You are on page 1of 24

ANATOMI FISIOLOGI

KELENJAR SUPRARENAL atau ADRENAL

Disusun Oleh :
Kelompok 7 (S1-2A)
1.
2.
3.
4.
5.

Akbar Dwi G
Alika Fitrianti
Desy Evarani
Mustika Larasati
Neli Rosidawilda

(121.0007)
(121.0009)
(121.0023)
(121.0067)
(121.0069)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN SURABAYA
TAHUN AJARAN 2013-2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayahNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Sistem Endokrin I dengan judul
Anatomi Fisiologi Kelenjar Suprarenal atau Adrenal. Makalah ini ditulis
untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu keperawatan pada
cabang ilmu keperawatan medikal bedah yang sesuai dengan perkembangan
kurikulum terbaru, khususnya mata kuliah Sistem Endokrin I.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat
untuk mengembangkan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua dan para pembaca dapat memahami dan mendapat pengetahuan yang lebih
baik, sehingga dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam
keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik
demi perbaikan di masa mendatang.

Surabaya, 22 Maret 2014


Penyusun,

Tim Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................................ii
BAB I

: Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................ 2
BAB II : Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Sistem Endokrin ..................................................... 3
2.2 Fungsi Sistem Endokrin ....................................................... 3
2.3 Pengendalian Sistem Hormon .............................................. 3
2.4 Hormon ................................................................................ 4
2.5 Klasifikasi Hormon .............................................................. 5
2.6 Fungsi Hormon Utama Sistem Endokrin ............................. 6
BAB III : Pembahasan
3.1 Kelenjar Suprarenal/Adrenal ............................................... 9
3.2 Kelenjar Suprarenal atau Adrenal Korteks .......................... 9
3.2.1 Mineralkortikoid ....................................................... 10
3.2.2 Glukokortikoid ......................................................... 12
3.2.3 Androgen .................................................................. 16
3.3 Kelenjar Suprarenal atau Adrenal Medula
...... 17
BAB IV : Penutup
4.1 Kesimpulan ........................................................................ 21
4.2 Saran .................................................................................. 21
Daftar Pustaka ............................................................................................. 22

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelenjar adrenal, yang terletak pada kutub superior kedua ginjal,
masing-msing terdiri atas dua bagian, medula adrenal dan korteks adrenal.
Medula adrenal secara fungsionalberhubungan dengan susunan saraf
simpatis, dan ia menyekresi hormon epinefrin dan norepinefrin akibat
rangsang simpatis. Selanjutnya, hormon-hormon ini menyebabkan efek yang
hampir sama seperti perangsangan langsung saraf simpatis pada semua
bagian tubuh .
Korteks adrenal menyekresi sekelompok hormon yang sama sekali
berbeda, yang dinamakan kortikosteroid. Hormon-hormon ini seuanya
disintesis dari steroid kolesterol,dan mereka semuanya mempunyai rumus
kimia steroid yang ama, akan tetapi sangat sedikit perbedaan pada struktur
molekulnya, yang membrikan mereka beberapa fungsi yang sangat berbeda
tetapi sangat penting.
Mineralortikoid dan glukokortiroid. Hormon korteks adrenal semuanya
tidak menyebabkan efek yang tepat sama dalam tubuh. Dua jenis hormon
utama, mineralortikoid dan glukokortiroid disekresi oleh korteks adrenal.
Selain kedua hormon ini, hormon endrogen juga disekresi dalam jumlah
kecil, yang menunjukn efek yang sama dalam tubuh sebagai hormon seks
pria, testosterone. Hormon ini dalam keadaan normal tidak penting, walaupun
pada kelainan korteks adrenal tertentu dapat disekresikan dalam jumlah yang
ekstrem dan kemuian dapat mengakibatkan efek maskulimsasa
Mineralortikoid mempengruhi elektrolit cairan eksternal, khususnya
natrium dan kalium. Glukokortirod menunjukan efek penting yang
meningkatkan konsentrasi glukosa darah, tetapi mempunyai efek tambahan
pada metabolisme protein dan lemak yang mungkin sama pentingnya dalam
fungsi tubuh seperti efeknya pada metabolisme kabohidrat.
Lebih dari 30 jenis steroid telah diisolasi dari korteks adrenal. Tetapi
hanya ada dua yang berperan penting pada fungsi endokrin normal dalam

