You are on page 1of 2

Etiologi Anemia Aplastik

Anemia aplastik diperkirakan disebabkan oleh cedera atau kerusakan sel induk
pluripoten umum yang mengenai semua populasi sel selanjutnya. (Harrison, 2000)
1. Sebab Kongenital. Anemia Fanconi, anemia aplastik konstitusional yang paling sering
ditemukan, merupakan penyakit yang diwariskan secara resesif autosom dan biasanya
muncul pada masa kanak-kanak. Sebagian pasien memiliki kelainan kromosom yang
disebabkan oleh gangguan perbaikan DNA. (Harrison, 2000)
2. Sebab Imunologik. Sejumlah pengamatan klinis sampai pada konsep bahwa sejumlah
kasus anemia aplastik mungkin diperantai oleh mekanisme imunologik. Pengamatan
tersebut adalah perbaikan setelah pemberian preparat imunosupresif untuk tandur
sumsum tulang autolog, dan pada beberapa pasien perlunya pemberian imunosupresi
untuk rekonstitusi hematopoitik setelah transplantasi sumsum dari donor kembar identik.
Berbagai teknik biakan in vitro juga menyokong adanya proses imun seluler atau
humoral pada beberapa pasien anema aplastik. (Harrison, 2000)
3. Obat dan Toksin. Berbagai obat dan bahan kimia yang tampaknya tidak saling berkaitan
diduga merupakan penyebab anemia aplastik. Obat yang pada dosis tertentu
menimbulkan depresi sumsum tulang adalah obat antineoplastik dan imunosupresif
bersama dengan radiasi ionisasi. Obat ini mencakup antagonis asam folat, obat alkilasi,
antrasiklin, dan nitrosourea, serta analog purin dan pirimidin. Aplasia sumsum tulang
juga dapat dicetuskan oleh terapi sinar-X, oleh pajanan sinar-X dosis rendah kronik, atau
yang lebih jarang, oleh pajanan akut dari kecelakaan laboratorium atau industri.
Keparahan aplasia bergantung pada dosis dan tingkat pajanan serta luasnya sumsum
tulang yang teradiasi. Aplasia yang dicetuskan oleh benzen dapat timbul akibat
penggunaan industri atau domestikk produk yang mengandung benzen. (Harrison, 2000)
Kloramfenikol, suatu antibiotik spektrum-luas, dikaitkan dengan dua bentuk toksisitas
sumsum tulang. Efek yang lebih sering pada sumsum tulang adalah penekanan prekursor
eritroid dan kadang-kadang granulositik dan megakariositik yang berkaitan dengan dosis

dan revesibel. Bentuk gagal sumsum tulang yang lebih serius yang berkaitan dengan
kloramfenikol adalah reaksi idiosinkratik. Senyawa nitrobenzen ini merupakan satusatunya obat yang paling sering dianggap sebagai penyebab anemia aplastik. Pasien
menderita pansitopenia berat dan sering aplasia sumsum tulang yang ireversibel dan
fatal. Penyulit ini diperkirakan terjadi pada sekitar 1 dalam 50.000 pasien yang mendapat
obat ini. (Harrison, 2000)
4. Infeksi. Sejumlah kasus anemia aplastik pernah dilaporkan timbul setelah hepatitis
infeksiona. Hepatitis yang terjadi tidak dibedakan berdasarkan keparahannya, dan
anemia aplastik sering timbul setelah hepatitis mereda. Aplasia cenderung berat dan
sering menimbulkan kematian. Virus lain, termasuk virus Epstein-Barr, diduga dapat
menimbulkan anemia aplastik. (Harrison, 2000)
Beberapa pasien yang terinfeksi virus HIV akan mengalami pansitopenia dan sumsum
tulang yang hipoplastik. Faktor yang berperan adalah penekanan langsung sel
hematopoietik

oleh

virus,

infeksi

oportunis

misalnya

sitomegalovirus

atau

Mycrobacterium avium intracellulare (MAC), dan obat mielotoksik misalnya


trimetoprim-sulfametoksazol dan azidotimidin. (Harrison, 2000)
Dapus
Harrison. 2000. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.

You might also like