laki. Dapat
dikatakan bahwa sebagian besar pekerja memiliki kemampuan fisik yang baik.
Hal ini dikarenakan antara lain prosedur keamanan (safety procedure).
Prosedur keamanan mutlak harus dipatuhi oleh semua pekerja di suatu perusahaan
tanpa terkecuali. Prosedur keamanan ini telah dirancang sedemikian rupa oleh
bagian SMK3 dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja di
suatu perusahaan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, prosedur keamanan
di PT. Kayu Lapis Indonesia telah berjalan dengan baik. Individu yang memiliki

50

kemampuan fisik yang baik sekalipun, apabila tidak mematuhi prosedur


keamanan tidak menutup kemungkinan untuk mengalami kecelakaan kerja. Ini
dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa pekerja yang kemampuan fisiknya baik
dan mengalami kecelakaan kerja sebanyak 86,5% sedang pekerja yang
kemampuan fisiknya baik dan tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 13,5%.
Selain prosedur keamanan, sikap kurang hati-hati juga dapat menyebabkan
kecelakaan. Dari hasil wawancara dengan pekerja, sikap yang kurang hati-hati ini
karena pekerja selalu dikejar target jika hasil pekerjaannya belum memenuhi.
Apabila pekerja melakukan suatu pekerjaan, tetapi ia ceroboh dan kurang berhatihati maka tidak menutup kemungkinan untuk terjadi kecelakaan kerja. Namun
sikap kurang hati-hati ini jarang terjadi pada pekerja di PT. Kayu Lapis Indonesia
karena hasil pekerjaannya selalu memenuhi target. Ini dapat dilihat dari hasil
analisis bivariat bahwa 52 pekerja kemampuan fisiknya baik, tetapi 45 pekerja
diantaranya mengalami kecelakaan dan 7 pekerja tidak mengalami kecelakaan.
Terkadang kecelakaan kerja yang dialami tidak datang dari sikap atau
perbuatan para pekerja, melainkan dapat berasal dari luar pekerja. Keberadaan alat
yang tidak aman dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Alat kerja yang tidak aman
disini adalah alat yang tidak dilengkapi dengan adanya pengaman mesin. Sebaik
apapun sikap kita dalam bekerja, tetapi tanpa dilengkapi dengan peralatan kerja
yang mendukung tetap dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Dari hasil survei
yang telah dilakukan, bahwa alat kerja di PT. Kayu Lapis Indonesia dalam
keadaan baik, namun menjadi tidak aman karena tidak dilengkapi dengan alat
pengaman.

51

5.2.2 Hubungan Antara Kemampuan Psikologis dengan Terjadinya


Kecelakaan Kerja
Hasil yang didapatkan dari penelitian hubungan antara kemampuan
psikologis dengan terjadinya kecelakaan kerja diperoleh p value adalah 0,027
lebih kecil dari 0,05 (p=0,027 < 0,05) sehingga Ho ditolak yang berarti bahwa ada
hubungan antara kemampuan psikologis dengan terjadinya kecelakaan kerja.
Perasaan bosan dikarenakan rutinitas pekerjaan yang kesehariannya hanya
berkutat pada pekerjaan yang sama, dan perasaan takut/jengkel pada waktu
melakukan pekerjaan, serta seringnya terjadi kesulitan dalam memahami perintah
atasan, kerap terjadi pada karyawan serta karyawati di PT. Kayu Lapis Indonesia.
Menurut Sumamur P. K., (1996:215) kemampuan psikologis merupakan
faktor manusia yang harus diperhatikan sebagai penyebab kecelakaan kerja karena
kemampuan psikologis yang terutama perlu diatasi ialah kelelahan mental yang
berupa kejenuhan, sifat pemarah yang hebat dan mudah tersinggung.
Studi awal menyimpulkan tidak ada korelasi antara tingkat intelegensia
dengan tingkat kekerapan kecelakaan pada pekerja magang pada suatu dock.
Namun ada anggapan bahwa tingkat intelegensi berpengaruh terhadap terjadinya
kekeliruan dalam pekerjaan yang membutuhkan pertimbangan (judgment), tapi
tidak berpengaruh pada ketrampilan manual. Pada penelitian lain ternyata ada
perbedaan yang berarti antara kecelakaan yang memerlukan kemampuan mental
pada pekerja yang kemampuan mentalnya dibawah rata-rata dibandingkan dengan
yang tingkat intelegensianya sekitar rata-rata. Intelegensia penting pada pekerjaan
tertentu, tetapi kurang berperan pada pekerjaan yang tidak membutuhkan
kemampuan mental. Ada tingkat intelegensia minimum yang diperlukan untuk
perilaku yang aman untuk semua pekerjaan. Program pencegahan kecelakaan