tubuh. Yaitu aldosteron, mineralortikoid utama dan kortisol gluokortiroid


utama.
Korteks adrenal menghasilkan beberapa hormon steroid, yang paling
penting adalah kortisol, aldosteron dan androgen adrenal. Kelainan pada
kelenjar adrenal menyebabkan endokrinopati yang klasik seperti sindroma
Cushing, penyakit Addison, hiperaldosteronisme dan sindroma pada
hiperplasia adrenal kongenital.
1.2 Rumusan Masalah
Dari pembahasan diatas maka penulis akan lebih dalam membahas
tentang anatomi fisiologi kelenjar suprarenal atau adrenal yang akan dibahas
dalam beberapa sub materi, yakni:
1.2.1 Apa definisi kelenjar suprarenal atau adrenalin?
1.2.2 Bagaimana anatomi dan fisiologi kelenjar adrenalin korteks?
1.2.3 Bagaimana anatomi dan fisiologi kelenjar adrenalin medulla?
1.3 Tujuan
1.3.1 Agar mengetahui kelenjar suprarenal atau adrenalin
1.3.2 Agar mengetahui anatomi dan fisiologi kelenjar adrenalin korteks
1.3.3 Agar mengetahui anatomi dan fisiologi kelenjar adrenalin medulla
1.4 Manfaat
1.4.1 Mengetahui kelenjar suprarenal atau adrenalin
1.4.2 Mengetahui anatomi dan fisiologi kelenjar adrenalin korteks
1.4.3 Mengetahui anatomi dan fisiologi kelenjar adrenalin medulla

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)
yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah
untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa
pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang

selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan.


Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah,
kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai
kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan
melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon
berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan
berbagai organ tubuh.
2.2 Fungsi Sistem Endokrin
2.2.1 Memacu pertumbuhan dan metabolisme tubuh.
2.2.2 Memacu reproduksi.
2.2.3 Mengatur keseimbangan cairan tubuh/homeostasis.
2.2.4 Mengatur tingkah laku.
2.3 Pengendalian Sistem Hormon
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon
di dalam darah bisa menjadi tingginatau rendah, sehingga mengganggu fungsi
tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon
harus diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu
ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon.
Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika mereka
merasakan bahwa kadar hormone lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk
merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar target
dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar hipofisa mengetahui
bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti melepaskan
hormon.
Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa. Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa
memiliki fungsi yang memiliki jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus
menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh kelenjar
hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung telur
juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya.

Mekanisme pasti dari pengendalian oleh hipotalamus dan hipofisa


terhadap bioritmik ini masih belum dapat dimengerti. Tetapi jelas terlihat
bahwa organ memberikan respon terhadap semacam jam biologis.
Faktor-faktor lainnya juga merangsang pembentukan hormon. Prolaktin
(hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa) menyebabkan kelenjar susu
di payudara menghasilkan susu. Isapan bayi pada puting susu merangsang
hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak prolaktin. Isapan bayi juga
meningkatkan pelepasan oksitosin yang menyebabkan mengkerutnya saluran
susu sehingga susu bisa dialirkan ke mulut bayi.
Kelenjar semacam pulau pakreas dan kelenjar paratiroid, tidak berada
dibawah kendali hipofisa. Mereka memiliki sistem sendiri untuk merasakan
apakah tubuh memerlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon. Misalnya
kadar insulin meningkat segera setelah makan karena tubuh harus mengolah
gula dari makanan. Jika kadar insulin terlalu tinggi, kadar gula darah akan
turun sampai sangat rendah.
2.4 Hormon
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu
kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian
besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan
panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang
merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil
bisa memicu respon tubuh yang sangat luas. Hormon terikat kepada reseptor
di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon dan reseptor akan
mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel.
Pada akhirnya hormon mengendalikan fungsi dari organ secara
keseluruhan:
Hormon

mengendalikan

pertumbuhan

dan

perkembangan,

perkembangbiakan dan ciri-ciri seksual.


Hormon mempengaruhi cara tubuh dalam menggunakan dan menyimpan
energi.
Hormon juga mengendalikan volume cairan dan kadar air dan garam di
dalam darah.

Beberapa hormon hanya mempengaruhi 1 atau 2 organ, sedangkan hormon


yang lainnya mempengaruhi seluruh tubuh.
Misalnya, TSH dihasilkan oleh kelenjar

hipofisa

dan

hanya

mempengaruhi kelenjar tiroid. Sedangkan hormon tiroid dihasilkan oleh


kelenjar tiroid, tetapi hormon ini mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh.
Insulin dihasilkan oleh sel-sel pulau pankreas dan mempengaruhi
metabolisme gula, protein serta lemak di seluruh tubuh.
2.5 Klasifikasi Hormon
2.5.1

Hormon perkembangan
Hormon yang memegang peranan di dalam perkembangan dan
pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad.

2.5.2 Hormon metabolisme


Proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh bermacam-macam
hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin.
2.5.3

Hormon tropik
Dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi endokrin
yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan
folikel (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis (LH).

2.5.4

Hormon pengatur metabolisme air dan mineral


Kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme
kalsium dan fosfor.

2.6 Fungsi Hormon Utama Sistem Endokrin


HORMON

YANG

FUNGSI

MENGHASILKAN

Membantu keseimbangan garan


Aldosteron

Kelenjar Adrenal

Antidiuretik

Kelenjar Hipofisa

(Vasopresin)

dan air dengan cara menahan


garam dan air serta membuang
kalium
- Menyebabkan ginjal menahan
air

- Bersama dengan aldosteron


membantu

mengendalikan

tekanan darah
- Anti peradangan
- Mempertahankan kadar gula
Kartikosteroid

Kelenjar Adrenal

darah,

tekanan

mengendalikan

tekanan darah
Mengendalikan

Eritropoietin

Estrogen
Glukagon
Hormon
Pertumbuhan

Kelenjar Hipofisa

dan

kekuatan otot
- Membantu

Kartikotropin

darah

pembentukan

dan pelepasan hormone oleh


korteks adrenal
Merangsang pembentukan sel

Ginjal

Indung Telur

darah merah
Mengendalikan

perkembangan

cirri

dan

seksual

system

reproduksi wanita
Meningkatkan kadar gula darah
- Mengendalikan pertumbuhan

Pankreas

Kelenjar Hipofisa

dan perkembangan
- Meningkatkan

pembentukan

protein
- Menurunkan kadar gula darah
- Mempengaruhi

Insulin

Pankreas

LH

Kelenjar Hipofisa

metabolisme

glukosa, protein, lemak di

(Luteinizing

seluruh tubuh
- Mengendalikan
reproduksi

Hormone)

sperma

fungsi
(pembentukan

dan

smentum,

FSH (Follicle

pematangan sel telur, siklus

Stimulating)

menstruasi)

Hormone)

- Mengendalikan cirri seksual


pria dan wanita (penyebaran
rambut,

pembentukan

otot,

tekstur dan ketebalan kulit,


suara dan bahkan kepribadian
Menyebabkan kontraksi oto
Oksitosin

Kelenjar Hipofisa

rahim

dan

saluran

susu

di

payudara
- Mengendalikan pembentukan
tulang
- Mengendalikan
kalsium
Hormon
Paratiroid

Kelenjar Paratiroid

pelepasan

dan

fosfat

progesterone indung telur


- Mempersiapkan lapisan rahim
untuk penanaman sel telur
yang telah dibuahi
- Mempersiapkan kelenjar susu
untuk menghasilkan susu
Memulai dan mempertahankan

Prolaktin

Kelenjar Hipofisa

pembentukan susu di kelenjar


susu

Renin dan
Angiotensin
Hormon
Tiroid

Ginjal

Mengenali tekanan darah


Mengatur

Kelenjar Tiroid

pematangan,

dan

kecepatan

metabolism

TSH (Tyroid
Stimulating

pertumbuhan,

Kelenjar Hipofisa

Hormone)

Merangsang pembentukan dan


pelepasan kelenjar tiroid

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kelenjar Suprarenal atau Adrenal
Kelenjar ini berbentuk bola, atau topi yang menempel pada bagian atas
ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis dan dibagi atas
dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula). Kelenjar
suprarenal atau adrenal terletak menempel pada bagian atas ginjal. Bagian
kulit menghasilkan kortison yang berfungsi mengatur metabolism dan
mengatur keseimbangan air dan garam. Sedangkan bagian sumsum (medulla)
menghasilkan adrenalin (epineprin) yang berfungsi mempengaruhi denyut
jantung, mengatur otot-otot kendung kemih serta mengatur kadar gula darah
dengan cara mengubah glikogen menjadi glukosa.
3.2 Kelenjar Suprarenal atau Adrenal Korteks
Korteks adrenal terdiri dari daerah yang secara anatomi dapat dibedakan:
1. Lapisan luar zona glomerulosa, merupakan tempat dihasilkannya
mineralokorticoid (aldosterone), ysng terutama