52

perlu menyertakan penentuan kebutuhan kemampuan mental (Syukri Sahab,


1997:32).
Pekerjaan apapun akan menimbulkan reaksi psikologis bagi yang
melakukan pekerjaan itu. Reaksi ini dapat bersifat positif dan juga bersifat negatif.
Salah satu faktor yang sering terjadi mengapa karyawan atau perkerja ini
melakukan pekerjaannya dengan sikap yang negatif adalah karena tidak
mengetahui bagaimana melakukan pekerjaannya secara baik dan efisien (Soekidjo
Notoadmodjo, 2003:191).
Suatu gangguan psikologis dalam pekerjaan adalah kejemuan. Pekerjaan
yang berulang-ulang biasanya merupakan sebab kejemuan yang besar. Faktor
psikologis juga memainkan peranan besar dalam menimbulkan kelelahan.
Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan apapun juga, tetapi mereka merasa
lelah. Sebabnya ialah adanya konflik mental. Konflik mental mungkin didasarkan
atas pekerjaannya sendiri, mungkin kepada teman-teman sekerjanya atau
atasannya, mungkin kepada kejadian-kejadian di rumah tangga atau dalam
pergaulan hidupnya di masyarakat. Seseorang yang terpaksa bekerja akan cepat
menjadi

lelah.

Kekhawatiran

juga

menjadi

sebab

kelelahan-kelelahan.

Ketidakserasian akan teman-teman sekerja atau atasan mengakibatkan pula


kelelahan-kelelahan itu dengan dasar konflik mental (Sumamur P. K., 1996:210).
5.2.3 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
Hasil yang didapatkan dari penelitian hubungan antara pengetahuan dengan
terjadinya kecelakaan kerja diperoleh p value adalah 0,199 lebih besar dari 0,05
(p=0,199 > 0,05) sehingga Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan
antara pengetahuan dengan terjadinya kecelakaan kerja.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

53

indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan


raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:
tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis
(analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation) (Soekidjo Notoatmodjo,
2003: 127).
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif,
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu
tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama
(Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 128).
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Budioro, 2002 bahwa
perilaku bukan hanya dipahami tentang apa dan bagaimana perilaku terbentuk,
tapi bagaimana ia berkembang serta bagaimana ia bisa berubah atau dengan apa
dia bisa berubah, karena perubahan perilaku bersifat naluriah (instinctive)muncul
karena timbul dorongan dari dalam (innerdrive) pada diri individu yang
bersangkutan (Budioro, 2002:29).
Pengetahuan pekerja di PT. Kayu Lapis Indonesia relatif sama, ini dapat
dilihat dari data pendidikan pekerja yang rata-rata sebagian besar 32,7% pekerja
berpendidikan

STM.