diatur oleh

angiotensin II, kalium, dan ACTH. Juga dipengaruhi oleh


dopamine, atrial natriuretic peptide (ANP) dan neuropeptides.
2. Zona fasciculata pada lapisan tengah, dengan tugas utama sintesis
glukokortikoid, terutama diatur oleh ACTH. Juga dipengaruhi oleh
beberapa sitokin (IL-1, IL-6, TNF) dan neuropeptida
3. Lapisan terdalam zona reticularis, tempat sekresi androgen adrenal
(terutama dehydroepiandrostenedion [DHEA], DHEA sulfat dan
androstenedion) juga glukokortikoid (kortisol and corticosteron).
Hormon steroid adrenal akan dilepas ke dalam plasma setelah dibuat.
Kortisol dilepas secara berkala diatur oleh irama diurnal pelepasan ACTH.
Konsekuensinya kortisol akan mencapai nilai tertinggi pada pagi hari dan
terendah pada sore harinya atau awal malam harinya.

Jenis homon korteks adrenal merupakan hormon steroid, yang dapat


digolongkan menjadi 3 kelompok hormon:
3.2.1 Mineralkortikoid
Kerja utama hormon ini adalah untuk meningkatkan retensi Na+ dan
ekskresi K+ serta H+ khususnya dalam ginjal. Contoh hormon
kelompok ini adalah Aldosteron, dibuat di zona glomerulosa.

Sintesis
a. Terjadi di zona glomerulosa.
b. Pregnenolon diubah menjadi progesteron oleh 2 enzim yaitu
3b-hidroksisteroid

Dehidrogenase

(3b-OHSD)

dan

D5,4

membentuk

11-

isomerase.
c. Progesteron

mengalami

hidroksilasi

deoksikortikosteron (DOC) yang merupakan mineralokortikoid


aktif (yang menahan ion Na+).
d. Terjadi hidroksilasi berikutnya membentuk kortikosteron yang
mempunyai

aktivitas

mineralokortikoid lemah.

glukokortikoid

dan

merupakan

e. Kortikosteron diubah menjadi 18-hidroksikortikosteron dengan


bantuan enzim 18-hidroksilase (aldosteron sintase).
f. 18-hidroksikortikosteron diubah menjadi aldosteron (konversi
18-alkohol menjadi aldehid)

Pengaturan Sintesis
Zat pengatur utama adalah sistem renin-angiotensin dan kalium.
Didukung oleh peran natrium, ACTH dan mekanisme neural
a. Sistem Renin-Angiotensin
Sistem ini berperan dalam pengaturan tekanan darah dan
metabolism elektrolit.
Hormon primer dalam sistem ini adalah angiotensin II,
dibuat dari angiotensinogen yang merupakan substrat bagi
renin (suatu enzim yang dihasilkan sel-sel jukstaglomerular
pada renal/ginjal.
Posisi sel tersebut sensitif terhadap banyak regulator
(faktor-faktor yang mempengaruhi) pelepasan renin yang
bekerja melalui baroreseptor renal.
b. Kalium
Sekresi aldosteron sensitif terhadap perubahan kadar
kalium plasma.
Peningkatan sedikit kalium saja sudah dapat merangsang
sekresi aldosteron, begitu pula bila terjadi penurunan akan
mengurangi sekresi aldosteron.
Pengaruh K+ sama seperti angiotensin II dan tidak
berpengaruh terhadap produksi kortisol.
c. Efektor Lain
Efektor lain berupa ACTH dan natrium

Transpor Plasma
Aldosteron tidak memiliki protein pengikat spesifik dalam plasma
tapi membentuk suatu ikatan yang lemah dengan albumin.

10

Kortikosteron dan 11-deoksikortikosteron, yaitu hormon steroid


lainnya dengan efek mineralokortikoid, terikat pada CBG.

Laju Metabolisme
a. Aldosteron dengan cepat akan dibersihkan dari plasma oleh
hati, terjadi karena hormon ini kurang memiliki protein
pembawa dalam plasma darah.
b. Hati kemudian membentuk tetrahidroaldosteron 3-glukoronida
yang diekskresikan ke dalam urine.

Efek Hormon
a. Merangsang transport aktif Na+ oleh tubulus kontortus distal
dan tubulus koligentes ginjal menyebabkan retensi Na+
b. Meningkatkan sekresi K+, H+, dan NH4+ oleh ginjal
c. Mempengaruhi transport ion di jaringan epitel lain termasuk
kelenjar keringat, mukosa intestinal, serta kelenjar saliva
d. Aldosteron mempengaruhi sintesis RNA dan protein yang
diperlukan dalam produksi berbagai produk gen spesifik

Patofisiologi
Kelebihan

Terjadi aldosteronisme primer (sindrom Conn), yaitu


manifestasi klasik mencakup gejala hipertensi, hipokalemia,
hipernatremia, dan alkalosis. Kadar renin dan angiotensin II
dalam plasma disupresi
Aldosteronisme sekunder menyerupai aldosteronisme primer,
kecuali pada kenaikan kadar renin dan angiotensin II. Terjadi
ketika ada stenosis srteri renalis disertai penurunan tekanan
perfusi dapat menimbulkan hiperplasia serta hiperfungsi sel
jukstaglomerular, meyebabkan naiknya kadar renin dan
angiotensin II.
3.2.2 Glukokortikoid

11

Salah

satu

kerja

tepenting

adalah

meningkatkan

proses

glukoneogenesis. Misalnya hormon Kortisol pada manusia, dibuat di


zona fasikulata. Kortikosteon dihasilkan pada zona fasikulata dan
glomrulosa namun lebih banyak ditemukan pada hewan pengerat dari
pada manusia.

Sintesis
a. Memerlukan 3 enzim hidroksilase pada posisi C17, C21 dan
C11. Enzimnya berturut-turut adalah 17a-hidroksilase, 21hidroksilase dan 11b-hidroksilase.
b. 17a-hidroksilase merupakan enzim retikulum endoplasma halus
yang bekerja pada progesteron atau lebih sering pada
pregnenolon.
c. 17a-hidroksiprogesteron

mengalami

hidroksilasi

sehingga

membentuk 11-deoksikortisol
d. 11-deoksikortisol mengalami hidroksilasi membentuk kortisol.
e. 21-hidroksilase merupakan enzim retikulum endoplasma halus
sedangkan 11b-hidroksilase merupakan enzim mitokondria.

Pengaturan Sintesis
a. Sekresi kortisol diatur oleh ACTH yang dirangsang oleh CRH
b. Hormon-hormon ini berhubungan melalui lingkaran umpan
balik negatif

Transpor Plasma
a. Kortisol beredar dalam plasma dalam bentuk terikat protein dan
dalam bentuk bebas.
b. Protein pengikat utama dalam plasma disebut trans-kortin atau
globulin pengikatkortikosteroid (CBG=Cortocosteroid-binding
globulin), CBG diproduksi di hati
c. CBG mengikat sebagian besar hormon tersebut bila kadarnya
dalam plasma berada pada kisaran normal. Kortisol dalam
jumlah yang lebih kecil akan akan terikat ke albumin.

12

d. Kekuatan pengikatan membantu menentukan usia paruh


biologik (t ) hormone glukokortikoid. Kortisol terikat erat
pada CBG dan memiliki t 1,5-2 jam, sedangkan
kortikosteron yang kurang terikat erat mempunyai t kurang
dari 1 jam.
e. CBG tidak hanya berikatan dengan glukokortikoid tapi juga
dengan deoksikortikosteron dan progesteron. Mereka bersaing
dalam berikatan dengan CBG.
f. Dalam bentuk bebas kortisol ditemukan sekitar 8% dari jumlah
kortisol dalam plasma dan merupakan fraksi kortisol yang
biologik aktif.

Laju Metabolisme
a. Kortisol dan metabolitnya membentuk sekitar 80% jumlah 17hidroksikortikoid dalam plasma (setengahnya beredar dalam
plasma dalam bentuk metabolit dihidro dan tetrahidro-), 20%
sisanya terdiri atas kortison dan 11-deoksikortisol.
b. Semua senyawa tersebut dimodifikasi melalui proses konjugasi
dengan glukuronida dan sebagian kecil dengan sulfat.
c. Modifikasi ini terutama terjadi di hati dan membuat molekul
steroid yang bersifat lipofilik bisa larut air dan dapat
diekskresikan.
d. Pada manusia sebagian besar steroid terkonjugasi yang
memasuki intestinum lewat ekskresi bilier akan diabsorbsi
kembali melalui sirkulasi enterohepatik.
e. Sekitar 70% steroid terkonjugasi akan diekskresikan ke dalam
urine, 20% keluar dalam bentuk feses dan sisanya keluar
melalui kulit.