Dapat

dikatakan

bahwa

sebagian

besar

pekerja

pengetahuannya baik.
Dalam teori L. Green, pengetahuan adalah predisposing perilaku namun
tidak selalu pengetahuan menjadi praktek. Jadi, walaupun pengetahuan pekerja
tinggi tidak selalu kemampuan prakteknya juga tinggi. Sebagai contoh adalah
penggunaan APD. Mereka tidak hanya tahu bahwa APD itu perlu digunakan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, namun juga dipraktekkan. Dari

54

contoh di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik belum tentu dapat
terhindar dari kecelakaan kerja. Dari data yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa
kemampuan praktek para pekerjanya kurang.
Prosedur keamanan juga berpengaruh dalam terjadinya kecelakaan kerja.
Para pekerja di PT. Kayu Lapis Indonesia telah mengetahui prosedur yang ada di
perusahaan tersebut. Walaupun para pekerja telah mengetahui prosedur yang ada
di perusahaan tersebut, tetapi banyak yang tidak menerapkannya. Sebagai contoh
mesin gergaji yang sudah waktunya untuk diganti mata gergajinya, tetapi tidak
ada yang mau mengganti, akhirnya yang terjadi adalah pekerja yang
menggunakan mesin tersebut celaka.
Terkadang kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja dikarenakan juga
oleh kurangnya pengalaman. Jika individu tersebut pengetahuannya baik tetapi ia
kurang pengalaman kerja pada bidang yang ia geluti, maka dapat terjadi
kecelakaan kerja. Data yang didapat, 76,5% pengetahuan baik dan mengalami
kecelakan kerja dan 23,5% tidak mengalami kecelakaan kerja.
5.2.4 Hubungan Antara Ketrampilan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
Hasil yang didapatkan dari penelitian hubungan antara ketrampilan dengan
terjadinya kecelakaan kerja diperoleh p value adalah 0,311 lebih besar dari 0,05
(p=0,311 > 0,05) sehingga Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan
antara ketrampilan dengan terjadinya kecelakaan kerja.
Ketrampilan kerja meliputi pengetahuan tentang cara kerja dan prakteknya
serta pengenalan aspek-aspek pekerjaan secara terperinci sampai kepada hal-hal
kecil termasuk keselamatannya. Tingkat ketrampilan kerja yang tinggi berkaitan
dengan praktek keselamatan yang diharapkan dan mengecilnya kemungkinan
terjadi kecelakaan sebaliknya kecelakan-kecelakaan mudah sekali terjadi pada
tenaga kerja yang tidak trampil (Sumamur P. K., 1987:48).

55

Ketrampilan dan keselamatan adalah proses belajar. Keduanya berkembang


sejalan. Dengan meningkatkan ketrampilan atas pengalaman kerja bahaya-bahaya
kecelakaan mendapatkan perhatian dari tenaga kerja yang bersangkutan.
Ketrampilan yang tinggi adalah cermin koordinasi yang efisien di antara pikiran,
fungsi alat indera dan otot-otot tubuh. Efisiensi fungsi otot-otot tubuh seperti itu
serasi dengan usaha keselamatan kerja (Sumamur P. K., 1987:48).
Ketrampilan pekerja di PT. Kayu Lapis Indonesia relatif sama, ini dapat
dilihat dari data pendidikan pekerja yang rata-rata sebagian besar 32,7% pekerja
berpendidikan

STM.

Dapat

dikatakan

bahwa

sebagian

besar

pekerja

ketrampilannya baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara ketrampilan
dengan terjadinya kecelakaan kerja. Ketrampilan pada karyawan di PT. Kayu
Lapis Indonesia sebenarnya sudah cukup baik. Namun dari hasil penelitian, justru
karyawan dengan ketrampilan yang baik yang sering mengalami kecelakaan kerja.
Ini dapat dilihat dari data yang diperoleh, bahwa pekerja yang trampil 59 pekerja
dengan kejadian kecelakaan kerja 50 orang dan pekerja yang kurang trampil 39
pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja 29 orang.
Dalam melakukan suatu pekerjaan, ketrampilan sangat dibutuhkan.
Ketrampilan yang baik menunjang para pekerja untuk bekerja lebih rajin dan
cepat. Karena ketrampilan yang baik itu pula akhirnya para pekerja terbiasa
dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Karena sudah terbiasa maka mereka
cenderung ceroboh dan mengabaikan keselamatan diri mereka.
Dengan ketrampilan yang baik pekerja dengan mudah menyelesaikan suatu
pekerjaan, karena pekerja sudah terbiasa dengan tugas yang mereka lakukan. Hal
tersebut dapat membuat pekerja lalai dan mudah celaka. Prosedur keamananpun
biasanya dilupakan karena pekerja sudah merasa trampil. Data menunjukkan

56

84,7% pekerja yang trampil mengalami kecelakaan kerja, sedangkan 15,3% tidak
celaka.
5.2.5 Hubungan Antara Stres dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
Hasil yang didapatkan dari penelitian hubungan antara stres dengan
terjadinya kecelakaan kerja diperoleh p value adalah 0,549 lebih besar dari 0,05
(p=0,549 > 0,05) sehingga Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan
antara stres dengan terjadinya kecelakaan kerja.
Tingkat stres yang dialami pekerja di PT. Kayu Lapis Indonesia relatif
sama, ini dapat dilihat dari data status marital pekerja yang 89,8% pekerja telah
menikah. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara
stres dengan terjadinya kecelakaan kerja. Data penelitian menunjukkan bahwa
83,6% pekerja yang tidak stres tapi mengalami kecelakaan kerja dan 76,7%
pekerja stres tapi mengalami kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja yang terjadi akibat stres bukan terjadi karena stres yang
datang dari lingkungan kerja melainkan stres dari luar lingkungan kerja
(lingkungan keluarga). Hal tersebut dapat terlihat dari mayoritas pekerja yang
sudah menikah.
Stres yang terjadi pada lingkungan kerja di PT. Kayu Lapis Indonesia sangat
minim sekali untuk terjadi. Hal tersebut dikarenakan waktu istirahat yang
diberikan oleh para pekerja di PT. Kayu Lapis Indonesia cukup. Selain itu kondisi
lingkungan kerja yang kondusif sangat mendukung para pekerja untuk terhindar
dari stres.
Stres terjadi pada hampir semua pekerja, baik tingkat pimpinan maupun
pelaksana. Memang di tempat kerja, lebih-lebih tempat kerja yang lingkungannya
tidak baik sangat potensial untuk menimbulkan stres bagi karyawannya, namun
lain halnya dengan PT. Kayu Lapis Indonesia. Lingkungan kerja di PT. Kayu

57

Lapis Indonesia sangat kondusif, sehingga meminimalisir terjadinya gejala stres


pada karyawannya. Stres di lingkungan kerja memang tidak dapat dihindarkan,
yang dapat dilakukan adalah bagaimana mengelola, mengatasi atau mencegah
terjadinya stres tersebut, sehingga tidak mengganggu pekerjaan. Untuk dapat
mengelola stres, pertama sekali yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi
sumber atau penyebab stres atau stressor (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:191).
Segala macam bentuk stres pada dasarnya disebabkan oleh kekurangan
pengertian manusia akan keterbatasannya sendiri. Ketidakmampuan untuk
melawan keterbatasan inilah yang akan menimbulkan frustasi, konflik, gelisah,
dan rasa bersalah yang merupakan tipe-tipe dasar stres (Pandji Anoraga,
2006:108).
Secara sederhana stres sebenarnya merupakan suatu bentuk tanggapan
seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan di
lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam
(Pandji Anoraga, 2006:108).
Stres mungkin positif atau negatif bagi seseorang. Reaksi tubuh terhadap
stres membantu kita untuk konsentrasi dan untuk melakukan sesuatu. Beberapa
orang bekerja lebih baik dibawah kondisi tekanan. Jadi tidak benar jika
digambarkan bahwa semua stres adalah berbahaya (Tulus Winarsunu, 2008:78).
5.2.6 Hubungan Antara Motivasi dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
Hasil yang didapatkan dari penelitian hubungan antara motivasi dengan
terjadinya kecelakaan kerja diperoleh p value adalah 0,002 lebih kecil dari 0,05
(p=0,002 < 0,05) sehingga Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara
motivasi dengan terjadinya kecelakaan kerja.
Suatu penghargaan tidak harus selalu berwujud barang. Sebuah pujian sudah
lebih dari cukup untuk memberikan penghargaan kepada orang lain. Jarangnya