Efek Hormon
a. Terhadap metabolisme
- Meningkatkan produksi glukosa di hati dengan cara:
Meningkatkan pengangkutan asam amino dari jaringan
perifer
13

Meningkatkan laju glukoneogenesis melalui peningkatan


jumlah (dan aktivitas) beberapa enzim penting
Memungkinkan berlangsungnya reaksi metabolik penting
lainnya pada laju reaksi optimal
- Meningkatkan

deposisi

glikogen

hepatik

dengan

meningkatkan aktivasi enzim glikogen sintetase


- Mendorong lipolisis (di ekstremitas) tapi dapat menimbulkan
lipogenesisi di tempat lain (muka dan badan) melebihi taraf
fisiologis
- Mendorong

metabolisme

protein

dan

RNA,

hal

ini

merupakan efek anabolik pada tahap fisiologis, tapi pada


keadaan tertentu dan pada taraf yang melampaui taraf
fisiologis dapat bersifat katabolik
b. Terhadap mekanisme pertahanan
- Supresi respon imun. Hormon glukokortikoid menyebabkan
penghancuran (lisis) limfosit yang spesifk menurut tipe sel
dan spesiesnya
- Supresi respon inflamasi dengan cara:
Menurunkan jumlah leukosit yang beredar dalam darah
dan migrasi leukosit jaringan
Menghambat proliferasi fibroblas
Menumpulkan produksi molekul-molekul anti inflamasi
yaitu prostaglandin dan leukotrien
c. Efek Lain
Penting untuk mempertahankan tekanan darah dan curah
jantung normal
Diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan air dan
elektrolit yang normal
Bersama dengan hormon medula adrenal penting untuk
memungkinkan organism berespon terhadap stress

Patofisiologi

14

a. Kekurangan :
Menyebabkan

penyakit

Addison,

memperlihatkan

hpoglikemia, sensitivitas tinggi terhadap insulin, intoleransi


terhadap stres, anoreksia, penurunan berat badan, nausea
dan gejala kelemahan berat.
Penderita addison mempunyai tekanan darah rendah,
penurunan laju filtrasi glomerulus, penurunan kemampuan
mengekskresikan kelebihan air.
Kadar Na plasma rendah, K tinggi, punya riwayat ngidam
garam.
Bisa tampak pigmentasi pada kulit dan membran mukosa.
b. Kelebihan

Menyebabkan sindrom Cushing, terjadi karena adanya


adenoma

hipofisis

yang

mensekresi

ACTH

terjadi

hiperglikemia atau intoleransi glukosa atau keduanya,


karena peningkatan glukoneogenesis.
Efek katabolik (pemecahan protein) berat menimbulkan
penipisan kulit, atrofi otot, osteoporosis, keseimbangan
nitrogen negatif
Redistribusi lemak yang aneh dengan obesitas batang tubuh
dan punuk kerbau (buffalo hump) resistensi terhadap
infeksi dan respon inflamasi terganggu, misalnya pada
penyembuhan luka.
3.2.3 Androgen
Prekursor androgen berupa dehidroepiandosteon, diproduksi oleh zona
fasikulata dan retikularis.

Sintesis
a. Prekursor androgen yang dihasilkan oleh korteks adrenal
adalah dehidroepiandrosteron (DHEA).

15

b. Produksi androgen adrenal mengalami peningkatan yang


mencolok bila biosintesis glukokortikoid terhambat oleh
defisiensi salah satu enzim hidroksilase.
c. Sebagian besar DHEA akan dimodifikasi secara cepat lewat
penambahan sulfat dan sekitar separuh dari modifikasi ini
terjadi di dalam adrenal sedangkan sisanya di hati.
d. DHEA sulfat merupakan unsur inaktif tetapi pengeluaran gugus
sulfat akan mengakibatkan pengaktifan kembali.
e. 3b-OHSD dan D5,4 isomerase akan mengubah DHEA
androgen yang lemah menjadi androstenedion yang lebih
poten.
f. Reduksi androstenedion pada posisi C17 menghasilkan
terbentuknya testosterone (hanya sejumlah kecil).