58

mendapatkan pujian dari atasan membuat karyawan dan karyawati di PT. Kayu
Lapis Indonesia sering merasa tidak bersemangat, sehingga pekerjaan yang
mereka lakukan tiap harinya tidak berkesan sama sekali. Seorang karyawan
mungkin menjalankan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan baik,
mungkin pula tidak. Jika bawahan sudah melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya dengan baik, maka hal ini yang diharapkan pimpinan.
Akan tetapi, jika tugas-tugas tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka
kita perlu mengetahui sebab-sebabnya. Dalam hal ini kemungkinan karyawan
yang diberikan tugas tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya atau karyawan
tersebut tidak memiliki dorongan (motivasi) untuk bekerja dengan baik. Hal ini
menjadi tugas seorang pimpinan untuk dapat memberikan motivasi kepada
karyawannya agar bisa bekerja sesuai dengan arahan yang diberikan (Ni Ketut
Sariyathi, 2007:62).
Pada umumnya orang yang dibutuhkan oleh organisasi adalah orang yang
bekerja dengan motivasi yang tinggi. Orang yang bekerja dengan motivasi yang
tinggi adalah orang yang merasa senang dan mendapatkan kepuasan dalam
pekerjaannya. Ia akan lebih berusaha untuk memperoleh hasil yang maksimal
dengan semangat yang tinggi, serta selalu berusaha mengembangkan tugas dan
dirinya (Pandji Anoraga, 2006:36).
Dalam organisasi bisnis motivasi sangat erat kaitannya dengan upaya
peningkatan produktivitas. Sering suatu perusahaan gagal dalam melaksanakan
misinya karena gagal memotivasi para pelaku di dalam perusahaan, termasuk para
manager dan pekerjanya. Begitu juga dalam menjalankan misi keselamatan dan
kesehatan kerja, kegagalan juga dapat terjadi karena kurangnya motivasi untuk
bekerja dengan selamat. Sering terjadi motif bekerja dengan selamat kurang kuat
dibandingkan motif lain seperti motif untuk mencapai jumlah produksi yang besar

59

untuk mendapat imbalan dengan mangambil resiko yang besar, terburu-buru


sehingga tidak memasang kembali pengaman mesin setelah suatu perbaikan, atau
pekerja yang tidak mau menggunakan alat pelindung perorangan karena
mengganggu dalam bekerja (Syukri Sahab, 1997:131).
Oleh karena itu dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja, para
manager perlu sekali memahami ilmu tentang perilaku dan cara memotivasi
manusia. Pada akhirnya perilaku manusia di dalam perusahaanlah yang
menentukan apakah tujuan perusahaan akan dapat dicapai atau tidak. Motivasi
merupakan suatu penggerak perilaku dan hubungan antar manusia dalam
perusahaan. Motivasi yang menjadi salah satu fungsi manajemen sangat besar
peranannya dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Motivasi
berkaitan dengan menggerakkan kegiatan organisasi. Motivasi adalah suatu
keadaan dalam diri manusia yang mengarahkan manusia kepada tujuan dan
sasaran tertentu. Karena itu setiap manajemen, agar bisa meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja mendukung produktivitas harus mampu
memotivasi bawahannya (Syukri Sahab, 1997:132).
5.3

Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan, antara lain:
1. Adanya kesibukan dan aktivitas responden yang tinggi, sehingga dalam
melakukan penelitian harus sesuai dengan kesibukan responden.
2. Penelitian ini dilakukan hanya pada satu bagian di PT. Kayu Lapis
Indonesia.
3. Waktu penelitian yang terbatas, sehingga tidak bisa menjelaskan secara
rinci tentang kemampuan fisik, kemampuan psikologis, pengetahuan,
ketrampilan, stres, dan motivasi dengan terjadinya kecelakaan kerja.

BAB VI
PENUTUP

6.1

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil simpulan

sebagai berikut:
1.