Laju Metabolisme
Androgen diekskresikan sebagai senyawa 17-keto- tetapi hati akan
mengubah sekitar 50% dari jumlah testosteron tersebut menjadi
androsteron dan etiokolanolon.

3.3 Kelenjar Suprarenal atau Adrenal Medula


Medula adrenal sesungguhnya merupakan perluasan sistem saraf
simpatik karena serabut preganglion splanknikus berakhir di medula adrenal
tempat

serabut

syaraf

tersebut

mempersyarafi

sel

kromafin

yang

memproduksi hormon katekolamin dopamin, epinefrin dan norepinefrin.


Epinefrin, norepinefrin dan dopamin merupakan unsur utama dalam
pembentukan respon terhadap stres yang berat yang meliputi penyesuaian
yang terintegrasi dan bersifat akut dengan proses yang kompleks di dalam
organ vital (otak, otot, system kardiopulmonar dan hati) serta organ lain

16

(kulit, sistem gastrointestinal dan jaringan limfoid) yang tidak terlibat


langsung.
Produk utama medula adrenal adalah epinefrin. Sekitar 80% senyawa
ada dalam medula dan tidak diproduksi di tempat lain di luar medula adrenal.
Norepinefrin di buat secara in situ (sekitar 80% dari jumlah totalnya) di
dalam organ yang dipersyarafi oleh saraf simpatik. Sebagian lagi dibuat di
ujung syaraf lain dan mencapai sel target malalui sirkulasi darah.
3.3.1 Penyimpanan dan Pelepasan

Medula adrenal memiliki granul kromafin, yaitu organel yang


mampu melaksanakan biosintesis, ambilan, penyimpanan dan
sekresi.

Disamping mengandung katekolamin, granul kromafin juga


mengandung ATP-Mg2+, Ca2+ dan DBH.

Katekolamin masuk ke dalam granul melalui mekanisme


pengangkutan yang melibatkan ATP.

Norepinefrin juga disimpan dalam granul ini, bila terbentuk


epinefrin maka epinefrin akan memasuki granul yang baru.

Stimulasi neuron pada medula adrenal mengakibatkan fusi


membran granul dengan membran plasma dan peristiwa ini
menimbulkan pelepasan eksositosis epinefrin dan norepinefrin.

Proses pelepasan epinefrin dan norepinefrin bergantung pada


kalsium, dirangsang oleh preparat kolinergik dan b-adrenergik serta
dihambat oleh a-adrenergik

3.3.2 Metabolisme

Metabolisme katekolamin (dopamin, epinefrin dan norepinefrin)


dilakukan dengan cepat oleh enzim Katekol-O-metiltransferse
(COMT) dan monoamin oksidase (MAO).

Katekol-O-metiltransferse (COMT) merupakan enzim sitosol yang


mengkatalisis reaksi penambahan gugus metil pada posisi 3 (meta)
menjadi berbagai jenis katekolamin sesuai substratnya. Dopamin
diubah menjadi 3-metoksitiramin yang oleh MAO diubah menjadi
17

asam homovanilat, epinefrin diubah menjadi metanefrin dan


norepinefrin diubah menjadi normetanefrin.

Monoamin oksidase (MAO) merupakan oksidoreduktase yang


mendeaminasi monoamin. MAO-A ditemukan di jaringan syaraf
dan mendeaminasi serotonin, epinefrin dan norepinefrin. MAO-B
ditemukan di selain jaringan syaraf dan aktif terhadap 2feniletilamin dan benzilamin.

MAO mengubah epinefrin dan norepinefrin menjadi asam


dihidroksimandelat yang kemudian menjadi asam 3-metoksi-4hidroksi

mandelat.

Begitu

pula

dengan

metanefrin

dan

normetanefrin oleh MAO akan diubah menjadi asam 3-metoksi-4hidroksi

mandelat

(disebut

juga

dengan

asam

hidroksimandelat/VMA).

MAO mengubah dopamin menjadi asam dihidroksifenilasetat yang


oleh COMT akan diubah menjadi asam homovanilat

3.3.3 Klasifikasi Katekolamin Berdasarkan Mekanisme Kerjanya

Katekolamin bekerja melalui 2 kelompok utama reseptor yaitu aadrenergik dan b-adrenergik, keduanya mempunyai 2 sub
kelompok yaitu a1, a2 dan b1, b2.

Epinefrin terikat dan mengaktifkan baik reseptor a maupun b,


sedangkan norepinefrin terutama terikat pada reseptor a.

Hormon yang terikat pada reseptor b1, b2 akan mengaktifkan


enzim adenilil siklase dan membentuk cAMP sedangkan hormon
yang terikat pada reseptor a2 akan menghambat enzim ini.

Reseptor a1 dirangkaikan dengan proses yang mengubah


konsentrasi ion kalsium intrasel atau memodifikasi metabolisme
fosfatidilinositida atau keduanya. Kompleks protein G juga terlibat
dalam proses ini.

Berikut adalah tabel berbagai aktivitas yang diperantarai reseptor


adrenergic

18

2
- Peningkatan
glukoneogen
esis
- Peingkatan
glikogenolisi
s hepatic

- Kontraksi otot
polos
- Peningkatan
glikogenolisis

gastrointestinal - Stimulus
- Kontraksi otot

pembuluh
darah,

lipolisis

polos sebagian - Kontraksi

- Relaksasi otot
polos

- Peningkatan

traktus

vaskular
- Inhibisi

traktus

genitourinarius

miokardium,
dari:

peningkatan

lipofisis

laju,

pelepasan

peningkatan

renin agregasi

kekuatan

trombosit
sekresi insulin

glikogenolisi
s otot
- Peningkatan
pelepasan

insulin,
glukagon,
rennin
- Relaksasi
otot polos :
bronkus,
pembuluh
darah traktus
genitourinari
us,

traktus

gastrointestin
al
3.3.4 Biosintesis Ephineprin
Epinefrin disintesis dari tirosin (merupakan prekursor langsung
katekolamin) melalui 4 tahap:
o Hidroksilasi cincin
Tirosin diubah menjadi L-dihidroksifenilalanin (L-dopa) dengan
bantuan enzim tirosin hidroksilase yang berfungsi sebagai
oksidoreduktase dengan kofaktor berupa tetrahidropteridin.
o Dekarboksilasi
19

L-dopa mengalami konversi menjadi 3,4-dihidroksifeniletilamin


(dopamin) dengan bantuan enzim dopa dekarboksilase dan
piridoksal fosfat.
o Hidroksilasi rantai samping
Dopamin mengalami konversi menjadi norepinefrin melalui peran
dopamin b-hidroksilase (DBH) yang merupakan enzim oksidase
dengan bantuan askorbat, tembaga dan fumarat.
o N-metilasi
Reaksi N-metilasi yang dialami oleh norepinefrin dikatalisis oleh
enzim feniletanolamin N-metiltransferase (PNMT), membentuk
epinefrin
3.3.5 Patofisiologi
Feokromositoma

merupakan

tumor

adrenal,

terdeteksi

bila

menghasilkan dan mensekresikan epinefrin dan norepinefrin cukup


banyak sehingga menimbulkan sindrom hipertensi berat.
Norepinefrin yang banyak bertanggung jawab atas terjadinya
hipertensi, sedangkan epinefrin bertanggung jawab atas terjadinya
hipermetabolisme.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kelenjar adrenal adalah kelenjar yang terletak dibagian atas ginjal yang
terdiri dari kelenjar adrenal korteks dan kelenjar adrenal medulla yang
masing-masing mempunyai peran dan fungsinya.

20

No.
1

Hormon
Bagian korteks adrenal

Prinsip kerja
Mengontol metabolisme ion anorganik

a. Mineralokortikoid

Mengontrol metabolisme glukosa

b. Glukokortikoid
Bagian Medula Adrenal

Kedua hormon tersebut bekerja sama

Adrenalin (epinefrin) dan

dalam hal berikut :

noradrenalin

a. dilatasi bronkiolus
b. vasokonstriksi pada arteri
c. vasodilatasi pembuluh darah otak
dan otot
d. mengubah glikogen menjadi
glukosa dalam

4.2 Saran
Kita sebagai perawat sebaiknya memahami lebih spesifik lagi tentang
sistem hormon, karena sistem hormon sangat berpengaruh bagi tubuh. Dan
dalam tindakan keperawatan, pengetahuan yang lebih dalam tentang sistem
endokrin sangat bermanfaat dalam mengambil keputusan yang paling efektif
dan dapat menghindari kesalahan dalam pengambilan tindakan.

DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa perawat. Jakarta : EGC
Guyton, arthur. C. 1996. Buku ajar fisiologi kedokteran. Cet. 4, ed. 7. Jakarta :
EGC.

21

You might also like