Ada hubungan antara kemampuan psikologis dengan terjadinya kecelakaan


kerja. Dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,027 (p
value < 0,05).

2.

Ada hubungan antara motivasi dengan terjadinya kecelakaan kerja. Dengan


menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,002 (p value < 0,05).

3.

Tidak ada hubungan antara kemampuan fisik dengan terjadinya kecelakaan


kerja. Dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,186 (p
value > 0,05).

4.

Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan terjadinya kecelakaan


kerja. Dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,199 (p
value > 0,05).

5.

Tidak ada hubungan antara ketrampilan dengan terjadinya kecelakaan kerja.


Dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,311 (p value >
0,05).

6.

Tidak ada hubungan antara stres dengan terjadinya kecelakaan kerja.


Dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,549 (p value >
0,05).

60

61

6.2

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang diberikan antara lain:

1.

Diperlukan adanya peningkatan kemampuan psikologis para pekerja dengan


cara penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan guna mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja.

2.

Para pekerja perlu mengetahui bagaimana melakukan pekerjaannya secara


baik dan efisien guna mengurangi sikap yang negatif yang disebabkan
kemampuan psikologis pekerja.

3.

Diperlukan adanya peningkatan motivasi para pekerja dengan cara


memberikan umpan balik, memberikan pujian kepada para pekerja,
memberikan hadiah guna mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja.

4.

Perlu adanya penelitian lanjutan tentang pengaruh faktor manusia terhadap


terjadinya kecelakaan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Agungpia,
2007,
Stres
Kerja
Pengertian
dan
Pengenalan,
http://agungpia.multiply.com/journal/item/35/Stres Kerja pengertian dan
pengenalan. PDF, diakses 28 November 2008.
Agus Irianto, 2004, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta : Kencana.
Bhisma Murti, 1997, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta :
Fakultas Kedokteran UGM.
Bidang Urusan Fire dan Safety, Keselamatan Kerja dalam Industri, Palembang :
PT. Pupuk Sriwidjaja.
Budioro, 2002, Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat,
Semarang : Badan Penerbit Undip.
Eko Nurmianto, 2003, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya : PT.
Guna Widya.
Gempur Santoso, 2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta :
Prestasi Pustaka.
International Labour Office Geneva, 1989, Pencegahan Kecelakaan Kerja,
Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja, 2003, Kesehatan Kerja, Jakarta
: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Muhammad Azinar, 2007, Uji Statistik dengan Program SPSS Versi 12,
Semarang : IKM UNNES.
Ni Ketut Sariyathi, 2007, Prestasi Kerja Karyawan, (Online), Vol. 12, No. 1,
2007, (http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/sariyati.pdf), diakses 28
November 2008.
Pandji Anoraga, 2006, Psikologi Kerja, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

62

63

Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : PT. Rineka


Cipta.
---------------------------, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Sopiyudin Dahlan, 2005, Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, Jakarta : PT. ARKANS.
------------------------, 2004, Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta :
PT. ARKANS.
Stam, 1989, Keselamatan dan Kesehatan di Tempat Kerja, Terjemahan oleh
Djadjang Madya Patriana. Jakarta : Katalis.
Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 2002, Dasar-dasar Metodologi
Penelitian, Jakarta : Sagung Seto.
Sudjana, 2002, Metoda Statistika, Bandung : Tarsito.
Sugeng Budiono, 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan Kecelakaan Kerja,
Semarang : Universitas Diponegoro.
Sugiyono, 2005, Statistik untuk Penelitian, Bandung : CV. Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta : Rineka Cipta.
Sumamur P.K, 1996, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakart : PT.
Gunung Agung.
------------------, 1987, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta :
CV. Haji Masagung.
Syukri Sahab, 1997, Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Jakarta : PT. Bina Sumber Daya Manusia.
Tulus Winarsunu, 2008, Psikologi Keselamatan Kerja, Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang.
UNNES, 2007, Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Strata 1,
Semarang : UNNES Press.

You might also like